BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Atopik 2.1.1 Definisi Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas, bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan eksaserbasi terutama mengenai bayi
dan anak, dapat pula dewasa. Penyakit ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta adanya riwayat rinitis alergika
atau asma pada keluarga maupun penderita Kariosentono,2007. Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit kulit yang sering dijumpai pada masa bayi,
ditandai dengan pruritus hebat dan memiliki kecenderungan untuk menjadi kronik Williams, 2006.
Istilah dermatitis banyak digunakan oleh para dermatologist yang berorientasi pada sumber ilmu di Amerika, digunakan untuk mengganti kata
“eksema” yang banyak dipakai di benua Eropa. Kata eksema sendiri telah lama dikenal sejak dahulu yaitu pada zaman sebelum masehi, berasal dari
bahasa Yunani “ekzein” yang berarti mendidih atau berbuih. Konsep atopi diperkenalkan pertama kali oleh Coca dan Cooke pada tahun 1923, sebagai
suatu istilah yang dipakai secara spontan pada individu yang mempunyai riwayat keluarga terhadap kepekaan tersebut . Kata atopi diambil dari
bahasa Yunani atopia yang berarti sesuatu yang tidak lazim, different atau out of place, dan istilah ini untuk menggambarkan suatu reaksi yang tidak
biasanya, berlebihan hipersensitivitas dan disebabkan oleh paparan benda asing yang terdapat di dalam kehidupan lingkungan kehidupan manusia.
Kariosentono,2007
2.1.2 Epidemiologi
Menurut International Study of Asthma and Allergies in Childhood, prevalensi gejala dermatitis atopik pada anak-anak usia enam atau tujuh
tahun selama satu tahun periode bervariasi. Prevalensi dermatitis atopik
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkat selama 30 tahun terakhir. Prevalensi dermatitis atopik pada anak di beberapa negara diperkirakan 10-20 sedangkan pada dewasa
diperkirakan 1-3 Watson, 2011. Prevalensi dermatitis atopik meningkat dua kali lipat atau tiga kali
lipat di negara industri selama tiga dekade terakhir; 15-30 anak dan 2-10 orang dewasa yang menderita dermatitis atopik. Gangguan ini seringkali
merupakan awal dari diatesis atopik yang meliputi asma dan penyakit alergi lainnya. Dermatitis atopik sering dimulai pada masa bayi awal. Sebanyak
45 dari semua kasus dermatitis atopik dimulai dalam 6 bulan pertama kehidupan, 60 dimulai pada tahun pertama, dan 85 dimulai sebelum usia
5 tahun. Lebih dari 50 anak yang menderita dermatitis atopik dalam 2 tahun pertama kehidupan tidak memiliki tanda sensitisasi IgE, tetapi
sensitisasi IgE tetap akan terjadi selama selama menderita dermatitis atopik. Sampai dengan 70 dari anak-anak ini memiliki remisi spontan sebelum
masa remaja. Penyakit ini juga dapat terjadi pertama kali pada orang dewasa akhir-onset dermatitis atopik, dan dalam sejumlah besar pasien ini tidak
ada tanda IgE-mediated sensitisasi. Prevalensi dermatitis atopik lebih rendah di pedesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan menunjukkan adanya
hubungan ke hygene hypothesis, yang menyatakan bahwa tidak adanya paparan anak usia dini terhadap agen infeksi meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit alergi. Konsep ini baru-baru ini dipertanyakan berkaitan dengan dermatitis atopik Bieber, 2008.
Prevalensi dermatitis atopik semakin meningkat sehingga merupakan masalah kesehatan besar. Wanita lebih banyak menderita dermatitis atopik
daripada pria dengan rasio 1,3:1 Djuanda,2011. Data mengenai kejadian dermatitis atopik belum diketahui secara pasti. Menurut laporan kunjungan
bayi dan anak di rumah sakit yang ada di Indonesia, kasus dermatitis atopik didapatkan sebanyak 611 kasus Putri, 2012. Sebuah penelitian kohort di
Jakarta pada tahun 2010 dilaporkan prevalensi dermatitis atopik 16,4 pada anak berusia 0-6 bulan Munasir et al, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Faktor Risiko