Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010.

(1)

 

ABSTRAK

SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

1964-2010

Fenska

Universitas Sanata Dharma 2015

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambakurmo; 2) Perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo; 3) Implikasi kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo dilatarbelakangi oleh bertambahnya jumlah jemaat Gereja Kristen Jawa Gondokusuman 2) Perkembangan GKJ Ambarukmo, dimulai dari masa pra pendewasaan, masa Gereja dewasa, program-program kerja Gereja dan pembangunan gedung gereja untuk peningkatan pelayanan Gereja 3) Implikasi dari hadirnya GKJ Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat terlihat dari berbagai aspek di dalam kehidupan masyarakat seperti, pada aspek sosial-ekonomi, kesehatan (pengobatan gratis), pemberian beasiswa dan pembangunan sekolah dasar. 


(2)

 

ABSTRACT

History of Ambarukmo Javanese Christian Chruch in 1964-2010

Fenska

Sanata Dharma University 2015

This thesis aims to describe three primary issue, namely: 1) The background of the founding of Ambarukmo Javanese Christian Chruch; 2) The development of background Javanese Christian Church; 3) The implications of the presence of Ambarukmo Javanese Christian Church on surrounding people’s life.

This study used the historical research with socio-cultural approach method. The writing methode used in this study is descriptive-analytic.

The results of this study indicate that: 1) The founding of Ambarukmo Javanese Christian Church was motivated by the increasing number of Javanese Christian Church congregation in Gondokusuman; 2) The development of Ambarukmo Javanese Christian Church started from the pre-maturing, adult church age, work programs of the church and establishment of church building for service improvement of the church; 3) The implication of the precense of Ambarukmo Javanese Christian Church on the surrounding people’s life is involved in some aspects, such as socio-economic, health (free medication), scholarship grant, and establishment of elementary schools.


(3)

1964-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : FENSKA NIM : 091314038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

1964-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : FENSKA NIM : 091314038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,

2. Jemaat GKJ Ambarukmo yang telah memberikan ijin kepada saya untuk menulis Sejarah Gereja GKJ Ambarukmo,

3. Kedua orang tuaku terkasih, Bapak Fransis Hanny Pormes dan Ibu Jenny Mussa/Pormes, yang telah membesarkan ku de ngan penuh kasih sayang, membimbingku dengan penuh kesabaran, dan selalu memotivasiku untuk terus belajar,

4. Kakak dan adikku terkasih, Roy Pormes, Frenny Pormes, Rivaldo Pormes, Evergard Souhoka yang telah menjadi motivasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini,

5. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Pendidikan Sejarah angkatan 2009, trimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini,

6. Para pendidik dan saudara-saudaraku, yang telah membantu, membimbing, memotivasi, dan mendoakanku selama ini.


(8)

v MOTTO

Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya

(Jhon Lubbock)

Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi

(Chiang Kai Shek)

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

SEJARAH GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO 1964-2010

Fenska

Universitas Sanata Dharma 2015

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: 1) Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambakurmo; 2)

Perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo; 3) Implikasi kehadiran Gereja

Kristen Jawa Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo dilatarbelakangi oleh bertambahnya jumlah jemaat Gereja Kristen Jawa Gondokusuman 2) Perkembangan GKJ Ambarukmo, dimulai dari masa pra pendewasaan, masa Gereja dewasa, program-program kerja Gereja dan pembangunan gedung gereja untuk peningkatan pelayanan Gereja 3) Implikasi dari hadirnya GKJ Ambarukmo terhadap kehidupan masyarakat terlihat dari berbagai aspek di dalam kehidupan masyarakat seperti, pada aspek sosial-ekonomi, kesehatan (pengobatan gratis), pemberian beasiswa dan pembangunan sekolah dasar.


(12)

ix ABSTRACT

History of Ambarukmo Javanese Christian Chruch in 1964-2010 Fenska

Sanata Dharma University 2015

This thesis aims to describe three primary issue, namely: 1) T he background of the founding of Ambarukmo Javanese Christian Chruch; 2) T he development of background Javanese Christian Church; 3) The implications of the presence of Ambarukmo Javanese Christian Church on surrounding people’s life.

This study used the historical research with socio-cultural approach method. The writing methode used in this study is descriptive-analytic.

The results of this study indicate that: 1) The founding of Ambarukmo Javanese Christian Church was motivated by the increasing number of Javanese Christian Church congregation in Gondokusuman; 2) T he development of Ambarukmo Javanese Christian Church started from the pre-maturing, adult church age, work programs of the church and establishment of church building for service improvement of the church; 3) The implication of the precense of Ambarukmo Javanese Christian Church on t he surrounding people’s life is involved in some aspects, such as socio-economic, health (free medication), scholarship grant, and establishment of elementary schools.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010.”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs. B. Musidi, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar

membimbing, memberikan banyak pengarahan dan masukkan, serta saran selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pedidikan Sejarah, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Jemaat GKJ Ambarukmo, terima kasih atas dukungan dan doanya.

7. Para pendeta GKJ Ambarukmo, trima kasih atas dukungannya melalui bantuan

data-data Gereja, saran-saran, serta doanya.

8. Seluruh keluargaku, terkhusus untuk kedua orang tuaku, Bapak Fransis Hanny Pormes dan Ibu Jenny Mussa/Pormes, dan kakak dan adik , Roy Pormes, Frenny Pormes, Rivaldo Pormes, Evergard Souhoka terima kasih atas dukungan, doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2009, terima kasih atas dukungan


(14)

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Landasan Teori... 8

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO ... 17

A. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo masa pra pendewasaan ... 17

B. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Sebagai Gereja Mandiri... .. 19


(16)

xiii

1. Kehidupan Program Bidang Pembinaan Warga Gereja ... 25

2. Program Bidang Keesaan ... 26

3. Program Bidang Kesaksian dan Pelayanan ... 27

4. Program Bidang Penatalayanan ... 29

5. Program Bidang Ibadah... 30

6. Program Bidang Pengawasan ... 30

7. Penugasan Khusus ... 30

BAB III PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO ... 32

A. Pembangunan Gedung Gereja ... 32

1. Pembangunan Gedung Gereja I di Papringan ... 33

2. Pembangunan Gedung Gereja II di Karangbendo ... 34

3. Pembangunan Gedung Gereja Ambarukmo III ... 35

4. Pepanthan Condongcatur ... 37

B. Aktivitas Kantor Gereja ... 40

C. Jadwal Kebaktian di Gereja Kristen Jawa Ambarukmo ... 41

1. Pelayanan gerejawi... 43

2. Pelayanan katekisasi... 45

3. Retret ... 49

4. Sidang Klasis ... 52

5. Sidang Sinode... 54

BAB IV IMPLIKASI KEHADIRAN GKJ AMBARUKMO TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT ... 57

A. Bidang Pendidikan ... 58

B. Bidang Sosial ... 60

C. Bidang Kesehatan ... 61

D. Bidang Ekonomi ... 62


(17)

xiv

BAB V PENUTUP ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 70

DAFTAR LAMPIRAN Silabus ... 71

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

Arsip ... 101


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) tidak saja tumbuh dan berkembang di dalam suatu masyarkat yang berlatarbelakang sosial tertentu, yaitu masyarakat Jawa, bukan pula hanya tumbuh dan berkembang di dalam konteks sejarah tertentu (kolonial-nasional) atau sejarah Gereja tertentu saja (Gereja-gereja Belanda atau Jerman), juga tidak hanya dari sejarah badan zending tertentu, melainkan merupakan “buah” dari pekerjaan Gereja-gereja Jawa sendiri (asli).

Masuknya agama Kristen di Yogyakarta diawali dari daerah pedesaan menuju kota, masa ini adalah masa akhir dari masa sebelum timbulnya Gereja-gereja di Jawa. Masa ketika Gereja Jawa dibentuk dan diarahkan menjadi Gereja Dewasa berdasarkan tatanan Gereja-gereja Gereformeerd Belanda, yang kemudian bernama Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah Selatan (GKJTS) dan kemudian menjadi Gereja-gereja Kristen Jawa. Pengajaran agama Kristen masuk melalui daerah Bagelen, kemudian melalui orang-orang Kristen di desa Jelok dan Bulu di wilayah Purworejo, agama Kristen disebarkan dan mulai tumbuh di daerah kesultanan Yogyakarta1. Sementara dari daerah selatan kira-kira sekitar 1855, agama Kristen tumbuh dan berkembang melalui desa Selong dan Temon di daerah Kulon Progo. Pada tanggal 13 Agustus 1889 di laksanakan sakramen baptisan bagi seorang bernama Eliyah yang berasal dari desa Selong di rumah

1

J.D. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen,1995, hlm.81


(19)

bapak Raden Mas Suryohasmoro Nototaruno di kampung Paku Alaman2. Baptisan dilaksanakan oleh pendeta Jacob Wilhelm dari Purworejo kepada 61 orang dewasa pribumi, tetapi saat melakukan baptisan pendeta Jacob Wilhelm belum mendapat ijin melakukan pembaptisan di Yogyakarta. Baru setelah 21 Januari 1891 Pendeta Jacob Wilhelm mendapat ijin dari pemerintah Yogyakarta untuk aktif dalam mengembangkan dan melaksanakan sakramen di Kesultanan Yogyakarta.

Setelah daerah Yogyakarta terbuka bagi pekabaran injil, maka orang Belanda ikut memberitakan Injil sesuai dengan ajaran dalam alkitab. Di negeri Belanda pada tahun 1892 terjadi penyatuan jemaat-jemaat Gereformeer dengan

nama baru menjadi Gereformeerde Kerken in Nederland (GKN). Pada 1 J uni

1894 oleh de Gereformeerde Kerkenin Nederland bahwa semua pekerjaan

pekabaran injil di Indonesia menjadi kewajiban Jemaat dan bukan lagi kewajiban dari Nederlandsche Gereformeerde Zendings Vereeniging (NGZV), oleh sebab

itu, semua tugas pekerjaan pemberitaan Injil di daerah Jawa Tengah Selatan dan Yogyakarta diserahkan kepada jemaat.

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman merupakan Gereja Kristen pertama di Yogyakarta yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa resmi liturgi bergereja dan merupakan gereja pertama yang diresmikan sebagai gereja dewasa pada tanggal 23 November 1913, dengan diresmikannya Gereja Kristen Jawa Gondokusuman maka sejarah berdiri dan dewasanya Gereja-gereja Kristen Jawa di Yogyakarta tidak lepas dari s ejarah Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, begitu juga dengan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo.

2


(20)

Pembangunan gedung Rumah Sakit Petronella (sekarang Rumah Sakit Bethesda) dan sekolah-sekolah, secara tidak langsung memberi pengaruh dalam perkembangan agama Kristen di Yogyakarta semakin berkembang di wilayah Gereja Gondokusuman. Bentuk pelayanan terfokus pada lembaga pendidikan dan kesehatan, bentuk pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan. Kelompok jemaat di Gondokusuman terus bertambah banyak umatnya karena orang-orang atau pasien yang berobat selain mendapatkan pengobatan untuk kesembuhan, mereka juga mendapatkan penghiburan rohani dari penginjil. Dengan demikian semakin bertambah warga Kristen, sehingga dibangunlah sebuah Gereja yaitu Gereja Kristen Gondokusuman pada tahun 1904 dan kemudian didewasakan pada tanggal 23 November 1913.

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman merupakan Gereja induk bagi jemaat Kristen di Yogyakarta. Oleh karena itu Gereja Kristen Jawa Gondokusuman memiliki wilayah yang cukup luas. Dalam hal ini majelis jemaat membagi daerah dalam beberapa wilayah, diantarnya adalah wilayah sebelah Timur yang terdiri dari daerah Demangan Selatan dan Ambarukmo. Wilayah timur inilah yang

kemudian menjadi pepanthan Ambarukmo.

Pada tahun 1904 umat kristen Gondokusuman mempunyai gedung gereja sendiri yang dinamakan Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, namun umat Gereja Kristen Jawa Gondokusuman masih berada dalam pengawasan Gereja induk di

Amsterdam yaitu Jemaat Kristen Gereformeed Amsterdam karena belum

didewasakan. Pendewasaan Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, mempengaruhi pertambahan jumlah jemaat, baik dari dalam (warga asli) maupun dari luar


(21)

Yogyakarta, yang kebanyakan adalah mahasiswa-mahasiswi. Dengan bertambahnya jemaat tersebut gedung gereja tidak lagi bisa menampung seluruh jemaatnya yang hadir dalam kebaktian. Oleh karena itu majelis Gereja

Gondokusuman mendirikan pepanthan-pepanthan (anak cabang dari Gereja

Gondokusuman) pada wilayah-wilayah tertentu yang dianggap mempunyai warga jemaat Kristen yang sudah banyak.

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo yang merupakan wilayah timur sebagai

Pepanthan Gondokusuman, sejak menjadi Pepanthan Ambarukmo, warga a tau

umat yang ikut beribadah sudah cukup banyak karena sebagian adalah warga jemaat Gereja Gondokusuman. Bagian selatan dan bagian timur jalan Solo dianjurkan untuk mengikuti ibadah di pepanthan Ambarukmo. Pada saat didewasakan, jumlah warga adalah 359 jiwa, terdiri dari 183 warga dewasa dan 186 warga anak-anak dan dilayani oleh 4 ora ng penatua dan 2 ora ng diaken. Pendeta Marlam Hardjosuwarno, adalah pendeta pertama Gereja Kristen Jawa Ambarukmo yang diteguhkan pa da tanggal 17 Mei 1964. Didirikannya

pepanthan tersebut bertujuan untuk memperluas gedung Gereja Gondokusuman

dan juga diharapkan dengan adanya pepanthan dapat menambah banyak jemaat

Kristen yang telah ada dan untuk memperluas penyebaran agama Krsiten.

Dengan mencermati fakta dan berbagai argumentasi yang ada, penulis termotivasi untuk meneliti dan mengkaji lebih mendalam tentang “Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010”. Hasil dari penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi jemaat dan semua yang membaca.


(22)

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambakurmo?

2. Bagaimana perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo?

3. Bagaimanakah implikasi kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

terhadap kehidupan masyarakat sekitar? C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan Penelitian :

1) Mendeskripisikan latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

2) Mendeskripsikan perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

3) Menguraikan implikasi dari kehadiran Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Manfaat Penelitian :

a. Bagi Lembaga Pendidikan (USD khususnya Prodi Pendidikan Sejarah)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan koleksi perpustakaan khususnya karya ilmiah dan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain dalam melakukan penelitian historis tentang peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia.

b. Bagi Pihak Gereja

Penulisan ini diharapkan membantu jemaat di Gereja Kristen Jawa Ambarukmo untuk memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan tempat mereka beribadah dan memberi pengaruh untuk perkembangan pelayanan dalam gereja.


(23)

c. Bagi Peneliti

Penulisan ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena memberikan pengetahuan yang sangat berharga dan berguna dalam mengetahui sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo. Selain itu penulis juga berharap dapat menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan menjadi karya ilmiah yang dapat berguna bagi sesama.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan Sejarah Gereja dengan judul “Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo (1964-2010)”. Dibawah ini beberapa buku yang selama ini

membicarakan sejarah gereja di Indonesia, yang akan berguna untuk membantu dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Empat puluh tahun Jemaat Kristen Gondokusuman, terbitan

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman, dalam buku ini berisi tentang peringatan

empat puluh tahun Gereja Kristen Jawa Gondokusuman dan awal mula berdirinya Gereja Kristen Jawa Gondokusuman pada zaman Belanda hingga usianya ke empat puluh tahun terhitung sejak pertama kali Gereja didewasakan.

Kedua, Tujuh puluh lima tahun jemaat Kristen Jawa Sawokembar

Gondokusuman Yogyakarta, diterbitkan oleh Majelis Gereja Kristen Jawa

Sawokembar Gondokusman Yogyakarta. Buku ini berisi tentang peringatan 75 tahun jemaat Kristen Gondokusman pada tanggal 23 November 1988. Dari buku ini dapat diketahui bagaimana mula-mula benih agama kristen berkembang di wilayah Yogyakarta, sampai benih-benih itu berubah menjadi jemaat-jemaat kristen di berbagai tempat, termasuk juga di wilayah Ambarukmo.


(24)

Ketiga, Gereja-Gereja Kristen Jawa : Benih yang Tumbuh dan

Berkembang di Tanah Jawa. Buku ini menceritakan tentang awal mula masuknya

Agama Kristen di Jawa. Selain itu juga dijelaskan bagaimana kehidupan Gereja Kristen Jawa dalam melakukan berbagai upaya sehingga wajah konkret Gereja Kristen Jawa dinampakkan melalui pemilihan dan penyusunan ajaran, tata gereja, sistem pemerintahan, ketenagaan serta pelayanan dan kesaksian kepada masyarakat dan bangsa dan negara langsung maupun tidak langsung.

Keempat, Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa: Di Bawah Bayang-Bayang

Zending 1858-1948. Buku ini menjelaskan bagaimana gambaran tentang Pulau

Jawa, keaadaan masyarakat, keadaan lingkungan (geografis) pada saat itu serta bagaimana agama Kristen masuk dan berkembang di Pulau Jawa yang kemudian meluas dan muncul Gereja-gereja Kristen Jawa.

Kelima, Sejarah Gereja di Indonesia 1 1500-1860 (Ragi Cerita. Buku ini

berisi tentang sejarah gereja di Indonesia dari tahun 1500-1860, yang menjelaskan hal-hal mengenai agama asli masyarakat Indonesia, kedatangan bangsa Barat ke Indonesia, pengaruh agama luar terhadap masyarakat Indonesia. Dalam buku ini juga dijelaskan sejak permulaan tarikh Masehi, Kepulauan Nusantara menduduki tempat yang terkemuka dalam lalu lintas perdagangan Asia. Saudagar-saudagar dari luar datang ke Indonesia untuk berdagang. Selain berdagang, mereka juga membawa serta agama mereka masing-masing, seperti : agama Hindu, Budha, Kristen, dan Islam, yang selanjutnya agama-agama inilah yang dijadikan sebagai alat untuk memperkokoh persekutuan politik.


(25)

E. Landasan Teori

Dalam penulisan ini, ada beberapa konsep yang digunakan, yaitu konsep sejarah, konsep gereja dan konsep gereja kristen.

1. Sejarah

Kata “sejarah” berasal dari bahasa Arab, yaitu syajara yang berarti terjadi, syajarah yang berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon s ilsilah3. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat sederhana, ke tingkat yang lebih maju.

Dalam bahasa Inggris, kata “sejarah” (history) berarti masa lampau umat manusia. Menurut definisi yang paling umum, kata history berarti masa lampau umat manusia4. Kata sejarah juga dapat diartikan sebagai : (1) Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, (2) Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau5. Dengan demikian, pengertian sejarah sebagai ilmu adalah suatu ilmu tentang segala sesuatu yang telah dialami oleh manusia dari waktu yang lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya pada saat ini, dimana perhatiannya lebih ditekankan pada aspek peristiwanya sendiri, yang kemudian urutan perkembangan disusun sebagai suatu cerita sejarah, sehingga sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bahkan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju.

3Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, PT Bentang Pustaka, 1995, hlm 1. 4Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, UI Press, Jakarta,1975, hlm.103

5Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (edisi keempat), Gramedia Pustaka


(26)

2). Gereja

Istilah gereja berasal dari bahasa Portugis yaitu igreya, yang berarti kawanan domba yang dikumpulkan oleh gembala. Sampai dengan saat ini, kata igreya merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Yunani yaitu kyriake, yang berarti sebutan bagi orang-orang yang menjadi milik Tuhan. Artinya, mereka yang percaya dalam iman yang sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Dalam bahasa Yunani, ada suatu kata lain yang berarti “Gereja” yaitu “ekklesia” yang berarti mereka yang dipanggil, kaum, golongan6.

Kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti: Arti pertama ialah ‘umat’ atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, Gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel maupun tempat rekreasi. Arti ketiga ialah aliran atau denominasi (kelompok keagaaman di bawah satu nama atau struktur) dalam agama Kristen, Gereja Katholik maupun Gereja Protestan7.

Gereja adalah suatu kehidupan religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus. Kehidupan bersama dibentuk oleh orang-orang yang atas pertolongan Roh Kudus menerima dengan percaya terhadap penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus. Pengertian ini menunjukkan bahwa Gereja memiliki segi ilahi dengan segi manusiawi. Segi ilahi Gereja adalah sebagai buah penyelamatan Allah, pemilik dan penguasa Gereja adalah Allah. Segi manusiawi

6Thomas van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta, BPK Gunung Mulia, (tanpa tahun). hlm. 7. 7http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja., diakses tanggal 3 Maret 2013.


(27)

Gereja sebagai kehidupan bersama religius, yang oleh pertolongan Roh Kudus diciptakan dan diselenggarakan secara lembagawi oleh manusia8.

3). Gereja Kristen

Gereja adalah suatu persekutuan atau perkumpulan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam karya Roh Kudus. Oleh karena Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman, di dalam gereja tidak ada lagi pemisahan berdasarkan status atau derajat, tidak ada lagi perbedaan suku, negara atau pun ras, tidak ada lagi diskriminasi antara sesama makhluk Tuhan karena semua yang menjadi bagian dari Gereja, yang dibaptis di dalam Kristus, dengan sendirinya mengakui Kristus adalah kepala gereja dan di dalam Dia, semua manusia sama, tidak ada perbedaan. Demikianlah, Gereja tidak hanya bisa dipahami sebatas pada sebuah bangunan untuk melakukan ibadah pada Tuhan, tetapi Gereja terdiri dari manusia, yang yakin dan percaya akan adanya Yesus Kristus, sehingga Gereja merupakan kesatuan yang utuh tentang Tubuh Kristus.

Demikian bahwa Gereja Kristen merupakan kesatuan yang sesungguhnya sejak semula sudah ada dalam diri Yesus Kristus dan bukan kesatuan yang dibentuk atau terjadi oleh kehendak beberapa orang atau banyak orang. Gereja adalah Tubuh Kristus dan Yesus Kristus adalah Kepalanya. Oleh karena itu, kuasa yang ada dalam Gereja adalah Kuasa dari Tuhan. Kekuasaan itu mutlak atas Gereja melalui firman-Nya, dan tidak dapat diwakilkan kepada seseorang atau beberapa orang. Ini berarti hanya ada satu Gereja yang Kudus. Dengan demikian kehadiran Gereja itu tampak dalam kehidupan Gereja-gereja di berbagai wilayah, dan kemudian melembaga sebagai organisasi gerejawi dalam masyarakat. Hal itu

8Sinode Gereja Kristen Jawa,


(28)

lebih jelas dalam kehidupan jemaat-jemaat, di mana jemaat-jemaat tersebut harus dipahami sebagai bagian yang utuh dari sebuah Gereja Kristen.

Gereja Kristen Protestan merupakan hasil dari pembaruan keagamaan pada akhir abad XVI di Jerman oleh Martin Luther, adalah seorang Imam Katolik dari Ordo Agustinus. Luther mengingat ajaran Agustinus tentang "Anugerah" yang pernah dibacanya. Doktrin "Anugerah" yang pernah dituliskan Agustinus dalam buku "Pengakuan-pengakuan" (Confessions) adalah salah satu ajaran penting yang telah begitu lama dilupakan Gereja. Sederhananya, doktrin ini meyakini bahwa tidak ada satupun manusia berdosa mampu menyelamatkan dirinya. Hanya Allah yang dapat mengampuni manusia dalam kedaulatan-Nya. Pengampunan inilah yang disebut anugerah, suatu rahmat yang sebenarnya tidak layak diberikan kepada manusia. Bahkan iman pun a dalah pemberian Allah, bukan usaha dan keputusan manusia. Ada dua hal utama yang diperlihatkan oleh gerakan ini, yaitu “1). Pengetahuan langsung dan tanpa pengantara tentang sabda Allah, tanpa pengantara insani, 2). Penghiburan lantaran mendengar dan mengetahui pengampunan yang berasal dari Allah”9.

Konsep Gereja Kristen berbeda dengan konsep Gereja Katolik. Gereja Kristen merupakan hasil dari pekerjaan Badan atau Lembaga Zending (Gereformeed, Salatiga) yang pada saat itu berada di Indonesia, dalam memberitakan Injil, mereka memberitakan melalui orang-orang pribumi. Gereja Kristen menganut ajaran yang berbeda-beda, yaitu ajaran Calvin (kelompok Gereformeed), ajaran Martin Luther dan sebagainya. Gereja-gereja Kristen yang

9Eddy Kristiyanto, Reformasi Dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern, Yogyakarta, Kanisius,


(29)

telah terbentuk misalnya Gereja Kristen Jawa (GKJ), Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Batak (HKBP) sedangkan Gereja Katholik merupakan Gereja yang secara konteks eklesiologi tidak mempunyai masalah dan telah menjadi anggota Gereja Katolik Roma. Secara umum Gereja Katholik merujuk pada Gereja Katolik Roma, karena Gereja Katolik mengakui Paus yang berkedudukan di kota Roma. F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan di dalam penulisan Sejarah Gereja dengan judul “Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010” merupakan penelitian historis. Penelitian historis ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang telah terjadi pada masa lampau. Proses tersebut terdiri dari penyelidikan, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu guna menemukan generalisasi-generalisasi. Metode penelitian sejarah merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan penggalan masa lalu berdasarkan data yang di peroleh dengan proses penulisan atau historiografi. Penelitian sejarah memiliki beberapa tahapan10, yaitu:

1. Pemilihan Topik

Menurut Kuntowijoyo ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan topik, yaitu kedekatan emosional, kedekatan intelektual, dan rencana penelitian. Dalam proses penelitian, peneliti dapat memakai acuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan a) where, menunjuk pada daerah mana yang

menjadi objek penelitian, b) when, menunjuk pada waktu yang dipilih, c) who,

menunjuk pada siapa saja yang terlibat didalamnya, d) what, menunjuk pada apa

10Kuntowijoyo,


(30)

yang dilakukan oleh pelaku, e) why, menunjuk pada pertanyaan mengapa pelaku melakukan perbuatan itu, f) how, menunjuk pada pertanyan bagaimana terjadinya peristiwa itu11.

Penulisan ini dilakukan oleh peneliti karena adanya kedekatan emosional dan kedekatan intelektual peneliti dengan topik Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta dari tahun 1964-2010. Kedekatan emosional dapat dilihat dari peneliti yang tumbuh besar dilingkungan keluarga Kristen, hal ini membuat peneliti tertarik menulis sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo. Kedekatan intelektual dapat dilihat dari penulis yang sering membaca buku mengenai agama Kristen. Dengan demikian diharapkan pengetahuan penulis dapat membantu mengulas sejarah Gereja Kristen Jawa.

2. Pengumpulan data (Heuristik)

Data yang digunakan dalam penulisan sejarah ini haruslah benar adanya, maksudnya tidak direkayasa. Oleh karena itu, penulis mengumpulkan data dengan melakukan: Studi Pustaka, yaitu dengan pengumpulan data-data dari dokumen milik Gereja Kristen Jawa yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu, penulis juga menggunakan buku yang relevan dengan topik yang diajukan. Wawancara, yaitu pengumpulan data secara lisan dengan cara melakukan tanya jawab dengan orang-orang yang terkait dengan topik penelitian.

3. Verifikasi

Setelah dikumpulkan sumber-sumber yang diperlukan, langkah berikutnya adalah melakukan kritik atas sumber atau verifikasi. Tujuan dari kritik sumber yang dilakukan adalah untuk mengetahui kebenaran informasi atau untuk


(31)

menguji otentisitas dan kredibilitasnya. Kritik sumber terdiri dari dua macam, yaitu kritik ekstern yang berguna untuk menguji keaslian sumber dan kritik intern yang digunakan untuk mendapatkan keabsahan dari sebuah sumber12. Kritik intern digunakan untuk memperoleh nilai kebenaran dari suatu data agar data tersebut dapat dipercaya atau tidak. Kritik intern dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber untuk mendapatkan data yang jelas dan lengkap. Sedangkan pada kritik ekstern pengujian dilakukan dengan meneliti data dalam dokumen yang akan digunakan, melalui gaya bahasa yang digunakan, cara penulisannya, dan lain sebagainya.

4. Interpretasi (penafsiran)

Interpretasi yaitu penetapan makna dan saling keterkaitan berbagai fakta yang diperoleh. Interpretasi merupakan suatu langkah yang ditempuh oleh penulis dalam menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji dan untuk menganalisis sumber supaya dapat menghasilkan suatu fakta yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dalam interpretasi terdapat dua kegiatan pokok yang harus dilalui, yaitu analasis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan) data atau fakta-fakta yang telah dikumpulkan13.

Dalam tahap interpretasi ini, analasis sumber yang dilakukan juga untuk mengurangi subyektifitas dalam penulisan sejarah. Penulisan sejarah tentunya tidak dapat lepas dari unsur subyektifitas, seperti adanya pengaruh dari jiwa,

12 Kuntowijoyo, op.cit., hlm.101.

13 Nugroho Noto Susanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah, Jakarta:Pusat Sejarah Angkatan


(32)

kebudayaan, pendidikan, lingkungan sosial, dan agama, penulisnya14 karena bisa berpengaruh pada tulisan sejarah yang dihasilkan.

5. Pendekatan

Langkah yang terakhir dalam penulisan ini adalah penentuan pendekatan. Pengertian pendekatan dalam penelitian sejarah adalah pola pikir atau cara pandang dari penulis terhadap suatu kejadian atau peristiwa sejarah dari sudut tertentu. Pendekatan diperlukan sebagai cara pandang penulis untuk memandang suatu peristiwa atau kejadian. Pendekatan membantu penulis dalam menentukan berbagai ilmu sosial mana yang perlu digunakan dan aspek-aspek yang tepat diungkapkan dalam penulisan. Pendekatan menjadi satu hal yang sangat penting bagi penulisan sejarah, karena hasil penulisan sejarah yang baik sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai.

Pendekatan yang dipakai oleh penulis adalah pendekatan sosial – historis dan budaya. Secara kronologis penulis menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo di Yogyakarta. Melalui pendekatan sosial, penulis menganalisa hubungan sosial-historis baik dalam maupun dari luar Gereja, serta masalah-masalah sosial yang muncul disekitar Gereja. Pendekatan historis digunakan untuk melihat kronologis berdiri dan berkembangnya gereja dari tahun 1964-2010. Sedangkan melalui pendekatan budaya penulis berusaha mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebudayaan Jawa dan hubungannya dengan Gereja.

14 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodolgi Sejarah, Jakarta: Gramedia


(33)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi tentang Sejarah Gereja Kristen Jawa Ambarukmo 1964-2010, Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Bab I, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, menjelaskan latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Ambarukmo, dalam masa pra pendewasaan sampai menjadi gereja mandiri.

Bab III, memaparkan perkembangan Gereja Kristen Jawa Ambarukmo.

Bab IV, menguraikan mengenai implikasi dari kehadiran Gereja Kristen Jawa terhadap kehidupan masyarakat, yang akan membicarakan pengaruhnya dalam berbagai bidang kehidupan (sosial,budaya,ekonomi,kesehatan dan pendidikan) Bab V, berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.


(34)

17

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

A. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo masa pra pendewasaan

Gereja Kristen Jawa Ambarukma adalah salah satu Gereja dari ribuan Gereja dewasa yang ada di Indonesia umumnya atau Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya, dan GKJ Gondokusuman adalah salah satu Gereja dalam sejarah kebersamaan Sinode GKJ, yang melahirkan banyak Gereja dewasa di Yogyakarta. Wilayah-wilayah yang berkembang menjadi pepanthan, kemudian didewasakan menjadi Gereja mandiri, salah satunya yaitu Gereja Kristen Jawa Ambarukmo15.

Sebagai salah satu pepanthan yang ada di bagian timur wilayah pelayanan GKJ Gondokusuman, anggota majelis dan warga jemaat mengajukan diri untuk menjadi pepanthan. Dari tahap pepanthan lantas mewujudkan permohonan menjadi Gereja dewasa. Setelah dipersiapkan dengan baik dan atas kesungguhan dari warga jemaat maka, pada tanggal 17 Mei 1964 dilaksanakan pendewasaan dengan nama Gereja Kristen Jawa Ambarukmo, dengan wilayah pelayanan bagian timur dari jalan. Munggur-Gejayan sampai Janti dan sekitarnya.

Gereja Kristen Jawa Gondokusuman merupakan Gereja induk bagi jemaat kristen di Yogyakarta, sehingga dari waktu ke waktu semakin bertambah banyak jumlah jemaat, baik dari dalam (warga asli) maupun dari luar yang merupakan

15Majelis Jemaat G ereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

Catatan Sejarah Ringkas GKJ


(35)

pendatang (mahasiswa). Gereja Kristen Gondokusuman memiliki wilayah yang

cukup luas, majelis jemaat membagi ke dalam beberapa wilayah. Di antaranya

wilayah sebelah timur: Demangan baru, Sapen, Ambarukmo, dan Gendeng.

Wilayah ini yang kemudian menjadi wilayah pepanthan Ambarukmo16. Hal ini

yang menyebabkan gedung gereja tidak lagi bisa menampung seluruh jemaat yang hadir untuk beribadah. Majelis jemaat memutuskan untuk medirikan pepanthan (anak cabang) yang bertujuan menampung jemaat yang ingin beribadah di wilayah tertentu yang sudah mempunyai jemaat yang cukup banyak.

Pepanthan ini diharapkan dapat menambah banyak jemaat Kristen yang telah ada untuk memperluas penyebaran agama Kristen. Pada tahun 1964 didewasakanlah Pepanthan Ambarukmo dan sekarang menjadi Gereja Kristen Jawa Ambarukmo. Pepanthan Ambarukmo sudah cukup banyak memiliki jemaat sehingga jemaat yang berada di daerah dekat Pepanthan Ambarukmo bisa beribadah Minggu di pepanthan Ambarukmo. Pepanthan yang pada saat itu masih meminjam Panti Asuhan Reksa Putra (panti asuhan yang didirikan oleh Gereja Gondokusuman) yang bertujuan untuk menampung dan mendidik anak-anak kristen yang orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolah dan membantu sesama.

Dalam perkembangannya Gereja Kristen Ambarukmo, ada warga sekitar gereja yang ingin belajar tentang agama kristen. Kegiatan pertama yang mereka lakukan yaitu berdoa sebelum makan malam di rumah. Keluarga tersebut merasakan adanya kedamaian di hati dan ketenangan ketika melakukan doa.

16

Majelis Jemaat G ereja Kristen Jawa Gondokususman Yogyakarta, Djemaat Kristen


(36)

Mendengar keputusan dari keluarga Prawiro Utomo untuk belajar agama kristen, bapak Suwandi bersedia untuk mengajarkan tentang ajaran agama kristen, kemudian dilakukan katekisasi oleh Pendeta Wiyoto Hardjopawiro sebagai

pembimbingnya17. Pada tanggal 25 D esember 1961 di pepanthan Ambarukmo

dilaksanakan baptisan kudus untuk pertama kali bagi keluarga atau orang-orang yang sudah menjalankan katekisasi. Dengan adanya jemaat baru maka keberadaan pepanthan Ambarukmo dalam masa ini (pra pendewasaan) bisa diterima oleh masyarakat sekitar, terbukti dari adanya baptisan dan katekisasi yang telah dilaksanakan oleh pepanthan Ambarukmo dan juga gedung gereja baru untuk beribadah.

B. Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Sebagai Gereja Mandiri

Dalam perkembangannya, pembangunan kampus IAIN Sunan Kalijaga di Ngentak Sapen, memberi pengaruh dalam penyelenggaraan ibadah yang masih menumpang di ruangan Panti Asuhan. Majelis dan warga jemaat kemudian menemui Bapak Lurah Papringan pada waktu itu, yang mana rumah beliau pernah digunakan untuk penyelenggaraan SD BOPKRI Demangan III, sehingga diperkenankan untuk membeli tanah, di mana Gereja Induk sekarang berdiri yakni di Jl. Ampel 4 Papringan, satu komplek dengan SD BOPKRI Demangan III, yang lebih dahulu memiliki bangunan sekolah, sehingga majelis dan warga jemaat dapat membeli tanah seluas 1.250 m² di dusun Papringan (sekarang Jalan Ampel 4 Papringan), kemudian dibangun gedung gereja (sekarang gedung induk) yang

diresmikan pemakainnya pada tanggal 17 Mei 1975.Pembangunan gedung gereja,

17Evi Dewajanti,


(37)

diwujudkan dengan persembahan berupa material bangunan dan juga tenaga melalui gotong royong. Majelis GKJ Gondokosuman memberikan dukungan dengan menyumbangkan daun pintu serta jendela yang semuanya dari kayu jati dari bangunan toko buku taman pustaka kristen lama dan bisa digunakan pada tahun 1975.

Pada tanggal 14 Mei 1975 diresmikan tempat ibadah untuk warga di sekitar dusun Karangasem, Dero dan Condongcatur (wilayah 7) yang berjumlah 150 jiwa. Pelayanan Gerejawi berkembang hingga sekitar dusun Karangaem Condongcatur. Karena letaknya yang cukup jauh dan jumlah warga yang cukup banyak, majelis Gereja memandang perlu untuk mengangkat pembantu pendeta yaitu Sdr.Yusuf Sutarman, S.Th yang ditetapkan kedudukannya sebagai pembantu pendeta pada tanggal 23 September 1979. Dalam perkembangannya, ada tawaran melalui perumnas Condongcatur yang telah menyediakan tanah seluas 500 m² untuk segera dibangun sebuah gereja. Hal tersebut ditanggapi dengan baik oleh majelis GKJ Ambarukmo, yang kemudian membangun sebuah gedung gereja dengan dana yang berasal dari swadaya warga jemaat. Meskipun pembangunan belum selesai 100% namun atas kehendak majelis gereja dan warga jemaat serta kesepakatan Klasis GKJ Yogyakarta timur, Wilayah 7 (Condong catur dan sekitarnya) pada tanggal 5 Juli 1984, didewasakan dan diberi nama GKJ Condongcatur, dengan warga sejumlah 356 jiwa terdiri dari 168 warga dewasa dan 188 anak-anak.

Dalam perkembangan pelayanan Gerejawi, untuk memenuhi kebutuhan kerohanian pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta, maka GKJ Ambarukmo


(38)

menerima permohonan kerjasama dari (Badan Kerjasama Persatuan Gereja Indonesia) BKS PGI Wilayah DIY-GMKI cabang Yogyakarta untuk pemanggilan pendeta pelayanan mahasiswa. Setelah rekomendasi persidangan Klasis Yogyakarta Timur, calon pendeta dari Bapak Yusri Panggabean, S.Th, yang dinyatakan layak tahbis. Sedangkan penahbisan dilakukan pada tanggal 17 September 1986 bertempat di gedung gereja yang selesai dibangun di Karangbendo dan sekaligus dilakukan peresmian sebagai gedung gereja kedua.

Pembangunan gedung gereja kedua GKJ Ambarukmo, di dusun Karangbendo

bermula dari gedung induk yang sudah tidak bisa menampung jumlah jemaat saat melaksanakan ibadah dan adanya 2 keluarga yaitu keluarga Drs. Toekidjo Widjisantosa dan Kel. Hardiyanto Yoram mempersembahkan tanah yang letaknya bersebelahan seluas 1850 m ² untuk dapat dibangun gereja, sedangkan keluarga Handoko Murwitosusanto dan Bapak Samuel Suharto mempersembahkan

tanahnya untuk jalan masuk, seluas 5 meter dan panjang 60 meter18. Peletakan

batu pertama pembangunan gereja dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 1983. Meskipun pembangunan gedung gereja belum selesai seluruhnya, atas usul warga jemaat, gedung gereja mulai digunakann untuk ibadah Minggu pada tanggal 16 Agustus 1985. Bersamaan dengan itu ditahbiskan Bapak Yusri Panggabean, S.Th sebagai pendeta dengan penugasan pelayanan mahasiswa atas prakasa Badan Kerja Sama Persekutuan Gereja Indonesia Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (BKS PGI GMKI Cabang Yogyakarta).

18


(39)

Salah satu wilayah GKJ Ambarukmo adalah wilayah 6 (Nologaten) yang mempunyai daerah yang cukup luas yang kebetulan adalah lembaga pendidikan Kristen yaitu sekolah PGAK/P (sekarang Kampus STAK Marturia) melalui pengurus Yayasan Pendidikan Kristen Marturia, mengijinkan tiga ruangan kelas dapat digunakan untuk beribadah dan dapat digunakan mulai tanggal 1 Maret 1986 mulai minggu pukul 08.30 WIB. GKJ Ambarukmo bekerjasama dengan pengurus YPK Marturia Yogyakarta untuk membangun gedung gereja di lokasi kampus STAK Marturia di Dusun Nologaten. Setelah mendapatkan ijin prinsip dan ijin mendirikan bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, acara peletakan batu pertama diselenggarakan pada tanggal 12 J uni 1993 ol eh Bupati Sleman Drs. H. Arifin Illyas. Pada tanggal 27 Juli 1995 telah terpilih Sdr. Purwantoro Kurniawan, S.Th sebagai pendeta jemaat ketiga dan dithabiskan hari Jumat, 17 Januari 1997 bersamaan dengan peresmian Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten oleh Bupati Sleman Drs. H. Arifin Illyas.

Gereja Kristen Jawa Amabrukmo mempunyai 3 gedung gereja, yaitu gedung gereja 1 di Papringan, Gedung 2 di Karangbendo dan gedung 3 di Nologaten, namun sejak bulan maret 2008, penyebutan gedung 1 P apringan, Gedung 2 Karangbendo dan gedung 3 Nologaten diganti menjadi Gedung Induk Papringan, Pepanthan Karangbendo dan Pepanthan Nologaten.

C. Program-program Kerja Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo yang mempunyai visi “Terwujudnya warga Kristen Jawa Ambarukmo yang damai sejahtera sebagai kawan sekerja Allah dalam karya penyelamatan Allah atas dunia ini”. Memiliki beberapa


(40)

program yang berhubungan dalam pelaksaan kegiatan-kegiatan dalam beribadah. Program-program ini bertujuan untuk peningkatan dalam pelayanan Gereja

kedepan19. Misi adalah program kegiatan untuk mencapai/mewujudkan visi yang

telah ditetapkan, dengan memberdayakan warga jemaat yang dilandasi semangat kebersamaan dan kerjasama serta peran aktif segenap warga jemaat melaksanakan kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat, maka rumusan misi adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan dan mewujudkan kehidupan warga Gereja yang aman,

tentram, rukun da n peduli terhadap sesama yang dijiwai semangat kebersamaan dan kerjasama,

2. Mewujudkan pemberdayaan seluruh warga Gereja untuk berkarya secara

profesional,

3. Menjadikan dan mewujudkan warga Gereja untuk

melaksanakan/kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat yang dilandasi kasih,

4. Mewujudkan warga Gereja dalam kehidupan bergereja yang dilandasi iman Kristen dan menumbuhkankembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

5. Mewujudkan warga Gereja dalam kehidupan bermasyarakat yang

dilandasi cinta kasih terhadap sesama, kebersamaan dan kegotongroyongan tanpa memandang perbedaan agama, suku, maupun golongan,

6. Mewujudkan sarana dan prasarana dan pemanfaatan serta penatalayanan

dalam mendukung pelaksanaan organisasi dan tata laksana Gereja Kristen Jawa Ambarukmo20.

Tujuan : hasil yang akan dicapai dalam waktu 5 tahunan atau 25 tahunan: 1. Meletakkan kerangka prioritas semua program dan kegiatan,

2. Merupakan fokus dari arah semua program dan kegiatan dalam

pelaksanaan misi GKJ Ambarukmo,

3. Mampu menjawab kesenjangan yang terjadi selama ini, saat sekarang dan waktu yang akan datang21.

19

Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Data Gereja Kristen Jawa

Ambarukmo, Yogyakarta, 2004, hlm.4.

20Majelis Jemaat G ereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

Program Kerja Majelis GKJ

Ambarukmo. Yogyakarta, 2014, hlm. 2.

21 Idem


(41)

Sasaran : yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun, semesteran, triwulan, bulanan, disebut juga tujuan antara (intermediate goal):

1. Meningkatnya kehidupan warga Gereja yang harmonis dalam

persekutuan Tuhan Yesus dan sesama warga,

2. Meningkatnya pemberdayaan warga Gereja secara optimal dan

profesional dalam bidangnya,

3. Meningkatnya kesaksian dan pelayanan dalam kehidupan bergereja dan

bermasyarakat,

4. Meningkatnya kehidupan warga Gereja yang merupakan satu tubuh dalam kehidupan bergereja,

5. Meningkatnya hubungan yang harmonis antara sesama manusia, lintas

agama, golongan dalam kehidupan bermasyarakat,

6. Terpenuhinya sarana dan prasarana dan pemanfaatannya serta

penatalayanan dalam mendukung pelaksanaan Organisasi dan Tata Laksana Gereja22.

Strategi: untuk mewujudkan sasaran dan tujuan dibutuhkan rencana menyeluruh dan terpadu yang mencakup:

1. Memberdayakan Majelis, Badan-badan Pembantu Majelis, kantor

Gereja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam susunan Organisasi dan Tata Laksana yang berlaku.

2. Memberdayakan seluruh warga Gereja agar berperan aktif dalam

menumbuhkembangkan semangat kebersamaan dan kerjasamanya dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat.

3. Menggali potensi warga Gereja yang ada untuk pengembangan

kehidupan jemaat,

4. Membangun komunikasi dan kebersmaan antara warga Gereja,

Badan-badan Pembantu Majelis dan lintas agama/golongan dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat,

5. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana dengan peningkatan penatalayanan untuk mendukung kegiatan Gereja dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat23.

Berikut adalah program-program tersebut : Program Umum

Rangkuman kegiatan yang nyata, sistematis, terencana, terpadu serta terkoordinasikan dalam mencapai sasaran dan tujuan yang sudah ditetapkan dengan meperhatikan potensi, kondisi dan permasalahan serta analisis SWOT (

22Ibid., hlm. 3.

23 Idem


(42)

metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek) secara kualitatif24,

kemudian ditetapkan program dalam bidang-bidang yang disesuaikan dengan susunan organisasi yang telah ada sebagai berikut:

a. Program Bidang Pembinaan Warga Gereja

1. Bidang pembinaan warga jemaat sesuai tugas pokok da n fungsinya

merencanakan dan mengkoordinir serta mendampingi pembinaan warga jemaat secara katergorial berdasarkan umur dan pembinaan warga jemaat secara umum dengan tugas tersebut bidang pembinaan warga jemaat mempunyai program untuk memberdayakan warga jemaat secara utuh menurut kategorial usia, fungsi maupun profesi dan potensi yang ada dalam rangka mengembangkan iman dan kebersamaan dalam kehidupan bergereja melalui berbagai kegiatan. Kegiatan

bidang pembinaan warga jemaat selanjutnya dalam pelaksaannya dibagi dalam

komisi-komisi yang meliputi:

a) Komisi Anak

Komisi anak merencanakan 8 kegiatan yaitu : pengadaan materi (bahan ajar sekolah minggu), bantuan transport pengasuh komisi anak, forkom pengasuh KA, kebaktian anak gabungan, gelar ekspresi anak, kegiatan klasikal dan administrasi sekretariat.

24


(43)

b). Komisi Remaja

Komisi remaja merencanakan 8 kegiatan yaitu: rapat rutin, pendalaman alkitab gabungan, olahraga, pemeliharaan sarana prasarana, kegiatan klasikal dan adminitrasi sekretariat.

c). Komisi Pemuda

Komisi pemuda merencanakan 7 kegiatan yaitu: Pendalaman alkitab gabungan, rapat rutin komisi atau sekretariat, retreat, perawatan alat musik, lomba antar Gereja dan pelatihan dasar kepemimpinan.

d). Komisi Dewasa

Komisi dewasa merencanakan 10 kegiatan yaitu; Persekutuan doa akhir bulan, kebaktian oikumene HANNA, pelayanan kasih ke panti asuhan Wreda HANNA, kunjungan pasca sripah, kunjungan orang sakit, paduan suara wilayah, perayaan Paskah, wisata, persekutuan doa kawasan wajib doa se-klasis dan penggalangan dana.

e). Komisi Adiyuswa

Komisi adiyuswa merencankan 7 kegiatan, yaitu: Pendalaman alkitab, senam dan taman gizi, paduan suara adiyuswa, kegiatan klasikal dan sinodal, retreat/wisata rohani, kunjungan warga adiyuswa (yang sudah jompo) dan ceramah kesehatan.

b. Program Bidang Keesaan

Bidang Keesaan mempunyai tugas dan fungsi merencanakan dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan keesaan, yaitu hubungan antar warga jemaat, antar wilayah, pokja, anggota majelis dan hubungan antar Gereja, lintas agama dan lembaga lain. Progam dalam bidang keesaan bertujuan


(44)

mewujudkan kebersamaan dan kerjasama antar warga jemaat di antar wilayah, antar kelompok kerja, antar anggota majelis melalui urusan dalam. Kebersamaan dan kerjasama ke luar Gereja baik melalui berklasis dan bersinode dengan lembaga-lembaga Kristen maupun lembaga lain /pemerintah/swadaya masyarakat dan membangun hubungan komunikasi dan kebersamaan dengan berbagai

kegiatan melalui urusan luar25.

a. Sub Bidang Dalam

Pembekalan anggota majelis, pergantian anggota majelis, penatua dan diaken yang meliputi sub kegiatan persiapan, pengenalan, pemilihan, pelepasan dan penyegaran, pelatihan kepemimpinan dan kegiatan selanjutnya adalah sidang majelis, rapat koordinasi bidang, komisi dan sidang majelis terbuka.

b. Sub Bidang Luar

Menjalin relasi eksternal berupa kepedulian terhadap lembaga/perorangan lain (bantuan) dan partisipasi terhadap lembaga/perorangan lain (utusan)

c. Kajian minat warga jemaat dalam beribadah dan bergereja serta susunan organisasi dan tata kerja.

c. Program Bidang Kesaksian dan Pelayanan

Merencanakan dan mengkordinir kegiatan kesaksian dan pelayanan bagi warga jemaat maupun masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial lahir batin. Dengan ketugasan tersebut bidang kesaksian dan pelayanan mempunyai program memberdayakan warga jemaat dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat untuk memberitakan keselamatan dan berperan serta

25


(45)

mewujudkan kesejahteraan warga jemaat dan masyarakat melalui kegiatan pelayanan kasih (diakonia), pelayanan pendididkan serta kesaksian dan pelayanan pekabaran injil dan komunikasi masa. Kegiatan bidang kesaksian dan pelayanan selanjutnya dalam pelaksanaannya dibagi dalam komisi-komisi yang meliputi:

a. Sub Bidang Diakonia

Kegiatan Diakonia dilaksanakan oleh anggota majelis, diaken, melaksanakan pelayanan kasih diakonia melalui berbagai kegiatan untuk warga jemaat yang kurang mampu serta penghiburan bagi warga jemaat yang sedang kesusahan. Diakonia juga mengelola dana jemaat peduli untuk dana bantuan insidental bagi warga jemaat yang tekena musibah dan masyarakat umum (bencana, sakit, perbaikan rumah, dll) dan PB Palma.

b. Komisi Beasiswa

Persiapan pendirian Play group/TK, pertemuan rutin, pertemuan pembinaan guru, studi banding guru, subsidi dana rutin/ honorarium guru, perayaan natal dan pentas, bingkisan natal, promosi sekolah, perbaikan fasilitas siswa serta pekan pendidikan kristen.

c. Komisi Pendidikan

Pengumuman beasiswa/pengambilan formulir, pengumpulan formulis permohonan, koordinasi pencarian dana, pencarian dana/pembaharuan donatur, Seleksi calon penerima beasiswa, pengumuman dan pembagian SK, pelaksanaan pembagian beasiswa, laporan tri wulan, kunjungan sosial ke sekolah binaan, rapat koordinasi, penyusunan laporan akhir tahun dan evaluasi serta keakraban pengurusan (tabungan, arisan dan rekreasi)


(46)

d. Komisi Psikomas

Bantuan transport guru pendidikan Agama Kristen Tidak Tetap (GATT); latihan dan pentas seni antara lain macapat, keroncong, karawitan; pemeliharaan alat dan latihan rutin dan pengembangan kembali paduan suara gabungan GKJ Ambarukmo serta pemberdayaan paduan suara anak, remaja, pemuda.

d. Program Bidang Penatalayanan

Bidang penatalayanan sesuai dengan fungsinya mengkoordinir pengelolaan kekayaan Gereja untuk mendukung kegiatan Gereja secara menyeluruh dengan ketugasan tersebut bidang penatalayanan mempunyai program pengadaan, pengololaan dan pemeliharaan kekayaan Gereja dengan kegiatan merencanakan, melaksanakan/memanfaatkan, mengawasi dan menyusun laporan yang meliputi uang dan barang serta mempertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. Kegiatan bidang penatalayaan selanjutnya dalam pelaksanaan dibagi dalam 2 sub bidang yaitu:

a. Sub Bidang Keuangan

Biaya tenaga, biaya kesehatan, jaminan kesehatan, pustaka, Iuran dana kemandirian klasis, bantuan YPK Marturia, Investasi/tabungan, kerumahtanggaan, administrasi, pengembalian pinjaman investasi.

b. Sub Bidang Sarana dan Prasarana

Inventaris peralatan kantor, pemeliharaan gedung dan inventaris, pemeliharaan kendaraan, pengembangan/renovasi gedung, pembangunan fasilitas gedung gereja, pengadaan tanah pepanthan nologaten, inventasris kekayaan gereja dan inventaris rumah pendeta emiritus II.


(47)

e. Program Bidang Ibadah

Melaksankan perencanaan ibadah dan liturgi untuk persiapan kebaktian dan sakramen serta berbagai kegiatan yang berhubungan dengan perayaan hari besar.

f. Program Bidang Pengawasan

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan keuangan yang dikelola bendahara, sub bidang keuangan, komisi, panitia, dan satuan pelaksanaan anggaran lainnya. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan sarana dan prasarana milik gereja baik yang ada di gereja maupun yang ada pada satuan pelaksanaan anggaran dan pembinaan penertiban pelaksanaan program seluruh bagian yang sudah disahkan oleh sidang majelis. Mereview sistem dan prosedur pencatatan keuangan 4 kali setahun, pemeriksaan ketaatan sistem dan prosedur, pemeriksaan laporan keuangan gereja dan pemeriksaan inventaris gereja.

g. Penugasan Khusus

Panitia pengadaan tanah GKJ Ambarukmo untuk gereja d i pepanthan Nologaten (gedung gereja 2). Panitia bekerja berdasarkan keputusan sidang majelis untuk kepemilikan tanah, sehingga tidak hanya kepemilikan hak guna bangunan panitia ini membantu program sekaligus program kegiatan sub bidang sarana prasarana bidang penatalayanan. Panitia pembangunan rumah koster, gedung induk GKJ Ambarukmo. Panita bekerja berdasarkan keputusan sidang majelis untuk mengelola kegiatan pembangunan rumah koster di gedung induk GKJ Ambarukmo. Tim penyusun liturgi, membantu pelaksanaan kegiatan kebaktian sakramen bidang ibadah, yang dikoordinir oleh komisi ibadah.


(48)

Pendewasaan GKJ Ambarukmo diharapkan bisa memberi dampak positif bagi warga sekitar khususnya dalam hal spiritual dan sosial. Sejak didewasakannya GKJ Ambarukmo dapat dilihat bahwa pelayanan dan kegiatan gereja yang semakin hari terus berkembang agar dapat memperluas pelayanan Gereja Kristen Jawa.


(49)

32 BAB III

PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA AMBARUKMO

A. Pembangunan Gedung Gereja

Gereja Kristen Jawa Ambarukmo sebagai Gereja dewasa dalam melaksanakan tugas mewartakan karya penyelamatan Allah dan memelihara keselamatan, GKJ Ambarukmo juga ditempa kemurnian imannya, sehingga mengalami pasang surut kehidupan, seiring dengan kepekaan dan ketaatan pada pimpinan Roh kudus. Namun tentunya kita semua mengakui dan menyakini bahwa Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja tetap setia dan dengan sabar mendampingi, membimbing dan melindungi semua orang yang berjuang dalam iman untuk tetap taat dan setia berusaha memenuhi tugas panggilannya sebagai Gereja dewasa.

Sampai dengan tahap akhir tahun 1980, ruang lingkup pelayanan GKJ Ambarukmo didukung warga yang terbagi dalam tujuh (7) wilayah untuk mempermudah koordinasi pelayanan gerejawi. Wilayah I meliputi Mrican-Pringgondani-Klebengan dan sekitarnya. Wilayah 2 Barat meliputi Demangan (utara) Jl. Laksda. Adisucipto). Wilayah 2 Timur meliputi Papringan. Wilayah 3 meliputi Sapen dan Demangan (selatan Laksda. Adisucipto). Wilayah 4 meliputi Gendeng, Timoho dan sekitarnya. Wilayah 5 Barat meliputi Gowok, Sorowajan lama, Sorowajan Baru-Gedong Kuning. Wilayah 5 tengah meliputi Karangbendo dan sekitarnya. Wilayah 5 Timur meliputi Janti dan sekitarnya. Wilayah 6 meliputi Ambarukmo, Nologaten, Samsat (Saren, Mundu, dan Tempel),


(50)

Kledokan, Pringwulung, Pringgolayan, Seturan, Babarsari, Tambakbayan, Ngenthak- Janti dan sekitarnya. Wilayah 7 meliputi Perumnas Condongcatur dan Karangasem26.

a. Pembangunan Gedung Gereja I di Papringan

Warga jemaat Gereja Kristen Jawa Amabrukmo sudah sejak lama ingin meliliki gedung gereja sendiri. Atas semangat dan kerja keras dari setiap warga jemaat dan majelis yang bertugas, maka dapat membeli sebidang tanah di desa Papringan. Tanah seluas 1250M² dibeli dari mantan Lurah di desa Papringan. Pembangunan gedung gereja mendapat bantuan dari GKJ Gondokusuman berupa material bangunan. Dengan pembangunan tersebut maka warga jemaat yang sebelumnya menumpang di Panti Asuhan Reksa Putra pindah ke gedung baru di desa Papringan.

Pada tahun 2004, majelis mengupayakan untuk merenovasi Gedung 1 Papringan dengan SD BOPKRI Demangan III milik Gereja, yang bekerjasama warga GKJ Ambarukmo,Yayasan Petra Surabaya, UKDW (Universitas Kristen Duta Wacana) Yogyakarta dan banyak pihak yang memberikan dukungan pembangunan tersebut hingga dapat digunakan untuk ibadah dan kegiatan Gerejawi. Khusus untuk kelangsungan pembangunan sekolah dasar, didukung oleh dana Debswap dari Jerman, berkenan dengan bantuan pasca gempa bumi 27 Mei 2006.

26Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta,

Ibadah Raya dan Gelar Budaya

Perayaan Jubelium HUT Emas Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Yogyakarta, 2014,


(51)

b. Pembangunan Gedung Gereja II di Karangbendo

Adanya pembangunan gedung kedua GKJ Ambarukmo adalah mengingat bila kebaktian pada sore hari di Gereja Papringan penuh hingga harus menambah kursi di luar gedung gereja. Maka hal itu menggerakkan warga mempersembahkan tanah berupa sawah untuk dapat didirikan gedung gereja, sekaligus memudahkan warga yang ada di sekitar Janti, Karangbendo dan Gowok untuk beribadah bila benar-benar dapat dibangun gedung gereja. Warga yang dimaksud adalah Bapak Drs. Toekidjo Wijisantoso dan Bapak Mayor (Purn) TNI Hardiyono Yoram yang masing-masing mempersembahkan tanah sawah seluas 200 meter persegi dengan didukung dua warga yakni Bapak Handoko Murwitosusanto dan Bapak Samuel Suharto yang mempersembahkan beberapa meter tanah untuk akses jalan menuju ke gereja dan pembangunan SMA BOPKRI Banguntapan dahulu SMA BOPKRI III Yogyakarta.

Pembangunan gedung gereja juga dilakukan dengan semangat bergotong royong mulai dari pengukuran tanah dari persembahan kendaraan angkut material dari warga yang bekerja di DPU dan persembahan lainnya dengan konsep bangunan menggunakan filosofi ke-Jawa-an27. Sebab bangunan gereja dibuat dengan atap mengerucut dan dinding terbuka, sebagaimana sikap orang Jawa yang manyembah satu titik pusat kehidupan namun toleran terhadap siapa saja. Ditambah dengan topangan delapan pilar yang merefleksikan simbol heksagonal yang digunakan bangsa Israel. Perancang bangunan gedung gereja dilakukan oleh warga sendiri yang dikoordinir oleh Bapak Ir. Prawatya Widyanto. Tanggal 1 Agustus 1984 P dt. M Harjosuwarno memasuki masa emiritus, sehingga untuk

27


(52)

menjalankan kelengkapan kemajelisan berdasarkan keputusan sidang klasis Yogyakarta Timur, diangkatnya Pdt. Imam Sukarjo, S.Th. Beberapa bulan kemudian dipersiapkan pemanggilan pendeta, untuk menggantikan pendeta pertama, lalu terpilihlah Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th. yang layak tahbis dalam ujian kependetaan pada persidangan Klasis Yogyakarta Timur di GKJ Patalan Bantul dan ditahbiskan pada tanggal 15 J uli 1987 di gedung 2 Karangbendo, yang kemudian menugasi Pdt. Bambang Subagyo, Sm.Th. melanjutkan studi untuk menempuh program SI Theologia, dan lulus pada tahun 1992. Berkaitan dengan pemanggilan Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th, majelis jemaat bersama warga jemaat menyediakan pastori, yang dibangun di sebelah utara gedung 2 Karangbendo. Pembangunan dimulai awal bulan Mei 1987, menghabiskan dana Rp. 10.000.000, - dan diresmikan bersamaan dengan penahbisan Bapak Bambang Subagyo, Sm.Th sebagai pendeta.

Pembangunan yang memakan waktu lama karena terkendala biaya akhirnya selesai dan diresmikan pada tanggal 17 September 1987 dengan menghabiskan biaya ± Rp. 25.000.000,00 da n bersamaan dengan ditahbiskan pendeta mahasiswa yaitu Yusri S.Th. Dalam perkembangannya sekarang Gereja Karangbendo sudah menjadi mandiri pada tahun 2008.

c. Pembangunan Gedung Gereja Ambarukmo III

Dalam perkembangan kegiatan gerejawi, majelis dan warga jemaat juga mendapat dukungan dari Yayasan Pendidikan Agama Kristen yakni PGAAK/Protestan di Nologaten dan memperkenankan ruangan-ruangan kelas untuk digunakan beribadah, jemaat meminta ijin dari pengurus Yayasan


(53)

Pendidikan Kristen Marturia untuk melaksankan ke baktian minggu di kampus. Pengurus yayasan memberikan ijin selama tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, sehingga mempermudah warga yang ada di sekitar Nologaten, Mundu, Saren, Tempel, Pringwulung, Kledokan Ngenthak-Janti maupun Babarsari dan sekitarnya untuk beribadah mulai tanggal 1 Maret 1986.

Majelis dan warga jemaat berupaya memilki tanah untuk membangun gereja, namun situasi belum memungkinkan pada waktu itu. Kabar baik bagi majelis GKJ Ambarukmo, warga yang ada di Nologaten dan sekitarnya bahwa ada sebuah yayasan yang semula mengelola PGAAK/P kemudian menjadi Yayasan Pendidikan Kristen Marturia (milik Klasis-klasis) GKJ Se- DIY memberikan sebidang tanah di komplek IAKM (sekarang STAKM Yogyakarta) dapat didirikan bangunan gedung gereja untuk kepentingan bersama. Surat perjanjian kerjasama antara GKJ Ambarukmo dengan Yayasan Pendidikan Kristen Marturia ditandatangani pada tanggal 4 Juni 1993 dengan disaksikan para utusan gereja se-Klasis Yogyakarta Utara GKJ. Setelah mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, acara peletakan batu pertama diselenggarakan pada tanggal 12 J uni 1993 pukul 10.00 W IB, oleh Bupati Sleman, Drs. H. Arifin Ilyas. Meskipun pembangunan gedung 3 Nologaten belum selesai 100%, namun atas kehendak warga Wilayah 6, dan atas ijin Majelis Gereja, mulai hari Minggu, 9 April 1995, g edung tersebut dipakai untuk beribadah. Setelah pembangunan gedung gereja Nologaten selesai, jumlah jemaat yang beribadah meningkat dari jumlah awal yaitu jumlah jemaat 359 (183 dewasa


(54)

dan 186 anak-anak), menjadi 566 dengan rincian jumlah jemaat dewasa 349 dan jemaat anak 217.

d. Pepanthan Condongcatur

Wilayah 7 kemudian hari menjadi gereja mandiri yang setelah menjadi Pepanthan Condongcatur kemudian didewasakan oleh GKJ Ambarukmo pada tanggal 5 Juli 1984 menjadi GKJ Condongcatur. Pada saat pendewasaan jumlah jemaat adalah 356 jiwa terdiri dari 168 warga dewasa dan 188 warga anak-anak. Gedung gereja dibangun sebelum pendewasaan pepanthan, seiring dengan pembangunan Perumnas Condongcatur yang memberi fasilitasi sepetak tanah seluas 500 M² yang dapat didirikan tempat ibadah bagi warga Kristiani. Majelis GKJ Ambarukmo menindaklanjuti pembangunan gedung gereja dengan semangat gotong-royong.

Dengan semakin berkembangnya jumlah warga jemaat, maka diputuskan untuk mencari seorang pendeta lagi. Setelah melalui proses pencalonan, maka pada tanggal 27 Juli 1995 telah terpilih Sdr. Purwantoro Kurniawan, S.Th sebagai calon pendeta di GKJ Ambarukmo. Ujian kependetaan dilaksanakan pada sidang Kontrakta Klasis Yogyakarta utara GKJ pada tanggal 30 Oktober 1996 di GKJ Ambarukmo dan dinyatakan lulus serta layak untuk ditahbiskan menjadi pendeta. Penahbisan dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Januari 1997 b ersamaan dengan peresmian Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten oleh Bapak Bupati Sleman Drs. H. Arifin Ilyas, yang kemudian disebut dengan Gedung 3 GKJ Ambarukmo di Nologaten.


(55)

Pada Tahun 2000 Majelis dan warga jemaat menyepakati dilakukannya peminjaman tanpa bunga untuk membeli sebidang tanah serta rumah pastori ke-2 di Jl. Lampar 1/3 Papringan, mengingat kondisi Gedung Induk yang masih menggunakan bangunan lama, maka majelis kemudian berencana melakukan renovasi. Majelis dan warga jemaat kemudian memutuskan untuk membangun gedung baru di sisi barat serta membangun sekolah dasar BOPKRI Demangan III di sisi timur yang bertujuan untuk mengedepankan pelayanan masyarakat di bidang pendidikan.

Rancangan pembangunan gedung gereja dikoordinasi oleh Bapak Ir. Prawatya Widyanto mulai tahun 2004 yang dilaksanakan oleh panitia yang ditugasi majelis. Untuk kelancaran kegiatan belajar-mengajar, maka gedung gereja digunakan untuk SD BOPKRI Demangan III pada hari Senin-Sabtu dan pada Minggu untuk ibadah seperti biasa. Majelis dan panitia pembangunan memikirkan untuk kenyamanan belajar mengajar sekolah, maka menemui Ibu Sri Prihartini Suwarjo untuk memperkenankan tanahnya dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan SD. Ibu Sri Prihartini Suwarjo beserta keluarga memperkenankan majelis menggunakan tanahnya sebagai bangunan sekolah sementara, sampai dengan selesainya pembangunan gedung sekolah yang baru. Ada pihak yang mendukung dan peduli pada SD dan Gereja yakni Yayasan Petra Surabaya dan UKDW Yogyakarta. P ada tahun 2006 terjadi gempa bumi besar yang melanda Yogyakarta dan puji Tuhan bangunan Gereja Induk yang baru dibangun, Gereja 2 K aranngbendo dan Gedung Gereja 3 N ologaten tidak mengalami kerusakan yang berarti (kecuali gedung Nologaten yang gentingnya


(56)

runtuh semua). Namun kemudian ada kepedulian dari seorang warga jemaat lain yang bekerja di Pemda. Kabupaten Sleman bekerjasama dengan beberapa warga jemaat dan panitia untuk mengupayakan pengajuan proposal dan pembangunan pasca gempa dari Jerman. Maka terwujudlah bangunan SD dengan rancangan tiga lantai, namun baru dibangun dua lantai (saat ini sedang dibangun di lantai tiga untuk ruang perpustakaan dari pemerintah dan laboraturium biologi dari Bank Mandiri). Dalam perkembangan berikut penyebutan status Gerejawi dengan tempat aktivitas di Gedung 1,2, dan 3 mengalami perubahan seiring dengan perubahan status menjadi gereja induk dan pepanthan. Hal itu didasarkan pada keinginan wilayah 5 Barat dan 5 Timur untuk menjadi pepanthan. Maka pada bulan maret 2008, di putuskan GKJ Ambarukmo terdiri dari gereja induk dan pepanthan, yakni gedung induk meliputi wilayah 1, 2 B arat, 2 T imur, 3 dan 4, pepanthan Karangbendo meliputi 5 (Ba rat, Tengah, Timur) dan pepanthan Nologaten meliputi wilayah 6. Sampai dengan tahun 2012 jumlah warga jemaat 2.926 jiwa yang terdiri dari 2.032 warga dewasa dan 894 warga anak. Anggota majelis yang melayani ada 73 ora ng. Setelah pepanthan Karangbendo dipersiapkan dengan latihan mandiri mulai tahun 2010, maka pada hari senin, 17

September 2012 didewasakan menjadi GKJ Karangbendo Banguntapan Bantul28.

Perkembangan fisik gedung gereja dengan fasilitasnya terus diupayakan, yakni pembangunan rumah koster dan fasilitas pergudangan dengan rancangan Bapak Slamet Anambyah, ST.

28


(57)

B. Aktivitas Kantor Gereja

Kantor Gereja sangat membantu dalam kelancaran pelayanan gerejawi, komunikasi dan kegiatan Gereja sangat ditunjang oleh kinerja kantor dan para pelayanannya. Saat seorang anggota,maupun masyarakat membutuhkan pelayanan, informasi dan bantuan dapat diperoleh dari kantor Gereja. Karena segala bentuk pelayanan, informasi dan bantuan datangnya pertama-tama dari kantor Gereja, maka kantor Gereja yang pertama-tama dapat dijumpai dan pusat informasi awal kehidupan bergereja. Oleh sebab itu, kantor harus ditunjang oleh pelayan yang memahami bidang kerjanya, suasana kerja yang disiplin, dan suasana kantor yang tidak membuat orang enggan untuk datang baik untuk bertanya, mendapat informasi dan bantuan pelayanan. Sebuah kantor gereja yang diharapkan dapat menunjang pelayanan dan dirasakan manfaatnya baik oleh anggota, simpatisan dan masyarakat.

Kantor Gereja bertugas membantu dalam hal gerejawi terutama bagian adminitrasi untuk melancarkan aktivitas gereja. Jam operasional kantor Gereja yaitu Senin-Jumat pukul 08.00 – 13.00 : Pelayanan Adminitrasi Umum dan Pelayanan Adminitrasi Keuangan dan Sabtu pukul 08.00 – 13.00 : Pelayanan Adminitrasi Umum dan pukul 17.00 – 20.00: P ersiapan Kebaktian. Bagian sekertariat bertugas dalam pelayanan adminitrasi29 yaitu:

1. Penerimaan dan persiapan surat-surat masuk dan keluar. 2. Menyelenggarakan dokumentasi dan statistik

3. Menyelenggarakan persiapan Sakramen Suci seperti Perjamuan Kudus, Baptisan, pernikahan dan lain-lain.

4. Menyelenggarakan persiapan rapat-rapat gereja (rapat Majelis, rapat moderamen majelis, rapat Klasis, rapat jemaat dan lain-lain)

29Majelis Jemaat Gereja Kristen Jawa Ambarukmo Yogyakarta, Kehidupan Gereja Kristen Jawa


(58)

5. Menyusun jadwal khotbah untuk hari Minggu, dan jadwal tugas melayani untuk para anggota majelis.

6. Menyusun dan menyeleksi pengumuman dari majelis untuk

diberitahukan pada setiap kebaktian hari Minggu.

7. Bendahara bertugas membuat pembukuan keuangan:

1) Pemasukan dari hasil persembahan kantong mingguan, persembahan

istimewa dan persembahan bulanan.

2) Pengeluaran rutin dan pengeluaran insidental serta menyusun laporan keuangan.

C.Jadwal Kebaktian di Gereja Kristen Jawa Ambarukmo

Kebaktian adalah pertemuan orang beriman untuk bersama-sama menghadap Tuhan dan saling menolong dalam kasih dan dalam pekerjaan yang baik. Kebaktian Minggu, Kebaktian untuk hari Minggu diatur dalam tata kebaktian (liturgi) yang mempunyai unsur-unsur antara lain30: Unsur-unsur liturgi kebaktian adalah adiutorium/votum, salam, puji-pujian, penyampaian hukum Allah, penyesalan dosa, doa, berita anugerah, petunjuk hidup baru, persembahan, pelayanan firman Allah, pengakuan iman dan penyampaian berkat.

Macam-macam kebaktian31 :

1. Kebaktian hari Minggu adalah kebaktian yang diselenggarakan pada hari Minggu dengan menggunakan liturgi dan nyanyian gerejawi yang berlaku di sinode GKJ.

2. Kebaktian hari raya Gerejawi adalah kebaktian yang diselenggarakan pada hari-hari raya Gerejawi yaitu Natal, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus dan Pentakosta. Kebaktian tersebut dapat mempergunakan liturgi dan nyanyian gerejawi variasi yang disusun oleh penyelenggara kebaktian.

3. Kebaktian-kebaktian khusus adalah kebaktian yang diselenggarakan

berdasarkan kebutuhan dalam rangka kehidupan bergereja dan bernegara antara lain kebaktian Pernikahan, kebaktian Pemakaman dan Penghiburan, Kebaktian Penahbisan/Peneguhan Pendeta, kebaktian Ucapan Syukur, kebaktian hari besar Nasional dan kebaktian khusus lainnya yang dislenggarakan dengan tetap memperhatikan hakikat kebaktian.

30

Ibid., hlm. 37. 31Sinode GKJ


(59)

Kebaktian diadakan setiap hari Minggu atau saat kebaktian khusus. Setelah didewasakan kebaktian diadakan hanya 4 kali dalam satu hari di gedung gereja Ambarukmo I, yaitu pada pukul :

•06.30 WIB menggunakan Bahasa Indonesia

•08.30 WIB menggunakan Bahasa Jawa

•16.00 WIB menggunakan Bahasa Jawa

•18.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia

Setelah GKJ Ambarukmo memliki 3 gedung gereja yaitu pada tahun 1986 maka jam kebaktian juga menyesuaikan untuk ketiga gedung tersebut, yang dirinci sebagai berikut:

Gedung Gereja I:

•05.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia

•06.30 WIB menggunakan Bahasa Indonesia

•08.30 WIB menggunakan Bahasa Jawa

•16.00 WIB menggunakan Bahasa Jawa

•18.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia

Gedung Gereja II:

•07.00 WIB menggunakan Bahasa Jawa

•18.00 WIB menggunakan Bahasa Indonesia

Gedung Gereja III :

•08.30 WIB menggunakan Bahasa Jawa

Saat ini jadwal kebaktian di GKJ Ambarukmo mempunyai jadwal baru yaitu: Kebaktian Minggu di Gereja Induk

•05.00WIB : Bahasa Indonesia •07.00 WIB: Bahasa Indonesia

•09.00 WIB: Bahasa Jawa


(60)

Kebaktian Minggu di Pepanthan Nologaten •08.30 WIB : Bahasa Jawa

•18.00 WIB : Bahasa Indonesia

Kebaktian sekolah Minggu di Gereja Induk pukul 07:00 dan di Pepanthan Nologaten pada pukul 08:30. Kebaktian kaum Bapak dilaksanakan setiap hari Selasa Pukul 19:00 Wib dan Ibadah kaum Ibu dilaksanakan setiap hari Rabu Pukul 17:00 Wib.

Pelayanan gerejawi

a. Sakramen Baptisan

Sakramen Baptis

1) Sakramen Baptis dilayankan bagi orang dewasa dan anak. 2) Sakramen Baptis dilayankan hanya satu kali.

3) Warga Gereja pindahan dari Gereja lain yang sudah dibaptis dalam nama

Bapa, Anak dan Roh K udus oleh orang yang diberi wewenang di gerejanya, di GKJ tidak perlu dibaptis ulang.

Sakramen Baptisan Dewasa

1) Sakramen Baptisan Dewasa adalah Sakramen Baptis yang dilayankan

kepada orang dewasa yang mengaku percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Jurus Selamatnya.

2) Syarat-syarat Sakramen Baptisan Dewasa:

1. Calon baptisan telah berusia 16 tahun.

2. Calon baptisan telah menyelesaikan katekisasi.

3. Jika ada orang yang telah menyelesaikan katekisasi di Gereja lain yang mempunyai perbedaan ajaran dengan GKJ, ia perlu memperoleh penjelasan tentang perbedaan ajaran itu berdasarkan Pokok-pokok Ajaran GKJ, sehingga orang itu menerima dan meyakini ajaran GKJ.

4. Calon baptisan dinyatakan layak oleh Majelis Gereja. Sakramen Baptisan Anak

(1) Sakramen Baptisan Anak adalah sakramen Baptis yang dilayankan kepada

anak berdasarkan Perjanjian Anugerah Allah dalam Tuhan Yesus Kristus dan pengakuan percaya orangtua/walinya.

(2) Syarat-syarat Sakramen Baptisan Anak:


(61)

2. Kedua atau salah satu orang tua atau walinya yang sah adalah warga sidi dari Gereja yang bersangkutan dan tidak berada dalam Pamerdi. Jika salah satu orangtua/wali belum Sidi,

orangtua/waliyang bersangkutan sebaiknya menyatakan

persetujuan tertulis yang formulasinya ditetapkan oleh Majelis Gereja.

3. Orangtua/walinya ditetapkan layak oleh Majelis Gereja setelah mengikuti percakapan gerejawi yang diselenggarkan oleh Majelis Gereja berkenan dengan pemahaman dan penghayatan imannya serta tanggung jawab sebagai orangtua/wali atas pendidikan anak yang dibaptiskan.

b. Sakramen Perjamuan Kudus

Diadakan setiap 3 bulan sekali dan pada saat kebaktian malam Jumat Agung (1)Sakramen perjamuan dilayankan sekurang-kurangnya 4 kali setahun. (2)Yang boleh mengikuti Sakramen Perjamuan adalah:

1. Warga Sidi yang tidak dalam Pamerdi

2. Warga titipan sebagaimana diatur dalam pasal 4 dan 5 Tata Laksana

3. Tamu dari gereja lain.

(3)Sebelum Sakramen Perjamuan dilayankan, perlu ada persiapan terlebih dahulu yaitu:

1. Majelis mewartakan rencana pelayanan Sakramen Perjamuan

dalam kebaktian hari Minggu 2 Minggu berturut-turut dan meminta para warga Gereja yang berhak ikut Sakramen Perjamuan untuk mempersiapkan diri.

2. Majelis mengingatkan makna Sakramen Perjamuan melalui kotbah

atau pembacaan bagian pertelaan Sakramen Perjamuan dalam kebaktian hari Minggu menjelang pelayanan Sakramen Perjamuan.

3. Majelis Gereja melakukan penggembalaan persiapan Sakramen

Perjamuan kepada warga Gereja yang berhak mengikuti Sakramen perjamuan32.

c. Penerimaan Pengakuan Iman

Pada seoarang jemaat yang sudah beranjak dewasa dan yang sudah dibaptis untuk selanjutnya akan mengadakan pengakuan Iman (Sidi), sebelum melakukan penerimaan pengakuan Iman diwajibkan mengkuti katekisasi atau pendalaman Kitab Suci. Syarat-syarat Pengakuan Percaya (Sidi):

32


(62)

1. Calon Pengaku Percaya (Sidi) berusia sekurang-kurangnya 16 tahun. 2. Calon Pengaku Percaya (Sidi) telah meyelesaikan Katekisasi dan

dinyatakan layak oleh Majelis Gereja.

3. Calon Pengaku Percaya (Sidi) yang telah meyelesaikan Katekisasi di Gereja lain yang mempunyai perbedaan ajaran dengan GKJ, ia perlu memperoleh penjelasan tentang perbedaan ajaran itu berdasarkan Pokok-pokok Ajaran GKJ, sehingga orang itu menerima dan meyakini ajaran GKJ.

d. Pengakuan Dosa (Parmedi)

Parmedi adalah tindakan Gereja berdasarkan kasih sebagai bentuk pemeliharaan iman kepada warga Gereja atau pejabat Gerejawi yang jatuh ke dalam dosa, atau paham pengajarannya bertentangan dengan Firman Tuhan. Parmedi bertujuan agar yang bersangkutan mengakui dosanya dan bertobat, sehingga keselamatannya terpelihara, menjadi peringat dan pendidikan bagi sesama warga gereja dan agar kesucian Gereja sebagai anugerah Tuhan tetap terjaga demi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Parmedi dilakukan terhadap warga Baptis anak, warga dewasa, pejabat Gerejawi dan Gereja33.

Pelayanan Hari besar Gereja dan Hari Besar Nasional

•Malam Jumaat Agung

•Peringatan Jumat Agung •Paskah

•Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga

•Malam Natal

•Peringatan Natal

•Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia

•Menyambut Tahun Baru

Pelayanan Katekisasi

Katekisasi merupakan bentuk pembinaan iman dalam Gereja yang memiliki latar belakang sejarah sangat kuat dalam tradisi keagamaan orang Israel dalam perjanjian lama maupun dalam hidup jemaat mula-mula di perjanjian baru.

33


(63)

Katekisasi atau Katekese berasal dari kata kerja bahasa Yunani Κατεχειν

(katekhein), yang berarti memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi

pengajaran. Dalam perjanjian baru misalnya, Lukas 1:4, Kisah Para Rasul 18:25, 21:21, 24, Roma 2:17-18,1 Korintus 14-19,dan Galatia 6:6. Disimpulkan bahwa arti kata Katekhein lebih ditekankan pada mengajar bukan dalam arti intelektualistis tetapi lebih kepada arti praktis, yaitu mengajar atau membimbing seseorang, supaya ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya. Katekisasi yang berlangsung dalam gereja berarti, kegiatan pengajaran iman yang membimbing seseorang (atau beberapa) agar ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.

Katekisasi tidak semata-mata melakukan transfer pengetahuan Alkitab, melainkan lebih menekankan pada upaya menyampaikan pemahaman isi Alkitab. Oleh karena itu, katekisasi yang dilakukan gereja adalah kegiatan pengajaran yang penting tentang iman juga merupakan pembentukan iman dari peserta katekisasi (katekisan atau calon warga sidi jemaat), sehingga melalui katekisasi warga jemaat dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus sehingga sanggup menghayati, mentaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, Gereja dan masyarakat (Efesus 4: 12-13 : Untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus). Katekisasi dilaksakan oleh pendeta dan guru katekisasi. Waktu pelaksanaan katekisasi sekurang-kurangnya 36 kali pertemuan. Bagi kasus-kasus tertentu, jika calon tidak dapat mengikuti katekisasi menurut waktu


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

105

Gedung gereja induk 2011

Gedung gereja induk sekarang

Peletakan Batu pertama pembangungan gedung GKJ di Nologaten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

106

GKJ Ambarukmo di Nologaten

GKJ Condongcatur (dulunya pepanthan Condongcatur)

GKJ Karangbendo (dulunya pepanthan Karangbendo)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

107

Pendeta Pertama. Pdt Hardjosuwarno

Pendeta saat ini, Pdt. Purwantoro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI