Parameter Perencanaan tebal lapis tambah overlay

k. Pada waktu truk berjalan mundur dan ban ganda belakang sudah berada +2 meter didepan titik kontak batang, dan diperkirakan batang tidak akan tepat masuk diantara ban ganda yang bersangkutan, maka trtuk harus maju lagi untuk menempatkan arah. l. Untuk mendapatkan data-data yang baik, disarankan selalu bekerja pada cuaca yang dingin suhu permukaan jalan lebih rendah atau sama dengan 40°C guna menghindari pengaruh suhu terhadap alat dan struktur jalan. m. Pelaporan: Laporkan hasil-hasil pengukuran dan cekung lendutan, dan formulir 1d, pemeriksaan struktur perkerasan jalan.

2.4 Parameter Perencanaan tebal lapis tambah overlay

2.4.1 Menghitung tebal lapis tambah dengan menggunakan lendutan balik. a. Perhitungan lendutan balik. 1. Setelah mendapatkan data-data lapangan yang berupa hasil pembacaan setiap titik dengan cara pemeriksaan lendutan, maka lendutan balik rebound deflection tiap-tiap titik dapat dihitung dengan rumus: d = 2 d 3 –d 1 f t x c d = lendutan balik mm d1 = pembacaan awal mm d2 = pembacaan antara mm d3 = pembacaan akhir mm C = factor pengaruh air tanah Universitas Sumatera Utara = 1 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadan kritis misalnya: musim hujan atau kedudukan air tanah tinggi = 1,5 apabila pemeriksaan dilakukan pada keadan baik misalnya: musim kemarau atau kedudukan air tanah rendah Ft = factor penyesuaian temperature lapis permukaan t1. T1 = 13 t p + tb + t t Tp = temperature permukaan, dari data lapangan Tt = temperature tengah, dari data lapangan. Tb = temperature bawah, dari data lapangan. 2. Menentukan rumus umum dari lendutan balik. Pada kedudukan I 3. Lendutan turun sebesar = d 4. Pembacaan awal d1 = 0 Pada kedudukan II - Lendutan kembali balik = y - Pembacaan antara d2 = ½ y perbandingan 1:2 Pada kedudukan III - Lendutan kembali kebentuk semula = 0 - Pembacaan akhir d3 = ½ d perbandingan 1:2 D1 = 0 d3 = 12d Maka: d3 – d1 = 12 d ½ d = d3 – d1 d = 2 d3 – d1 3. Gambarlah nilai lendutan balik pada titik pemeriksaan yang diperoleh pada no.1, jika tiap titik pemeriksaan menggunakan lebih dari satu alat Universitas Sumatera Utara Benkelman Beam, maka gambarlah nilai lendutan balik rata –rata dari tiap titik pemeriksaan tersebut. 4. Hubungkan nilai –nilai lendutan balik pada no.3 sehingga membentuk lendutan balik. 5. Tempatkan panjang seksi jalan dengan mengusahakan agar tiap –tiap seksi jalan tersebut mempunyai lenbutan balik yang kurang lebih seragam, atau dengan rumus: untuk 4 ≤ n ≤ 21 n - FK n-1 FK = sd x 100 Dimana: n = faktor keseragaman dengan jumlah titk pemeriksaan = n FK n-1 = faktor keseragaman dengan jumlah titik pemeriksaan = n-1 6. Untuk menentukan besarnya lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan tersebut representative rebound deflection, dipergunakan rumus- rumus yang disesuaikan dengan fungsi jalan sebagai berikut: a. D = + 2s untuk jalan arteri atau tol 98 b. D = + 1,64s untuk jalan kolektor 95 c. D = + 1,28s untuk jalan local 90 Dimana: D = lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan. = lendutan balik rata-rata dalam suatu seksi jalan d = lendutan balik tiap titik didalam seksi jalan. Universitas Sumatera Utara n = jumlah titik pemeriksaan pada seksi jalan. S = standar deviasi b. Perhitungan tebal lapis tambah overlay 1. Mencari data –data lalu lintas yang diperlukakan pada jalan –jalan yang bersangkutan antara lain: a. LHR Lalu lintas Harian Rata –rata yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median dan untuk masing –masing arah pada jalan dengan median b. Jumlah lalu lintas rencana design traffic number ditentukan atas dasar jalur dan jenis kendaraan. Tabel 2.2. Presentase kendaraan yang lewat pada jalur rencana Tipe jalan Kendaraan ringan Kendaraan berat 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 jalur 2 jalur 3 jalur 4 jalur 6 jalur 100 60 40 - - 100 50 40 30 20 100 70 50 - - 100 50 47,5 45 40 Ket: : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran. : bus, truk, traktor, trailer. Pada jalan – jalan khusus, misalnya jalan bebas hambatan, tipe jalan 2x2 jalur, dengan ketentuan kendaraan yang lewat tidak diambil 50 seperti table di atas, tetapi diambil antara 50 – 100 dari LHR satu arah, Universitas Sumatera Utara tergantung banyaknya kendaraan yang menggunakan jalur kiri tersebut. 2. Dengan menggunakan perhitungan lendutan balik, menghitung besarnya jumlah ekivalen harian rata-rata dari satuan 8,16 ton 18 kip = 18.000 lbs beban as tunggal, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian masing- masing jenis lalu lintas harian rata-rata tersebut, baik kosong maupun bermuatan dengan faktor ekivalen yang sesuai faktor ekivalen kosog atau isi. 3. Menentukan umur rencana dan perkembangan lalu lintas. 4. Serta menentukan jumlah lalu lintas secara kumulatif selama umur rencana. 2.4.2 Menghitung lendutan maksimum, lendutan balik dan lendutan sisa. a. Perhitungan lendutan maksimum. Setelah mendapatkan data-data dari lapangan yang berupa hasil pembacaan tiap titik pemeriksaan dengan cara seperti tersebut diatas pada cara mengukur lendutan maksimum dan cekung lendutan, maka lendutan maksimum pada titik pemeriksaan tersebut dihitung dengan rumus: D maks = 2 -d 1 . f t . C Dimana: D maks = lendut an maksimum. d 1 = pembacaan awal mm, sejauh 0 cm. C = faktor pengaruh air tanah. f t = faktor penyesuaian temperature lapis permukaan t 1 . Universitas Sumatera Utara b. Perhitungan lendutan balik Setelah mendapatkan data-data dari lapangan yang berupa hasil tiap titik pemeriksaan, maka lendutan balik pada pemeriksaan tersebut dapat dihitung dengan rumus: d = 2 d 3 – d 1 . f t . C c. Perhitungan lendutan sisa. Setelah mendapatkan data-data lapangan yang berupa hasil pembacaan tiap titik pemeriksaan dengan cara seperti diatas pada cara mengukur lendutan maksimum dan cekung lendutan , maka lendutan sisa pada titik pemeriksaan tersebut dapat dihitung dengan rumus: d = 2 d 3 . f t . C 2.4.3 pengukuran suhu. Maksud pengukuran suhu adalah untuk mencari faktor oreksi penyelesaian suhu terhadap suhu standard 35°C. Pengukuran dapat dilakukan terhadap: Temperature tu dan temperature permukaan tp. Dengan menggunakan grafik 1a akan diperoleh temperature lapis permukaan tl dihitung dengan rumus: tl = 13 tp + tt + tb dengan menggunakan grafik 1 akan diperoleh faktor penyesuaian temperatur. Cara yang umum digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga adalah cara pertama, sedang cara kedua dilakukan untuk penelitian-penelitian. Universitas Sumatera Utara Dalam mencari faktor penyesuaian temperature diperlukan juga tebal dan jeniskonstruksi tebal lapis permukaan, yang sekaligus dilakukan bersama- sama dengan pengukuran temperatur. 1 Peralatan yang digunakan. - Thermometer udara Dimana suhunya 5° - 70°C dengan pembagian skala 1°C atau 40° - 140°F dengan pembagian skala 1°F - Thermometer permukaan Dimana suhunya 5° - 70°C dengan pembagian skala 1°C atau 40° - 140°F dengan pembagian skala 1°F. thermometer dilengkapi kerangka pelindung dan dapat berdiri diatas permukaan jalan.gambar no. 4 - Alat-alat sederhana, seperti pahat dan palu. - Paying atau alat pelindung lainnya terhadap sinar matahari. 2 Cara mengukur temperature udara tu - Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer udara seperti tersebut dalam. - Pada siang hari pengukuran dilakukan ditempat teduh dan terbuka dibawah pohon atau pelindung lainnya, sedangkan pada malam hari pengukuran bisa dilakukan langsung ditempat pekerjaan dan terbuka. Pengukuran tidak boleh terpengaruh sumber panas lainnya, seperti mobiltruk, mesin dan api. - Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan sekitar 5 menit. Suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia. Universitas Sumatera Utara 3 Cara mengukur temperature permukaan tp. - Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer permukaan seperti tersebut dalm. - Bersihkan permukaan yang akan diukur terhadap kotoran atau debu yang melekat. - Letakkan thermometer pada titik yang diukur tersebut. Lindungi thermometer tersebut terhadap sinar matahari langsung, deengan payung atau alat pelindung lainnya. - Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan sekitar 5 menit. Suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia. 4 Cara mengukur tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan. - Tebal dan jenis konstuksi lapis permukaan diukur ditepi perkerasan dengan mengadakan penggalian dengan ukuran 10 -10 cm sedalam tebal lapis permukaan. - Catat tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan dalam formulir yang tersedia. 5 Cara mengukur temperature tengah tt. - Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer pernukaan seperti tersebut dalam. - Titik yang akan diukur dapat diambil pada lokasi pengukuran temperature permukaan seperti tersebut dalam. - Pada titik tersebut dilakukan penggalian permukaan perkerasan dengan ukuran 10 -10 cm kira-kira cukup untuk memasukkan thermometer pengukuran dengan baik Universitas Sumatera Utara Penggalian dilakukan sampai kedalaman setengah lapis permukaan seperti tersebut dalam. Ratakan galian lubang tersebut sehingga alat thermometer permukaan dapat diletakkan secara baik pada permukaan dasar galian tersebut. - Letakkan thermometer permukaan tegak lurus pada dasar lubang galian sehingga alat thermometer benar-banar bersinggungan pada permukaan dasar lubang galian tersebut. Lindungi thermometer tersebut terhadap sinar matahari langsung, dengan payung atau alat pelindung lainnya. - Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan sekitar 5 menit. Suhu yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia. 6 Cara mengukur temperature bawah tb. - Pengukuran dilakukan dengan mengguankan thermometer permukaan. - Titik yang akan diukur diambil pada lokasi pengukuran temperature tengah. - Pada titik tersebut dilanjutkan penggalian sampai kedalaman dasar tebal lapis permukaan. - Ratakan dasar lubang galian tersebut hingga alat thermometer permukaan dapat diletakkan secara baik pada permukaan dasar galian tersebut. - Letakkan thermometer permukaan tegak lurus pada dasar lubang galiab sehinggaalas thermometer benar-banar bersinggungaan pada dasar lubang galian tersebut. Lindungi thermometer tersebut terhadap matahari langsung. Dengan paying atau alat pelindung lainnya. Universitas Sumatera Utara Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan selama 5 menit. Suhu yang terbaca dicatat. 7 Cara menggunakan dan membaca alat thermometer. - Pada setiap akan melakukan pengukuran suhu harus dilihat bahwa semua air raksa didalam thermometer harus saling berhubungan untuk thermometer yang kurang baik air raksa ini sering dalam keadaan yang terpisah-pisah, sehingga dapat memungkinkan terjadinya salah pembacaan. - Didalam meletakkan thermometer permukaan harus hati-hati agar benar- benar dapat dipastikan bahwa yang bersinggungan dengan permukaan aspal atau permukaan dasar lubang galian adalah alas dari thermometer tersebut, bukan alas kerangka pelindung thermometer. - Dalam membaca thermometer harus diusahakan setinggi mata,agar suhu yang terbaca adalah suhu yang sebenarnya tinggi air raksa tepat pada angka yang terbaca. 2.4.3 Mengkalibrasikan alat Benkelman Beam. Didalam menggunakan suatu alat terlebih yang bersifat presisi, perlu dilakukan peneraan terlebih dahuluterhadap alat tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah alat tersebut dalam keadaan baik, memenuhi batas-batas ketelitian yang diinginkan,sesuai dengan fungsi kegunaannya. Didalam penggunaan alat Benkelman beam untuk mengukur lendutan perkerasanjalan, diperlukan ketelitian yang cukup tinggi, oleh karena itu diperlukan peneraan terlebih dahulu terhadap alat tersebut sebelum dipakai. Universitas Sumatera Utara Benkelman Beam yang masih ada dalam batas-batas toleransi ketelitian yang ada dapat langsung digunakan, sedangkan Benkelman Beam yang menunjukkankelainan diluar batas toleransi ketelitian, perlu diperbaiki sampai batas toleransi ketelitian tersebut terpenuhi. Peneraan alat Benkelman Beam dengan alat tera ditujukan untuk mengetahui batas – batas toleransi ketelitian alat Benkelman Beam. Apabila batas- batas toleransi ketelitian tersebut dilampaui, maka Benkelman Beam tersebut harus diperbaiki. 1 Alat tera Benkelman Beamgambar no. 7 a. Pelat landasan L untuk landasan pelat tera dan tiang dudukan arloji pengukur. b. Pelat tera T yang dapat turun dan naik pada salah satu sisi S c. Engsel E untuk menghubungkan pelat L dan T d. Skrup pengatur SP, untuk mengatur pelat landasan T dalam kedudukan yang stabil mantap e. Sekrup pengatur SP2, untuk menggerakkan pelat tera T turun naik pada bagian sisi S, yang dihbungkan oleh engsel E. f. Tiang TA, untukdudukan arloji pengukur alat tera. g. Arloji pengukur alt tera AP1. 2 Cara mengukur ketelitian. a. Pasang batang pengukur Benkelman Beam sehingga menjadi sambungan kaku. Universitas Sumatera Utara b. Dengan batang pengukur dalam keadaan terkunci, tempatkan Benkelman Beam pada bidang yang datar, kokoh dan rat, misalnya pada lantai. c. Atur kaki K sehingga Benkelman Beam pada keadaan datar. d. Tempatkan alat tera dalam bidang yang sama atur hingga pelat tera berada dibawah tumit batang TB dari batang pengukur, kemudian atur pelat landasan hingga datar dan mantap. e. Lepaskan pengunci P batang pengukur dan turunkan ujung batang perlahan lahan hingga tumit batang terletak pada pelat teraT. f. Atur arloji pengukur AP2 pada dudukannya hingga ujung batang arloji pengukur bersinggungan dengan bagian belakang natang pengukur, lalu dikunci dengan erat. g. Atur arloji pengukur alat tera AP1 pada dudukanya hingga ujung batang arloji bersinggungan dengan batang pengukur tepat diatas tumit batang TB, kemudian dikunci dengan erat. h. Atur kedudukan batang arloji pengukur Benkelman Beam dan batang arloji alat tera, sehingga batang arloji bisa bergerak 1.k.5 mm i. Dalam kedudukan seperti h atur kedua jarum arloji pengukur pada angka nol. j. Hidupkan alat penggetar B, kemudian turunkan pelat tera dedngan memutar sekru pengatur SP2, sehingga jarum arloji pengukur alat tera menunjukkan penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm. catat pembacaan kedua arloji pengukur pada formulir yang tela tersedia. formulir6 Universitas Sumatera Utara k. Lakukan seperti 10, berturut-turut pada setiap penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai penurunan 2,50 mm. catat kedua pembacaan arloji pengukur setiap penurunan tersebut. l. Dalam keadaan kedudukan terakhir k, naikkan pelat tera berturut –turut pada setiap kenaikan batang arloji pengukur 0,25 mm, sampai mencapai kenaikan 2,50 mm tumit batang kembali pada keadaan semula. m. Hasil pembacaan arloji pengukur Benkelman Beam perbandingan jarak antara tumit batang sampai sumbu 0 terhadap jarak antara sumbu 0 sampai ujung belakang batang pengukur. Untuk alat Benkelman Beam yang umu dipergunakan, deengan factor pembanding 2:1 maka hasil pembacaan arloji pengukur tersebut dikalikan 2. n. Jika hasil pembacaan pada arloji pengukur Benkelman Beam, berbeda dengan hasil pembacaan pada arloji pengukur alat tera, berarti ada kemungkinan kesalahan pada alat, seperti gesekan pada sumbu yang terlalu longgar. 3 Batas toleransi. Jika selisih tersebut diatas n sama atau lebih kecil 0,05 mm maka alat masih dianggapbaik. Jika selisih tersebut diatas n lebih besar 0,05 mm maka alat tersebut perlu diperiksa dan diperbaiki. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerusakan Pada Perkerasan Jalan.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tebal Lapis Tambah (Overlay) Perkerasan Lentur Pada Program Everseries

10 123 77

Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur

6 57 129

EVALUASI TEBAL LAPIS TAMBAH PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (Pd. T-05-2005-B) DAN ASPHALT INSTITUTE (MANUAL SERIES 17) (Studi Kasus Ruas Jalan Yogyakarta - Batas Kota Bantul)

0 3 111

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN TAMBAHAN METODE BENKELMAN BEAM (BB) MENGGUNAKAN APLIKASI VBA-EXCEL

15 94 113

Analisis Perbandingan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993 dan Program EVERSERIES

0 3 8

Analisis Pengaruh Kondisi Bonding Pada Perencanaan Tebal Lapis Tambah (Overlay) Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AUSTROADS (Studi Kasus: Ruas Jalan Jatibarang – Palimanan)

0 4 8

ALTERNATIF PERENCANAAN LAPIS TAMBAH (OVERLAY) PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) Alternatif Perencanaan Lapis Tambahan (Overlay) Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) dengan Metode Lendutan Bina Marga 2005 dan Metode Road Note 31 (Studi Kasus : Ruas

0 1 19

Perencanaan Tebal Perkerasan Tambahan Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Soekarno-Hatta, Bandung.

1 1 49

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAH (OVERLAY) METODE PD-T-05-2005-B DAN METODE SDPJL MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE STUDI KASUS RUAS JALAN KLATEN-PRAMBANAN.

2 15 4

Evaluasi Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Bina Marga (Pd T-05-2005-B) dan Asphalt Institute (MS-17) (Studi Kasus Jalan Yogyakarta- Bantul)

0 2 6