Uraian Umum Metampiron Efek Samping dan Intoksikasi

Sri Romaito Hasibuan : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Analgetika Metampiron Pada Marmot Cavia Cobaya, 2010. bersenyawanya nitrit dengan amin menjadi nitrosamine didalam tubuh. TjayRahardja, 2002.

2.2 Metampiron Methampiron adalah adalah suatu senyawa analgetik non narkotik yang

bekerja sebagai analgetik dan antiinflamasi. Merupakan natrium sulfonat dari aminopirin. Karena resiko efek samping yang kurang baik dan serius, pemakaian obat ini hanya dibenarkan pada situasi yang serius Martindale, 1989.

2.2.1 Uraian Umum Metampiron

Gambar 2.2 Metampiron Rumus Molekul : C 13 H 16 N 3 NaO 4 S,H 2 O Berat Molekul : 351,37 Nama Kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4- Metilaminometanasulfonat Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan Depkes,1995 Metampiron adalah salah satu obat penghilang rasa sakit golongan NSAID Nonsteroidal Anti Inflammatori Drugs atau sering disebut analgetika non narkotik. Senyawa ini merupakan turuan 5-pirazolon yang secara umum digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan nyeri kepala, nyeri pada spasma usus, ginjal, saluran empedu dan urin, nyeri gigi, dan nyeri pada rematik. Sri Romaito Hasibuan : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Analgetika Metampiron Pada Marmot Cavia Cobaya, 2010. Efek samping yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah agranulositosis Siswandono, 1995. Metampiron bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat. Obat ini dapat menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator- mediator nyeri, seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis dan kimiawi Wilmana, 1998.

2.2.2 Efek Samping dan Intoksikasi

Semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Di Indonesia frekuensi pemakaian metampiron cukup tinggi dan agranulositosis telah dilaporkan pada pemakaian obat ini, tetapi belum ada data tentang angka kejadiannya. Kesan bahwa orang Indonesia tahan terhadap metampiron tidak dapat diterima begitu saja mengingat sistem pelaporan data efek samping belum memadai sehingga mungkin kematian oleh agranulositosis tercatat sebagai akibat penyakit infeksi. Maka pada pemakaian metampiron jangka panjang harus diperhatikan kemungkinan diskrasia darah ini. Metampiron juga dapat menimbulkan hemolisis, edema, tremor, mual dan muntah, pendarahan lambung dan anuria Gunawan, 2007. 2.3 Analgetika 2.3.1 Definisi Analgetika