The Basel Committee on Banking Supervision: Basel Capital Accord

Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 mencemaskan sejak tahun 1980. Dalam periode 1980-an, terjadi perubahan politik, ekonomi, dan kebijakan pemerintah di berbagai negara, yang secara drastis mempengaruhi iklim kehidupan perbankan. 64 Ada tiga produk kesepakatan The Basel Committee yang relevan untuk kerjasama dan harmonisasi pengaturan dan pengawasan bank secara internasional dan menyeluruh dewasa ini, yaitu: 65 Basel Capital Accord atau juga yang biasa disebut Basel Accords mengacu pada ketentuan pengawasan perbankan rekomendasi-rekomendasi pada hukum-hukum perbankan dan peraturan-peraturan. Basel Accord dikeluarkan oleh The Basel Committee on Banking Supervision. Disebut Basel Accord karena 1. International Convergece of Capital Measurement and Capital Standards, Oktober 1988 Basel Capital Accord I; 2. Consultative Document Overview of The New Basel Capital Accord, Januari 2001 Basel Capital Accord II; 3. Core Principles for Effective Banking Supervision, September 1997.

B. The Basel Committee on Banking Supervision: Basel Capital Accord

64 Permadi Gandapradja, Op. cit., hal. 39. 65 Ibid, hal. 41. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 komite pengawas tersebut bersekretariat di Bank for International Settlement BIS di Basel, Swiss dan umumnya para komite berkumpul di sana. 66 Tidak ada hubungan organisatoris antara BIS dan The Basel Committee, karena keduanya berbeda, baik sebagai badan maupun tujuannya. Satu-satunya fungsi yang dilakukan oleh BIS adalah memberi dukungan kesekretariatan bagi The Basel Committee. 67 Komite Basel untuk pertama kali menetapkan metodologi yang dibakukan dalam penghitungan besarnya “modal berdasarkan risiko” risk-based capital dari suatu bank yang perlu disediakan. Komite Basel untuk pertama kali mempublikasikan the first Basel Capital Accord Basel Accord I pada tahun 1988. Pada saat pertama kali membuat kesepakatan Basel, kesepakatan Basel I hanya mencakup risiko kredit credit risk. Modal yang harus disediakan hanya dikaitkan dengan risiko kredit. Modal yang dikaitkan dengan risiko kredit sesuai dengan perkembangan dan pertimbangan pemikiran pada saat kesepakatan pertama dibuat. 68 Adapun tujuan dari kesepakatan Basel Accord adalah agar: 69 66 1. kerangka perhitungan permodalan tersebut mendukung serve peningkatan kekuatan dan stabilitas sistem perbankan secara internasional; http:www.wealthindonesia.comindex.php?option=com_datecontentdate=2007-10- 22, diakses tanggal 1 Maret 2008. 67 Permadi Gandapradja, Op. cit., hal. 37. 68 Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan: Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hal. 27-28. 69 Permadi Gandapradja, Op. cit., hal. 42. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 2. untuk menciptakan kerangka pengukuran kecukupan modal dari bank-bank yang aktif secara internasional; 70 Sejak Juni 1999, The Basel Committee mengambil inisiatif baru dengan mengajukan proposal untuk memperbaharui dan menyempurnakan Basel Accord 1988 Basel Accord I dengan segala amandemennya, yang mana konsep pemikirannya sudah dimulai sejak 1996. Proposal tersebut berlandaskan hasil penelitian The Basel Committee yang mengindentifikasi berbagai tantangan baru dalam kegiatan perbankan internasional, yang tidak bisa lagi diredam ataupun diatasi dengan Basel Accord I. Basel Accord I diakui telah berhasil mencapai dua sasaran utamanya, yaitu menjaga tingkat kecukupan modal dalam sistem perbankan internasional dan menciptakan iklim kompetisi yang lebih seimbang melalui pemeliharaan modal yang cukup di antara perbankan internasional. Basel Accord I juga diakui sebagai standar internasional accepted world standard, dan selama tahun 1990-an telah diterapkan di lebih dari 100 negara. Sungguhpun demikian, The Basel Committee menilai bahwa Basel Accord I masih kurang memadai untuk meredam dan menghadapi potensi risiko dari sistem perbankan di 3. kerangka tersebut adil fair dan memiliki tingkat konsistensi yang tinggi dalam aplikasinya pada bank-bank di berbagai negara, sehingga dapat mengurangi sumber ketidaksetaraan kompetitif di antara bank-bank yang beroperasi secara internasional. 70 Global Association of Risk Professional dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2005: A.50. Dikutip dari Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Op. cit., hal. 28. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 masa depan, 71 dimana Basel I hanya berfokus pada risiko kredit credit risk dengan keharusan untuk memenuhi persyaratan kecukupan modal capital adequacy ratio sebesar 8. 72 Berdasarkan hal tersebut Komite Basel mulai meningkatkan kerjasama dengan bank-bank utama dari negara anggota untuk mengembangkan kesepakatan modal capital accord yang baru. Tujuan utamanya adalah untuk mengarahkan semua risiko perbankan ke dalam suatu kerangka pemikiran kecukupan modal secara menyeluruh. Kesepakatan baru yang ditetapkam dikenal dengan nama Basel Capital Accord II. Kesepakatan Basel II menghubungkan modal secara langsung kepada risiko yang mereka tanggung. 73 Basel II pada dasarnya mengandung tiga pendekatan baru, yang secara mendasar merubah apa yang terkandung di dalam Basel I, antara lain: 74 Kedua, Basel II mengandung konsep-konsep yang lebih fleksibel, menawarkan berbagai pendekatan, dan memberikan insentif bagi konsep risk Pertama, berbeda dengan Basel I yang memfokuskan penghitungan risiko hanya pada satu jenis risiko credit risk, Basel II menekankan kepada metodologi internal masing-masing bank, review dari pengawasan bank, dan disiplin pasar. Dapat dikatakan bahwa Basel II memiliki cakupan lebih luas terhadap jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh bank. 71 Permadi Gandapraja, Op. cit., hal. 50-51. 72 http:www.wealthindonesia.combasel-accordbasel-accord-ii.html , diakses tanggal 1 Maret 2008. 73 Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Op. cit., hal. 46-47. 74 http:72.14.235.104search?q=cache:QwwC2gUEsxIJ:www.bexi.co.idimages_resper bankanThe2520New2520Basel2520Capital2520Accord.pdf+basel+accordhl=idct=cln kcd=19gl=id, diakses tanggal 1 Maret 2008. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 management yang lebih baik, sementara Basel I menetapkan satu konsep yang dianggap sesuai bagi semua bank di dalam sistem perbankan one size fit all. Ketiga, Basel II mengandung konsep yang lebih sensitif terhadap risiko dibandingkan dengan Basel I yang cenderung “menyamaratakan” tingkat risiko dalam suatu struktur tingkatan risiko yang sangat umum. Secara teknis hal yang mengalami perubahan mendasar akibat adanya Basel II adalah luas cakupan atas jenis risiko yang diatur dan tata cara penghitungan masing-masing jenis risiko. Seperti dikemukakan sebelumnya, Basel I hanya mengatur kecukupan modal terkait dengan credit risk. Kesadaran bahwa risiko tidak hanya muncul dari risiko pemberian kredit, membuat The Basel Committee kemudian memperluas cakupan konsep kecukupan modal menjadi meliputi market risk dan operational risk. 75 Tujuan proposal Basel Accord II ada 5, yaitu: 76 75 Ibid. 76 Permadi Gandapradja, Op. cit., hal. 52-53. a. Melanjutkan upaya peningkatan keamanan dan kesehatan sistem finasial. Karena itu, kerangka konsepnya yang baru sekurang-kurangnya harus memelihara tingkat kecukupan modal yang sekarang berlaku. b. Melanjutkan upaya untuk lebih meningkatkan keseimbangan kompetitif dalam percaturan aktivitas perbankan internasional. c. Memberikan landasan yang lebih komprehensif dalam mendudukkan dan menilai berbagai risiko perbankan. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 d. Memberikan pedoman yang mengandung pendekatan terhadap kecukupan modal bank yang lebih sesuai tepat appropriately dari segi sensitivitas terhadap tingakt risiko yang melekat dalam posisi dan kegiatan bank. e. Memfokus kepada bank-bank yang aktif di tingkat ineternasional internationally active banks, walaupun dari segi prinsip yang melandasinya harus cocok pula untuk diterapkan di bank-bank yang kompleksitas dan kecanggihannya bervariasi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, keamanan dan kesehatan sistem perbankan maupun finansialnya tidak dapat dicapai hanya melalui pengaturan kecukupan modal bank. Menurut The Basel Committee, ada tiga pilar yang harus diterapkan secara bersamaan, yaitu: 77 Syarat Modal Minimum lebih dikenal dengan parameter yang digunakan yaitu Capital Adequacy Ratio CAR. Pilar 1 : Syarat Modal Minimum Minimum Capital Requirement; Pilar 2 : Proses Review Pengawasan Bank Supervisory Review Process; Pilar 3 : Disiplin Pasar Market Discipline. Pilar 1 : Syarat Modal Minimum Minimum Capital Requirement 78 77 Ibid, hal. 53. 78 http:72.14.235.104search?q=cache:QwwC2gUEsxIJ:www.bexi.co.idimages_resper bankanThe2520New2520Basel2520Capital2520Accord.pdf+basel+accordhl=idct=cln kcd=19gl=id, diakses tanggal 1 Maret 2008 Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 Pendekatan dalam perhitungan persyaratan modal minimum pada dasarnya sama dengan Basel Accord I. Kebutuhan modal minimum ditetapkan berdasarkan besarnya kredit aset berisiko yang dikaitkan dengan bobot risiko dari masing- masing aset tersebut. Komponen perhitungan modal dan teknik pembobotan risiko diubah dan disempurnakan. Komponen perhitungan modal, di samping risiko kredit juga dipertegas peran risiko pasar dan ditambahkan peran risiko operasional. Teknik pembobotan risiko mengalami perubahan total, baik dari sisi kriteria, prosedur, maupun besarnya bobot risiko. Bank diberi fleksibilitas untuk memilih teknik dan prosedur penilaian risiko yang cocok dengan kondisi dan kemampuannya. Opsi ini menuntut peran aktif dari manajemen bank maupun otoritas pengawasan bank. Pilar 2 : Proses Review Pengawasan Bank Supervisory Review Process Pilar 2 dari Basel Accord II adalah peran dari pengawasan bank dalam melakukan proses review terhadap bank-bank, dan dinilai sebagai komponen yang kritikal terhadap pemenuhan persyaratan kecukupan modal dan disiplin pasar. Melalui pilar 2 ini diharapkan pengawasan bank dapat memastikan bahwa setiap bank memiliki dan menerapkan proses internal yang sehat dalam menghitung kecukupan modal untuk menyangga potensi risikonya. Guna melaksanakan peran tersebut, otoritas pengawasan bank dituntut untuk memiliki dan atau meningkatkan dasar-dasar pertimbangan, pengetahuan, dan praktik terbaik yang berlandaskan prinsip yang sehat dan prudent best Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 practices dalam menilai risiko perbankan. di samping itu, pengawasan bank juga dituntut untuk meningkatkan dialog yang lebih aktif dengan bank. Dengan demikian, pengawasan bank harus mampu mendeteksi penyimpangan secara tepat waktu dan mengambil langkah yang tegas untuk mengurangi risiko atau memperbaiki modal bank. Sungguhpun pengawasan bank dituntut untuk berperan aktif, tidak berarti pengawasan bank mengambil alih fungsi dan tanggung jawab manajemen bank dan mengalihkan tanggung jawab kecukupan modal kepada pengawasan bank. Tanggung jawab tetap berada pada manajemen bank. Pembinaan dan pengawasan terhadap bank tidak dimaksudkan untuk: 79 a. Mengganti manajemen bank dalam melakukan dan mengambil keputusan bisnisnya atas nama bank yang dikelolanya. Sebagai sebuah unit ekonomi yang independen dalam tatanan sistem ekonomi yang lebin luas, bank memilih pertimbangan-pertimbangan sendiri yang bebas dalam rangka memelihara kesinambungan eksistensinya di dalam tatanan tersebut. Keputusan-keputusan yang diambil sepenuhnya dilakukan oleh manajemen bank. Batasan-batasan dan nilai-nilai yang mungkin diberikan oleh pemilik, masyarakat maupun pemerintah dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi bank, dalam arti mempengaruhi pemikiran dan perilaku manajemen, sehingga kegiatan tersebut diarahkan pada tujuan-tujuan yang dikehendaki bersama. Pertimbangan tentang arah pengembangan yang ingin 79 Zulkarnain Sitompul I, Op. cit., hal. 222-223. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 dicapai bank adalah sepenuhnya merupakan perwujudan keputusan-keputusan independen dari manajemen bank. b. Tidak menjamin bank tidak akan jatuh bangkrut. Pengawasan pada hakikatnya merupakan tugas dan kewajiban dari semua pihak yang terkait dengan bank, yaitu manajemen bank, pemilik bank, masyarakat termasuk para nasabah bank dan pemerintah yang dalam hal ini berfungsi sebagai otoritas pengawasan bank-bank yang diwakili oleh Bank Indonesia. Semua pihak dimaksud mempunyai pengaruh terhadap arah dan jalannya operasi bank. Walaupun pihak-pihak yang dimaksud dapat mempengaruhi kegiatan bank, namun tingkat pengaruhnya berbeda antar satu dan yang lainnya. Pihak yang dapat mempengaruhi jalannya bank adalah manajemen bank yang bersangkutan, karena manajemenlah yang secara langsung mengambil keputusan pengelolaan bisnis bank sehari-hari. Pihak-pihak lain juga mempunyai pengaruh, namun pengaruh tersebut tentunya dalam batas-batas tertentu sesuai fungsi yang diembannya masing-masing. Yang menyebabkan bank dapat bangkrut atau tidak adalah pengelolaan bank oleh manajemen bank. 80 c. Bukan untuk mencegah atau melarang bank mengambil risiko bisnis dari kegiatan operasionalnya. Sebagai unit usaha yang berorientasi memperoleh laba, bank akan selalu dihadapkan pada berbagai alternatif bisnis yang dapat menjanjikan keuntungan ataupun kemungkinan risiko rugi. Dengan demikian, kerugian bukanlah suatu yang tidal lazim dan merupakan suatu sifat yang 80 Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 125. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 melekat pada pelaksanaan fungsi manajemen oleh pengelola. Dalam hal ini yang tidak lazim adalah apabila di dalam memperolehnya manajemen bank secara sengaja ataupun sadar telah mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat, atau apabila kerugian tersebut berlangsung secara berkelanjutan tanpa upaya-upaya untuk mengurangi ataupun menghilangkannya. d. Untuk menciptakan distorsi terhadap iklim persaingan yang sehat dari pasar dan tidak untuk memaksakan bank untuk melakukan kebijakan moneter dan kredit tertentu. Persaingan antara bank, justru iklim yang ingin diciptakan oleh kebijakan deregulasi karena dengan iklim tersebut dapat diharapkan menciptakan efisiensi dalam perbankan. Demikian pula kebijakan pengendalian moneter, khusunya pengendalian tidak langsung oleh Bank Indonesia, dimaksudkan untuk memberikan kepercayaan kepada perbankan dan sektor swasta untuk mengatur dirinya sendiri dalam memaksimalkan dan mengefisiensikan sumber-sumber pendanaan masyarakat pada sektor-sektor yang dari segi bisnis memang memerlukan bantuan kredit perbankan. Manajemen bank seabagai pelaku ekonomi menentukan arah pengalokasian dana tersebut. Empat prinsip dasar dari proses pengawasan ini adalah sebagai berikut: 81 81 1 Bank harus memiliki mekanisme proses untuk menilai keseluruhan modalnya http:72.14.235.104search?q=cache:QwwC2gUEsxIJ:www.bexi.co.idimages_resper bankanThe2520New2520Basel2520Capital2520Accord.pdf+basel+accordhl=idct=cln kcd=19gl=id , diakses tanggal 1 Maret 2008. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 terkait dengan profil risiko yang dihadapi dan strategi untuk memelihara tingkat kecukupan modalnya; 2 Pengawas harus melakukan review dan evaluasi mekanisme dan strategi internal bank dalam melakukan penilaian terhadap kecukupan modalnya; 3 Pengawas harus memberikan motivasi kepada bank untuk beroperasi di atas rasio kecukupan modal minimum yang ditentukan, dan mensyaratkan bank untuk memiliki modal lebih besar dibandingkan dengan syarat minimum; 4 Pengawas harus mampu melakukan intervensi lebih dini untuk mencegah agar modal tidak berada di bawah tingkat minimum yang disyaratkan. Perlu digarisbawahi bahwa kecukupan modal bank merupakan faktor yang sangat penting sebagai perwujudan tingkat solvabilitas bank, suatu benteng pertahanan bagi potensi risiko di kemudian hari. Sungguhpun demikian, jumlah modal yang cukup besar tidak dapat mengganti atas fungsi pengendalian yang tidak memadai atau lemahnya manajemen risiko. 82 Disiplin pasar merupakan faktor potensial dalam mengamankan kesehatan bank, sistem finansial, serta untuk mendukung penerapan peraturan permodalan dan supervisory review. Keterbukaan disclosure atas hal-hal penting yang dilakukan oleh bank memberikan informasi terhadap pelaku pasar dan memfasilitasi terwujudnya disiplin pasar yang efektif. Dengan demikian, Pilar 3 : Disiplin pasar Market discipline 82 Permadi Gandapradja, Op. cit., hal. 65. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 meningkatkan transparansi, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Melalui metode tersebut atau dengan manajemen yang baik, bank, investor, depositor, dan sistem financial pada umunya dapat memetik manfaatnya. Peran pengawasan bank adalah melakukan evaluasi terhadap syarat disclosure tersebut dan mengambil langkah yang perlu untuk mengatasinya. Di samping itu juga perlu menetapkan frekuensi pengumuman atas syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam disclosure. Terhadap Basel Accord II tersebut diadakan pengaturan masa transisi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa perubahan yang dilakukan dalam Basel Accord II mengandung perubahan yang fundamental, lebih kompleks, dan menuntut persiapan yang matang, baik dari pihak bank maupun dari pengawasan bank. Masa transisi tersebut berlangsung sekitar tiga tahun sejak Basel Accord II dinyatakan berlaku untuk diimplementasikan, yang semula direncanakan dimulai tahun 2004, tapi ternyata tidak tercapai. Hal itu disebabkan karena masih banyak yang harus dipertimbangkan dan disempurnakan atas “Consultation Document, Overview of The New Basel Capital Accord” Januari 2001. Beberapa kali penyempurnaan telah dilakukan, hingga akhirnya tercapai kesepakatan pada bulan Juni 2004 dan memperoleh endorsemen dari gubernur-gubernur bank sentral dan pimpinan dari lembaga pengawasan bank dari negara-negara G-10. Implementasinya bagi negara G-10 ditargetkan mulai akhir tahun 2006. Dalam revisi akhir tersebut, konsep dasar dari pilar-pilar yang dipergunakan tidak berubah. 83 83 Ibid, hal. 70-71. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009

C. The Basel Committee on Banking Supervision: The Basel Core Principles