Pelaksanaan Pengaturan dan Pengawasan Bank

Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009

2. Pelaksanaan Pengaturan dan Pengawasan Bank

Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank, menurut ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahwa Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini, tentu pengaturan dan pengawasan bank juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 1998. Mengenai kewenangan Bank Indonesia dalam melakukan pengaturan dan pengawasan bank, termasuk di dalamnya pelaksanaan pembinaan. 34 Apa yang dimaksud dengan fungsi “pembinaan” dan “pengawasan” bank oleh Bank Indonesia dapat dibaca pada Undang-Undang Perbankan yang diubah. Penjelasan Pasal 29 memberikan pengertian fungsi “pembinaan” dan “pengawasan” bank tersebut, sebagai berikut: 35 4 kegiatan usaha bank; a. Pembinaan adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek-aspek: 1 kelembagaan bank; 2 kepemilikan bank; 3 kepengurusan bank; 34 Muhamad Djumhana I, Op. cit., hal. 276. 35 Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 122-123. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 5 pelaporan bank; serta 6 lainnya yang berhubungan dengan kegiatan operasional bank. b. Pengawasan meliputi pengawasan tidak langsung, yang terutama dalam bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis dan evaluasi laporan bank; dan pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan. Pengawasan tidak langsung dimaksudkan untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan perkembangan bank, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, serta penerapan early warning system diteksi dini untuk mengetahui tingkat kesulitan yang dihadapi bank secara lebih awal. 36 Jadi Undang-Undang Perbankan yang diubah membedakan secara jelas yang dimaksud dengan fungsi “pembinaan” dan fungsi “pengawasan” dari bank tersebut; fungsi “pembinaan” menitikberatkan pada atau diartikan dengan “regulation”, sedangkan fungsi “pengawasan” menitikberatkan pada atau diartikan dengan “supervision” atau “penyeliaan”. 37 Sedangkan dalam melaksanakan tugas “pengaturan” bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip 36 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Bandung: Books Terrace Library, 2005, hal. 224. 37 Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 123. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 kehati-hatian prudential banking yang ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia. 38 Ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian itu bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha perbankan agar terwujud sistem perbankan yang sehat dan efisien. Oleh karena itu, peraturan-peraturan di bidang perbankan tersebut harus didukung pula dengan sanksi-sanksi yang adil serta harus disesuaikan pula dengan standar yang berlaku secara internasioanal. 39 Pengawasan bank pada prinsipnya terbagi dua, yaitu, pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter macro-economic supervision, dan pengawasan yang mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik prudential supervision. 40 Sasaran yang ingin dicapai oleh macro-economic supervision adalah mengarahakan dan mendorong bank serta sekaligus mengawasinya, agar dapat ikut berperan dalam berbagai program pencapaian sasaran ekonomi makro, baik yang terkait dengan kebijaksanaan umum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kemantapan neraca pembayaran, perluasan lapangan kerja, kestabilan moneter maupun upaya pemerataan pendapatan dan kesempatan berusaha. Adapun tujuan prudential supervision adalah mengupayakan agar setiap bank secara individual sehat dan aman, serta keseluruhan industeri perbanakan menjadi 38 Hermansyah, Op. cit., hal. 174. 39 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perbankan di Indonesia: Bank Umum Bandung: Mandar Maju, 2003, hal. 135. 40 Zulkarnain Sitompul I, Op. cit., hal. 220-221. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 sehat dan dapat memelihara kepercayaan masyarakat. Bank perlu dipagari dengan berbagai peraturan yang membatasi atau sekurang-kurangnya mengingatkan mengenai perlunya penanganan risiko secara seksama, dan bahkan jika perlu melarang bank melakukan kegiatan tertentu yang mengandung risiko tinggi. 41 Dalam rangka pengawasan yang dilakukannya, Bank Indonesia dapat menjalankan pemeriksaan secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali untuk setiap bank. Di samping itu, pemeriksaan dapat dilakukan secara insidentil setiap waktu apabila diperlukan untuk meyakinkan hasil pengawasan tidak langsung dan apabila terdapat indikasi adanya penyimpangan. 42 Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan buku-buku, berkas-berkas, warkat, catatan, dokumen dan data elektronis, termasuk salinan-salinannya. Pemeriksaan ini pula apabila diperlukan untuk memperoleh hasil yang menyeluruh, maka dapat dilakukan terhadap perusahaan induknya, anak perusahaannya, pihak terkait, juga terhadap pihak terafiliasi dari bank yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 43 Yang termasuk pihak yang terafiliasi adalah sebagai berikut: 44 41 Ibid, hal. 221. 42 Muhamad Djumhana I, Op. cit., hal. 104-105. 43 Ibid, hal 105. 44 Try Widiyono, Op. cit., hal. 105. a. Anggota dewan komisaris bank, pengawas bank, direksi atau kuasanya atau pegawai bank. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau pegawai bank khusus bagi bank yang berbentuk badan hukum koperasi, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan lainnya. d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham bank dan keluarganya, keluarga komisaris bank, keluarga pengawas bank, keluarga direksi bank, dan keluarga pengurus bank. Integritas dan keefektifan proses pemeriksaan bergantung kepada kebebasan pemeriksa dari pengaruh pertimbangan politik. Di samping itu, dalam proses pemeriksaan hubungan antara pemeriksa dan bank harus didasarkan kepada adanya kerjasama. Yang paling utama dalam kerjasama tersebut adalah bank harus bersikap jujur dan terbuka. Kerjasama dan keterbukaan dapat mencegah aktivitas kejahatan berskala kecil yang kemudian berkembang menjadi kerugian yang parah. 45 Melalui pengaturan dan pengawasan bank diharapkan dunia perbankan Indonesia selalu menaati kewajiban-kewajibannya yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang 45 Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank: Suatu Gagasan tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, hal. 48. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu: 46 46 Muhamad Djumhana I, Op. cit., hal. 279-280. 1. Memelihara kesehatannya sesuai dengan ketentuan tentang aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, serta setiap kegiatannya didasarkan kepada prinsip kehati-hatian Pasal 29 ayat 2. 2. Menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank, dalam memeberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah serta kegiatan usaha lainnya Pasal 29 ayat 3. 3. Menyediakan informasi untuk kepentingan nasabah mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank Pasal 29 ayat 4. 4. Menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan Pasal 37 B ayat 1. 5. Merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya Pasal 40 ayat 1. 6. Memberikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya apabila diperintahkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan tertentu Pasal 42 A. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 7. Memberikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut apabila diminta atau atas persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan Pasal 44 A. Kewajiban lainnya yang masih diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu: 47 47 Ibid, hal. 280. 1. Menyampaikan segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Pasal 30 ayat 1 2. Memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan Pasal 30 ayat 2 jo. Pasal 29 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 3. Menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasaannya, juga laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Pasal 34 ayat 1. 4. Mengaudit neraca dan perhitungan laba rugi oleh akuntan publik Pasal 34 ayat 2. 5. Mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Pasal 35. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 Berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan bank, pada dasarnya hal-hal yang dapat dilakukan oleh otoritas pengawasan meliputi empat kewenangan, yaitu: 48 Pada umumnya persyaratan pendirian bank menyangkut tiga aspek, yaitu 1 akhlak dan moral calon pemilik dan pengurus bank, 2 kemampuan menyediakan dana dalam jumlah tertentu untuk modal bank, dan 3 kesungguhan dan kemampuan dari para calon pemilik dan pengurus bank dalam melakukan kegiatan usaha bank. 1. Kewenangan memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank power to license Melalui kewenangan ini memungkinkan ditetapkannya ketentuan dan persyaratan pendirian sebuah bank oleh otoritas pengawas. Kewenanagn pemberian izin ini merupakan seleksi paling awal terhadap kehadiran sebuah bank dengan menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu bank. 49 Kewenangan untuk mengatur ini memungkinkan otoritas pengawas bank untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek kegiatan usaha Kewenanangan dalam pemberian izin tersebut juga memungkinkan otoritas pengawas bank mencegah terjadinya pendirian bank yang tidak didukung dengan modal yang cukup, yang kurang dipersiapkan dengan baik atau yang dapat digunakan untuk kepntingan pribadi pemilik atau pengurus tanpa mengindahkan kepentingan masyarakat. 2. Kewenangan untuk mengatur power to regulate 48 Hermansyah, Op. cit., hal. 165-167. 49 Ibid, hal. 166. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 perbankan dalam rangka menciptakan adanya perbankan yang sehat dan mampu memenuhi jasa perbankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketentuan yang dapat ditetapkan antara lain mencakup pengaturan likuiditas dan solvabilitas bank, jenis usaha yang dapat dilakukan, dan risiko, atau exposure yang dapat diambil oleh bank. 3. Kewenangan untuk mengendalikan mengawasi power to control Kewenangan untuk mengendalikan atau mengawasi ini adalah kewenangan yang paling mendasar yang diperlukan oleh otoritas pengawas bank. Pengawasan bank dilakukan melalui pengawasan tidak langsung off site supervision, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui alat pantau, seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya. Dengan data yang diperoleh melalui alat pantau tersebut, otoritas pengawas melakukan penilaian terhadap keadaan usaha dan kesehatan bank. Selain melalui pengawasan tidak langsung tersebut di atas, otoritas pengawas juga dapat melakukan pemeriksaan langsung on site examination, yang dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus. Pengawasan langsung ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang ketaatan terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. 4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi power to impose sanction Kewenangan yang keempat ini merupakan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi apabila sebuah bank kurang atau tidak memenuhi hal-hal yang diatur Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 atau dipersyaratkan dalam kewenangan-kewenangan tersebut di atas. Pengenaan sanksi ini dimaksudkan agar bank melakukan perbaikan atas kelemahan dan penyimpangan yang dilakukannya. Dengan perkataan lain, dalam pengenaan sanksi oleh otoritas pengawas bank tersebut mengandung unsur pembinaan agar suatu bank sungguh-sungguh taat dalam menerapkan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip perbankan yang sehat. Dalam rangka pelaksanaan tugas pengaturan, Bank Indonesia mengeluarkan pokok-pokok ketentuan, antara lain yang berkaitan dengan masalah: 50 Di bidang perizinan, cakupan wewenang Bank Indonesia meliputi: a. perizinan bank; b. kelembagaan bank, temasuk kepengurusan dan kepemilikan; c. kegiatan usaha bank pada umumnya; d. kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah; e. merger, konsolidasi, dan akuisisi; f. sistem informasi antar bank; g. tata cara pengawasan bank; h. sistem pelaporan bank kepada Bank Indonesia; i. penyehatan perbankan; j. pencabutan izin usaha, likuidasi, dan pembubaran bentuk hukum bank; k. lembaga-lembaga pendukung sistem perbankan. 51 50 Soedjono Dirdjosisworo, Op. cit., hal. 136. Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 a. memberikan dan mencabut izin usaha bank; b. memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor bank; c. memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank; d. memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. Mengenai pencabutan izin usaha bank dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut: 52 1. Menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank diperkirakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, dan tindakan penyelamatan yang dilakukan Bank Indonesia belum cukup mengatasi kesulitan yang dihadapi bank. Tindakan penyelamatan yang dilakukan Bank Indonesia yang dimaksud adalah: 53 51 Suwidi Tono, dkk, Op. cit., hal. 179. 52 Malayu S.P. Hasibuan, Op. cit., hal. 53. 53 Kasmir, Op. cit., hal. 56. a memerintahkan pemegang saham untuk menambah modal; b pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank; c bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang macet write-off dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya; d bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain; e bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambilalih seluruh kewajiban; Harningtias Putri : Pengaturan Dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision, 2008. USU Repository © 2009 f bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain; g bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban kepada bank atau pihak lain. 2. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan. 3. Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham. Pencabutan izin usaha ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia yang memuat antara lain: 54 Mengenai tugas pengawasan bank, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dalam Pasal 34 disebutkan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen, yang pembentukannya dilakukan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. 1. penetapan pencabutan izin usaha; 2. perintah penghentian kegiatan usaha termasuk seluruh kantor-kantornya; 3. perintah bahwa setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh pengurus bank wajib memperoleh persetujuan dari bank Indonesia; 4. perintah pelaksanaan ketentuan pembubaran badan hukum bank; pembentukan tim likuidasi dan penyelenggaraan rapat umum pemegang saham.

C. Tugas Pengawasan Bank ke Depan