BAB III SEJARAH RINGKAS ALIRAN METHODIST
3.1 Latar Belakang Terbentuknya Aliran Methodist
Gereja Methodist merupakan Gereja Kristen Inggris yang mengalami proses reformasi oleh seorang pendeta yang bernama John Wesley. Keluarga yang
membesarkan Wesley merupakan keluarga yang selalu setia mengabdi kepada gereja, sebab ayah dan ibu John Wesley sama-sama berprofesi sebagai pendeta di
Gereja Inggris. Latar belakang pendidikan teologia dari John Wesley hingga dia
memperoleh gelar sarjana, berasal dari universitas Oxford Inggris, dengan sifat pribadi dalam bidang teologia adalah, melaksanakan hukum agama dengan keras
dan menghindari penyimpangan dari ajaran agama.
18
Melaksanakan ajaran agama secara keras dan mengurangi atau meminimalisasi pelanggaran yang dilaksanakan oleh John Wesley ternyata
semakin memperbesar beban hidupnya. Anggapan yang dimiliki oleh Wesley ternyata salah dengan ajaran Kristen, sebab manusia terlalu memberatkan dirinya
sendiri dengan permasalahannya dan mencoba menyempurnakan diri dengan caranya sendiri. Ajaran yang seharusnya dan yang benar adalah ketika Wesley
mendalami isi Alkitab, tentang kisah yang dialami oleh Rasul Paulus yaitu Prinsip ini menjadi dasar
dan pedoman hidup bagi John Wesley ketika dia masih duduk di bangku perkuliahan.
18
Pdt. W.L Amstrong, Dkk, Disiplin Gereja Methodist Indonesia, Medan: Taman Pustaka Kristen, 1973. hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
penyerahan diri kepada Yesus dan memiliki kepercayaan yang penuh kepada-Nya, maka mansia tidak harus berpegang pada prinsip dan penyucian diri sendiri.
19
Tahun 1738, prinsip lama yang dipegang oleh John Wesley dirobahnya dengan prinsip baru, dimana manusia harus banyak berserah, bukan menanggung
beban sendiri. Pertobatan baru ini menjadi awal kesaksian bagi Wesley, yang disebarkan kepada banyak orang, termasuk masyarakat Inggris.
Dua ajaran pokok yang disebarkan oleh John Wesley kepada banyak orang yaitu: pertama, bahwa anugrah Tuhan yang diberikan kepada seluruh dunia
sanggup memenuhi keseluruhan keperluan manusia dan kedua, dia menerangkan bahwa Alkitab tidak mengenal keslamatan selain dari pada keslamatan dari dosa.
John Wesley meminta manusia harus memiliki penghidupan yang suci, berupa kasih sayang kepada sesama manusia.
20
Dalam misinya John Wesley tidak menyebarkan agama baru, atau ajaran gereja yang baru, tetapi pelayanan yang dilakukannya adalah pertobatan dari
manusia itu sendiri. Kehidupan manusia yang semakin materilistis, ternyata memberikan pengaruh terhadap gereja. Pelayan-pelayan gereja dominan
memberikan pelayanan terhadap orang-orang besar yang datang kepada gereja, sehingga orang-orang kecil yang tidak datang ke gereja tidak mendapat pelayanan.
Di sisi lain, masyarakat tidak lagi mendapat pemberitaan tentang injil, anggota dari gereja tertentu membentuk kelompok-kelompok, dan kelompok-kelompok
baru ini membiayai para penginjil untuk melakukan penginjilan terhadap orang- orang tertentu saja, dengan kata lain penginjilan dilakukan hanya untuk
kepentingan sendiri.
19
Ibid., hlm. 2.
20
Ibid., hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan seperti inilah yang harus dihindari orang Kristen, menurut ajaran yang disebarkan oleh John Wesley. Manusia harus memberikan sendiri dan
mempertanggungjawabkan sendiri tindakan yang dilakukannya. Pertobatan, beriman dan hidup suci menuju kesempurnaan sehingga memperoleh
kesempurnaan hidup, hal inilah yang diinginkan oleh ajaran yang dibawakan oleh John Wesley.
21
Ajaran dan tekanan dari John Wesley menjadi hal yang perlu dipertahankan dalam tubuh Methodist. Setelah John Wesley meninggal ajaran ini
dikumpulkan menjadi dua buku yang berjudul “Lima Puluh Dua Khotbah John Wesley dan Notes Upon The New Testament, merupakan ringkasan Wesley dari
pasal-pasal agama. Kumpulan dari Khotbah Wesley ini sampai saat ini menjadi standart ajaran Methodist di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, setelah John Wesley bertobat lebih banyak menghabiskan waktunya menjadi pengkotbah kepada orang-orang kecil dan
masyarakat. Khotbah yang diberikan John Wesley menjadi suatu ketertarikan kepada kelompok-kelompok orang tertentu dan kelompok tersebut dikatakan
sebagai pengikut John Wesley. Sewaktu menyebarkan tentang kekristenan, John Wesley memadukan 3
jenis bidang yang harus dijalankan kelompok yang mengikutinya yaitu Evangelisasi ajaran kerohanian, Organisasi administrasi dan Pendidikan. Ketiga
bidang ini adalah kegiatan yang perlu ditingkatkan sebagai penyeimbang antara kehidupan keagamaan dengan kehidupan duniawi
21
Devies, A History Of Methodist Church Ingreat Britain terj, London: London Epworth Press, 1992. hlm.81.
Universitas Sumatera Utara
Akibat ajarannya yang dinilai benar oleh masyarakat Inggris, maka ajaran ini mendapat ijin untuk diajarkan dengan nama ajaran Kristen Methodist. Ajaran
ini segera disebarkan kewilayah Amerika Serikat, sebagai daerah yang masih dalam penguasaan kerajaan Inggris.
22
Ajaran Methodist menjadi gereja yang bersifat otonom dan berdiri sendiri
dinamakan dengan Gereja Methodist Amerika Serikat, setelah negera ini
memperoleh kemerdekaannya. Gereja Methodist Amerika Serikat menjadi gereja yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan dengan pemerintah Inggris. Gereja
Methodist Amerika Serikat melakukan sendiri metode penginjilannya sebagai usaha pengembangan ajaran Methodist, termasuk ke Indonesia yang dilakukan
oleh pendeta John Russel. Ajaran yang desebarkan kedaerah Amerika
Serikat merupakan ajaran yang lepas dari keterkaitan masalah politik.
Pengikut dari John Wesley setelah kematiannya semakin semangat menjalankan metode-metode hidup yang dirancang olehnya. Ajaran Methodist
menjadi ajaran Kristen yang perkembangannya sangat pesat. Hal ini dilatar belakangi rencangan yang dilakukan oleh John Wesley bukan sekedar
pengembangan spiritual, tetapi perkembangan dalam bidang-bidang sosial sebagai cara menyeimbangkan antara kehidupan agama dengan kebutuhan duniawi.
Walaupun ajaran Methodist lahir di Inggris, tetapi pengikut yang paling besar dari ajaran ini ada di Amerika Utara, termasuk negara Kanada. Kelompok
migrant yang datang ke Amerika pada dasarnya menjadi pengikut dari Methodist terutama Irlandia dan negara Skotlandia.
22
W. I Amstrong, op. cit., hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Methodist di Amerika Serikat mengalami perkembangan yang besar dibandingkan dengan pengikut Methodist yang ada di Inggris. Hal ini
mengakibatkan kurangnya pendeta dan pengkhotbah di Amerika. Thomas Tylor pengkhotbah awam yang memimpin gerakan Methodist di Amerika Serikat,
menanggapi masalah ini dengan membuat surat kepada John Wesley, yang isinya adalah sebagai penjelasan perkembangan Methodist di Amerika Serikat dan
Amerika Utara, yang sangat membutuhkan pengkhotbah dan Pendeta untuk bertugas melaksanakan pelayanan disana.
John Wesley menanggapi surat dari Taylor dengan megirimkan sejumlah pendeta dan pengkhotbah yang sudah berpengalaman yaitu Richard Boarman dan
Joseph Pilmoor bersama pendeta-pendeta dari Inggris lainnya. Akibat dari pengiriman para pendeta tersebut maka perkembangan pengikut Methodist di
benua Amerika semakin pesat, bahkan lebih besar dibandingkan dengan pengikut Methodist di Inggris.
Perhatian John Wesley semakin besar tertuju ke Banua Amerika, dan selanjutnya Wesley membuat susunan Methodist di Benua Amerika sama seperti
di Inggris. Pelaksanaan kenferensi yang sebelumnya hanya dilakukan di Inggris, pada tahun 1773 telah dilakukan di Amerika. Hal ini menandakan bahwa
perkembangan Methodist sangat gemilang di Benua Amerika, terutama Amerika Serikat.
Perkembangan Methodist melahirkan terbentuknya Methodist lokal, yaitu gereja Methodist yang bernuansa Amerika Serikat dinamakan dengan The
Methodist Epischopal Church MEC. Pembentukan gereja lokal ini menjadi awal dari Gereja Methodist yang terbentuk di luar negara Inggris. Gereja
Universitas Sumatera Utara
Methodist Amerika Serikat menjadi gereja yang banyak dimasuki penduduk Amerika, setelah pengurusan Gereja Methodist Amerika diserahkan kepada
masyarakat Amerika sendiri. Pertambahan yang melonjak tinggi terjadi saat konferensi Natal tahun 1844, dimana perhitungan membuktikan bahwa sampai
saat tersebut jumlah masyarakat Amerika Serikat pengikut Methodist sudah mencapai 1.171.356 jiwa.
23
Pekabaran Injil Methodist Amerika Serikat mulai menjalankan misi pengabaran injil dan perluasan injil kepada berbagai negara bagian, dan
menjadikan negara Amerika Serikat, tepatnya di New York sebagai pusat kontrol pengembangan Methodist di benua Amerika.
3.2 Masuknya Ajaran Methodist Ke Indonesia