Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Kadar Kolesterol Dan Trigliserida Darah Marmot (Cavia Porsellus)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR

KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH

MARMOT ( Cavia porcellus)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

RIKA AFRISANTI SIANIPAR

020804043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR

KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH

MARMOT (Cavia porcellus)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

RIKA AFRISANTI SIANIPAR

020804043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH

MARMOT (Cavia porcellus) Oleh :

RIKA AFRISANTI SIANIPAR NIM 020804043

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Desember 2007

Disetujui Oleh

Pembimbing I, Panitia Penguji

(Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.) (Dr. Karsono, Apt.) NIP 130 935 857 NIP 131 415 891

Pembimbing II, (Dr. Edy Suwarso, SU.,Apt.)

NIP 130 935 857

(Dra.Lely Sari Lubis,MSi.,Apt.) (Drs. Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt.) NIP 131 653 973 NIP 130 810 737

(Drs. Saiful Bahri, MS., Apt.) NIP 131 285 999

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra,Apt.) NIP 131 283 716


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah, pemeliharaan, karya-Nya dan kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih tulus dan penghargaan yang tiada terhingga kepada orangtua tercinta, Ayahanda R.Sianipar dan Ibunda H.Sinaga serta Adik Jerry, Rani, Eka dan Fani, atas doa, dorongan semangat, pengorbanan dan kasih sayang kepada penulis selama masa pendidikan hingga selesainya skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt. dan Ibu Dra.Lely Sari Lubis, MSi.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penelitian sampai penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., beserta staf dosen dan pegawai Fakultas Farmasi USU yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menunutut ilmu di Perguruan Tinggi ini.

2. Bapak Dr. Karsono, Apt., Bapak Dr.Edy Suwarso, SU., Apt., Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt. dan Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt sebagai dosen penguji yang telah memberikan koreksi dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

3. Bapak Drs.Rasmadin Mukhtar, MSi., Apt. sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama perkuliahan sampai saat ini.

4. Bapak Dr. P. Panjaitan selaku Kepala Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Ibu Sulastri dan Ibu Siti sebagai pegawai laboratorium yang telah memberi izin dan membantu penulis selama melakukan penelitian.

5. Keluarga “ Shine” ( Kak Esmika, Kak Sinur, Juliyanti dan Imey), adik-adik “Agape” ( Leona, Maria, Netty, Nuri dan Ruth) atas dukungan doa dan moril yang sangat memotivasi penulis selama penelitan sampai penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2002 (Aika, Abe, Agustina, Dewi, David, Hetty, Intan, Jupatman, Lina Tory, Ricky. Riris, Yosy) yang selalu membantu dan memberikan dorongan semangat dan doa kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan penulis berterima kasih untuk masukan-masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan yang berguna bagi ilmu pengeathuan dan ilmu farmasi khususnya.

Medan, Desember 2007 Penulis


(6)

ABSTRAK

Kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi merupakan faktor terjadinya aterosklerosis. Vitamin C sebagai antioksidan mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida dan kekurangan vitamin C dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah hewan percobaan (marmot) yang dibuat hiperkolesterolemia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu dosis vitamin C 4 perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C 2 perlakuan (12 dan 24

hari). Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot awal diukur lalu diberi perlakuan hiperkolesterolemia dan diukur kadar hiperkolesterolemia kemudian diberikan vitamin C dengan dosis P1 = 5,425 mg/kgBB/hari, P2 =

38,75 mg/kgBB/hari dan P3 = 77,5 mg/kgBB/hari kecuali P0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari pada dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P

tidak diberikan vitamin C. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot diukur pada hari ke-12 dan ke-24 setelah pemberian vitamin C.

2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) dapat

menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot secara nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan kelompok P0. Vitamin C juga dapat menurunkan kadar


(7)

(P1), 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) setelah 12 dan 24


(8)

ABSTRACT

High cholesterol and triglyceride level were a factor atherosclerosis occure. Vitamin C as an antioxidan had a relationships with cholesterol and triglyceride metabolism and less of vitamin C could increase cholesterol level in body.. The aim of this experimental was to know the effect of given vitamin C on the cholesterol and triglyceride serum blood level of hypercholesterolemia animal experiment (guinea pig).

The experimental design that been used in this study was completely randomized design factorial with two factor treatment was vitamin C dose with 4 treatment. (P0, P1, P2, and P3) and duration of vitamin C with 2 treatment (12 and

24 days). The first cholesterol and triglyceride serum blood level of guines pig was measured then given hypercholesterolemia treatment. After hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group was given by vitamin C except for P0, with the vitamin C dose P1= 5.425 mg/kgBB/day, P2 =

38.75 mg/kgBB/day and P3

The result showed that given of vitamin C with doses 38.75 mg/kgBB/day (P

= 77.5 mg/kgBB/day. The cholesterol and trygliceride serum blood level of guinea pig was measured at 12 and 24 days after given vitamin C.

2) and 77.5 mg/kgBB/day (P3) after 12 and 24 days could significantly

decrease the cholesterol serum blood level of guinea pig(P<0,05) compared to group P0. Vitamin C could significantly decrease the triglyceride serum blood


(9)

level with doses 5.425 mg/kgBB/day (P1), 38.75 mg/kgBB/day (P2) and 77.5

mg/kgBB/day (P3)after 12 and 24 days (P<0,05) compared to group P0.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

ABSTRAK………. iii

ABSTRACT……… v

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian……… 3

1.3 Perumusan Masalah………. 3

1.4 Hipotesis………. 4

1.5 Tujuan Penelitian……… 4

1.6 Manfaat Penelitian………. 4

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat Dan Bahan Penelitian 2.1.1 Alat-alat penelitian……….. 5

2.1.2 Bahan……….. 5

2.2 Hewan Percobaan………. 5


(11)

2.4 Prosedur Penelitian

2.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia……… 7 2.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C……… 8 2.4.3 Pemberian Vitamin C Pada Marmot Yang

Hiperkolesterolemia……… 8 2.4.4 Pengambilan Darah………. 8 2.4.5 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah

Marmot ……….. 9 2.4.6 Penetapan Kadar Trigliserida Serum Darah

Marmot……… 9

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum

Dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia……….. 10 3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah

12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C……….. 12 3.3 Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot

Sebelum dan Setelah Perlakuan

Hiperkolesterolemia……….. 19 3.4 Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Setelah

12 dan 24 hari Pemberian Vitamin C……… 23 3.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian……… 27

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan……… 30

4.2 Saran………. 30

DAFTAR PUSTAKA……… 31


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Rancangan Percobaan Pengaruh Pemberian

Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar

kolesterol dan trigliserida serum darah marmot………… 7 Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan

setelah perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD…… 10 Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian

vitamin C(mg/dl) ± SD ………. 13 Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah

marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C………. 15 Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis

Pemberian Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar kolesterol serum darah marmot(mg/dl)……… 16 Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya

pemberian vitamin C (12 dengan 24 hari) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot

hiperkolesterolemia (mg/dl)……… 19 Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan

setelah perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD …… 20 Tabel 8 Kadar trigliserida serum darah marmot

hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ……… 22

Tabel 9 Analisis keragaman kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C……….. 24 Tabel 10 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh pemberian

Vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar

trigliserida serum darah marmot (mg/dl)……… 25 Tabel 11 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya

pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap


(13)

Tabel 12 Rekapitulasi kadar kolesterol

serum darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 27 Tabel 13 Rekapitulasi kadar trigliserida

serum darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 28


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian……….. 3 Gambar 2 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot

sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD ……… 11 Gambar 3 Diagram kadar kolesterol serum darah marmot

hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ………. 15 Gambar 4 Diagram kadar trigliserida serum darah marmot

sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD ……… 21 Gambar 5 Diagram kadar trigliserida serum darah marmot

hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari

pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD ………. 23 Gambar 6 Diagram rekapitulasi kadar kolesterol serum

darah marmot (mg/dl) ± SD ……… 28 Gambar 7 Diagram rekapitulasi kadar trigliserida serum


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Bagan alur pengerjaan penelitian……… 33 Lampiran 2 Bagan alur model hewan hiperkolesterolemia……… 34

Lampiran 3 Bagan alur pengambilan darah marmot……….. 35 Lampiran 4 Bagan alur pengukuran kadar kolesterol serum

darah marmot……….. 36 Lampiran 5 Bagan alur pengukuran kadar trigliserida serum

darah marmot……….. 37 Lampiran 6 Data kadar kolesterol serum darah marmot

selama penelitian (mg/dl)……….. 38 Lampiran 7 Data kadar trigliserida serum darah marmot

selama penelitian (mg/dl)……….. 39 Lampiran 8 Contoh perhitungan dosis vitamin C………. 40 Lampiran 9 Contoh perhitungan analisis keragaman

Rancangan Acak Lengkap Faktorial……….. 41 Lampiran 10 Contoh perhitungan Uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) ..……….. 44 Lampiran 11 Contoh perhitungan Uji T………... 45 Lampiran 12 Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium

Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara……… 47 Lampiran 13 Spesifikasi Larutan Pereaksi Kolesterol (Dialab)……… 48 Lampiran 14 Spesifikasi Larutan Pereaksi Trigliserida (Dialab)…….. 50 Lampiran 15 Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merck)………. 52

Lampiran 16 Pengoperasian Alat Microlab 300 (E-Merck)……… 55 Lampiran 17 Gambar Alat Microlab 300 (E-Merck)………... 56


(16)

ABSTRAK

Kadar kolesterol dan trigliserida darah yang tinggi merupakan faktor terjadinya aterosklerosis. Vitamin C sebagai antioksidan mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol dan trigliserida dan kekurangan vitamin C dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah hewan percobaan (marmot) yang dibuat hiperkolesterolemia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu dosis vitamin C 4 perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C 2 perlakuan (12 dan 24

hari). Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot awal diukur lalu diberi perlakuan hiperkolesterolemia dan diukur kadar hiperkolesterolemia kemudian diberikan vitamin C dengan dosis P1 = 5,425 mg/kgBB/hari, P2 =

38,75 mg/kgBB/hari dan P3 = 77,5 mg/kgBB/hari kecuali P0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari pada dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P

tidak diberikan vitamin C. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot diukur pada hari ke-12 dan ke-24 setelah pemberian vitamin C.

2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) dapat

menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot secara nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan kelompok P0. Vitamin C juga dapat menurunkan kadar


(17)

(P1), 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3) setelah 12 dan 24


(18)

ABSTRACT

High cholesterol and triglyceride level were a factor atherosclerosis occure. Vitamin C as an antioxidan had a relationships with cholesterol and triglyceride metabolism and less of vitamin C could increase cholesterol level in body.. The aim of this experimental was to know the effect of given vitamin C on the cholesterol and triglyceride serum blood level of hypercholesterolemia animal experiment (guinea pig).

The experimental design that been used in this study was completely randomized design factorial with two factor treatment was vitamin C dose with 4 treatment. (P0, P1, P2, and P3) and duration of vitamin C with 2 treatment (12 and

24 days). The first cholesterol and triglyceride serum blood level of guines pig was measured then given hypercholesterolemia treatment. After hypercholesterolemia serum blood level was measured, each group was given by vitamin C except for P0, with the vitamin C dose P1= 5.425 mg/kgBB/day, P2 =

38.75 mg/kgBB/day and P3

The result showed that given of vitamin C with doses 38.75 mg/kgBB/day (P

= 77.5 mg/kgBB/day. The cholesterol and trygliceride serum blood level of guinea pig was measured at 12 and 24 days after given vitamin C.

2) and 77.5 mg/kgBB/day (P3) after 12 and 24 days could significantly

decrease the cholesterol serum blood level of guinea pig(P<0,05) compared to group P0. Vitamin C could significantly decrease the triglyceride serum blood


(19)

level with doses 5.425 mg/kgBB/day (P1), 38.75 mg/kgBB/day (P2) and 77.5

mg/kgBB/day (P3)after 12 and 24 days (P<0,05) compared to group P0.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kolesterol sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan dan biasanya dengan konotasi yang negatif. Kolesterol merupakan senyawa lemak yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi antara lain membuat hormon seks, membentuk dinding sel, vitamin D dan lain-lain. Karena demikian pentingnya fungsi kolesterol, maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati. Selain itu kolesterol yang di dalam tubuh juga berasal dari makanan yang kita makan (Sitepoe,1993 dan Soeharto, 2000).

Kenaikan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah merupakan salah satu faktor risiko pembentukkan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan pembuluh darah yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan pada arteri. Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung merupakan penyebab dari penyakit jantung koroner. Bila terjadinya pada pembuluh darah otak akan menyebabkan stroke (Sitepoe, 1993).

Kolesterol yang berasal dari makanan tidak banyak mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah. Tetapi bila diet mengandung terlampau banyak kolesterol atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat. Demikian juga trigliserida dapat diperoleh dari makanan yang kita makan. Makanan yang mengandung lemak terutama lemak jenuh dapat meningkatkan kadar trigliserida di dalam darah (Soeharto, 2000 dan Tjay, 2002).


(21)

Vitamin C sebagai antioksidan yang larut dalam air dapat mencegah terjadinya oksidasi. Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL darah (Silalahi, 2006).

Selain itu vitamin C merupakan komponen penting dalam pemecahan kolesterol. Vitamin C dapat mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida darah. Kolesterol akan sulit dikeluarkan bila vitamin C di dalam tubuh sedikit sehingga dapat menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat. (Hull,1993).

Upaya untuk mencegah dan mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah mulai banyak mendapat perhatian dari para peneliti. Sebab telah dibuktikan bahwa apabila kadar kolesterol dan trigliserida darah dikurangi, maka peluang terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung juga turun. Dalam sebuah studi 1% penurunan kadar kolesterol berkaitan dengan 2% penurunan serangan jantung (Payne,1995).

Oleh sebab itu penulis ingin meneliti pengaruh vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberi pakan yang dicampur dengan kuning telur dan lemak kambing. Pemberian kuning telur dan lemak kambing untuk membuat keadaan hiperkolesterolemia sebab dari hasil penelitian diketahui kombinasi keduanya dapat menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah (Fadlina, 2004). Pada penelitan ini digunakan marmot (Cavia porcellus) sebagai hewan percobaan sebab marmot memiliki kesamaan dengan manusia yang memerlukan vitamin C dalam


(22)

kehidupannya tetapi tidak mampu membuat vitamin C tersebut di dalam tubuhnya (Winarno,1982).

1.2. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Pada gambar ini dapat dilihat hubungan pemberian vitamin C (dalam dosis), lamanya pemberian (hari) dan interaksi antara pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia. Hal ini dapat dilihat dalam 2 faktor, yaitu :

1. Variabel bebas berupa pemberian vitamin C (dosis) dan lamanya pemberian vitamin C (hari)

2. Variabel terikat berupa kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kadar trigliserida darah Kadar kolesterol

darah Kontrol

Dosis vitamin C

Lamanya pemberian vitamin C


(23)

1.3 Perumasan Masalah

Apakah pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

1.4 Hipotesis

Pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum dan tenaga kesehatan bahwa mengkonsumsi vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Sehingga dapat digunakan untuk mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan jumlah kolesterol dan trigliserida dalam tubuh.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat dengan rumus C6H8O6 merupakan salah

satu vitamin yang larut dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air) (Andarwulan, 1992). Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun berikut ini :

( Ganiswara,1995)

Vitamin C disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan banyak hewan dari glukosa kecuali primata dan marmot. Hal ini disebabkan tidak adanya enzim untuk membentuk vitamin C yaitu enzim gulonolakton oksidase yang mengoksidasi 1-gulonolakton menjadi 2 keto-1-gulonolakton. Evolusi ini terjadi 25 sampai 60 juta tahun yang menyebabkan hilangnya kemampuan manusia dan marmot untuk mensintesis vitamin C sendiri (Goodman, 2000).

Vitamin C terdapat banyak di semua sayur mayur, seperti kol, paprika, kentang dan asparagus, serta buah-buahan terutama dari jenis jeruk. Dalam tubuh terdapat di banyak jaringan, termasuk darah dan leukosit. Vitamin C dalam makanan mudah dioksidasi bila makanan terlalu lama dimasak ( Tjay, 2002).


(25)

Vitamin C mudah teroksidasi oleh adanya panas, sinar, basa, serta oleh logam tembaga dan besi ( Winarno, 1982).

Vitamin C mudah diserap melalui saluran cerna dan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Persediaan tubuh sebagian besar terdapat dalam cortex anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi dehidroaskorbat yang sama aktif dengan vitamin C itu sendiri. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan ikatan antara C2 dan C3

Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukkan kolage. Kolagen merupakan protein bahan penunjang utama dalam tulang rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat pendarahan. Hal ini berkaitan dengan efek stimulasi vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin (Darmawan, 1987 ; Tjay, 2002).

. Eksresi berlangsung terutama sebagai metabolit dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat ( Tjay, 2002).

Kebutuhan sehari berdasarkan RDA ialah 25-40 miligram untuk bayi, 70 miligram pada dewasa, 90 miligram wanita hamil dan 110 miligram selama menyusui.(Tjay,2002). Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut, dengan gejalanya terjadi pembengkakan dan perdarahan pada gusi, kaki menjadi empuk dan gigi menjadi mudah lepas ( Winarno, 1982).

Vitamin C dengan dosis lebih dari 1,5 gram/hari dapat menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan peningkatan peristaltik (Ganiswara, 1995). Bila terapi dihentikan secara


(26)

mendadak dapat terjadi rebound scorbut, karena sistem perombakkan vitamin C telah sangat dirangsang oleh dosis tinggi (Tjay, 2002).

2.2 Kolesterol

Kolesterol adalah zat dengan sifat fisik serupa lemak tetapi memiliki rumus steroid. Kolesterol terdapat dalam jaringan, terutama otak, sumsum tulang belakang, hati dan empedu. Hati membuat kolesterol, sangat banyak, sekitar ¾ gram sehari, dari berbagai sumber, termasuk asetat, suatu garam organik yang terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol diet dan asam empedu yang diserap kembali oleh usus halus (Tjay,2002).

Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A melalui beberapa tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil koenzim A diubah menjadi isopentenil piroposfat dan dimetalil pirofospat melalui beberapa reaksi yang melibatkan beberapa enzim. Selanjutnya isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat bereaksi membentuk kolesterol. Pembentukkan kolesterol ini juga berlangsung melalui beberapa reaksi yang membentuk senyawa-senyawa antara, yaitu geranil pirofosfat, squalen dan lanosterol (Poedjiadi, 1994).

Kecepatan pembentukkan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol yang ada dalam tubuh. Apabila dalam tubuh terdapat kolesterol dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan menghambat sendiri reaksi pembentukkannya (hambatan umpanbalik). Sebaliknya bila kadar kolesterol sedikit karena berpuasa, kecepatan pembentukkan kolesterol meningkat (Poedjiadi, 1994).


(27)

1. Kolesterol disintesis di hati

2. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein membentuk LDL (Low Density Lipoprotein) dibawa dalam peredaran darah. Inilah tahap pengedaran sehingga kolesterol dapat menumbuk dan menempel dalam pembuluh arteri

3. Kolesterol berikatan dengan lipoprotein lain membentuk HDL dibawa ke kandung empedu , tempatnya diubah menjadi asam empedu , yang kemudian dibuang melalui usus halus.

4. Beberapa bentuk asam empedu diserap kembali dari usus halus, dikonversikan kembali menjadi kolesterol, dan kemudian dibawa lagi dalam pengedaran kolesterol. (Goodman, 2000).

Kolesterol yang kita makan dari makanan jelas merupakan sebagian dari "pool" kolesterol dalam tubuh; tingkat konsumsi yang dianjurkan 25-300 mg, berarti kurang dari 10 % dari kolesterol yang dibentuk oleh hati. Lebih lagi, ada mekanisme balik yang akan menurunkan jumlah sintesis kolesterol baru bila kita mengkonsumsi lebih banyak kolesterol dari normal. Dalam penelitian Framingham, tak ada perbedaan dalam tingkat kolesterol serum pada pria dan wanita yang mengkonsumsi kolesterol tinggi atau rendah dalam makanannya. Sesungguhnya jumlah kolesterol dalam darah ditentukan oleh interaksi 4 faktor :

1. Laju pembuatan kolestetol oleh hati dari asetat 2. Laju kolesterol diperoleh dari makanan

3. Laju kolesterol yang diubah ke asam empedu dan dibuang melalui usus halus


(28)

4. Laju asam empedu yang diserap kembali dan diubah menjadi kolesterol. Tingkat kolesterol yang tinggi sangat berbahaya dan berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit jantung. Dalam penelitian yang dilakukan oleh National Heart Institute, yang dalam penelitian ini kolesterol darah dikurangi 8,5 %, kematian oleh penyakit jantung menurun 25 %. Tetapi konsumsi kolesterol tidak perlu merupakan penentu dari tingkat kolesterol. Dengan mengubah konsumsi kolesterol dalam diit saja tidak mesti memperoleh tingkat kolesterol yang rendah (Goodman, 2000).

Biokimiawi dan fungsi kedua lipoprotein , LDL dan HDL, sangat penting dalam memahami siklus kolesterol. LDL, Low Density Lipoprotein membawa kolesterol dalam aliran darah, mendorong kolesterol sehingga menempel pada sel pembuluh. LDL adalah "kolesterol jahat". HDL sebaliknya membawa kolesterol kembali ke kandung empedu, tempatnya diubah menjadi asam empedu dan dibuang melalui usus halus. HDL dengan demikian disebut sebagai "kolesterol baik" karena mereka membantu memusnahkan kolesterol. Fakta kini menunjukkan bahwa total kolesterol, ukuran LDL dan HDL sesungguhnya merupakan indeks kolesterol yang handal dibandingkan hanya total kolesterol saja. Tingginya kadungan kolesterol dan LDL berhubungan erat dengan penyakit jantung, tinginya HDL berhubungan dengan rendahnya penyakit jantung (Linder, 1992).

2.2 Trigliserida

Trigliserida yang lebih dikenal dengan sebutan triasilgliserol merupakan gliserida dimana gliserol diestrerifikasi dengan 3 asam lemak. Trigliserida


(29)

terdapat pada minyak sayur dan lemajk hewan. Trigliserida dapat merupakan 95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi pada semua bentuk makanan dan persentasenya sama dengan dalam tubuh manusia. (wikipedia). Trigliserida dibentuk di hati yang berasal dari lipid yang kita makan atau berasal dari karbohidrat dan disimpan sebagai lemak di bawah kulit dan di organ-organ lain. (blankenhorn)

Trigliserida pada tanaman cenderung relative cair pada temperatur kamar terutama karena mengandung asam lemak tidak jenuh 9 mono maupun majemuk) dan ranati asam lemak yang lebih pendek (dibanding dengan trigliserida yang biasa didapatkan pada tubuh hewan) rantai pendek dan asam lemak jenuhnya lebih sedikit dan terutama ikatan tidak jenuh akan menurunkan titik cair dari asam lemak tersebut (Linder,1992).

Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan kalor yang penting untuk proses-proses yang membutuhkan energi dalam tubuh. Tigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak; terutama 99% dari volume sel. Disamping digunakan sebagai sumber energi , trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai ungsi fisik yaitu sebagai bantalan tulang-tulang dan organ-organ vital, melindungi organ-organ tadi dari guncangan atau rusak (Soeharto, 2000).

Trigliserida ini diangkut terutama sebagai sebagai kilomikron dari usus menuju hepar, kemudian mengalami metabolisme disini dan dalam jumlah besar sebagai VLDL diangkut dari hepar menuju ke seluruh jaringan tubuh. Oleh


(30)

karena itu trigliserida yang tinggi cenderung disertai dengan VLDL dan LDL yang tinggi pula, sementara HDL justru rendah. (Goodman, 2000).

Trigliserida sangat erat hubungannya dengan obesitas. Umumnya orang-orang gemuk mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma. Trigliserida banyak disimpan dibalik lipatan kulit. Makin gemuk sesorang, makin banyak trigliserida yang terdapat dalam tubuhnya dan membuat kulit menjadi berlipat-lipat. Tidak jarang ditemukan pula, banyka orang gemuk mempunyai kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini membuktikan bahwa pada obesitas, walaupun trigliserida banyak disimpan dibawah lipatan kulit, tetapi trigliserida dalam darah tidak selamanya tinggi pula. Simapanan trigliserida yang berlebihan itu sewaktu-waktu potensial sebagai bahan pembentukkan VLDL dan LDL di hepar (Payne, 1995).

Pada wanita,trigliserida umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pria. Tetapi pada waktu menopause, trigliserida wanita cenderung meningkat dan insiden terjadinya penyakit koroner pada wanita makan meningkat juga. Konsumsi alcohol, asam lemak jenuh, karbohidrat, dan jumlah kalori yang tinggi dapat meningkatkan trigliserida. ( Linder, 1992).

Besar kemunkinan bahwa kadar trigliserida yang tinggi barangkali juga menyebabkan serangan jantung. Naiknya kadar trigliserida barangkali mendorong timbulnya serangan-serangan jantung dengan mempercepat pembentukkan ateroma dan membuat darah menjadi lebuh mudah menggumpal. Tingginya kadar trigliserida barangkali disebabkan oleh gangguan turunan langka terhadap metabolisme dimana trigliserida-trigliserida darah terlalu tinggi


(31)

(lebih besar daripada 4 mmol/l). Namun, yang jauh lebih umum, suatu kadar trigliserida yang tinggi merupakan gejala sekunder suatu faktor penyakit lain seperti : diet, kegemukan, diabetes mellitus, masukkan alcohol, gout

(Soeharto, 2000).

Metabolisme lipoprotein kaya trigliserida, kilomikron dan VLDL berhubungan erat dengan HDL lipoprotein berdensitas tinggi sebagai aktivato, yang dikirim ke lipoprotein kaya trigliserida. Peranan trigliserida terhadap pembentukkan aterosklerosis masih kontroversi. Trigliserida dapat menyebakan terjadinya aterosklerosis karena memiliki hubungan dengan VLDL. Trigliserida dipengaruhi merugikan oleh kenaikan berat badan dan diabetes tidak terkontrol. Konsentrasi trigliserida berhubungan terbalik dengan HDL dah kadar lipoprotein lipase jaringan adiposus. Kebanyakkan hipertrigliseridemia bias dikontrol dengan diet (Linder, 1992).

Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari makanan atau dibuat seniri oleh tubuh. Kadar trigliserida dalam darah yang diinginkan maksimal 150 mg/dl. Makanan yang mengandung lemak terutama lemak jenuh meningkatkan tingkat trigliserida di dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol jahat. Lemak yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan alpokat tidak mengandung kadar kolesterol tetapi kadar trigliserida relative tinggi (Linder, 1992).

Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah peningkatan terhadap LDL kolesterol dan penurunan HDL kolesterol apabila


(32)

terjadi hipertrigliseridemia. Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama dengan VLDL, yang bersifat aterogenik. Di samping itu, hipertrigliseridemia membantu trombosis arteri koroner, mendorong penyakit jantung koroner. Juga hipertrigliseridemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah, menambah factor risiko pembentukkan aterosklerosis.

2.3 Hiperkolesterolemia dan Aterosklerosis

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam darah berada diatas ambang batas normalnya. Kadar kolesterol normal pada manusia berkisar antara 150-200 mg/dl. Apabila kadar kolesterol darah diatas 200 mg/dl maka dapat dikategorikan hiperkolesterolemia. Kenaikan kadar kolesterol dalam darah dikatakan sebagai hiperkolesterolemia dengan mekanisme pembentukkan sebagai berikut : bila terjadi gangguan pembentukkan kolesterol di dalam jaringan hati dan jaringan alat pencernaan, dapat mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah. Dalam hal ini, yang mempunyai peranan penting adalah enzim HMG Co-A reduktase (Tjay, 2002)

Hiperkolesterolemia dapat pula terjadi apabila eliminasi kolesterol dalam tubuh mengalami gangguan. Kolesterol dielimasi dari tubuh melalui usus sebagai feses dalam bentuk garam empedu dan asam empedu. Bila eliminasi berkurang, akan meningkatkan kolesterol didalam darah. Mekanisme lainnya hiperkolesterolemia, apabila konsumsi kolesterol bertambah maupun sumber pangan lainnya yaitu lemak jenuh, banyak dipergunakan sebagai bahan makanan (Sitepoe,1993).


(33)

Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan pembuluh darah yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan pada arteri. Keterkaitan peningkatan kolesterol di dalam darah atau hiperkoleterolemia dengan pembentuk terjadinya aterosklerosis disebut faktor risiko atau atherogenicfactor.

Beberapa teori pembentukkan terjadinya aterosklerosis yaitu : (1) Teori Reaksi terhadap kerusakan jaringan

Adanya reaksi terhadap kerusakkan endothelium dengan terbentuknya deposit yang diisi dengan zat-zat “ lemak” dan zat lainnya.

(2) Teori Monoclonal

Adanya isoenzim dijumpai pada lesi dan multiplikasi sel proliferasi membentuk ateroma.

(3) Teori Lisosomal

Enzim lisosomal dapat meniadakan degradasi degradasi dari sel-sel, untuk melanjutkan pembentukkan dari ateroma (Sitepoe,1993). Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung merupakan penyebab dari Ischaemic-Heart Disease. Bila terjadinya pada pembuluh darah otak merupakan penyebab dari CVD (Cerebro-Vascular-Disease). Pada pembuluh darah lainnya jarang dijumpai aterosklerosis (Sitepoe,1993).


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2.1Alat dan Bahan Penelitian

2.1.1 Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah microlab 300 (Merck), sentrifuge (Swing Type Model CD-50 SR Tomy Seiko), timbangan, neraca analitik (Mettler Toledo), mikropipet (Clinicon), inkubator, tip yellow and blue, oral sonde, alat-alat gelas dan alat-alat-alat-alat lain yang dibutuhkan.

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Vitamin C (E. Merck), pakan BR 1 CP5 11-B, reagensia kolesterol (Dialab), reagensia trigliserida (Dialab), aquadest, lemak kambing, kuning telur ayam eropa, etanol dan vaseline.

2.2 Hewan Percobaan

Marmot (dengan berat 200-400 g) berumur 3 bulan yang dikondisikan terlebih dahulu selama 1 minggu.

2.3Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu pengaruh pemberian vitamin C (dosis) dengan 4 perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) dan lamanya pemberian vitamin C (hari)

dengan 2 perlakuan (12 dan 24 hari) dengan 6 ulangan menggunakan 24 ekor marmot yang sengaja dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberi pakan yang dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1% dan lemak kambing 20% dari


(35)

jumlah makanan/hari selama 7 hari. Sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia diukur kadar kolesterol dan trigliserida awalnya lalu setelah 7 hari diberi perlakuan hiperkolesterolemia diukur kadar kolesterol dan trigliserida darah marmot tersebut, kemudian diberi perlakuan sebagai berikut :

Perlakuan A : diberi aquadest sebagai kontrol

Perlakuan B : diberi vitamin C dosis 5,425 mg/kgBB/hari dikonversikan dari 70 mg dosis manusia manusia.

Perlakuan C : diberi vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dikonversikan dari 500 mg dosis manusia.

Perlakuan D : diberi vitamin C dosis 77,5 mg/kgBB/hari dikonversikan dari 1000 mg dosis manusia

Pemberian vitamin C dilakukan selama 24 hari, lalu kolesterol dan trigliserida serum darah diukur pada hari ke-12 dan hari ke -24. Kadar kolesterol dan trigliserida serum darah diukur menggunakan metode kolorimetri CHOD-PAP dengan alat microlab 300 di Laboratorium Kesehatan Medan. Rancangan percobaan pengaruh pemberian vitamin C setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darh marmot dapat dilihat pada Tabel 1. Bagan alur pengerjaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis keragaman dari Rancangan Acak Lengkap Faktorial dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat dilihat pada contoh perhitungan yang terdapat pada Lampiran 9 dan 10.


(36)

Tabel 1. Racangan Percobaan Pengaruh Pemberian Vitamin C Setelah 12 dan 24

hari Terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Darah Marmot

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C ( diberi aquadest)

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari 2.4 Prosedur Penelitian

2.4.1 Model Hewan Hiperkolesterolemia

Marmot terlebih dahulu diukur kadar kolesterol dan trigliserida darah awalnya. Kemudian marmot diberi makan pakan biasa yang dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1 % dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari selama 7 hari. Setelah itu diukur kadar kolesterol dan trigliserida darahnya. Bagan alur pengerjaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Data dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

Lamanya pemberian

Kadar Kolesterol Pada Perlakuan Kadar Trigliserida Pada Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3

Selama12 hari pemberian

vitamin C

P0 1 P11 P21 P31 P0 1 P11 P21 P31

P02 P12 P22 P32 P02 P12 P22 P32

P03 P13 P23 P33 P03 P13 P23 P33

P04 P14 P24 P34 P04 P14 P24 P34

P05 P15 P25 P35 P05 P15 P25 P35

P06 P16 P26 P36 P06 P16 P26 P36

Selama 24 hari pemberian

vitamin C

P0 1 P11 P21 P31 P0 1 P11 P21 P31

P02 P12 P22 P32 P02 P12 P22 P32

P03 P13 P23 P33 P03 P13 P23 P33

P04 P14 P24 P34 P04 P14 P24 P34

P05 P15 P25 P35 P05 P15 P25 P35


(37)

2.4.2 Pembuatan Larutan Vitamin C

Timbang 1000 mg Vitamin C lalu dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml. Kemudian diberikan langsung kepada masing-masing marmot sesuai dengan dosisnya pada hari itu juga. Perhitungan dosis vitamin C dapat dilihat pada Lampiran 8.

2.4.3 Pemberian Vitamin C Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia

Marmot dibagi menjadi 4 kelompok dimana kelompok pertama diberikan aquadest saja sebagai kontrol (P0). Kelompok kedua diberikan larutan vitamin C

dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P1). Kelompok ketiga diberikan larutan

vitamin C dengan dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P2). Kelompok keempat diberikan

larutan vitamin C dengan dosis 77,5 mg/kgBB/hari (P3

2.4.4 Pengambilan Darah

). Pemberian vitamin C dilakukan selama 24 hari. Kadar kolesterol dan trigliserida darah setelah pemberian vitamin C diukur pada hari ke-12 dan hari ke-24.

Marmot dipuasakan terlebih dahulu selama 10-14 jam. Lalu bulu telinganya dicukur dengan silet sampai bersih. Dibilas dengan alkohol, lalu darah diambil dari vena telinga dengan cara disayat menggunakan pisau silet sebanyak ± 2 ml (Smith,1988) dan dimasukkan dalam tabung yang bersih. Kemudian telinga marmot dioleskan vaseline. Darah didiamkan membeku selama 30 menit pada suhu kamar, kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin sebelum diukur (Suarsana,2004). Bagan alur pengambilan darah dapat dilihat pada Lampiran 3.


(38)

2.4.5 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Prinsip kerja:

Kolesterol esterase

Kolesterol Ester + H2

Kolesterol Oksidase

O Kolesterol + asam lemak Kolesterol + O2 Kolesterol 3-one + H2O

Peroksidase

2

2 H2O2 + Fenol + 4-aminoantipirin Quinonimine + 4 H2

Darah yang telah diambil dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm maka akan dihasilkan dua lapisan, yaitu bagian serum dan padatan. Dipipet bagian serum sebanyak 10 µl, kemudian dimasukkan dalam tabung yang telah berisi larutan reagensia kolesterol sebanyak 1000 µl. Dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37

O

0

2.4.6 Penetapan Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot

C. Diukur pada alat Microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm. Dicatat hasilnya, dapat dilihat pada Lampiran 6. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah dapat dilihat pada Lampiran 4.

Trigliserida Lipoproteinlipase Gliserol + asam lemak

Gliserol + ATP Gliserolkinase Gliserol-3-pospat + ADP

Gliserol 3Posfat + O2 Gliserol3pospat oxidase Dihidroksiaseton pospat + H2O2

2H2O2+4-aminoantipirin +4-klorofenol Peroksidase Quinonimine+ HCL+4H2

Darah yang telah diambil dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm maka akan dihasilkan dua lapisan yaitu bagian serum dan padatan. Dipipet bagian serum sebanyak 10 µl kemudian dimasukkan dalam tabung yang telah berisi larutan reagensia trigliserida sebanyak 1000 µl. Dihomogenkan lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37

O

0


(39)

dengan panjang gelombang 546 nm lalu dicatat hasilnya, dapat dilihat pada Lampiran 7. Bagan alur pengukuran kadar trigliserida darah dapat dilihat pada Lampiran 5.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah Perlakuan Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah diberi perlakuan hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2

Tabel 2 Kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Perlakuan

Kadar kolesterol (mg/dl) ± SD

Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia

A 40,83 ± 7,05 69.5 ± 8,41

B 39,67 ± 6,34 70.33 ± 12,43

C 42.33 ± 4,58 80.67 ± 13,45

D 42.67 ± 3,93 75.67 ± 18,39

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum diberi vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0

B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari) C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

SD : Standar Deviasi

( vitamin C 77,5 mg/kgBB/hari)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol serum darah sebelum perlakuan hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan membandingkan kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan hiperkolesterolemia ( dengan memberi


(41)

pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari) selama 7 hari memberi pengaruh nyata terhadap kadar kolesterol serum darah marmot.

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan adanya kenaikan kadar kolesterol serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia dibandingkan sebelum diberi perlakuan hiperkolesterolemia.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D

Perlakuan K a d a r K o le s te ro l (m g /d l) sebelum perlakuan hiperkolesterolemia setelah perlakuan hiperkolesterolemia

Gambar 2. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum diberi perlakuan pemberian vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0

B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari) C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

SD: Standar Deviasi

( vitamin C 77,5 mg/kgBB/hari)

Menurut Sitepoe (1993) kadar hiperkolesterolemia dapat dilihat dari adanya kenaikan kadar lipid yang terukur yaitu kadar kolesterol. Hasil ini dinyatakan sebagai kondisi hiperkolesterolemia. Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar kolesterol setelah perlakuan dengan


(42)

pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% dan lemak kambing 20 % dari jumlah makanan/hari memperlihatkan kadar kolesterol yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot tersebut telah hiperkolesterolemia.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sumber utama kolesterol dari makanan hanya berasal dari produk hewani seperti daging, susu, telur dan hasil perikanan (Razak, 2006 dan Soeharto, 2000). Kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol sehingga pemberian pakan yang mengandung kuning telur sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, 2001).

Begitu juga dengan lemak jenuh (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi akan mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol di dalam darah. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Sitepoe, 1993).

3.2 Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot Setelah 12 dan 24 hari

Pemberian Vitamin C

Kadar kolesterol serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat urutan kadar kolesterol serum darah marmot pada hari ke-12 dari yang tertinggi yaitu perlakuan P0 (64,5), lalu diikuti

oleh P1 (63,16), P2 (50,67) dan yang terendah P3 ( 43,3). Hal ini sama juga

dengan kadar kolesterol darah marmot pada hari ke-24 dengan nilai tertinggi pada P0 (64,83) lalu diikuti oleh P1 (63,33) , P2 ( 45,5) dan yang terendah P3 ( 26,33).


(43)

Tabel 3 Kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia setelah 12 dan

24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

P0 64,5 ± 12,14 64,83 ± 11,84

P1 63,16 ± 15,22 63,33 ± 6,15

P2 50,67 ± 16,55 45,5 ± 12,47

P3 43,33 ± 6,62 26.33 ± 7,17

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C (aquadest)

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD : Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol serum darah marmot setelah diberikan vitamin C pada hari ke-12 dan ke-24. Hal ini terlihat dari adanya penurunan kadar kolesterol pada kelompok P1, P2 dan P3 bila

dibandingkan dengan P0 yang tidak diberikan vitamin C baik pada hari ke-12

maupun hari ke-24. Selain itu dapat dilihat bahwa semakin besar dosis vitamin C maka pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia juga semakin besar. Ini dapat dilihat dari kadar kolesterol pada P3 < P2< P1<P0

Berdasarkan Tabel 3 tersebut kita juga dapat lihat adanya pengaruh lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol yaitu terjadi penurunan kadar kolesterol pada hari ke-24 bila dibandingkan dengan hari ke-12 yaitu pada P

baik pada hari ke-12 dan hari ke-24.

2

(50,67 menjadi 45,5) dan P3 ( 43,33 menjadi 26,33). Tetapi juga terdapat

kenaikan kadar kolesterol yang kecil pada P0 (64,5 menjadi 64,83) dan P1( 63,16


(44)

Hal ini menunjukkan bahwa lamanya pemberian vitamin C juga memberi pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol serum darah marmot yang berarti semakin lama diberi vitamin C maka penurunan kadar kolesterol semakin besar walaupun pada kelompok P0 dan P1 terjadi kenaikan kadar kolesterol di hari

ke-24. Kenaikan kadar kolesterol pada P0

Untuk P

disebabkan pada perlakuan tersebut tidak diberi vitamin C sehingga metabolisme kolesterol menjadi asam empedu tidak terjadi bahkan dengan tidak adanya vitamin C (defisiensi vitamin C) maka terjadi peningkatan kolesterol dalam serum darah dan penimbunan kolesterol dalam hati (Sitepoe,1993).

1 dengan dosis vitamin C yang kecil yaitu 5,425 mg/kgBB/hari juga

terjadi kenaikan kadar kolesterol pada hari ke-24. Ini disebabkan karena dengan dosis yang kecil maka metabolisme kolesterol menjadi asam empedu berjalan lambat ( Ginter, 1973 dan Goodman, 2000). Maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk P0 bila dibandingkan P2 dan P3

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar kolesterol serum darah marmot yang hiperkolesterolemia .

untuk menurunkan kadar kolesterol bila dosisnya kecil.

Pada diagram jelas terlihat bahwa ada pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan semakin besar dosis vitamin C yang diberikan dan semakin lama pemberian vitamin C maka kadar kolesterolnya semakin kecil.


(45)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

P0 P1 P2 P3

Perlakuan K a d a r K o le s te ro l (m g /d l)

setelah 12 hari pemberian vitamin C setelah 24 hari pemberian vitamin C

Gambar 3. Diagram kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia

setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD: Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB /hari

Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C dapat diketahui dari hasil analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Analisis keragaman kadar kolesterol serum darah marmot

hiperkolesterolemia setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C

SK DB JK KT F hitung F 0,05 F 0,01

Hari 1 352,09 352,09 2,60 4,08 7,31

VitaminC

(dosis) 3 7140,42 2380,14 17,59** 2,84 4,31

Interaksi 3 595,42 198,48 1,4676 2,84 4,31

Error 40 5409,99 135,24 - - -

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman ** : beda nyata DB : Derajat Bebas F 0,05 : nilai F tabel pada α 0,05

JK : Jumlah Kuadrat F 0,01 : nilai F tabel pada α 0,01


(46)

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa pengaruh lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara lamanya pemberian dengan dosis vitamin C tidak mempengaruhi kadar kolesterol serum darah marmot tetapi pengaruh dosis pemberian vitamin C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata artinya dosis pemberian vitamin C mempengaruhi kadar kolesterol serum darah marmot. Akan tetapi belum dapat dipastikan dosis yang memberi pengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah marmot. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), yang dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C

terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

P0 64,5 a 64,83 a

P1 63,16 a 63,33 a

P2 50,67 b 45,5 b

P3 43,33 bc 26.33 bc

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. ( P<0,05)

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3 :

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24 P perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

0

tidak berbeda nyata dengan P1, namun P0 berbeda nyata dengan P2 dan P3.. P1

berbeda nyata dengan P2 dan P3 sedangkan P2 berbeda nyata dengan P3. Dari data

tersebut berarti penurunan kadar kolesterol mulai terlihat pada pemberian vitamin C dengan dosis 38,75 mg/kgBB/hari (P2) dan 77,5 mg/kgBB/hari (P3). Hal ini


(47)

menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari dan 77,5 mg/kgBB/hari mampu untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot pada keadaan hiperkolesterolemia dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan P0

tanpa pemberian vitamin C (P<0,05) namun belum memberikan pengaruh yang nyata pada P1

Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan meningkatnya sintesis kolesterol (Goodman, 1993). Kolesterol dieliminasi dari tubuh melalui usus sebagai feses dalam bentuk asam empedu. Hal ini berkaitan dengan konsumsi vitamin C karena vitamin C mempunyai peranan yang penting pada metabolisme kolesterol menjadi asam empedu ( Khomsan, 2000 dan Sitepoe, 1993).

dengan dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P>0,05).

Vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dengan cara memecah kolesterol menjadi asam empedu dan garam empedu di dalam hati kemudian mensekresikannya ke dalam empedu lalu ke usus, dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh sebagai feses (Sitepoe, 1993).

Vitamin C juga meningkatkan pembuangan kotoran dengan demikian menurunkan diserapnya kembali asam empedu dan konversinya menjadi kolesterol. Vitamin C juga meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL (Goodman, 1993 dan Khomsan,2007).

Selain itu vitamin C juga merupakan antioksidan yang dapat mengikat radikal peroksil. Kelompok radikal ini merupakan senyawa antara yang terbentuk dalam rangkaian reaksi oksidasi lipida seperti pada oksidasi LDL (Low Density


(48)

Lipoprotein). Lipoprotein ini merupakan alat pengangkut utama kolesterol dari hati ke seluruh sel jaringan dalam tubuh. Apabila LDL teroksidasi oleh adanya radikal peroksil maka LDL yang teroksidasi tidak dapat lagi dikenali oleh reseptornya (Silalahi, 2006). Hal ini dapat menyebabkan jumlah LDL dalam darah meningkat. Apabila jumlah LDL dalam darah banyak maka kadar kolesterol di tubuh juga meningkat. Adanya vitamin C yang cukup di tubuh akan mencegah terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Vitamin C juga akan menaikkan kadar HDL (High Density Lipoprotein)

Walaupun pada analisis keragaman pada Tabel 4 lamanya pemberian vitamin C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tapi dapat juga dilakukan uji Beda Nyata Terkecil sebab sering terjadi pengaruh dari suatu perlakuan tertentu tidak tampak pada uji F akibat tertutup oleh pengaruh perlakuan lain (Sugandi,1994). Maka untuk mengetahui pengaruh lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol serum darah marmot dilakukan juga uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap pengaruh lamanya pemberian vitamin C yang dapat dilihat pada Tabel 6.

yaitu lipoprotein yang membawa kolesterol dari seluruh jaringan kembali ke hati yang selanjutnya akan diubah menjadi asam empedu dan garam empedu. (Goodman 1993 dan Hull1993)

Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol serum darah di hari ke-12 pada P0, P1, dan P2 tidak

berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2 di hari ke-24 tapi berbeda nyata pada P3 hari


(49)

C tidak memberi pengaruh yang nyata pada dosis yang kecil tapi memberi pengaruh yang nyata pada vitamin C dosis tinggi yaitu pada dosis

77,5 mg/kgBB/hari(P3

Tabel 6 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin

C (12 dengan 24 hari ) terhadap kadar kolesterol serum darah marmot hiperkolesterolemia (mg/dl)

).

Perlakuan Kadar Kolesterol Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

P0 64,5 a 64,83 a

P1 63,16 a 63,33 a

P2 50,67 a 45,5 a

P3 43,33 a 26,33 b

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3 :

Beberapa penelitian mengatakan bahwa vitamin C dosis tinggi (1-5 gram) dapat menurunkan kadar kolesterol serum (Hodges,1980). Bila konsumsi kolesterol maupun lemak jenuh meningkat mengakibatkan hiperkolesterolemia, maka diperlukan vitamin C yang lebih banyak dalam transformasi asam empedu untuk kemudian dieksresikan (Sitepoe, 1993).

perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

3.3Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Sebelum dan Setelah

Perlakuan Hiperkolesterolemia

Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 4.

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih


(50)

tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan hiperkolesterolemia.

Tabel 7 Kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah perlakuan

hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Perlakuan

Kadar Trigliserida (mg/dl) ± SD

Sebelum perlakuan (awal) Setelah perlakuan hiperkolesterolemia

A 43,67 ± 3,20 81,5 ± 6,35

B 44 ± 3,41 79,16 ± 10,07

C 45 ± 3,41 88,67 ± 12,61

D 41,83 ± 3,87 81,5 ± 8,26

Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum perlakuan pemberian vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0

B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari) C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

SD : Standar Deviasi

( vitamin C 77,5 mg/kgBB/hari)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar trigliserida serum darah

marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar trigliserida serum darah sebelum perlakuan hiperkolesterolemia..

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan adanya kenaikan kadar trigliserida serum darah marmot setelah perlakuan hiperkolesterolemia.

Hal ini sesuai dengan hasil uji T (Lampiran 11) dengan membandingkan kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar trigliserida sebelum dan setelah perlakuan hiperkolesterolemia (P<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dari perlakuan hiperkolesterolemia (dengan memberi pakan yang


(51)

dicampur dengan kuning telur ayam eropa 1% dan lemak kambing 20% dari jumlah makanan/hari)selama 7 hari terhadap kadar trigliserida serum darah marmot. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D

Perlakuan K a d a r T ri g li s e ri d a ( m g /d l) sebelum perlakuan hiperkolesterolemia setelah perlakuan hiperkolesterolemia

Gambar 4. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot sebelum dan setelah

perlakuan hiperkolesterolemia (mg/dl) ± SD

Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan sebelum perlakuan pemberian vitamin C

A : untuk perlakuan tanpa vitamin C sebagai P0

B : untuk pemberian vitamin C sebagai P

( diberi aquadest)

1 ( vitamin C 5,425 mg/kgBB/hari) C : untuk pemberian vitamin C sebagai P2

D : untuk pemberian vitamin C sebagai P

(vitamin C 38,75 mg/kgBB/hari)

3

Kenaikan kadar trigliserida serum darah lebih sering disebut dengan hipertrigliseridemia (Tjay, 2002). Kadar hipertrigliserida juga dapat dilihat pada kenaikan kadar trigliserida setelah perlakuan hiperkolesterolemia dibandingkan dengan kadar trigliserida sebelum perlakuan hiperkolesterolemia (Sitepoe,1993). Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar trigliserida setelah perlakuan dengan pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur 1 % dan lemak kambing 20 % memperlihatkan kadar trigliserida


(52)

yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia tersebut telah hipertrigliserida.

Trigliserida adalah komponen lain dari lemak dalam darah dan seperti halnya kolesterol, trigliserida dapat berasal dari pakan yang dimakan atau dibuat sendiri oleh tubuh. Sumber utama trigliserida dalam darah adalah lemak terutama lemak jenuh dalam makanan ( Soeharto, 2000 dan Payne,1995).

3.4Kadar Trigliserida Serum Darah Marmot Hiperkolesterolemia Setelah 12

dan 24 hari Pemberian Vitamin C

Kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian vitamin C ini dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 5

Tabel 8 Kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24 hari pemberian

vitamin C (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

P0 80,33 ± 15,25 72,67 ± 8,17

P1 71,33 ± 4,63 64,83 ± 11,87

P2 71,66 ± 17,70 65,5 ± 17,16

P3 72,5 ± 10,89 49,83 ± 5,71

Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataaan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitaminC 5,425mg/kgBB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75mg/kgBB/hari

3

SD : Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 kadar trigliserida serum darah marmot pada P0 lebih tinggi daripada P1, P2,dan P3, demikian juga

pada hari ke-24 P0 lebih tinggi daripada P1, P2,dan P3. Ini menunjukkan adanya

pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia bila dibandingkan dengan P0 yang tanpa


(53)

pemberian vitamin C. Hal ini berarti vitamin C dapat menurunkan kadar trigliserida serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia walaupun pada hari ke-12 ternyata P3 lebih besar daripada P1 dan P2 tetapi pada hari ke-24

P2 yang lebih besar daripada P1 dan P3.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

P0 P1 P2 P3

Perlakuan K a d a r T r ig lis e r id a ( m g /d l

setelah 12 hari pemberian vitamin C

setelah 24 hari pemberian vitamin C

Hal ini dapat juga dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian dan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida serum darah marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia.

Gambar 5. Diagram kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan 24

hari pemberian vitamin C (mg/dl) ± SD

Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

Pengaruh dosis pemberian vitamin C, lamanya pemberian vitamin C dan interaksi antara dosis pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar trigliserida darah marmot yang diberi perlakuan hiperkolesterolemia dapat diketahui dari hasil analisis keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 9.


(54)

Tabel 9 Analisis keragaman kadar trigliserida serum darah marmot setelah 12 dan

24 hari pemberian vitamin C

SK DB JK KT F hitung F 0,05 F 0,01

Hari 1 1386,75 1386,75 9,08** 4,08 7,31

VitaminC

(dosis) 3 1415,16 471,72 3,09* 2,84 4,31

Interaksi 3 571,75 190,58 1,29 2,84 4,31

Error 40 6105,97 152,64 - - -

Keterangan :

SK : Sumber Keragaman F 0,05 : nilai F tabel pada α 0,05

DB : Derajat Bebas F 0,01 : nilai F tabel pada α 0,01

JK : Jumlah Kuadrat * : beda nyata KT : Kuadrat Tengah ** : beda nyata

Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa lamanya pemberian vitamin C memberi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (P<0,01) dan pemberian dosis vitamin C memberi pengaruh yang nyata (P< 0,05) terhadap kadar trigliserida serum darah tetapi interaksi antara lamanya pemberian dengan dosis pemberian vitamin C tidak memberi pengaruh terhadap kadar trigliserida serum darah marmot. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh dosis pemberian vitamin C dan lamanya pemberian maka dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), yang dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada hari ke-12 dan hari ke-24 P0 berbeda nyata dengan P1,P2 dan P3, P1 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3

tetapi P2 berbeda nyata dengan P3. Ini berarti bahwa penurunan kadar trigliserida

sudah terlihat pada pemberian vitamin C dosis 5,425 mg/kgBB/hari (P1) sampai

77,5 mg/kgBB/hari (P3). Namun lebih nyata pada dosis 77,5 mg/kgBB/hari (P3)).

Hal ini telah menunjukkan bahwa pemberian vitamin C mampu untuk menurunkan kadar trigliserida serum darah marmot dan berbeda nyata bila


(55)

dibandingkan dengan kelompok P0 yang tanpa pemberian vitamin C (P<0,05)

walaupun hal ini terlihat lebih nyata pada hari ke-24 khususnya pada P3

Tabel 10 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh dosis pemberian vitamin C

setelah 12 dan 24 hari terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) dengan dosis 77,5 mg/kgBB/hari.

Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

P0 80,33 a 72,67 a

P1 71,33 b 64,83 b

P2 71,66 b 65,5 b

P3 72,5 bc 49,83 bc

Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b,c) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.pada P<0,05

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5 ,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kgBB/hari

3

Tabel 11 Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pengaruh lamanya pemberian vitamin

C (12 dan 24 hari) terhadap kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) : perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Perlakuan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Vitamin C

12 hari 24 hari

P0 80,33 a 72,67 b

P1 71,33 a 64,83 a

P2 71,66 a 65,5 a

P3 72,5 a 49,83 b

Keterangan :

Kadar trigliserida yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan

Notasi/huruf yang berbeda (a,b) menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada P < 0,05

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat pengaruh lamanya pemberian vitamin C yaitu perbandingan hari ke 12 dengan hari ke- 24. Tabel ini menunjukkan bahwa


(56)

pada hari ke-12 P0 dan P3 berbeda nyata dengan Po dan P3 hari ke-24, tapi P1

dan P3 tidak berbeda nyata. Ini menunjukkan bahwa pada P0

Selain itu P

yang tanpa pemberian vitamin C dengan adanya pertambahan hari ternyata memberi pengaruh terhadap kadar trigliserida darah. Ini berarti terjadi penurunan trigliserida walau tanpa pemberian vitamin C. Diduga hal ini disebabkan dalam selang waktu tersebut marmot tidak lagi diberi pakan yang berkolesterol dan mempunyai lemak jenuh. Menurut Sitepoe (1993) bahwa ada pengaruh tidak mengkonsumsi pangan yang mengandung lemak jenuh dengan efek turunnya kadar trigliserida di dalam darah bila dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

3 pada hari ke-12 juga berbeda nyata dengan P3

Trigliserida yang dihasilkan oleh hati akan dibawa melalui aliran darah dalam bentuk

hari ke -24. Ini menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi memberi pengaruh yang nyata terhadap kadar trigliserida serum darah marmot.

Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL berfungsi mengangkut trigliserida (Anonim, 2003). VLDL kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Kemudian IDL melalui serangkaian proses akan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein)

Vitamin C sebagai antioksidan dapat menurunkan kadar LDL sehingga juga dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah dan juga meningkatkan kadar HDL yang berarti akan membuang kelebihan kolesterol dan trigliserida

yang mengandung beberapa trigliserida tetapi tinggi kolesterol (Hull,1993).


(57)

yang terdapat dalam tubuh karena kerjanya yang berlawanan dengan LDL (Silalahi ,2006 dan Soeharto, 2000).

3.5Rekapitulasi Hasil Penelitian

Pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar kolesterol serum darah marmot dalam keadaan hiperkolesterolemia dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 6.

Tabel 12 Rekapitulasi kadar kolesterol serum darah marmot (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Kolesterol

Kadar kolesterol setelah pemberian vitamin C Awal Hiperkolesterolemia Setelah 12 hari Setelah 24 hari P0 40,83 ± 7,05 69.5 ± 8,41 64,5 ± 12,14 64,83 ± 11,84 P1 39,67 ± 6,34 70.33 ± 12,43 63,16 ± 15,22 63,33 ± 6,15 P2 42.33 ± 4,58 80.67 ± 13,45 50,67 ± 16,55 45,5 ± 12,47 P3 42.67 ± 3,93 75.67 ± 18,39 43,33 ± 6,62 26.33 ± 7,17

Keterangan :

Kadar kolesterol yang tercantum adalah kadar rataan dari 6 ulangan P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD: Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol serum darah marmot pada pada hari ke-12 maupun hari ke-24 bila dibandingkan dengan kelompok P0 . Hal ini juga dapat dilihat pada


(58)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

P0 P1 P2 P3

Perlakuan K a d a r k o le s te ro l (m g /d l) sebelum perlakuan hiperkolesterolemia setelah perlakuan hiperkolesterolemia setelah 12 hari pemberian vitamin C setelah 24 hari pemberian vitamin C

Gambar 6 Diagram rekapitulasi kadar kolesterol (mg/dl) ± SD Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD : Standar Deviasi

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 77,5 mg/kg BB/hari

Pengaruh pemberian vitamin C dan lamanya pemberian terhadap kadar trigliserida serum darah marmot dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 7

Tabel 13 Rekapitulasi kadar trigliserida serum darah marmot (mg/dl) ± SD

Perlakuan Kadar Trigliserida

Kadar trigliserida setelah pemberian vitamin C Awal Hipertrigliserida 12 hari 24 hari P0 43,67 ± 3,20 81,5 ± 6,35 80,33 ± 15,25 72,67 ± 8,17 P1 44 ± 3,41 79,16 ± 10,07 71,33 ± 4,63 64,83 ± 11,87 P2 45 ± 3,41 88,67 ± 12,61 71,66 ± 17,70 65,5 ± 17,16 P3 41,83 ± 3,87 81,5 ± 8,26 72,5 ± 10,89 49,83 ± 5,71

Keterangan : P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C (diberi aquades)

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD : Standar Deviasi


(59)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar trigliserida serum darah marmot pada hari ke-12 maupun hari ke-24 bila dibandingkan dengan kelompok P0

0 20 40 60 80 100 120

P0 P1 P2 P3

Perlakuan K a d a r T r ig lis e r id a ( m g /d l sebelum perlakuan hiperkolesterolemia setelah perlakuan hiperkolesterolemia setelah 12 hari pemberian vitamin C

setelah 24 hari pemberian vitamin C

yang tanpa pemberian vitamin C. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Diagram rekapitulasi kadar trigliserida (mg/dl) ± SD Keterangan :

P0

P

: perlakuan tanpa pemberian vitamin C

1

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C 5,425 mg/kg BB/hari

2

P

: perlakuan dengan pemberian vitamin C dosis 38,75 mg/kg BB/hari

3

SD : Standar Deviasi


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pemberian vitamin C (dosis) berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot. Lamanya pemberian vitamin C (hari) memberi pengaruh nyata pada penurunan kadar trigliserida tetapi tidak memberi pengaruh nyata pada penurunan kadar kolesterol serum darah marmot.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh vitamin C sebagai antihiperlipidemia dan antiaterosklerosis.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2003). Kelainan Lipid Pengobatan Hiperlipid. Idi Online. Diakses 31

Juli 2007.http :/

Ginter,E . (1973). Cholesterol: Vitamin C Controls Its Transformation To Bile Acids. Science. p. 179.

Gomez. (1994). Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua. Penerbit UI-Press. Hal.. 87-111

Goodman, S. (2000). Ester-C® Vitamin C Generasi III. Cetakan keenam. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 37-39.

Hodges, R.E. (1980). Modern Nutrition in Health and Disease. Goodhart,R.S. dan M.E.Shils. Lea & Febiger. Philadelphia. Hal.259.

Hull, A. (1993). Penyakit Jantung ,Hipertensi & Nutrisi. Cetakan pertama. Radar Jaya Offset. Jakarta. Hal. 11-12 dan 43-44.

Kusumawati, D. (2004). Bersahabat Dengan hewan Coba. Cetakan pertama. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 92

Lidya, I.M. (2001). Minyak Sawit Mempercepat Regresi Ateroskelerosis Aorta Pada Kelinci Hiperkolesterolemia Ringan Tetapi Tidak Pada Yang Hiperkolesterolemia Berat. Thesis Pascasarjana IPB. Bogor. Hal.42. Linder,M.C. (1992). Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Cetakan pertama.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.177.

Payne, M. (1995). Kiat Menghindari Penyakit Jantung. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal.15-16.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Cetakan pertama. Penerbit Universitas Indonesia. Hal.296.

Razak, R. (2006). Kolesterol Berlebihan Resiko Sakit Jantung. Anugrah Bintang Popular.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Cetakan pertama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.. Hal. 25-26.


(62)

Sitepoe,M. (1993). Kolesterol Fobia Keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 10-11, 17, 42, 59, 107-108. Smith, J.B. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan, Dan Penggunaan Hewan

Percobaan Di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 79.

Soeharto,I. (2000). Pencegahan &Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 30-31, 34.

Suarsana,I.N. (2004). Pengaruh Yoghurt Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Profil Lipoprotein Serum Kelinci. Thesis Pascasarjana Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Bali. Hal.6.

Sugandi. (1994). Rancangan Percobaan. Cetakan pertama. Edisi pertama. Penerbit Andi Offset Yogyakarta .Hal. 21-28.

Tjay,T. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.Hal.536-537 dan 808-809. Winarno, F.G. (1982). Kimia Pangan dan Gizi.PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta. Hal.131-132.


(63)

Lampiran 1. Bagan alur pengerjaan penelitian

Dikondisikan selama 1 minggu

1.Diukur kadar 2.Diberikan perlakuan hiper kolesterolemia selama 7 hari

Diukur kadar

3.Diberi perlakuan dengan dan tanpa pemberian vitamin C selama 24 hari

Diukur pada hari ke-12 dan ke-24

Marmot

Kadar Awal

Kadar

Hiperkolesterolemia

Kadar pada hari ke-12 dan ke-24


(64)

Lampiran 2. Bagan alur model hewan hiperkolesterolemia

Diberi pakan yang dicampur

dengan 1% kuning telur dan 20% lemak kambing selama 7 hari

Marmot

Marmot Hiperkolesterolemia


(65)

Lampiran 3. Bagan alur pengambilan darah marmot

Dipuasakan selama 10-14 jam

Bulu telinga dicukur dengan silet

Dibilas dengan alkohol Disayat vena telinga

Ditampung dalam tabung yang bersih

Didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit

Dimasukkan ke lemari pendingin

Marmot

Telinga yang bersih

Darah Marmot

Darah siap diukur


(66)

Lampiran 4. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol serum darah marmot

Dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm

Terbentuk 2 lapisan

SS

Dipipet sebanyak 10 µl

Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan reagensia kolesterol 1000 µl

Dihomogenkan

Diinkubasi pada suhu 370

Diukur pada alat microlab 300 dengan

C Dibiarkan selama 10 menit

panjang gelombang 546 nm Dicatat hasilnya

Darah marmot

Serum Padatan


(1)

(2)

Lampiran 15. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merck) MICROLAB 300 (MERCK) Light Source

• Quartz Halogen Lamp 12V-20W.

Wavelength Range

• Automatic by 12 positions filter-wheel;

• 6 standard interference filters: 340, 405, 505, 546, 578 and 620 nm; • 6 positions for optional filters.

Photometric Range

• -0.1 to 2.3 Absorbance.

Detector

• Photo diode (320-1000 nm).

Blanking

• Automatic zero setting.

Operator Interface

• Membrame keyboard, for direct function and alpha-numeric entry; • Optional external keyboard;

• High contrast graphical LCD display; • Real time clock, 24 hours system.

Languages • English; • French; • Spanish; • Portuguese; • German;

• Other languages on request.

Measurement Procedures

• Kinetic, with linearity check;

• Kinetic, with linearity check and sample slope blank; • Two point kinetic, with or without reagent blank; • End point, with or without reagent blank;

• Bichromatic end point; with or without reagent blank;


(3)

Multiple Testing

• Up to nine replicates; • Means, SD and CV.

Measuring Time

• Programmable, 2 to 998 seconds for kinetic and two point type of tests; • For end point fixed at 2 seconds.

Delay Time

• Programmable, 0 to 999 seconds

Method Parameter Settings

a.o.

• Method name; • Measurement mode • Wavelength 1 and 2; • Aspiration volume; • Measurement delay; • Measurement time; • Factor

• Concentration standards; • Reagent blank y/n; • Sample blank y/n • Units for results • Levels for flagging; • Curve fit y/n; • Linearity check.

Calibration

• Factor, one-point, two-point and multi-point; • Automatic on 1 standard (linear mode);

• Automatic on up to 10 standards (non linear mode).

Quality Control

• Two controls per test;

• QC survey of last 30 control measurements; • Levey Jenning plot;

Flow cell

• Metal, with quartz windows; • Measuring volume 25 m l.


(4)

Aspiration System

• Internal pump of bellows type; driven by stepper motor; • Back panel connection for waste;

• Aspiration volume programmable.

Printer

• Matrix printer; • Normal paper;

• External printer port available.

Signal Interface

• Centronics type parallel port; • RS 232 type serial port;

• PS 2 type port for external keyboard

Quality

• UL • CE

• CB certificate

Power Requirements

• 100-240 VAC nominal, 50/60 Hz; • Battery back-up to retain data.

Dimensions

• 40 x 17 x 36,5 cm (W x H x D)

Weight


(5)

Lampiran 16. Pengoperasian Alat Microlab 300

PENGOPERASIAN ALAT MICROLAB 300

Pengoperasian Alat Microlab 300 sebagai berikut : 1. Tekan tombol OK/Off

2. Bila alat sudah terhubung/menyala, tunggu selama 15 menit 3. Cari menu yang diinginkan

- tekan skip - tekan measure

- tekan tombol naik turun - tekan enter

- tekan tombol pengisap untuk mencuci

- masukkan regensia yang diminta ke dalam tombol pengisap, maka hasil akan terlihat pada layar monitor - Bila hasil sudah keluar, tekan skip, begitu seterusnya

sampai selesai

- Untuk menggantikan pada posisi semula, tekan back

Catatan :

Bila layar tidak terang, tekan tanda (+) Bila layar terlalu terang, tekan tanda (-)

Untuk memasukkan program baru kedalam microlab 300 ;

1. cari program dan tekan enter

2. Buka PIN dengan kata kunci Labkes

3. Tekan new

4. Masukkan program baru menurut penentuan masing-masing 5. Tekan back untuk kembali ke semula


(6)

Lampiran 17. Gambar alat Microlab 300 (E-Merck)

.