bergaun dibaj sutra murni, menggunkan kain qassi sejenis sutra menggunkaan kain istabraq sejenis sutra.”
HR. Al-Bukhari Adapun hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah dalam syariat
agama Islam adalah meliputi memandikan mayat, mengkafankan, menshalatkan dan menguburkan. Semua proses-proses pengurusan jenazah tersebut diterangkan dalam
beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
1. Memandikan Mayat
Mayoritas ulama berpendapat bahwa memandikan mayat seorang muslim hukumnya fardhu kifayah. Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai
memandikan sebagian tubuh mayat muslim atau tubuh yang termutilasi yang akan penulis bahas di akhir bab.
Berkenaan dengan memandikan mayat, Rasulullah SAW bersabda:
ﺔ ﺎ ﺄ ا ىدﺄ ﺎ نأ
ا ﺪ ﻋ نﻮﻜ ﺎ ﻋ
ﻋ ا ﻰ ا لﻮ ر لﺎ ﺎ أ ﺪ و مﻮ آ ﻮ ذ نﺎآ ﻚ ذ نﺎآ نﺈ نﺎآ نإ هأ بﺮ أ و و
ا ﻜ
ﺔ ﺎ أ وأ عرو ﺎً ﺪ ﻋ نأ نوﺮ .
اﺮ ﻄ او ﺪﻤ أ اور
6
Artinya:“Siapa yang memandikan mayyit, ia laksanakan dengan amat, tidak menyebarkan menceritakan apa yang ada pada mayyit ketika memandikannya,
maka ia keluar dari dosanya seperti waktu ibunya melahirkan dirinya.” Ia berkata “hendaklah ia memandikan oleh orang yang paling dekat dengan kalian,
jika dia mengetahui dengan baik persoalan mayyit. Tetapi jika ia tidak mengetahui, maka hendaknya yang memandikannya orang yang memiliki sifat
wara’ dan amanah
.”HR. Imam Ahmad dan Thabarani
6
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al- Syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1949, h.342.
Perkataan beliau “hendaklah ia mandikan oleh orang yang paling dekat dengan kalian” maksudnya bahwa yang paling berhak memandikan mayat adalah
orang yang paling dekat kepada mayat, dengan syarat ia orang yang mengetahui ilmu yang dibutuhkan untuk itu. Imam Yahya mengatakan bahwa orang yang
lebih dekat kaum kerabat harus didahulukan dari yang lainnya. Adapun ucapan beliau “Maka hendaknya yang memandikannya orang
yang memiliki sifat wara’ dan amanah” mengandung dalil yang dipegang oleh mazhab Hadawiyah
7
bahwa orang yang memandikan mayat disyaratkan orang yang adil. Akan tetapi jumhur mayoritas ulama berbeda dengan mereka
mengenai persoalan tersebut. Mereka mengatakan: orang yang memandikan itu sebagaimana setiap muslim lain dibebankan dengan beban-beban syara’, dan
memandikan mayat termasuk di antaranya. Jika tidak maka tidak sah setiap perbuatan yang dibebankan kepadanya, dan ini menyalahi ijmak. Mereka
bersandar pada dalil-dalil yang tak dapat kami sebutkan di sini. Akan tetapi, yang tidak diragukan adalah bahwa apabila orang yang memandikan memiliki sifat
adil, hal itu sangat utama
8
.
7
Mazhab Hadawiyah ialah mazhab yang nisbah ke salah satu madzhab fiqih orang-orang syiah, yaitu mazhab zaidiyah atau disebut juga sebagai Syiah Zaidiyah Hadawiyah. Zaidiyah nisbah
ke Zaid ibn Ali Zain al-Aabidiin ibn Husain ibn Ali Ibn Abi Thaalib yang kebanyakan di Yaman dan Hadawiyah ini nisbah kepada al-Haady Yahya ibn al-Husain w. 298 H. salah satu kitab Mazhab
Hadawiyah ialah “Kitab Hadaaiqul Azhaar yang disyarh oleh al-Imam al-Syaukaany” dan sedangkan syarahnya berjudul “al-Sail al-Jarraar al-Mutadaffiq Ala Hadaaiq al-Azhaar”.
8
Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan judul “Pesan Nabi tentang Mati,” Jakarta: Cendekia, 2001, h. 78-79.
a. Hal-hal yang disunahkan dalam memandikan:
9
1 Mewudhukan mayat sebagaimana wudhunya orang yang masih hidup, yaitu
dengan air pada basuhan pertama setelah menghilangkan najis dan kotoran. 2
Menggunakan air yang dicampur daun bidara dan sabun pada semua basuhan, serta menggunakan kapur pada basuhan yang terakhir.
لﺎ ﻬ ﻋ ا ﺿر سﺎ ﻋ ا ﻋ ر ﺎﻤ
و ذإ ﺔ ﺮ او و ﻋ ا ﻰ
ا لﺎ وﺄ لﺎ وأ
ﻮ ار ﻋ
رﺪ و ءﺎﻤ ﻮ ا ..
. يرﺎ ا اور
10
Artinya:“Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra., ia berkata: ‘diantara kita terdapat seorang laki-laki yang berwukuf di Arafah bersama Rasulullah saw., tiba-tiba
dia terjatuh dari hewan tunggangannya sehingga lehernya patah, kemudian Nabi SAW. Bersabda: “Mandikan dia dengan air dan daun bidara,…
” HR. Al-Bukhari
3 Mengganjilkan basuhan pada mayat
Dari Ummu Athiyyah r.a., ia berkata kepada kami, bahwa ketika kami memandikan putrinya Rasulullah SAW, bersabda:
ﺮ آأ وأ ﺎ ﻤ وأ ﺎ ﺎﻬ ا
او رﺪ و ءﺎﻤ ﻚ ذ ﻮ ﺎ إ ﻰ ﺄ ﺎ ذ ﺎ ﺮ ﺎﻤ ذ
ﺮ اذﺈ ارﻮ ﺎآ ةﺮ ا ﺎ إ ﺎﻬ ﺮ ﺷأ لﺎ
. يرﺎ ا اور
11
Artinya:“Mandikanlah tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian memandang perlu, dengan air dan daun bidara, dan jadikanlah di akhirnya
kapur barus atau sedikit dari kapur barus, setelah selesai beritahukanlah
9
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf dengan judul “Fiqh Sunnah 4
”, cet.1, Penerbit:PT Alma’arif bandung, 1978, h.94-98.
10
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 94.
11
Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim, Shahih al-Bukhari, h. 91.
kepadaku.”Setelah kami selesai memandikannya kami beritahukan kepada beliau, maka beliau memberitahukan kepada beliau, maka beliau memberikan
kain sarungnya kepada kain seraya berkata,“Jadikanlah ini sebagai pakaian yang menyentuh kulitnya
.” HR. Al-Bukhari 4
Menekan perut mayat ketika memandikannya secara lembut untuk mengeluarkan kotoran dalam perutnya.
5 Mengalirkan air yang banyak pada bagian qubul dan dubur untuk
membersihkan kotorannajis. 6
Memakai sarung tangan bagi orang yang memandikannya ketika membasuh bagian-bagian yang termasuk aurat.
7 Mendahulukan yang kanan, yaitu membasuh bagian kanan kemudian yang
kiri, dimulai dari kepala bagian belakang, pundak sampai telapak. Dari Ummu Athiyyah r.a., dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda kepada
para wanita yang memandikan putri beliau:
ا ﺎﻬ ءﻮﺿﻮ ا ﺿاﻮ و ﺎﻬ ﺎ ﻤ نأﺪ
يرﺎ ا اور
12
Artinya:“Mulailah dengan bagian tubuh yang kanan dan anggota-anggota wudhu’nya
.” HR. Al-Bukhari
2. Cara Mengkafankan Mayat