Sejarah Gereja Methodist Berbahasa Batak Di Medan 1957 - 1961

(1)

SEJARAH GEREJA METHODIST BERBAHASA

BATAK DI MEDAN 1957 - 1961

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : HISKIA SITOMPUL NIM : 050706033

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian skripsi

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK DI MEDAN 1957 – 1961

Yang diajukan oleh: Nama : Hiskia Sitompul

Nim : 050706033

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing

Dra. Haswita, MSP Tanggal ... NIP 195101061981032001

Ketua Departemen Sejarah

Drs.Edi Sumarno, M.Hum Tanggal ... NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen Disetujui oleh:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP 19640922198031001


(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan karuniaNya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Sejarah Berdirinya Gereja Methodist Berbahasa Batak di Medan 1957 - 1961”.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda H. Sitompul dan Ibunda G. br. Hutabarat , serta kakanda Henny br. Sitompul serta adik- adikku Hartarto Sitompul dan Holong Sitompul yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil yang tiada putus-putusnya.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada: 1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A Dekan beserta para Pembantu Dekan

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas serta sarana.

2. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, dan Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua dan sekretaris Departemen Sejarah yang telah memberikan saran kepada penulis.

3. Ibu Dra. Haswita, MSP yang telah membimbing dan mengarahkan selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suprayitno M.Hum. selaku dosen wali penulis

5. Bapak dan Ibu Panitia Penguji atas segala arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.


(5)

6. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen di Departemen Sejarah yang telah mendidik penulis selama mahasiswa.

7. Kepada kawan – kawan yang pernah mahasiswa Ilmu Sejarah khususnya angkatan 2005. Terimakasih buat waktu yang pernah kita lalui bersama.

8. Kepada para informan (G. Dumaria br. Hutabarat, Ramlo Hutabarat, Porman Sihombing, Pdt. J. Silaban S.Th.). Terimakasih atas informasi-informasi (keterangan-keterangan) sejarah yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis paham bahwa tulisan ini masih jauh dari titik kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif demi penyempurnaannya. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ilmu sejarah.

Medan, Desember 2010 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Gereja Methodist berbahasa Batak adalah gereja Methodist pertama di kota Medan yang jemaatnya berlatarbelakang etnis Batak. Gereja ini lahir dari perbedaan sikap antara dua etnis mayoritas di dalam gereja Methodist, yaitu etnis Tionghoa dan etnis Batak di dalam pelayanan bagi masyarakat. Etnis batak akhirnya memilih mendirikan gereja Methodist berbahasa Batak bertempat di jalan Hang Tuah, Medan. Dalam perkembangannya, gereja ini telah banyak memberikan sumbangan bagi perkembangan masyarakat kota medan dan sekitarnya. Dalam bidang pendidikan, gereja mendirikan sekolah bagi masyarakat kota Medan. Keberadaan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan juga mendapat pandangan positif dari masyarakat kota Medan dan sekitarnya.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka difokuskan untuk memperoleh data yang sifatnya tertulis. Sedangkan studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang sifatnya lisan.

Dari hasil penelitian ini maka diperoleh hasil dari latarbelakang berdirinya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan, kemudian diketahui peranannya dan struktur organisasi gereja tersebut.


(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan karuniaNya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Sejarah Gereja Methodist Berbahasa Batak di Medan 1957 - 1961”.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda H. Sitompul dan Ibunda G. br. Hutabarat , serta kakanda Henny br. Sitompul serta adik- adikku Hartarto Sitompul dan Holong Sitompul yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil yang tiada putus-putusnya.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada: 9. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A Dekan beserta para Pembantu Dekan

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas serta sarana.

10.Bapak Edi Sumarno M.Hum dan Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua dan sekretaris Departemen Sejarah yang telah memberikan saran kepada penulis. 11.Ibu Dra. Haswita, MSP yang telah membimbing dan mengarahkan selama

melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. 12.Bapak Drs. Suprayitno M.Hum. selaku dosen wali penulis

13.Bapak dan Ibu Panitia Penguji atas segala arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.

14.Terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen di Departemen Sejarah yang telah mendidik penulis selama mahasiswa.


(8)

15.Kepada kawan – kawan yang pernah mahasiswa Ilmu Sejarah khususnya angkatan 2005. Terimakasih buat waktu yang pernah kita lalui bersama.

16.Kepada para informan (G. Dumaria br. Hutabarat, Ramlo Hutabarat, Porman Sihombing, Pdt. J. Silaban S.Th.). Terimakasih atas informasi-informasi (keterangan-keterangan) sejarah yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis paham bahwa tulisan ini masih jauh dari titik kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif demi penyempurnaannya. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ilmu sejarah.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Tinjauan Pustaka ... 10

1.5 Metode Penelitian... 12

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 14

2.1 Kondisi Geografis Kota Medan ... 14

2.2 Latar Belakang Historis ... 15

2.3. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan ……….. 17

BAB III SEJARAH GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK DI MEDAN ... 19

3.1 Masuknya ajaran Methodist di Medan ... 19

3.2 Pengertian Organisasi... 21

3.3. Struktur Organisasi Gereja ... 23

3.1.1 Bishop ... 23

3.1.2 Pimpinan Jemaat ... 25


(10)

3.1.4 Persekutuan Pria Methodist Indonesia ... 27

3.1.5 Persekutuan Wanita Methodist Indonesia ... 29

3.1.6 Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia ... 30

3.1.7 Sekolah Minggu ... 32

3.1.8 Baptisan ... 33

3.1.9 Kebaktian Minggu ... 34

3.10 Angkat Sidi ... 36

BAB IV KEBERADAAN GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK dan PENGARUHNYA BAGI MASYARAKAT ... 37

4.1 Peranan Dalam Bidang Sosial……… 37

4.2 Peranan Dalam Bidang Kesehatan ……… 40

4.3 Peranan Dalam Bidang Pendidikan ………... 42

BAB V KESIMPULAN ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR INFORMAN ... LAMPIRAN ...


(11)

ABSTRAK

Gereja Methodist berbahasa Batak adalah gereja Methodist pertama di kota Medan yang jemaatnya berlatarbelakang etnis Batak. Gereja ini lahir dari perbedaan sikap antara dua etnis mayoritas di dalam gereja Methodist, yaitu etnis Tionghoa dan etnis Batak di dalam pelayanan bagi masyarakat. Etnis batak akhirnya memilih mendirikan gereja Methodist berbahasa Batak bertempat di jalan Hang Tuah, Medan. Dalam perkembangannya, gereja ini telah banyak memberikan sumbangan bagi perkembangan masyarakat kota medan dan sekitarnya. Dalam bidang pendidikan, gereja mendirikan sekolah bagi masyarakat kota Medan. Keberadaan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan juga mendapat pandangan positif dari masyarakat kota Medan dan sekitarnya.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka difokuskan untuk memperoleh data yang sifatnya tertulis. Sedangkan studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang sifatnya lisan.

Dari hasil penelitian ini maka diperoleh hasil dari latarbelakang berdirinya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan, kemudian diketahui peranannya dan struktur organisasi gereja tersebut.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu1. Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan bahwa sejarah terus di tulis oleh manusia, di semua peradaban dan sepanjang waktu, menjadikan bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena peradaban manusia berbarengan dengan perjalanan manusia2. Peradaban tidak akan terbina tanpa tradisi budaya religi yang salah satu diantaranya meliputi tradisi kehidupan gereja, tata ibadah dan pelayanan di tengah-tengah masyarakat. Gereja sebagai hasil peradaban manusia merupakan salahsatu bukti sejarah.

John Wesley (lahir d pada umur 87 tahun) adalah seoran adalah ta

John Wesley hidup di tengah-tengah masyarakat terbagi dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas kelas bawah. Pada saat itu juga, terjadi kesenjangan sosial antara kelas bawah dan kelas mengengah ke atas. Kesenjangan sosial ini dipengaruhi oleh sistem ekonomi industri hasil dar dan si miskin Sekelompok orang yang berkuasa terus memperkaya diri mereka,


(13)

sementara itu sebagian besar rakyat kelas bawah menderita kelaparan dan terjangkit penyakit

Pada tahun 1714 John masuk ke sekola sekolah tersebut hingga tahun 1720 kemudian pindah ke universitas Pada tahun 1724, ia mendapat gelar sarjana muda dan menerima jabatan diaken pada tahun 1725. Selanjutnya pada tahun 1726, dia menjadi asisten dosen di 1927, dia berhasil mendapat gelar sarjana kemudian diangkat menjadi imam pembantu ayahnya di ke daerah

Pada waktu John Wesley kembali ke Inggris pada tahun 1238, ia semakin menyadari kebutuhan spiritualnya. Ia mulai menyadari bahwa ia dipanggil untuk memberitakan Injil kepada seluruh bangsa Inggris. Dalam perjalanannya di sekeliling Inggris, ia berhasil memikat banyak orang, khususnya kaum buruh, untuk percaya kepada Injil.

John Wesley sangat menekankan doktrin pembenaran dan pengudusan. Dasar dari konsep pembenaran adalah konsep manusia yang berdosa dan benar-benar terpisah dari Allah sehingga tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri, serta Allah yang begitu mengasihi manusia dan berkenan menyelamatkan sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, keselamatan adalah benar-benar anugerah dari Allah belaka dan manusia menerima pembenaran dari Allah. Wesley memiliki doktrin tentang “jaminan” yang membuatnya berbeda dengan para


(14)

sehingga tidak perlu ada keraguan dan pertanyaan tentang keselamatan, ataupun pekerjaan manusia yang dilakukan untuk mendapatkan ataupun memastikan keselamatan itu

Akan tetapi, pembenaran dan jaminan hanyalah awal. Manusia berdosa yang telah mendapatkan pembenaran Allah harus melanjutkan proses “pengudusan” dalam seluruh kehidupannya hingga akhir masa hidupnya. Proses pengudusan ini sangat ditekankan Wesley dalam doktrinnya mengenai “kesempurnaan Kristen” (en.Christian Perfection). “Kesempurnaan Kristen” tidaklah berarti bahwa manusia dapat menjadi sempurna seperti Allah atau benar-benar lepas dari kesalahan moral. Wesley tetap menyadari keterbatasan manusia dan bahwa hanya Allah yang memiliki kesempurnaan absolut dan percaya bahwa kesempurnaan manusia baru datang dalam kehidupan mendatang di dalam Kristus, namun ia juga percaya bahwa pemulihan Kristus dimulai sejak manusia menjalani kehidupannya yang terbatas dan kesempurnaan juga dimulai pada kehidupan ini.

Sebenarnya apa yang Wesley maksudkan dengan doktrin ini adalah kesempurnaan dalam kasih, yaitu bagaimana menjadi seseorang yang sungguh-sungguh dipenuhi kasih yang tidak lagi diperbudak oleh kepentingan diri, melainkan senantiasa mengasihi Allah dan sesama.Untuk dapat menjalani proses kesempurnaan tersebut sepanjang kehidupan ini, maka Wesley menerapkan disiplin moral yang keras terhadap anggotanya.

Dengan demikian ada tiga poin yang menjadi dasar pemikiran Wesley dalam doktrin “kesempurnaan seorang Kristen”, yaitu (1) pembenaran, dalam pemikiran Reformasi, tidak cukup bila tidak membawa orang pada transformasi kehidupan;


(15)

(2) bahwa anugerah yang menusia terima melalui Kristus mampu untuk melakukan transformasi hidup manusia; (3) bahwa kasih adalah esensi dari kehidupan baru dalam Kristus.

Sumber pemikiran Wesley paling penting dalam pembicaraan mengenai uang dan konsep ekonominya adalah sebuah kotbahnya yang berjudul “The Use of Money”(Inggris). Isinya dapat diringkaskan dalam tiga hal: (1) mengumpulkan sebanyak kita bisa, (2) menyimpan sebanyak yang kita bisa, dan (3) memberi sebanyak yang kita bisa. Maksud pernyataan (1) ialah kita harus produktif dalam bekerja. Maksud pernyataan (2) adalah supaya kita bijaksana dalam menggunakan uang dan tidak boros. Kemudian pernyataan (3) berkata bahwa dalam memberi, kita adalah pelayan-pelayan Tuhan yang menyadari semua adalah milik-Nya.

Jika melihat ajaran Wesley ini tanpa melihat konteksnya, seolah kita akan melihat ajaran ini seperti ajaran Calvinis yang, menurut penelitian merupakan spirit kapitalisme karena mengajarkan orang untuk bekerja keras dan menabung sebanyak-banyaknya untuk menjadi modal. Karena itulah, kita perlu melihat konteks kepada siapa Wesley mengalamatkan khotbah ini. Wesley tidak berbicara untuk para “kapitalis” atau anggota-anggota “kalangan atas” gereja, melainkan pada orang-orang dari kelas pekerja yang berpenghasilan minim, yang begitu sulit untuk menyumbang pelayanan diakonia gereja. Karena itu, “menyimpan apa yang kita bisa” bukan dimaksudkan untuk menjadi kapital atau investasi, namun supaya hidup dalam kesederhanaan. Kemudian “memberi apa yang kita bisa” berarti adanya kehidupan yang saling membagi kepada yang miskin, bukan dengan kelebihan namun dalam kekurangan. Kemiskinan


(16)

Wesley berpendapat bahwa sistem ekonomi industri hasil dar telah menghasilkan kesenjangan sosial yang begitu besar. Karena itu, ia menentang pendapat yang mengatakan bahwa orang miskin itu malas. Menurutnya, sistem yang ada memang lebih mengutamakan alat ketimbang manusia, bahkan kuda dan hewan ternak lebih diperhatikan karena menghasilkan untung besar daripada manusia. Hal inilah yang membuat situasi masyarakat semakin buruk dengan kriminalitas, kebodohan, dan sebagainya. Wesley kemudian berupaya mengubah situasi tersebut dengan mendirikan sekolah-sekolah bagi anak miskin, tempat bagi janda-janda, mengunjungi penjara-penjara untuk berkhotbah dan menyarankan perbaikan-perbaikan kondisi di sana, mendirikan lembaga peminjaman untuk melepaskan orang dari rentenir, menulis buku tentang pengobatan sederhana, dan sebagainyaPerbudakan

Wesley berbicara dengan sangat keras untuk menentang perbudakan. Dalam tulisan-tulisannya, ia mengutuk perdagangan budak sebagai tindakan orang yang menjual budak dan yang membeli budak sebagai bukan manusia, melainkan serigala. Ia juga mengatakan bahwa tugas seorang Kristen adalah mewartakan pembebasan dari Allah dan menentang perbudakan. Selain itu, Wesley juga menentang hukum yang melegalkan perbudakan dengan mengatakan: “apakah hukum, hukum manusia, dapat mengubah hakikat alami seseorang?”

Gereja Methodist Indonesia adalah organisasi gereja yang berdiri sendiri sama seperti organisasi gereja yang lainnya. Masing-masing organisasi gereja mempunyai corak dan ciri yang berlainan dan berlatar belakang dari perbedaan misi zending (organisasi penginjilan) dan kondisi lokal seperti misi zending Huria


(17)

Kristen Batak Protestan (HKBP), dengan konsep suku Batak Toba, sedangkan Methodist dsebarkan oleh misi zending Amerika Serikat dengan konsep nasional5.

Skripsi ini ditulis dengan berpedoman pada pembahasan tentang Gereja Methodist Indonesia yang disebarkan oleh John Russel melalui misi Zending dari New York Amerika Serikat. John Russel menilai bahwa pada tahapan awal pada awal abad ke delapanbelas penyebaran kristen di Indonesia sangat minim, terlebih ajaran methodist sama sekali belum pernah disebarkan karena itulah misi Zending Malaysia Annual Conference (MAC) diarahkan ke daerah Hindia-Belanda yang sebelumnya aktif dalam penginjilan di Malaysia. Misi Zending MAC mempunyai kemiripan dengan misi zending lainnya dalam proses penginjilan. Selain mengembangkan Methodist dari sudut teologia, mereka juga melakukan pelayanan dalam bentuk pembukaan sekolah, yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan rohani dan sekolah, yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan pendidikan dalam kehidupan masyarakat.

Sebagai penginjilan mula-mula, John Russel memfokuskan kegiatannya dalam bidang kerohanian (penyebaran ajaran Methodist) hal ini yang melatarbelakangi ajaran Methodist dapat diterima dengan cepat di Hindia-Belanda. Sebagai langkah pertama, Russel membagi wilayah Hindia Belanda menjadi dua bahagian besar pelayanan, yaitu daerah Jawa dan sekitarnya berpusat di Singapura, dan pulau Sumatera berpusat di Penang. Pada tahun 1922 kedua pelayanan Methodist ini sudah menyebarkan agama Kristen kepada suku Tionghoa, Sunda, Dayak, Batak Toba dan Simalungun. Mereka


(18)

sudah bergabung dengan misi Methodist ini dinamakan Konferensi misi (Mission Conference). Nama ini dipakai hingga tahun 1940.

Sejak tahun 1927, penginjilan Methodist kelompok pertama, yang berkonsentrasi untuk wilayah Jawa dan sekitarnya dihentikan dan dipindahkan ke wilayah Sumatera Utara. Penghentian penginjilan di wilayah Jawa ini sendiri berlangsung hingga waktu yang cukup lama yaitu hingga tahun 1964.

Di wilayah Sumatera, khususnya Medan penginjilan yang dilakukan oleh Methodist tergolong sukses dalam menempatkan masyarakat yang menajadi pengikut ajaran Methodist. Kelompok pengikut Methodist dominan etnis Batak Toba dan Tionghoa yang sudah lama di Medan. Sedangkan dengan kelompok suku lainnya yang jumlahnya minim adalah etnis Simalungun dan etnis Karo.

Kelompok etnis Batak Toba dan Tionghoa sangat banyak menjadi pengikut Methodist. Banyak masyarakat Tionghoa akhirnya meninggalkan kepercayaannya dan menjadi pengikut Methodist,

demikian juga etnis Batak Toba yang meninggalkan aliran kepercayaannya yaitu Parmalim (kepercayaan suku Batak Toba) dan menjadi pengikut gereja Methodist. Kedua kelompok etnis ini masing-masing ikut bergabung dalam Methodist dan saling mendekatkan dengan etnisitas masing-masing yang akhirnya menimbulkan sebuah persaingan yang tidak sehat, misalnya penggunaan bahasa pada saat melakukan ibadah kebaktian. Bahasa yang dipakai dalam prosesi kebaktian kelompok Batak adalah bahasa Batak Toba, demikian juga etnis Tionghoa yang memakai bahasa Tionghoa dalam prosesi kebaktiannya. Akibat perbedaan corak kebaktian antara Methodist Tionghoa dengan Methodist Batak toba, akhirnya menimbulkan Methodist di Sumatera Utara. Khususnya Medan terbagi menjadi


(19)

dua persekutuan, yaitu persekutuan Tionghoa dan persekutuan Batak Toba yang mana pembagiannya bukan lagi berdasarkan kondisi geografis tetapi berdasarkan etnisitas.

Masa kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia ternyata membawa perubahan besar terhadap Methodist di Indonesia yaitu gerakan Methodist yang semakin berorientasi dengan keadaaan lokal, hingga tahun 1964 nama terhadap pengikut Methodist yaitu misi Methodist berubah menjadi Gereja Methodist Indonesia (GMI). Proses perubahan ini dilalui dengan gerakan-gerakan dan pemenuhan persyaratan kemethodistan.

Demi meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat maka struktur organisasi Gereja Methodist Indonesia dibagi kedalam beberapa wilayah berdasarkan etnisitas yang masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang bishop7. Dan wilayah tersebut juga terdiri atas beberapa distrik yang masing-masing distrik dipimpin oleh seorang DistrikSuperintendent(DS) serta cabang yang masing-masing cabang dipimpin oleh seorang pendeta sebagai pimpinan gereja .

Dalam hal pengembangan jemaatnya, walaupun terlihat ada perbedaan yang jelas dalam tubuh Methodist, tetapi ini tidak menjadi masalah. Hal ini tidak terlepas dari usaha masing-masing Distrik dalam meningkatkan jumlah jemaatnya. Disisi lain Gereja Methodist Indonesia melakukan beberapa gerakan dalam membangun jemaatnya baik dalam bentuk jumlah pelayanan maupun dari segi mutu melalui pembukaan departemen-departemen sosial dan departemen pendidikan. Misi sosial yang dilakuan Gereja Methodist Indonesia sangat bervariasi dan sangat menyentuh aspek kehidupan masyrakat.


(20)

6Bishop adalah pemimpin tertinggi Gereja Methodist Indonesia

Sampai beberapa tahun setelah otonomi dan gereja Methodist berubah menjadi Gereja Methodist Indonesia, tetapi distrik dalam organisasi ini masih terbagi atas dua bagian, yaitu distrik Batak Toba dan Tionghoa. Perkembangan jemaat Methodist terlihat pesat dari kelompok suku yang ada di Sumatera Utara. Kelompok suku yang bertambah ini pada dasarnya lebih banyak mengikuti distrik Batak Toba. Hal ini dipengaruhi oleh bahasa dan budaya yang identik, seperti etnis Karo dan Simalungun. Etnis lokal yang lebih dominan masuk dalam kelompok Batak Toba, sehingga perkembangan lebih cepat terlihat di distrik Batak Toba.

Pada 1957 Gereja Methodist berbahasa Batak berdiri di Medan. Gereja yang ditahbiskan oleh bishop Hobart B. Amstutz dan dipimpin oleh seorang Pendeta sebagai pimpinan jemaat merupakan cabang dari Gereja Methodist Indonesia. Penelitian tentang Gereja ini dibuat untuk mencoba mengungkap baik proses pertumbuhan dan peranan Gereja Methodist berbahasa Batak di tengah masyarakat.

Penelitian ini akan membahas mengenai Sejarah Berdirinya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan periode 1957-1961. Periode 1957 sebagai periode awal dari penelitian ini merupakan tahun berdirinya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan, sedangkan tahun 1961 sebagai akhir dari penelitian ini karena sejak periode tersebut terjadi regenerasi kepemimpinan pada struktur organisasi gereja. Atas dasar pemikiran diatas maka penelitian ini diberi judul Sejarah Berdirinya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan (1957-1961).


(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas maka dibuatlah suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian. Untuk mempermudah penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apa latar belakang terbentuknya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan

2. Bagaimana perkembangan Gereja Methodist berbahasa Batak 3. Bagaimana peranan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan

1.3. Tujuan dan manfaat penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses terbentuknya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan

2. Mengetahui perkembangan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan 3. Mengetahui peranan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menambah literatur tentang sejarah gereja, khususnya Gereja Methodist Indonesia di Medan.

2. Menambah literatur tentang sejarah sosial khususnya sejarah tentang organisasi gereja.


(22)

1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk membahas sejarah dan perkembangannya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan, harus dikaji dari beragam sudut kehidupan sosial sebagai cara menghindari penulisan sejarah yang bersifat konvensional yang berpusat pada seorang tokoh dalam peristiwa tertentu, misalnya hikayat raja-raja, panglima perang, sementara peran dari aspek lain yang tergolong sebagai pendukung terhadap peristiwa sejarah selalu dikesampingkan.

Seorang penulis sejarah harus dilengkapi dengan perlengkapan pendekatan ilmu Bantu sosial lainnya seperti Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi. Untuk mengungkap peristiwa sejarah yang lebih mendalam.

Richard Daulay dalam bukunya yang berjudul “Kekristenan Dan Kesuku Bangsaan: Sejarah Perjumpaan Methodisme Dengan Orang Batak Dan Orang Tionghoa di Indonesia” menjelaskan: Untuk membantu pengkajian tentang Gereja Methodist Indonesia, tidak terlepas dari misi Zending dan penginjilan-penginjilan yang akhirnya membentuk organisasi gereja setelah masyarakat lokal banyak yang menerima penginjilan tersebut. Misi Zending yang datang ke Indonesia pada dasar nya berasal dari Eropa, kecuali misi Zending yang membawa ajaran Methodist ke Indonesia, yang dibawa oleh misi Zending Amerika Serikat. Gambaran tentang kemethodisan di Indonesia dijelaskan pimpinan pusat Methodist Gereja Methodist dalam buku yang berjudul: “Disiplin Gereja Methodist Indonesia”, bahwa Gereja Methodist adalah gereja yang pada dasarnya sama dengan gereja lokal lainnya, dimana firman Tuhan diajarkan, dan sakramen-sakramen dilaksanakan menurut semestinya. Gereja Methodist adalah


(23)

gereja Protestan yang tidak langsung dari hasil reformasi, melainkan mekar dari gereja Inggris oleh John Wesley, dengan proses yang cukup panjang. Latar belakang dari John Wesley adalah keluarga yang kristen Protestan Inggris, dimana ayah dan ibunya adalah pendeta protestan.

Berkat penginjilan-penginjilan yang sangat gigih dari kelompok misi Zending Methodist, maka perkembangan dari sekte ini sangat pesat diberbagai negara terutama negara-negara maju, seperti negara Inggris dan Amerika Serikat, sedangkan ke Indonesia ajaran Methodist disebarkan tahun 1905, yang bentuknya adalah misi zending. Pertumbuhan jumlah jemaat Methodist sangat cepat yang mengakibatkan terbentuknya Gereja Methodist yang berorientasi dengan suasana lokal.

Berita keselamatan menurut Methodist , tidak harus diberitakan oleh seorang teoligia ataupun seorang pendeta, tetapi lebih menekankan seorang yang terpanggil dan mengerti firman Tuhan. Mereka bisa saja memberitakan Firman Tuhan. Latar belakang inilah yang menyebabkan ajaran Methodist berkembang dengan pesat.

Robert L. Tobing dalam bukunya “John Wesley dan pokok-pokok penting dari pengajarannya ” menjelaskan tentang sosok John Wesley mulai dari riwayat hidupnya sebagai anak pendeta yang disiplin dan taat beribadah, pokok-pokok dari pengajarannya sebagai hamba Tuhan, sebagai perintis gerakan Methodist serta visi dan misinya terhadap gerakan Methodist di seluruh dunia.

Dari beberapa konsep dan buku yang dijelaskan di atas, penulis berharap dapat memberikan bantuan terhadap penelitian ini.


(24)

1.5. Metode Penelitian

Penelitian sejarah mempunyai metode tersendiri dengan menggunakan pengamatan. Penggunaan metode sejarah harus dengan hati-hati. Untuk mendapat penulisan sejarah yang deskripsi analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan. Adapun tahapan-tahapan itu sebagai berikut:

Tahap pertama heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung sumber objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan/studi literatur dan penelitian lapangan/studi lapangan. Dalam penelitian kepustakaan tersebut dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah artikel-artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya berkaitan dengan judul yang sedang dikaji. Kemudian penelitian lapangan akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini, baik terhadap informan bekerja di Gereja Methodist berbahasa Batak maupun diluar dari instasi Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan.

Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi) yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan, kritik ini disebut kritik intern. Dan mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keauntetikannya kritik ini disebut kritik intern.


(25)

Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahap ini data yang diperoleh dianalisa sehingga melahirkan suatu anlisa yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.

Tahap terakhir adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam tulisan ini adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah mengenai Sejarah Berdirinya Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan periode 1957-1961.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 1.1.Kondisi Geografis Kota Medan

Secara geografis kota Medan terletak pada posisi 3,300 – 340 Lintang Utara dan 98,350 – 98,440 Bujur Timur dengan topografi, kota Medan cenderung miring ke sebelah utara. Wilayah Medan jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan kabupaten yang ada disebelahnya. Ketinggian Medan berada pada 2,5 – 37,5 diatas permukaan laut1

- Sebelah Timur Medan berbatasan dengan daerah Deli Serdang

Separuh daerah Medan terletak bersebelahan dengan daerah laut yaitu pantai Barat Belawan, dan daerah Medan tidak memiliki daerah dataran tinggi. Dataran tinggi terdekat berada di wilayah kabupaten Karo, hal ini menjadikan daerah Medan memiliki suhu udara yang cukup panas apalagi ditambah dengan berkembangnya dunia industri dan semakin padatnya pemukiman penduduk.

Kota Medan berbatasan dengan daerah-daerah yang masih tergolong sebagai teritorial Sumatera Utara yaitu :

- Sebelah Utara Medan berbatasan langsung dengan Selat Malaka - Sebelah Barat Medan berbatasan dengan daerah Deli Serdang dan - Sebelah Selatan Medan berbatasan dengan Kabupaten Langkat2

1.2. Latar Belakang Historis

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tim sejarah rekontruksi kota Medan, menghasilkan kesimpulan tentang latar belakang historis kota Medan yaitu, bahwa kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring yang berasal dari etnis Karo. Setelah melakukan beberapa pertimbangan tentang berdirinya kota Medan, akhirnya disimpulkan bahwa kota Medan berdiri tanggal 1 Juli 1590, maka tanggal 1 Juli dijadikan sebagai hari ulang tahun kota Medan,3

Kondisi kepercayaan bagi Tuhan yang Meha Esa masyarakat Medan pada mula-mula kelahiran kota Medan masih termasuk kepada masyarakat yang menganut roh-roh nenek moyang atau benda-benda sebagai penguasa alam dan diperingati pada setiap tahunnya.

Pada awalnya Medan adalah sebuah daerah perkampungan yang digunakan sebagai tempat tinggal dari beberapa kelompok saja. Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang masuk ke daerah Medan serta perkembangan penduduknya maka Medan mengalami perubahan ke arah kemajuan. Hal ini menimbulkan kota Medan menjadi sebuah kota yang maju dari sebelumnya.

1 Pemerintah Kota Medan. Op.cit. hlm. 36 2 Ibid., hlm. 38


(27)

semesta. Agama belum masuk ke Medan. berangkat dari hal ini kita dapat melihat bahwa saat ini Medan telah mengalami perkembangan yang sangat maju dari sebelumnya.

Jhon Anderson seorang kebangsaan Inggris melakukan kunjungan ke kampung Medan pada 1823 dan mencatat bahwa penduduk kampung Medan ketika itu masih berjumlah 200 orang. Penduduk tersebut tinggal menetap pada pertemuan dua sungai yaitu sungai Deli. Penduduk tersebut hidup dari hasil pertanian.

Pesatnya perkembangan Medan , juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Daun tembakau Deli memiliki kualitas yang sangat baik dan bagus untuk dipakai sebagai pembungkus cerutu.

Tembakau Deli menjadi terkenal di mancanegara akibat dari penemuan tersebut. Hal ini mengundang para investor dan pengusaha untuk membuka usaha di Medan. Dengan begitu maka semakin ramailah kota Medan oleh kedatangan para investor dan pengusaha tersebut. Medan pun menjadi kota perdagangan dan pusat perekonomian di daerah sumatera.

Kedatangan masyarakat dari luar kota Medan secara tidak langsung juga membawa serta berbagai kebudayaan yang mereka warisi dari kampung halamannya. Kebudayaan yang mereka bawa tetap berkembang di Medan. hal ini menjadikan Medan sebagai sebuah daerah yang multi etnis. Keberagaman yang tetapmenjadi ciri khas bagi kota Medan hingga saat ini.

Selain keberagaman etnis dan budayanya, kota Medan juga berkembang karena perkebunan tembakaunya. Dengan dibukanya perkebunan tembakau maka pengiriman buruh besar-besaran terjadi dari pulau jawa ke Medan. hal ini menyebabkan Medan menjadi pusat perdagangan dan perekonomian. Sampai saat ini Medan masih tetap menjadi salah satu pusat perekonomian dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat.

Perkembangan kota Medan yang demikian pesat menjadikan Medan sebagai daerah yang menjanjikan bagi kegiatan perekonomian, kegiatan perdagangan, transportasi dan pusat industri. Hal inilah yang dilihat oleh pemerintah kota Medan sebagai peluang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan.

Dari hal diatas maka diharapkan Medan akan terus berkembang menjadi sebuah kota yang modern dan menjanjikan bagi setiap masyarakat yang datang ke kota Medan. Tentu hal ini dapat diajdikan peluang bagi pemasukan daerah agar pembangunan kota Medan menjadi pesat dan akhirnya dapat berdampak bagi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Kedatangan kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis tersebut ternyata berdampak bagi keberagaman etnis masyarakat yang hadir di Medan. Hal ini merupakan daya tarik yang dapat dijadikan potensi pariwisata bagi masyarakat Medan untuk kemajuan Medan. Budaya dari masyarakat pendatang tetap bertahan dan berkembang di Medan.


(28)

1.3.Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak mula kota Medan telah memiliki keragaman suku, dan agama. Oleh karenanya budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak pada beragamnya nilai-nilai budaya tersebut. Tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun budaya yang menghambat kemajuan dan sangat diyakini pula hiudp dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen dapat menjadi potensi besar bagi tercapainya kemajuan.

Keragaman suku, tarian, alat musik,nyanyian, makanan serta bangunan justru memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sektor pariwisata kota Medan. Adanya pluralisme ini justru merupakan peredam bagi munculnya isu-isu perpecahan akibat primordialisme. Suatu nilai plus bagi perkembangan kota Medan.

Nilai-nilai berbagai aliran keagamaan di kota Medan sangat memberikan dampak yang besar bagi terciptanya kekerabatan antar sesama masyarakat Medan. Berbagai keragaman budaya dan agama yang ada menciptakan tradisi masyarakat Medan yang saling menghormati dan toleran antar sesama masyarakat.


(29)

BAB III

SEJARAH GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK DI MEDAN

1.1Masuknya Ajaran Methodist di Medan

Gereja Methodist dikenal sebagai Gereja pertama di Pulau Sumatera yang pelayanannya tidak bertujuan mendirikan gereja suku. Dengan kata lain Gereja Methodist Indonesia sewaktu berdiri dikenal sebagai gereja plural dalam berbagai suku, baik Tionghoa, Batak, India, Eropa-Amerika, Jawa dan lainnya. Meskipun demikian pada awalnya misi lebih ditekankan pada etnis Tionghoa yang ada di Sumatera dan Jawa serta Dayak di Kalimantan.

Tahun 1910 Tuan Musa Nagori Manurung menulis surta kepada Bishop Odham untuk mengirim misionaris Methodisy ke tanah Pardembanan dimana masih banyak orang Batak yang masih beragama tradisional. Namun misi Methodist baru bisa masuk ke Pardembanan, Asahan pada Februari 1921 oleh Pdt. Lamsana Lumbantobing. Tapi jelaslah ini bukan berdirinya GMI berkebaktian dalam Bahasa Batak di Medan melainkan di Asahan.

Di Medan misionaris pertama yang sekaligus seorang Guru Bahasa Inggris, Salomon Pakhianatan pada tahun 1905 sudah membuka kebaktian dalam bahasa Melayu terutama bagi orang-ornag Tionghoa. Sewaktu Solomon Pakhianatan dipindahkan ke Palembang dari Medan tahun 1908 maka kebaktian berbahasa Inggris dan Tamil terpaksa dirurup. Belia digantikan oleh seorang Tionghoa bernama Ng Koan Jiu yang hanya memimpin jemaat Tionghoa selama setahun dan ditutup pada tahun 1909 baru setelah Denyes tiba di Indonesia jemaatn Tionghoa ini dihidupkan kembali pada tahun 1910. Tidak ada informasi mengenai adanya kebaktian berbahasa Batak di Medan.

Pada sekitar tahun 1910 beberapa orang Batak Toba hendak bergabung menjadi anggota Methodist di Medan namum misionaris berhasil membujuk mereka untuk tetap setia pada gereja Batak di bawah misi RMG (HKBP). Dan tidak ada catatan yang menunjukkan adanya gerakan masal suku Batak Toba masuk Methodist di Medan hingga pertengahan tahun 1920-an. Sebelumnya, memang sudah ada orang Batak yang bergabung dengan misi Methodist di Medan tetapi memang tidak dicatat adanya kebaktian berbahasa Batak dalam misi Methodist di Medan.

Pendeta Lamsana Lumbantobing adalah pendeta Batak Methodist pertama (mungkin juga pendeta Methodist Indonesia pertama), pada 27 Desember 1925 tiba di Medan dan pada Januari 1926 membentuk kebaktian berbahasa Batak di Binjai – Medan. Jemaat yang pertama justru adalah keluarga Pendeta Lamsana sendiri, yakni : Romulus, Ludwig, Marinus, serta anak-anak Pendeta Lamsana : Dora, Remus, James. Tampaknya jemaat methodist dari suku Batak (Toba) di Binjai masih disatukan dengan jemaat suku Batak (Toba) di Medan waktu itu. Selain itu Pendeta Lamsana juga dipercayakan menggembalakan jemaat Tionghoa Methodist di Binjai.

Jemaat berbahasa Batak Toba ini bersama dengan jemaat berbahasa Hokkien, berbahasa Inggris dan berbahasa Melayu sama-sama beribadah di


(30)

satu-satunya gedung gereja Methodist di Medan yang terletak di Jlaan Hakka hingga tahun 1950-an. Hal ini diakui juga oleh LS.W.Tampubolon (sektor Sidorame) yang masa mudanya dilewati dalam kebaktian Methodist berbahasa Batak Toba di Jl. Hakka sewaktu berbincang-bincang dengan penulis pada Oktober 2010.

Pada tanggal 22 Januari 1956 batu penjuru/batu pertama pembangunan Gereja Methodist berbahasa Batak diadakan di Jalan Hang Tuah oleh Bishop R.L.Archer, Ph.D. pada Januari 1956 Bishop Hobart. B. Amstutz menahbiskan Gereja Methodist berbahasa Batak di Jl. Hang Tuah – Medan.

1.2 Pengertian Organisasi

Organisasi (Yunani: organon – alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk mencapai tujuan bersama. Baik dalam penggunaan sehari-hari, maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara.

Organisasi dilihat dari jenis kegiatannya : 1. Organisasi Formal

Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan Terbatas, Sekolah, Negara dan lain sebagainya.

2. Organisasi Informal

Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung Pangrango rame-rame dengan teman dan lain-lain.

Sebuah organisasi dapat dilihat dari tiga hal menurut sifat pembentukannya : 1. Organisasi yang terbentuk atas kesamaan tujuan/ide (goal) adalah organisasi

yang mudah tumbuh, tapi juga mudah hilang. Organisasi ini biasanya bertujuan jangka pendek. Contoh nyata adalah organisai-organisasi yang timbul pada saat kampanye dalam mensukseskan satu calon di pilkasa (pemilihan kepala daerah). Organisasi ini mengusung ide untuk mendukung satu calon, yang bila pilkada usai baik dengan hasil kemenangan calon yang didukungnya ataupun sebaliknya, selesai pula usia organisasi tersebut.

2. Organisasi atas dasar kesamaan misi, misalnya organisasi yang bersifat hobi atau tujuan jangka menengah. Sebagai contoh adalah organisasi kemahasiswaaan, organisasi partai politik, organisasi pecinta komputer,


(31)

bahkan perusahaan. Organisasi-organisasi ini biasa tempat berkumpul ornag-orang yang memiliki kesamaan misi, misalnya untuk aktif bertukar pikiran mengenai kemampuan menguasai komputer, terlibat dalam politik, atau memiliki banyak kenalan. Organisasi ini tidak menyatukan ide-ide jangka pendek ataupun visi anggotanya.

3. Organisasi yang bergabung atas dasar visi atau prinsip, misalnya organisasi keagamaan, organisasi sosial. Organisasi ini lebih mementingkan visi yang sama antar anggotanya, biasanya tidak memikirkan hal-hal yang bersifat material dan memiliki anggota yang loyal/fanatik.

1.3Struktur Organisasi Gereja 3.1.1 Bishop

Bishop adalah pimpinan tertinggi di dalam struktur kepemimpinan Gereja Methodist. Oleh karena itu, dari sistem pemerintahannya, Gereja Methodist bisa disebut episkopalis. Namun demikian, kekuasaan legislatif di Gereja terletak di dalam Konferensi Agung yang diadakan empat tahun sekali, dan dihadiri baik oleh para pendeta maupun kaum awam, masing-masing dalam jumlah yang sama Hobart Baumann Amstutz (18 September 1896 – 26 Februari 1980) adalah bishop Gereja Methodist yang meresmikan Gereja Methodist berbahasa Batak di Medan.

Bishop Amstutz menjabat sebagai mionaris di Asia Tenggara mulai tahun 1926. untuk beberapa tahun, beliau menjadi pendeta di Gereja Methodist Wesley di Singapura. Selama bertahun-tahun beliau adalah pendeta dari


(32)

Gereja Methodist Wesley di Singapura. Pada tahun 1942 ia dipenjarakan oleh Jepang, menghabiskan waktu tiga setengah tahun di dalam penjara. Dari tahun 1956 hingga 1964, beliau menjabat sebagai Bishop Methodist terpilih untuk wilayah Asia Tenggara (Singapura, Malaysia, Indonesia dan Burma) dan juga menjabat sebagai Presiden pendiri Trinity Collage di Singapura. Tak lama setelah pensiun, beliau dipanggil untuk melayani menjadi pendeta Methodist di Pakistan.

Bishop Amstutz meninggal pada 26 februari 1980 pada saat berusia 83 tahun di Claremont California, Amerika Serikat. Dia meninggalkan istrinya, Celeste, seorang putra, Bruce, yang melayani sebagai diplomat AS di Afganistan, seorang putri bernama Beverly, dan seorang saudara, Clarence.

3.1.2 Pimpinan Jemaat

Pimpinan dari jemaat Gereja Methodist berbahasa Batak adalah seorang Pendeta yang diangkat oleh Bishop melalui Konfrensi tahunan. Pimpinan jemaat ini selanjutnya bertanggung jawab terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gereja.

Peran dari pimpinan jemaat antara lain yaitu memimpin dan bertanggung jawab terhadap ibadah minggu yang setiap hari Minggu dilaksanakan di gereja. Dalm hal ini pimpinan jemaat berperan sebagai penanggung jawab kebaktian ibadah minggu.

Kedua yaitu mengadakan kunjungan kasih ke rumah-rumah jemaat gereja yang sedang mengalami sakit, musibah atau bencana, serta jemaat yang sudah lama tidak aktif mengikuti kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh


(33)

gereja. Dalam hal ini pimpinan jemaat berperan sebagai pendengar terhadap setiap keluhan jemaat dan juga sebagai motivator bagi jemaat tersebut agar jemaat tersebut dapat aktif berkegiatan pelayanan di gereja kembali.

Ketiga, pimpinan jemaat juga mengambil peran sebagai pemimpin bagi kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh gereja terhadap masyarakat umum. Antara lain, memimpin pelayanan pengobatan gratis, kebaktian umum, dan kegiatan sosial lainnya.

Keempat, pemimpin jemaat juga berperan sebagai pemimpin bagi setiap jemaat yang menjadi bagian dari pos pekabaran injil- pos pekabaran injil yang dibuka oleh gereja sebagai perluasan pelayanan gereja di tengah masyarakat. Pemimpin jemaat harus dapat menjadi perekat bagi persatuan jemaat gereja dalam melakukan pelayanan.

Dengan memperhatikan hal tersebut diatas maka pemilihan pimpinan jemaat gereja merupakan pemilihan yang penting bagi jemaat gereja karena besarnya tanggung jawab yang nantinya diemban pimpinan jemaat tersebut.

3.1.3 Jemaat

Jemaat adalah persekutuan orang-ornag yang mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamat, serta telah mengikrarkan janji keanggotaan dan yang telah dihubungkan dalam persaudaraan Kristen.

Jemaat merupakan ujung tombak pelayanan yang dilakukan oleh gereja bagi masyarakat. Artinya jemaatlah yang menjadi garda terdepan di dalam mengimplementasikan tugas pelayanan gereja di tengah-tengah masyrakat. Tanpa adanya jemaat peran pelayanan gereja akan kurang


(34)

maksimal. Untuk itu diperlukan jemaat gereja yang siap sedia melayani di ladang pelayanan Tuhan.

Seperti yang dijelaskan di atas maka peran jemaat gereja adalah pertama mengikuti setiap kebaktian minggu yang diadakan oleh gereja pada hari Minggu. Pada dasarnya mengikuti kebaktian minggu adalah berangkat dari kesadaran masing-masing jemaat. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebutlah makanya kegiatan kebaktian minggu yang rutin dilaksanakan setiap minggunya wajib diikuti oleh jemaat gereja. Karena dengan begitu maka iman kita akan semakin bertumbuh untuk melakukan kegiatan pelayanan baik di gereja maupun di tengah-tengah masyarakat.

Selain mengikuti kebaktian minggu yang diadakan oleh gereja setiap hari Minggu, jemaat juga dapat mengikuti sermon yang diadakan setiap minggunya oleh gereja. Bagi jemaat, sermon adalah sebagai persiapan untuk mengikuti kebaktian ibadah yang dilaksanakan pada hari Minggu. Di dalam sermon dibahas secara lebih mendalam topik khotbah yang akan dibawakan pada hari Minggu. Jemaat juga boleh aktif bertanya tentang segala hal yang akan dikhotbahkan pada hari Minggu.

3.1.4 Perekutuan Pria Methodist Indonesia (P2MI)

Persekutuan Pria Methodist Indonesia adalah perkumpulan bagi kaum pria (bapak) yang didirikan oleh Gereja Methodist. P2Mi berperan sebagai wadah pelayanan yang dilakukan oleh kaum pria jemaat Methodist baik di dalam lingkungan gereja maupun di tengah-tengah masyarakat.


(35)

Persekutuan Pria Methodist Indonesia merupakan bagian dari pelayanan yang dilakukan oleh gereja. Oganisasi ini mengkhususkan diri melayani bagi pria yang sudah dewasa atau yang sudah menikah.

Persekutuan Pria Methodist Indonesia hadir untuk membawa kaum pria untuk lebih dekat dengan Allah dan mengenal Allah, dibina untuk menjadi serupa dengan kristus sehingga dapat berfungsi sebagai pelayan bagi masyrakat.

Persekutuan Pria Methodist Indonesia sebagai wadah pembinaan bagi kaum pria gereja, memiliki tiga fungsi yaitu pertama memperlengkapi anggota dengan pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang benar. Hal ini dilakukan dengan metode diskusi rutin yang diadakan oleh organisasi P2MI ini pada waktu -waktu yang telah disepakati bersama.

Kedua, membentuk karakter hati yang mengasihi. Sebagaimana ajaran kristus yang utama yaitu kasih maka kaum pria juga diberi pedoman pengetahuan tentang ajaran kasih tersebut. Tujuannya agar kaum pria dapat hidup seturut dengan kehendak kristus. Pedoman tersebut diwujudkan dalam bentuk diskusi rutin, ceramah dan seminar yang dilakukan baik oleh P2MI sendiri bekerjasama dengan pilar gereja lainnya.

Ketiga, aktif melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Allah. Pelayanan merupakan bentuk nyata iman kita terhadap Tuhan. Pelayanan dapat dilakukan kapan dan dimana saja serta dalam bentuk apa saja sesuai dengan ajaran Tuhan yang diatur oleh gereja. P2MI di dalam melakukan pelayanannya berwujud dalam kegiatan sosial di tengah masyarakat seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, mengadakan pengobatan gratis bagi masyarakat yang tidak mampu


(36)

dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan sosial yang diadakan oleh pemerintah daerah kota Medan. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti itu maka masyarakat dapat merasakan kehadiran gereja di tengah-tengah mereka.

3.1.5 Persekutuan Wanita Methodist Indonesia (PWMI)

Persatuan Wanita Methodist Indonesia adalah perkumpulan bagi kaum ibu yang didirikan oleh Gereja Methodist. PWMI berperan sebagai wadah pelayanan yang dilakukan oleh kaum wanita jemaat Methodist baik di dalam lingkungan Gereja maupun di tengah – tengah masyarakat.

Persekutuan Wanita Methodist Indonesia merupakan bagian dari pelayanan yang dilakukan oleh gereja. Oganisasi ini mengkhususkan diri melayani bagi wanita yang sudah dewasa atau yang sudah menikah.

Persekutuan Wanita Methodist Indonesia hadir untuk membawa kaum wanita untuk lebih dekat dengan Allah dan mengenal Allah, dibina untuk menjadi serupa dengan kristus sehingga dapat berfungsi sebagai pelayan bagi masyrakat.

Persekutuan Wanita Methodist Indonesia sebagai wadah pembinaan bagi para wanita anggota gereja, memiliki tiga fungsi yaitu pertama memperlengkapi anggota dengan pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang benar. Hal ini dilakukan dengan metode diskusi rutin yang diadakan oleh organisasi PWMI ini pada waktu -waktu yang telah ditentukan.


(37)

Kedua, membentuk karakter hati yang mengasihi. Sebagaimana ajaran kristus yang utama yaitu kasih maka kaum wanita juga diberi pedoman pengetahuan tentang ajaran kasih tersebut. Tujuannya agar kaum wanita dapat tetap hidup seturut dengan kehendak kristus. Pedoman tersebut diwujudkan dalam bentuk diskusi rutin, ceramah dan seminar yang dilakukan baik oleh PWMI sendiri bekerjasama dengan pilar gereja lainnya.

Ketiga, aktif melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Allah. Pelayanan merupakan bentuk nyata iman kita terhadap Tuhan. Pelayanan dapat dilakukan kapan dan dimana saja serta dalam bentuk apa saja sesuai dengan ajaran Tuhan yang diatur oleh gereja. PWMI di dalam melakukan pelayanannya berwujud dalam kegiatan sosial di tengah masyarakat seperti memberikan sumbangan bagi warga yang ditimpa bencana, mengadakan pengobatan gratis bagi masyarakat yang tidak mampu dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan sosial yang diadakan oleh pemerintah daerah kota Medan. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti itu maka masyarakat dapat merasakan kehadiran gereja di tengah-tengah mereka.

3.1.6 Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia (P3MI)

Persekutuan Pemuda pemudi Methodist Indonesia (P3MI) adalah wadah persekutuan bagi pemuda dan pemudi gereja di dalam melakukan pelayanan gereja baik di dalam gereja maupun ke dalam masyarakat.


(38)

Persekutuan Pemuda pemudi Methodist Indonesia (P3MI) merupakan bagian dari pelayanan yang dilakukan oleh gereja. Oganisasi ini mengkhususkan diri melayani bagi pemuda dan pemudi yang remaja maupun yang akan beranjak dewasa.

Persekutuan Pemuda pemudi Methodist Indonesia (P3MI) hadir untuk membawa kaum pemuda dan pemudi untuk lebih dekat dengan Allah dan mengenal Allah, dibina untuk menjadi serupa dengan kristus sehingga dapat berfungsi sebagai pelayan bagi masyrakat.

Kaum muda merupakan potensi yang vital bagi kelangsungan hidup di dalam kehidupan bermasyarakat. Merekalah yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan pada masa yang akan dating. Itulah sebabnya P3MI hadir untuk memperlengkapi kaum muda baik bidang kerohanian, kepemimpinan, dan juga keahlian. Sehingga dapat berperan nyata dan membawa nilai-nilai rohani ke berbagai aspek dan bidang dimana pun mereka berada.

Persekutuan Pemuda pemudi Methodist Indonesia (P3MI) sebagai wadah pembinaan bagi pemuda dan pemudi anggota gereja, memiliki tiga fungsi yaitu pertama memperlengkapi anggota dengan pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang benar. Hal ini dilakukan dengan metode diskusi rutin yang diadakan oleh organisasi P3MI ini pada waktu -waktu yang telah ditentukan.

Kedua, membentuk karakter hati yang mengasihi. Sebagaimana ajaran kristus yang utama yaitu kasih maka kaum pemuda dan pemudi juga diberi pedoman pengetahuan tentang ajaran kasih tersebut. Tujuannya agar kaum


(39)

pemuda dan pemudi dapat hidup seturut dengan kehendak kristus. Pedoman tersebut diwujudkan dalam bentuk diskusi rutin, ceramah dan seminar yang dilakukan baik oleh P2MI sendiri bekerjasama dengan pilar gereja lainnya.

Ketiga, aktif melayani dan bersaksi bagi kemuliaan Allah. Pelayanan merupakan bentuk nyata iman kita terhadap Tuhan. Pelayanan dapat dilakukan kapan dan dimana saja serta dalam bentuk apa saja sesuai dengan ajaran Tuhan yang diatur oleh gereja. P3MI di dalam melakukan pelayanannya berwujud dalam kegiatan sosial di tengah masyarakat seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, mengadakan pengobatan gratis bagi masyarakat yang tidak mampu dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan sosial yang diadakan oleh pemerintah daerah kota Medan. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti itu maka masyarakat dapat merasakan kehadiran gereja di tengah-tengah mereka.

3.1.7 Sekolah Minggu

Sekolah minggu adalah pelayanan pendidikan yang diberikan oleh gereja kepada anak-anak dari jemaat gereja. Sekolah minggu ini dilaksanakan seminggi sekali yaitu pada hari minggu. Sekolah ini dibagi ke dalam dua kelas yaitu kelas kecil (anak-anak usia 1 sampai 6 tahun) dan kelas besar (anak-anak usia 7 samapai 14 tahun).

Metode belajar yang dilakukan dalam sekolah minggu adalah metode belajar yang ringan. Artinya materi pembelajaran berupa nyanyian, khotbah dan diselingi dengan permainan agar tidak terlalu membosankan.


(40)

Guru sekolah minggu biasanya berasal dari jemaat gereja yang masih remaja yang memiliki kesadaran sendiri dan pengetahuan tentang ajaran kristus bagi adik-adiknya. Guru sekolah minggu ini biasanya berjumlah lebih dari satu orang dan memiliki bakat di dalam mengajar adik-adiknya. Dengan begitu maka proses pembelajaran yang dilakukan akan bejalan lancar dan tepat sasaran yaitu mendidik anak-anak jemaat agar selalu bertumbuh secara iman kepada kristus.

3.1.8 Babtisan

Babtisan adalah pelayanan yang diberikan oleh gereja kepada jemaat yang ingin menjadi warga gereja sebagai persyaratan masuk menjadi warga gereja. Biasanya babtisan dilayani oleh pendeta yang menjadi pimpinan jemaat gereja.

Ada dua jenis baptisan yang digunakan oleh gereja Methodist berbahsa Batak. Pertama yaitu, baptisan selam yaitu metode baptisan yang dilakukan dengan cara menyelamkan jemaat yang mengikuti baptisan tersebut.

Kedua baptisan percik yaitu, metode pembaptisan yang dilakukan dengan cara memercikkan air ke wajah jemaat yang dibaptis. Metode ini yang biasa dilakukan oleh gereja.

Walaupun ada perbedaan cara atau tehnik pembaptisan tapi keduanya tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai tanda bahwa jemaat yang


(41)

dibaptis telah sah menerima kristus sebagai juru selamat hidupnya. Dengan demikian dia berhak melaksanakan kewajiban sebagai anggota dari gereja.

3.1.9 Angkat Sidi

Angkat sidi adalah proses belajar tentang tugas dan kewajiban serta hak sebagai jemaat gereja. Biasanya dilakukan sebagai persyaratan menjadi anggota penuh gereja dan dilayani oleh pendeta atau majelis yang ditunjuk oleh pendeta.

Angkat sidi biasanya dilakukan oleh anggota jemaat gereja yang sudah beranjak dewasa. Proses angkat sidi sendiri ada beberapa tahap, yaitu pertama belajar sidi selama setahun penuh yang dilakukan rutin setiap minggunya dan dibawakan biasanya oleh pendeta atau penatua gereja. Di dalam proses belajar sidi ini para siswa diberi bekal pengetahuan tentang gereja dan kehidupan sebagi jemaat gereja. Untuk itu siswa diajak aktif mengikuti kegiatan belajar ini.

Kedua adalah proses pengangkatan sidi. Proses pengangkatan sidi ini adalah tanda bagi siswa telah lulus sidi. Biasanya dilakukan setelah proses belajar sidi selama setahun penuh telah selesai. Pengangkatan siswa sidi dilakukan oleh pendeta sebagai pimpinan jemaat pada saat kebaktian minggu berlangsung dan disaksikan oleh seluruh jemaat gereja yang hadir.


(42)

BAB IV

KEBERADAAN GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK dan PENGARUHNYA BAGI MASYARAKAT

Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Tanpa orang atau individu keberadaan kita tidak akan dirasakan di tengah-tengah masyarakat. Kita sebagai orang timur yang memegang tradisi yang sangat kuat, rasa persaudaraan itu sehinnga apapun yang dialami oleh saudara kita akan dirasakan juga oleh kita. Maka untuk menggalang rasa persaudaraan ini gereja Methodist Berbahasa Batak Medan juga membuat bidang sosial ini terbagi atas tiga jenis yaitu :

a. Peranan dalam bidang sosial b. Peranan dalam bidang kesehatan c. Peranan dalam bidang pendidikan 4.1 Peranan Dalam Bidang Sosial

Secara umum peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh baik oleh satu pihak maupun bekerjasama dengan pihak lain dalam lingkungan sosialnya dengan tujuan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peran sosial bisa berupa kegiatan suatu lembaga dalam masyarakat dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di masyarakat dalam berbagai bidang, baik sosial, politik ekonomi, keagamaan dan lain-lain.

Adapun tujuan dari diadakannya kegiatan sosial oleh gereja Methodist berbahasa batak ini adalah sesuai dengan misi penginjilan yang ditulis oleh John


(43)

Wesley yang berbunyi dunia adalah tempat pelayananku. John Wesley yang merupakan bapak gereja Methodist seluruh dunia menuangkan pemkirannya tersebut berangkat dari ajaran kasih oleh Yesus Kristus. Di dalam ajaran kasih, kita diajarakan untuk mengasihi sesama umat manusia. Oleh karena itu melayani setiap umat manusia tanpa memandang status sosialnya adalah wujud nyata dari ajaran kasih tersebut. Melayani dengan kasih demi masyarakat yang sejahtera.

dalam urusan sosial ini gereja Methodist melalui umat gereja mempunyai misi yang disediakan gereja sebagai berikut :

1. memupuk dan mendorong rasa kesadaran dan kesetiakawanan sosial diantara anggota jemaat dan masyarakat. Perwujudan dari hal ini adalah dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oeh gereja secara sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial. Berbagai kegiatan tersebut antara lain memberikan santunan bagi anak-anak kurang mampu, meberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi di sekolahnya, mengadakan bakti sosial bagi masyarakat, serta mentaati setiap aturan yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah baik pemerintah kota maupun pemerintah pusat.

2. Anggota jemaat ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial baik dilakukan oleh gereja maupun lembaga-lembaga lain. Adapun wujud dari kegiatan ini antara lain mengadakan pengobatan gratis bagi masyarakat, memberikan santunan bagi korban bencana alam yang terjadi baik di kota


(44)

medan sendiri maupun di daerah-daerah lainnya di Indonesia serta berpasrtisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah kota Medan maupun pemerintah pusat.

3. Meningkatkan kesadaran jemaat gereja yang ada dalam organisasi gereja untuk melaksanakan kegiatan atau pekerjaan sosial di tengah masyarakat. Sebagai bentuk nyata dari kegiatan ini dapat kita lihat dari kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan kerja bakti bagi masyarakat, berpartisipasi dalam setiap kegiatan sosial yang diselenggarakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah kota Medan. Secara keseluruhan kegiatan ini berguna selain menumbuhkan iman bagi jemaat juga menjalin tali silaturahmi antara sesama warga Medan. Dengan demikian kekompakan dan keakraban sesama warga kota Medan tetap terbina dan terselenggara dengan damai dan indah.

4. Mengadakan seminar atau diskusi tentang hal-hal yang terjadi di tengah masyarakat. Adapun bentuk dari kegiatan ini antara lain seminar tentang bahaya narkoba bagi generasi muda dan juga ikut serta dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan baik oleh pihak gereja sendiri maupun dari sesama lembaga keagamaan baik daerah maupun nasional. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat kota Medan khususnya maupun bangsa Indonesia pada umumnya.


(45)

4.2 Peranan Dalam Bidang Kesehatan

kesehatan merupakan harta yang paling berharga. Dengan tubuh yang sehat segala aktifitas dapat dilakukan dengan cepat dan lancar. Berbagai cara diupayakan oleh setiap orang agar tubuh tetap sehat. Mulai dari mengatur pola makan, olah raga teratur sampai kepada rajin memeriksa kesehatan ke rumah sakit. Demikian berharganya kesehatan bagi setiap orang.

Gereja methodist di dalam melakukan pelayanannya juga menyadari peran penting dari kesehatan bagi sebuah masyarakat. Dengan masyarakat yang sehat maka akan tercipta aktifitas kerja yang produktif. Dengan begitu peningkatan kesejahteraan masyarakat akan tercapai.

Menurut WHO (World Health Organisation ), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna, penyembuhan penyakit dan pencegahan penyakit kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat tenaga medik.

Berdasarkan undang-undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, raat jalan dan unit gawat darurat.

Sebagai bentuk kepedulian gereja tehadap kesehatan masyarakat ada beberapa kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh pihak gereja terhadap masyrakat. Antara lain pertama, melaksanakan pengobatan gratis bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berangkat dari pesan John Wesley sebagai bapak pendiri Methodist bahwa memberikan pelayanan bagi masyarakat adalah bentuk


(46)

perwujudan kasih Allah bagi dunia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan gratis ini diberikan selain secara cuma-cuma juga bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat kota medan.

Kedua, mendirikan rumah sakit yang berada di bawah kepengurusan gereja. Rumah sakit Susanna Wesley merupakan rumah sakit yang didirikan oleh gereja dengan tujuan melayani dan meningkatkan kesehatan masyarakat kota medan. Berbagai kalangan dapat berobat ataupun memeriksakan kesehatannya kesini. Rumah sakit ini memiliki agenda rutin pengobatan gratis bagi masyarakat miskin dan kurang mampu.

4.3 Peranan Dalam Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci dalam mencapai tujuan sosial masyarakat. Dengan pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang sejahtera dalam hidupnya. Pendidikan memberikan jawaban bagi masyarakat di dalam menghadapi kehidupannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan yaitu pertama keluarga. Keluarga merupakan lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Di dalam keluarga seseorang pertama sekali mendapat pendidikan. Bentuk pendidikan yang diperoleh biasanya pendidikan non formal. Yang berarti pendidikan yang diperoleh dengan metode yang alami atau tidak resmi. Adapun jenis pendidikannya antara lain berupa penanaman nilai spiritual yaitu kebaktian keluarga bersama, kebaktian minggu ke


(47)

gereja bersama-sama dan pemberian petuah atau nasihat oleh orang tua kepada anak.

Kedua, lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah adalah tempat dimana seorang anak dapat berinteraksi dengan sesamanya dan guru sebagai pendidik. Gereja Methodist Indonesia Berbahasa Batak melihat hal ini sebagai wadah yang tepat untuk memberikan pelayanan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Untuk itu gereja mendirikan yayasan pendidikan gereja Methodist Indonesiapada Januari 1961 di Medan.

Ketiga adalah masyarakat. Masyarakat merupakan tempat seorang mendapat pendidikan yang bersifat non formal. Di sini seorang individu harus dapat mempelajari dan mempraktekkan dengan sendirinya tata krama dalam bermasyarakat. Setiap individu memperoleh pelajaran yang bersifat tersirat karena sudah berhadapan dengan praktek di masyarakat. Gereja juga didalam mengelola pendidikannya memberikan mata pelajaran yang membahas tentang kemasyarakatan seperti ilmu-ilmu sosial, agama maupun budi pekerti. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat bersosialisasi dengan baik ketika terjun ke masyarakat.

Beberapa peran sekolah antara lain, pertama adalah peran sosialisasi. Artinya adalah bahwa pendidikan berperan sebagai wadah sosialisasi bagi peserta didik di dalam mempelajari arti kehidupan yang dituangkan dalam berbagai bentuk mata pelajaran. Dengan sosialisasi tentang kehidupan diharapkan peserta didik dapat merasakan dan memahami manfaat pendidikan bagi keberlangsungan kehidupannya.


(48)

Kedua, sekolah juga berfungsi sebagai kontrol sosial bagi masyarakat dan individu. Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah dapat digunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada peserta didik sehingga menjadi sadar akan tanggung jawab sosialnya bagi masyrakat.

Ketiga sekolah berfungsi sebagai pelestari budaya masyarakat. Nilai-nilai budaya masyarakat yang merupakan pedoman bagi masyarakat dalam beraktifitas dalam kehidupan harus secara terus menerus dijaga dan dilestarikan agar menjaga terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang aman, teratur dan damai. Sekolah atau pendidikan mengambil peran sebagai pelestari nilai-nilai tersebut. Dengan mengajar dan mendidik peserta didik merupakan cara atau upaya di dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Melalui program mata pelajaran yang diajarkan diharapkan peserta didik mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai budaya dari suatu masyarakat.

Pendidikan juga berfungsi sebagai tempat seleksi, latihan dan pengembangan kemampuan peserta didik. Didalam menjalankan kehidupan di tengah masyarakat tentu kita harus memiliki kemampuan untuk berusaha. Pendidikan merupakan jawaban bagi setiap orang dalam melahirkan dan meningkatkan kemampuannya tersebut. Di dalam pendidikan setiap individu diharapakan mampu menggali potensi dan mengembangkan potensinya tersebut bagi perkembangan masyrakat.

Pendidikan merupakan salah satu bidang kegiatan yang menunjang kebutuhan manusia serta membimbung manusia di dalam hidupnya untuk mencapai tujuan hidupnya. Peranan pendidikan menimbulkan semangat untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya. Karena


(49)

pendidikan sangat penting dan sangat berguna, begitulah juga dengan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Gereja Methodist Berbahasa Batak di Medan. Yayasan pendidikan yang didirikan oleh gereja membimbing masyarakat mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai kepada tingkat perguruan tinggi.

Universitas Methodist Indonesia merupakan perguruan tinggi yang didirikan oleh gereja sebagai bentuk kepedulian dan pelayanan gereja bagi pendidikan masyarakat kota Medan.Perguruan tinggi yang berlokasi di Medan ini berdiri pada 1 agustus 1965 berdasarkan hasil musyawarah Gereja Methodist, 26 – 31 Januari di Medan. Sistem kepemimpinan universitas Methodist berganti sekali dalam empat tahun, disesuaikan dengan penyelenggaraan Konferensi Agung Gereja Methodist Indonesia.

Manusia sebagai makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan memerlukansejumlah kebutuhan untuk dapat hidup layak. Manusia memerlukanmakanan, kesehatan, pakaian, pemukiman, komunikasi, dan pendidikan. Dari waktu ke waktu kebutuhan ini memperoleh standar baru sesuai dengan perkembangan zaman. Dan acuan standar ini selalu berpedoman kepada martabat manusia, sehingga dalam batas kemungkinan manusia terus berusaha untuk mempertinggi martabat kemanusiaan di bumi ini.

Seperti yang telah ditegaskan dalam Garis Besar Haluan Negara, pembangunan yang kita tuju dan cara-cara yang kita tempuh untuk melaksanakan pembangunan itu harus menjamin terwujudnya pembangunan manusia Indonesoa sutuhnya dan pembangunnan seluruh masyarakat Indonesia sejalan dengan UUD 1945 sebagai kerangka pengaturan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita,


(50)

memberi kesempatan yang paling besar bagi kelancaran dan kelangsungan pembangunan. Unsur yang penting bagi suatu bangsa adalah stabilitas yang dinamis, keikut-sertaan dan kreativitas seluruh rakyat dan jaminan kelangsungan pembangunan.

Sejalan dengan itu Universitas Methodist Indonesia (UMI) sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Gereja Methodist Indonesia (GMI) dikelola oleh Yayasan Pendidikan GMI yang bertujuan untuk mendidik dan menghasilakan kader-kader bangsa dan negara Indonesia, yang teguh dalam iman, mempunyai ilmu yang tinggi, berbudi pekerti luhur serta mampu membaktikan dirinya kepada Tuhan, bangsa dan negra. Disamping itu UMI bertujuan untuk memelihara, menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta membina dan meningkatkan perkembangan masyarakat kea rah satu tata kehidupan yang lebih dinamis, di atas dasar kebudayaan dan kepribadian Bangsa Indonesia.

Dengan melihat kebutuhan manusia untuk mempertinggi martabat kemanusiaan serta dilandasi bahwa pendidikan adalah merupakan salah satu misi dari Gereja Methodist Indonesia, amka Gereja Methodist Indonesia mengadakan saran apendidikan mulai dari tingkat Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK), sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Hal ini mengakibatkan jumlah lulusan yang mungkin makin meningkat setiap tahunnya. Lulusan SLTA sekolah-sekolah GMI banyak yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi, terutama ke perguruan tinggi di Pulau Jawa. Bagi lulusan SLTA yang berdomisili di Sumatera Utara, pembiayaan pendidikan tinggi akan jauh lebih ringan jika


(51)

pendidikan tinggi itu dapat diperoleh di Sumatera Utara. Tambahan lagi daya tampung perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara terutama di daerah Medan dan sekitarnya masih membutuhkan tambahan perguruan tinggi. Fakta ini menggugah Drs. F. Hutagalung, salah seorang anggota jemaat GMI Medan, untuk mengambil prakarsa mendirikan suatu Perguruan Tinggi yang akan diasuh oleh GMI. Prakarsa ini beliau cetuskan pada tanggal 29 Januari 1965 dalam Konperensi Tahunan GMI yang berlangsung dari tanggal 26 s/d 31 Januari 1965 di Jalan Hang Tuah No. 8 Medan. Prakarsa Drs. F. Hutagalung tersebut memperoleh sambutan positif dalam konperensi dan merupakan salah satu keputusan dalam konperensi tersebut.

Untuk merealisasikan keputusan Konperensi tersebut, maka Dewan Pendidikan dan Pengajaran GMI mengajukan surat (No. 30/Brd.E/1965, tanggal 3 Maret 1965) permohonan izin mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia kepada Menteri Perguruan Tinngi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) RepublikIndonesia. Permohonan tersebut disetujui oleh Menteri PTIP dengan surat beliau tanggal 22 Maret 1965, No.0126/Swt/U/65.

Persetujuan Menteri PTIP direalisasikan oleh Dewan Pendidikan dan Pengajaran GMI dengan membentuk suatu panitia untuk mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia di Medan. Dalam rapat Dewan tertanggal 9 April 1965 terbentuklah panitia, dengan susunan sebagai berikut:

Ketua : Drs. F. Hutagalung Sekretaris : Pdt. H. Panggabean, MA


(52)

Bendahara : Lim Ka Oen

Anggota

: K. Hutapea

: Liaw Ing Seng

: Oei Giok Ie

Dengan dedikasi yang tinggi, walaupun berbekal fasilitas yang sangat minim, panitia berhasil mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia (disingkat PTMI) pada tanggal 1 Agustus 1965.

Penerimaan mahasiswa diumumkan melalui surat-surat kabar, terutam edisi Medan. Fakultas-fakultas yang dibuka adalah Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Inggris dan Fakultas Ekonomi Jurusan Perusahaan. Perkuliahan dilaksanakan di Perguruan Kristen Methodist Indonesia di Jal. MH Thamrin No. 58 Medan. Pada waktu itu terdaftar mahasiswa Fakultas Sastra sebanyak 219 orang, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi sebanyak 39 orang.

Tahun berikutnya, kedua fakultas ini memperoleh status terdaftar sesuai dengan surat Menteri PTIP No. 156/B/Swt/P/66 tertanggal 14 Juli 1966.


(53)

Berdasarkan statuta sementara PTMI, maka Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gereja Methodist Indonesia menetapkan Dewan Kantor PTMI, dan Pimpinan Harian PTMI dengan susunan sebagai berikut:

a. Dewan Kurator PTMI :

Ketua : Pdt. W. Panggabean Wakil ketua : H. Silitonga, SH Sekretaris : Liaw Ing Seng, BA

Anggota

: K. Hutapea

: Lim Giok Khoon

b. Pimpinan Harian PTMI :

Rektor : Drs. F. Hutagalung Pembantu Rektor : Pdt. H. Panggabean, MA


(54)

c. Pimpinan Fakultas :

Dekan Fak. Sastra : Pdt. H. Panggabean, MA Dekan Fak. Ekonomi : Drs. F. Hutagalung

Pada tahun 1967 PTMI membuka Fakultas Teknik Jurusan Mesin dan untuk memimpin fakultas ini diangkat Pejabat Dekan sementara yakni Dr. M.W. Napitupulu. Pada tahun 1968 PTMI juga membuka Fakultas Kedokteran dibawah pimpinan Dr. M.W. Napitupulu.

Pembukaan kedua fakultas ini merupakan bekal pemenuhan persyaratan menjadi universitas bagi PTMI, sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi. Kedua fakultas ini terdaftar dengan surat No. 156A/DPT/1/1969, tertanggal 4 September 1969. Dengan terdaftarnya kedua fakultas ini maka tahun 1978 UMI membuka Fakultas Pertanian serta tahun 1981 kembali membuka Fakultas Ekonomi.

Pada awal perkembangannya, perguruan tinggi ini melaksanakan kegiatan akademis di gedung sekolah Perguruan Kristen Methodist Indonesia di Jl. M.H. Thamrin No. 58 Medan. Dalam perkembangann selanjutnya, terutama untuk memenuhi persyaratan sebagai universitas yang harus memiliki kampus, maka pada Konperensi Agung I GMI (12-16 Pebruari 1969) ditetapkan bahwa kampus UMI berlokasi di Jl. Hang Tuah No. 8 Medan. Pada tahun 1974 diperoleh bantuan dari Pemerintah daerah Tingkat I Sumatera Utara dalam bentuk pembangunan


(55)

ruangan perkuliahan. Berkat bantuan tersebut dapat dibangun ruang kuliah tambahan sebanyak 4 ruangan.

Mengingat jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sementara kampus semakin menyempit, maka pada tahun akademik 1993/1994 Rektor Universitas Methodist Indonesia Pdt. H. Panggabean, MA (alm) membangun kampus II yang terletak di Jl. Setia Budi Psr II Tanjung Sari Medan dengan luas areal ± 3 Ha. Untuk menciptakan ketenangan belajar amak Fakultas Kedokteran dan Fak. Pertanian dipindahkan perkuliahannya ke Kampus II, sehingga proses belajar mengajar di kampus I lebih maksimal.

Oleh karena Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997, sudah barang tentu kampus universitas di seluruh Indonesia terimbas dengan situasi penerimaan mahasiswa baru, amak Rektor Universitas Methodist Indonesia saat ini Drs. A. P. Tambunan, Msi yang ketika itu menjabat sebagai Dekan Fak Ekonomi membuka Program Diploma III Jurusan Akuntansi Manejemen Informatika. Dan sejak Tahuin Akademik 2001/2002 tampaklah kesibukan kampus tertata kembali dengan naiknya jumlah mahasiswa baru.

Sejak beralihnya Pimpinan Universitas Methodist Indonesia dari Rektor lama Dr. R.L. Tobing yang sudah banyak berbuat pada mas periode belia dan dilanjutkan dengan terpilihnya Rektor Baru Drs. A. P. Tambunan, M.Si, tercatat sebagai Rektor UMI termudah terus berupaya meningkatkan kemajuan dengan gagasan yang menonjol menyekolahkan dosen-dosen ke starata yang lebih tinggi serta melengkapi segala fasilitas perkuliahan yang lebih baik.


(56)

Pada saat ini Universitas Methodist Indonesia mengasuh 4 fakultas yang masing-masing terbagi atas beberapa jurusan, yaitu:

Fakultas Sastra didirikan pada tahun 1965, terdiri atas Jurusan Bahasa Inggris dan Sastra Inggris, dengan status Terakreditasi : B.

Fakultas Kedokteran didirikan pada tahun 1969, terdiri atas Jurusan Kedokteran Umum, dengan status Terakreditasi : C.

Fakultas Pertanian didirikan pada tahun 1978, teridir atas:

- Jurusan Budidaya Pertanian, dengan status : Terakreditasi C

- Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan status : Terakreditasi C

4. Fakultas Ekonomi didirikan pada tahun 1980, terdiri atas:

- Jurusan Manajemen, dengan ststus : Terakreditasi C

- Jurusan Akuntansi, dengan status : Terakreditasi B

- Jurusan Manajemen Informatika, dengan status : Terdaftar (Proses Akreditasi)

- Jurusan Komputerisasi Akuntansi, dengan status : Terdaftar ( Proses Akreditasi)

Dari pertumbuhan Universitas Methodist Indonesia seperti terlihat dalam sejarah singkat di atas, maka dalam rangka peningkatan mutu serta pengembangan


(57)

selanjutnya diperlukan suatu program pembangunan yang menyeluruh dan terpadu. Maka setapak demi setapak UMI berusaha mengadakan pembenahan ruang belajar, pembangunan gedung kampus baru, pengadaan laboratorium dan alat laboratorium, perkantoran, perbaikan lingkungan kampus, buku perpustakaan, dan sebagainya.

Awal perwujudan pembangunan tersebut ditandai dengan diresmikannya Gedung Kampus Baru UMI pada tanggal 22 Juni 1993 di Jalan Setia Budi Pasar II Tanjung Sari Medan. Dan dengan demikian kegiatan perkuliahan Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian serta Biro Tata Usaha dipindahkan ke kampus baru UMI Jl. Setai Budi Pasar II Tanjung Sari Medan. Kepemimpinan UMI berganti sekali dalam empat tahun yang mana hal itu disesuaikan dengan hasil penyelenggaraan Konperensi Agung Gereja Methodist Indonesia.

Selain mendirikan universitas sebagai sebuah lembaga pendidikan yang hadir di Medan, gereja Methodist juga mendirikan sekolah Methodist 1di jalan hang tuah, Medan. Kehadiran sekolah ini diharapakan mampu menjadi pelayan bagi masyarakat Medan dalam bidang pendidikan. Sekolah ini merupakan bentuk partisipasi gereja dalam membangun dunia pendidikan di Medan. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berlatar belakang profesi guru. Di dalam menjalankan pendidikannya pihak sekolah sangat memperhatikan pertumbuhan nilai spiritual para muridnya. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah kebaktian bersama para guru dan murid sekali dalam seminggu ditambah ibadah pembuka sebelum memulai pelajaran pada pagi hari di ruangan kelas masing-masing.


(58)

Selain nilai-nilai spiritual sekolah juga menaruh perhatian pada nilai-nilai kebangsaan. Rasa bangga sebagai bangsa Indonesia ditanamkan dalam diri para murid. Upacara sekolah, kegiatan ekstrakurikuler baik pramuka maupun palang merah remaja, serta patroli keamanan sekolah merupakan organisasi para murid yang ingin menyalurkan rasa bangga terhadap tanah airnya.

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam mendidik anak murid. Berbagai metode pun diterapkan, antara lain masuk kelas tepat waktu, disiplin dalam mengerjakan tugas dan taat beribadah. Banyak alumni dari sekolah Methodist jalan hang Tuah medan ini yang diterima di berbagai perguruan tinggi favorit baik negeri maupun swasta. Hal ini semua tidak terlepas dari ajaran John Wesley yang lebih mengutamakan disiplin dalam setiap aktifitasnya dan diterapkan oleh gereja dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah Methodist ini.

Berdiritahun 1927 di jantung kota medan. Methodist 1 medan hadir mendidik siswa dan siswi menjadi insan yang berkualitas serta mampu bersaing dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan.

Siswa siswi Methodist-1 dipersiapkan untuk memasuki universitas negeri dan swasta terbaik serta universitas di mancanegara seperti: Malaysia, Singapore, Australia, Amerika Serikat, India maupun Eropa. Methodist-1 dalam seluruh kegiatannya menekankan ciri khas Kristiani yang mewarnai seluruh tindakan, disiplin, prilaku dalam kegitan sekolah sehari-hari sebagai sekolah yang peduli aspek iman dan moral Kristiani bebas dari narkoba.


(59)

Sebagai lembaga yang menaungi berbagai bidang diatas, gereja menerapkan sistem manajemen yang disiplin, transparan dan tegas. Kedisiplinan dan kejujuran merupakan hal yang diutamakan dalam sistem organisasi gereja. Oleh karena itu ketegasan menjadi kewajiban bagi setiap pemimpin jemaat Gereja Methodist berbahasa Batak ini.


(60)

BAB V KESIMPULAN

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota terbesar di pulau Sumatera. Medan yang didirikan oleh Guru Patimpus berkembang menjadi sebuah kota perdagangan yang multi etnis sejak dibukanya perkebunan tembakau di Deli. Medan menjadi tempat perdagangan dan juga tempat tinggal bagi penduduk yang bersal dari berbagai etnis. Keberagaman etnis yang menempati kota medan menjadikan Medan sebagai kota multi etnis.

Dengan hadirnya berbagai macam etnis di Medan maka melahirkan Medan sebagai kota yang lengkap dengan berbagai komposisi, antara lain datangnya penginjil yang memberitakan ajaran agama Kristen ke Medan. Sejalan dengan misinya mengabarkan ajaran agamakristen dan merangkul berbagai panganut jaran gama lain masuk kedalamnya, maka datang juga penginjil dari Amerika Serikat untuk menyebarkan ajaran Methodist di Medan.

Methodist merupakan ajaran yang dilahirkan melalui pemikiran John Wesley. Oleh karenanya John Wesley diangkat sebagai bapak Methodist. Adapun ajaran Methodist lahir melalui pertobatan john Wesley yang terjadi di jalan Aldersgate London, Inggris. Metode yang diajarkan oleh John Wesley merupakan metode pelayanan yang baru yang berbeda dari ajaran aliran Anglikan yang berkembang di Inggris pada masa itu. Penyebaran ajarannya dilakukan John Wesley dengan cara membentuk kelompok kecil, mengadakan khotbah di jalan-jalan di Inggris dan juga di dalam keluarganya sendiri. Dengan ketekunan dan keyakinan yang teguh akhirnya banyak masyarakat yang menerima ajarannya dan


(61)

menjadi pengikut aliran Methodist bukan hanya di Inggris kampung halamannya John Wesley tapi juga sampai ke seluruh dunia.

Aliran methodist yang diajarkan oleh John Wesley dibawa dan dikembangkan sampai ke benua Amerika. Di sini aliran Methodist menjadi sebuah aliran yang besar. Akhirnya Amerika Serikat menjadi pusat dari penyebaran ajaran Methodist yang sampai ke Malayasia , Singapura dan masuk ke Indonesia.

Sebelum masuk ke pulau Sumatera, fokus penginjilan ajaran Methodist berpusat di pulau Jawa. Akhirnya ajaran Methodist masuk ke pulau Sumatera. Daerah ini merupakan daerah dengan perkembangan perekonomian yang pesat pada masa itu. Selain sebagai daerah pusat perekonomian juga sebagai daerah yang terdiri dari berbagai etnis.

Etnis Tionghoa menjadi tujuan pertama dari pelayanan yang dilakukan oleh misionaris aliran Methodist. Singapura yang didominasi oleh etnis Tionghoa menjadi alasan mengapa missionaris Methodist memilih etnis Tionghoa menjadi tujuan pelayanan mereka mula-mula. Begitupun penyebaran aliran Methodist akhirnya meluas ke berbagai etnis yang ada di pulau Sumatera.

Aliran Methodist masuk pertamakali ke Medan pada 1905 yang dibawa oleh seorang guru bahasa Inggris bernama Solomon Pakhianatan. Pada waktu itu kebaktian masih berlangsung dalam bahasa Inggris dan Melayu. Jumlah jemaat masih terbatas pada masyarakat Tionghoa dan Melayu. Seiring berkembangnya waktu maka pertumbuhan jemaat Methodist pun bertambah dan meluas ke berbagai etnis terutama etnis Batak.

Etnis Batak menjadi etnis yang dominan setelah etnis Tionghoa. Perkembangan jemaat Methodist yang berasal dari etnis Batak mengakibatkan


(62)

timbulnya kebaktian berbahasa Batak di Medan. Meskipun sempat terjadi perselisihan diantara dua etnis mayoritas di dalam tubuh gereja Methodist tetapi itu tidak menyebabkan terjadinya perpecahan di dalamnya. Justru semakin mempererat tali persaudaraan.

Semakin ramainya etnis Batak dalam setiap kesempatan ibadah membuat timbulnya wacana untuk mendirikan gereja berbahasa Batak di Medan. Selama beberapa lama hal ini tetap menjadi wacana sampai akhirnya terwujud lewat pembukaan tanah di jalan Hang tuah, Medan. Inilah yag menjadi awal bagi berdirinya gereja Methodist berbahsa Batak di Medan. Kelak sampai sekarang gereja ini masih tetap berdiri kokoh dan tetap melayani masyarakat kota Medan dengan segenap tenaga dan pikiran.

Pada Januari 1957berdirilah Gereja Methodist berbahasa Batak yang bertempat di Jl. Hang Tuah Medan dan ditahbiskan oleh Bishop Horbart B. Amstutz. Gereja Methodist berbahasa Batak selalu tetap memperhatikan jemaatnya, organisasi yang sifatnya etnisitas di tubuh Gereja Methodist berbahasa Batak selalu dijauhkan oleh pengurus gereja, sehingga sampai saat ini perbedaan etnisitas menjadi salah satu kekuatan bagi tubuh Methodist, yang diatur dengan tata tertib Gereja Methodist Indonesia.

Bishop merupakan pemimpin tertinggi Gereja Methodist di Indonesia termasuk pemimpin tertinggi bagi gereja Methodist berbahasa Batak di Medan. Pengangkatan bishop dilakukan melalui konferensi Agung yang dihadiri oleh seluruh bishop, pendeta Methodist serta perwakilan jemaat.

Kepemimpinan gereja pada awal berdirinya dipimpi oleh seorang Pendeta yang bertindak sebagai pimpinan jemaat gereja. Guru injil menjadi pembantu


(63)

pendeta dalam melakukan pelayanan baik bagi jemaat maupun bagi masyarakat. Selain itu duduk di jajaran kepengurusan gereja ada terdapat majelis sebagai perwakilan jemaat. Diantara majelis terdapat lagi layleader dan layspeaker yang berperan sebagai pemimpin sekaligus perwakilan bagi majelis dan jemaat.

Gereja Methodist berbahasa Batak di dalam melakukan pelayanannya di tengah masyarakat Medan memiliki pilar-pilar sebagai perpanjangan tangan gereja dan juga sebagai wadah pembinaan jemaat gereja tersebut. Berbagai pilar tersebut antara lain pertama Persekutuan Pria Methodist Indonesia (P3MI). pilar yang pertama ini adalah wadah persekutuan bagi kaum pria gereja Methodist berbahasa Batak. Selain membina iman jemaat pria yang sudah dewasa juga mereka melakukan pelayanan yang bersifat taktis maupun strategis bagi masyarakat kota Medan.

Kedua adalah Persekutuan Wanita Methodist Indonesia (PWMI). Ini adalah wadah bagi kaum ibu untuk bersekutu, bersaksi dan melayani bagi masyarakat. Sama halnya dengan P2MI, persekutuan ini juga merupakan perpanjangan tangan gereja dalam melayani masyarakat.

Ketiga adalah Persekutuan Pemuda dan Pemudi Gereja Methodist Indonesia (P3MI). Sesuai dengan namanya ini adalah wadah bagi kaum pemuda dan pemudi untuk dan bertumbuh di dalam iman serta bersaksi dan melayani di tengah masyarakat. Selain mengadakan kebaktian rutin bagi pemuda dan pemudi, persekutuan ini juga aktif melakukan kegiatan sosial bagi masyarakat seperti mengadakan kunjungan dan pemberian sumbangan bagi anak-anak yatim piatu di panti asuhan. Bekerjasama dengan seluruh organisasi pemuda sekota Medan dalam rangka meningkatkan kualitas pemuda kota Medan.


(1)

---, Konferensi Agung ke-IV, Medan: Departemen Pendidikan Dan Pembinaan Warga, 1990.

---, Laporan Sidang Ke-21 Gereja Methodist Indonesia Di Medan, Medan: Gereja Methodist Indonesia, 1964.

---, Notulen Sidang Gereja Methodist Indonesia, Medan: Gereja Methodist Indonesia, 1976.

---, Tata Tertib Gereja Methodist Indonesia, Medan: Penerbitan GMI, 1976.


(2)

Gambar 1 : Bangunan Gereja Methodist Indonesia berbahasa batak di Jl. Hang Tuah no 4 Medan.

Sumber : dokumen pribadi


(3)

Gambar 2 : Prasasti Gereja Methodist berbahasa Batak yang terdapat di dinding gereja

Sumber : Dokumen pribadi

Keterangan : Batu ini merupakan tanda awal berdirinya Gereja Methodist Indonesia berbahasa batak.


(4)

Gambar 3 : Lambang Gereja Methodist Indonesia

Sumber : dokemen pribadi


(5)

Gambar 4: Lambang Persekutuan Pria Methodist Indonesia

Sumber : dokumen pribadi


(6)

Gambar 5: Lambang Persekutuan Pemuda Pemudi Methodist Indonesia

Sumber : dokumen pribadi