Proyek ini dibiayai oleh JBIC ODA LOAN No.IP-486 dengan alokasi sebesar 6,41 milyar JPY atau 176,97 Juta USD, dana pendamping dari
pemerintah RI APBN senilai 332,85 milyar diluar biaya perolehan tanah dan pekerjaan persiapan.
Pembangunan PLTU Tarahan ini merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia yang ditindak lanjuti oleh PT. PLN Persero supaya mengembangkan
pembangkit listrik non-BBM dengan memanfaatkan batu bara berkalori rendah. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar batu bara, PT. PLN Persero
mengadakan kontrak pembelian dengan PT. Bukit Asam supaya menyuplai batu bara untuk PLTU Tarahan dengan pertimbangan lokasi stockpile batu bara yang
berasal dari tambang terbuka Tanjung Enim berdekatan dengan PLTU Tarahan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Tarahan adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan listrik. Adapun ruang lingkup bidang usaha pada
perusahaan ini adalah : 1. Air laut dirubah menjadi air tawar dengan sistem desalination.
2. Air tawar dirubah menjadi air murni dengan sistem Water Treatment Plant 3. Air murni dipanaskan menjadi uap untuk memutar turbin yang akan
menghasilkan listrik.
2.3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PLTU Tarahan ialah: “Menjadi PLTU Batubara dengan Kinerja Kelas Dunia”
Universitas Sumatera Utara
Misi dari PLTU Tarahan ialah: 1. Melaksanakan tata kelola pembangkit kelas dunia didukung oleh SDM
profesional 2. Menyediakan Energi Listrik yang andal dan efisien
3. Melaksanakan kegiatan pembangkitan yang berwawasan lingkungan 4. Menjadikan budaya perusahaan sebagai tuntutan di dalam melaksankan tugas.
2.4. Letak Geografis Perusahaan
Lokasi PLTU Tarahan berlokasi di desa Ranggai Tri Tunggal desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung
dan terletak di tepi teluk Lampung yang berjarak ±15 km dari pusat kota Bandar Lampung ke arah timur
Gambar 2.2 Lokasi PLTU Tarahan
Universitas Sumatera Utara
2.5. Daerah Pemasaran
Setelah PLTU Tarahan menghasilkan energi listrik, maka listrik akan di salurkan ke jaringan tranmisi. Listrik yang di hasilkan dengan tegangan 11kV,
dengan menggunakan travo step up maka tegangan 11 kV di naikan ke 150 kV dan disalurkan melalui tranmisi ke P3BS dan kemudian disalurkan ke pelanggan.
Harga jual kwh produksi dari pembangkit ke P3BS sebesar Rp 877,-kwh.
2.6. Organisasi dan Manajemen Perusahaan
2.6.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.
Distribusi tugas, wewenang dan tanggung jawab serta keselarasan hubungan satu bagian dengan bagian yang lain dapat digambarkan dalam suatu struktur
organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing karyawan dapat
mengetahui dengan jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus dipertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur organisasi yang digunakan oleh PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan
Sumatera Selatan adalah struktur organiasasi campuran antara struktur organisasi lini dan fungsional seperti pada gambar 2.2.
Struktur organisasi lini adalah suatu struktur organisasi dimana wewenang dan kebijakan pimpinan atau atasan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi di
Universitas Sumatera Utara
bawahnya menurut garis vertikal. Sedangkan struktur organisasi fungsional adalah struktur organisasi di mana organisasi diatur berdasarkan pengelompokan
aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja seperti, enginiring, operasi, pemeliharaan, keuangan, personalia, dan sebagainya yang
memiliki fungsi yang terspesialisasi. Spesialisasi di sini akan memberikan efisiensi kerja yang lebih tinggi lagi.
Dari Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang Manager dan dibantu beberapa Asisten Manager dan Supervisior yang
didalamnya telah terlihat batasan-batasan pertanggungjawaban dari setiap bidang pekerjaan tersebut. Di samping itu, adanya hubungan antara satu seksi dengan
seksi lainnya melalui fungsi masing-masing.
Gambar 2.3. Struktur Organisasi PLTU Tarahan
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian fungsi dan tugas pokok dari tiap-tiap jabatan pada struktur organisasi PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan Sumatera Selatan di atas
adalah sebagai berikut: 1. Manajer Sektor
Adapun tugas pokok dari seorang Manager Sektor antara lain: a. Mengelola pembangkit listrik dengan mengoptimalkan seluruh sumber
daya yang ada, serta memastikan kinerja unit yang handal, efisiensi dan dikelola menurut manajemen operasi.
b. Ketentuan atau peraturan sebagai pedoman pelaksaan tugas. c. Melakukan inovasi secara berkesinambungan dalam peningkatan kinerja
unit pembangkit. d. Memantau, menganalisa dan mengevaluasi sistem serta prosedur kerja
operasi dan lingkungan. e. Meningkatkan kualitas SDM diunit pembangkit melalui pembinaan,
pengembangan dan pelatihan berdasarkan program yang jelas dan tepat guna, sehingga dapat tercapai SDM yang proaktif.
f. Memastikan sasaran kinerja yang ditetapkan Direksi dapat dicapai dengan baik.
g. Memberikan masukan kepada Direksi mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam Rencana Strategis Perusahaan RSP, agar
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan pengoperasian unit pembangkit berlangsung secara berkesinambungan.
h. Melakukan koordinasi dengan pihak luar yang terkait dengan aspek pengolahan pembangkit, baik pemerintah daerah maupun phak-pihak
terkait lainnya. i. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan
keputusan lebih lanjut.
2. Asisten Manager Enjiniring Asman Enginiring Tugas pokok Asisten Manajer Enjiniring adalah melakukan perencanaan
dan evaluasi pengoperasian dan pemeliharaan unit-unit pembangkit tenaga listrik. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Asisten Manajer Enjiniring
mempunyai fungsi: a. Perencanaan pengoperasian pembangkit tenaga listrik,
b. Perencanaan pemeliharaan pembangkit tenaga listrik, c. Pengevaluasian pengoperasian pembangkit tenaga listrik,
d. Pengevaluasian pemeliharaan pembangkit tenaga listrik, e. Pengevaluasian masalah lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan,
f. Penyelenggaran teknologi informasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Asisten Manajer Operasi Asman Operasi Tugas pokok Asisten Manajer Operasi adalah melaksanakan
pengoperasian unit-unit pembangkit sesuai dengan rencana dan prosedur yang ditetapkan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Asisten Manajer Operasi mempunyai fungsi:
a. Penyiapan kebutuhan untuk operasi pusat pembangkit tenaga listrik yang meliputi jadwal jaga,
b. Pengoperasian pembangkit tenaga listrik berdasarkan parameter operasi, c. Pelaksanaan mengatasi gangguan yang terjadi pada pembangkit tenaga
listrik, d. Pembuatan laporan gangguan, kerusakan dan data operasi,
e. Pembuatan laporan emergency dan tindak lanjut yang telah dilaksanakan, f. Pengurusan limbah bahan bakar.
4. Asisten Manager Pemeliharaan Asman Pemeliharaan Tugas pokok Asisten Manager Pemeliharaan adalah melaksanakan
pemeliharaan mesin unit-unit pembangkit tenaga listrik sesuai dengan rencana dan prosedur yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Asisten Manager Pemeliharaan mempunyai fungsi:
a. Penyiapan kebutuhan bahan untuk pemeliharaan unit-unit pembangkit tenaga listrik,
b. Pelaksaan pemeliharaan rutin unit-unit pembangkit tenaga listrik, c. Pelaksaan pemeliharaan periodik unit-unit pembangkit tenaga listrik,
d. Pelaksaan laporan pemeliharaan unit-unit pembangkit tenaga listrik.
5. Asisten Manager Coal dan Ash Handling Asman Coal dan Ash Handling Tugas pokok Asisten Manager Coal dan Ash Handling adalah
melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan instalasi Coal dan Ash Handling, serta pengelolaan bahan bakar sesuai dengan rencana dan prosedur yang
ditetapkan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Asisten Manajer Coal dan Ash
Handling mempunyai fungsi: a. Penyiapan kebutuhan untuk operasi pusat listrik pembangkit tenaga listrik
meliputi bahan bakar dan bahan lain untuk menunjang operasi, b. Pengoperasi instalasi Coal dan Ash Handling berdasarkan parameter
operasi, c. Pembuatan laporan gangguan, kerusakan dan data operasi Coal dan Ash
Handling, d. Pelaksanaan pemeliharaan terhadap instalasi Coal dan Ash Handling,
Universitas Sumatera Utara
e. Pengurusan bahan bakar, mulai dari perencanaan, persiapan penerimaan, penyaluran dan pemakaiannya.
6. Asisten Manager Sumber Daya Manusia dan Administrasi Asman SDM dan ADM
Tugas pokok Asisten Manager Sumber Daya Manusia dan Administrasi adalah penyelenggarakan tata usaha kepegawaian, kesekretariatan,
logistikangkutan, pergudangan, administrasi bahan bakarminyak pelumas, anggaran dan keuangan serta akuntansi.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Asisten Manajer Sumber Daya Manusia dan Administrasi mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan tata usaha kesekretariatan, b. Pelaksanaan tata usaha kepegawaian dan diklat,
c. Pelaksanaan tata usaha anggaran dan keuangan, d. Pelaksanaan tata usaha logistikangkutan dan pergudangan.
2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja pada Perusahaan
Adapun jumlah keseluruhan pegawai di PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan Tarahan pada saat ini adalah berjumlah 176 orang dengan perincian
seperti pada Tabel 2.1 dan 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Jumlah Pimpinan PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan Tarahan
No Keterangan
Jumlah Orang
1 Manajer Sektor
1 2
Asisten Enjiniring 1
3 Asisten Operasi
1 4
Asisten Pemeliharaan 1
5 Asisten Coal dan Ash Handling
1 6
Asisten SDM dan Administrasi 1
Total 6
Sumber : Bagian Kepegawaian PT. PLN PERSEROSektor Pembangkitan Tarahan
Tabel 2.2. Jumlah Pegawai Pelaksana PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan Tarahan
No Bagian
Jumlah Orang
1 Enjiniring
20 2
Operasi Unit 3 4 25
3 Pemeliharaan Unit 3 4
24 4
SDM Administrasi 24
5 Coal Ash Handling
20 6
Operasi Pemeliharaan 5 unit 6 24
Total 137
Sumber : Bagian Kepegawaian PT. PLN PerseroSektor Pembangkitan Tarahan
2.6.4. Jam Kerja
Standar waktu kerja yang berlaku di PT. PLN Persero Pembangkit Sumatera Selatan Sektor Pembangkitan Tarahan adalah 8 jamhari. Khusus bagian
pegawai kantor tata usaha, laboratorium dan pemeliharaan adalah 5 hari kerja dalam seminggu yaitu Senin – Jum’at dengan jam kerja sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pukul 07.30 sd 12.00 WIB : Jam Kerja 2. Pukul 12.00 sd 13.00 WIB : Jam Istirahat
3. Pukul 13.00 sd 15.30 WIB : Jam Kerja Waktu kerja untuk karyawan bagian operasi terbagi menjadi 3 kelompok
shift kerja dengan pembagian waktu shift yaitu: 1. Shift pagi pukul 07.30 sd 15.30 WIB
2. Shift sore pukul 15.30 sd 22.30 WIB 3. Shift malam pukul 22.30 sd 07.30 WIB.
2.6.5. Sistem Pengupahan
Sistem penggajian pengupahan yang digunakan PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan Tarahan adalah sistem pengupahan yang dibayarkan sekali
sebulan sesuai dengan gaji pokokgolongan pegawai. Kesejahteraan umum bagi staff dan pegawai pembangkit merupakan hal
yang sangat penting. Produktivitas kerja seorang karyawan sangat dipengaruhi tingkat kesejahteraannya. PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan Tarahan
memikirkan hal ini dengan memberikan beberapa fasilitas yaitu: 1. Perumahan bagi staff, karyawan dan keluarganya, yang berada di lokasi
pembangkit sekitar. 2. Sarana kesehatan rumah sakit untuk staff dan pegawai beserta keluarga.
3. Membangun sarana olah raga yang tersedia di lokasi sekitar pembangkit. 4. Sarana air dan listrik bagi setiap pegawai.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Proses Produksi
Suatu proses produksi diartikan sebagai kegiatan yang mengubah masukan berupa bahan baku input menjadi keluaran output yang berupa produkhasil.
Teknologi, mesin, dan peralatan serta berbagai cara kerja direncanakan dan digunakan untuk proses produksi.
Gambar 2.4. Proses Flow Diagram PLTU Tarahan
Keterangan Gambar : 1.
Coal Conveyor 24. HV Switchyard
47. Outlet Discharge 2.
Coal Sila 25. Transmission Tower
48. Coal Truck hoppe 3.
Coal Crusher 26. CWP Pit
49. Plant Area Silo 4.
Coal Bunker 27. CWP
50. Disposal Area Silo 5.
Furnace Boiler 28. Condensar
51. Limestone Silo 6.
Cyclone Separator 29. Discharge Pipe
52. Limestone Boiler 7.
Back Pass 30. PA FAN
8. Bag Filter
31. SA FAN
Universitas Sumatera Utara
9. ID FAN
32. Air Heater 10.
Chimey 33. Ash Dump Truck
11. Condensat Pump
34. Ash Disposal Area 12.
Low Pressure Heater 35. Desalination 13.
Deaerator 36. Raw Water tank
14. Boiler Feed Pump
37. Water Treatment Plant 15.
High Pressure Heater 38. Water Treatment Tank 16.
Economiser 39. Make Up Water
17. Steam Drum
40. Chlorination 18.
Furnace Superheater 41. Aux Transformer 19.
Final Superheater 42. PDC Transformer
20. Steam Turbine
43. MCC 21.
Electrical Generator 44. Conection Pit 22.
Transformer 45. Intake Tower
23. HV Cable 46. Man Hole
2.7.1. Standar Mutu Produk
Ada komponen kualitas yang dipakai sebagai standar dalam pengendalian mutu air di PLTU Tarahan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Pengendalian Mutu Air Parameter
Batasan Satuan
pH 7-8,5
Spec. Conductivity 15
µScm TDS
10 MgI
Turbidity 5
NTU Total Iron
0,3 MgI
Total Hardnes 1,54
MgI Ca-Hardness
0,15 MgI
Free Res. Chlorine 0,2
MgI Silika
0,1 MgI
Total-alkalinity 2
MgI Chloride
4,4 MgI
TSS 1
MgI
Analisa air dilakukan setiap hari oleh bagian kimia, pagi dan sore hari untuk mengetahui kualitas air.
Pengambilan sampel batu bara di inlet chruser dilakukan 1 kali per hari dan tepatnya pada siang hari adapun Standar mutu batu bara yang ditetapkan
PLTU adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4. Sampel Batu Bara
Parameter Satuan
Standard
Size Particle Ukuran Partikel 50 mm
Berat 4
2,36 - 50 mm Berat
2,36 mm Berat
35 Moisture Kadar air
Free moisture Berat
Inherent Moisture Berat
Total moisture Berat
30 Ash Content Kadar abu
Berat 9
Volatile Matter Kadar Zat Terbang Berat
Fixed Carbon Carbon Tetap Berat
Nilai Kalor CALG
5000 Kadar C
Berat Kadar H
Berat Kadar N
Berat Kadar S
Berat 1
Standar mutu limestone yang ditetapkan PLTU Tarahan sebagaimana tercantum pada Tabel 3.3.
Tabel 2.5. Standar Mutu Limestone Parameter
Satuan Standard
Size Particle Ukuran Partikel 3,35 mm
Berat 1,7-3,35 mm
Berat 0,25 – 1,7 mm
Berat 40-20
0,25 mm Berat
60-80 Moisture
Berat 1
Kadar Kapur CaCO3
93
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Bahan-bahan yang Digunakan
Dalam menghasilkan produk listik digunakan bahan baku air murni yang mempunyai standard air yang sudah ditetapkan. Bahan baku ialah bahan utama
yang digunakan dalam proses produksi dan berperan dalam penentuan mutu produk. Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dan ikut dalam proses
produksi yang meningkatkan kualitas produk. Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai pelengkap pada produk akhir, biasanya untuk pengemasan
produk atau untuk mendukung proses produksi tetapi tidak ikut terlibat dalam proses.
2.7.2.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam kegiatan produksi dan memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan bahan-bahan
lainnya. Oleh karena itu bahan baku yang digunakan adalah air murni yang harus memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh PLTU
2.7.2.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi dan bercampur dengan bahan baku yang membentuk produk akhir dan diharapkan
dapat meningkatkan mutu produk. Oleh karena itu bahan tambahan yang digunakan adalah HSD, oli, zat kimia dan batu bara yang harus memenuhi
standar mutu yang telah ditentukan oleh PLTU.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini
tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan penolong ini tidak terdapat pada produk akhir. Dalam hal ini tidak ada bahan
penolong yang digunakan dalam proses produksi pada PLTU Tarahan.
2.7.3. Uraian Proses Produksi
Ada beberapa tahapan uraian produksi pada PLTU Tarahan, Adapun tahapan uraian proses produksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sirkit Bahan Bakar
Batu bara merupakan bahan bakar pokok dari PLTU Tarahan, yang menjadi sumber penyuplai batu bara adalah PT. Bukit Asam. Batu bara yang di
transfer dari PT. Bukit Asam dengan menggunakan conveyor. Batu bara yang akan di pergunakan untuk bahan bakar di PLTU Tarahan sebelumnya telah
melalui beberapa tahap seleksi, mulai dari pemisahan logam-logam yang ikut di transfer bersama batu bara itu. Setelah melalui tahap itu, kemudian batu bara di
transfer ke coal crusher untuk di hancurkan menjadi halus dengan ukuran yang kecil. Selesai di hancurkan, batu bara kemudian di transfer ke coal bunker dan
kemudian akan di pergunakan untuk bahan bakar. Di lain pihak selain batu bara yang di pergunakan sebagai bahan bakar
pokok, minyak solar pun di pergunakan sebagai bahan bakar, tetapi untuk pergunaan solar tidak menjadi inti bahan bakar pada PLTU Tarahan. Solar di
Universitas Sumatera Utara
pergunakan untuk start awal PLTU Tarahan, setelah temperature dan pressure furnace sudah bias untuk menggunakan batu bara maka solar di non aktifkan atau
tidak di pergunakan lagi. Solar di transfer dari mobil tank solar ke tank solar sebagai penampung sebelum di gunakan.
2. Sistem Pengolahan Air
Untuk Pengolahan air kita mulai dari suplai air laut yang di saring sebelum masuk ke Intake sebagai penampung air laut yang akan di pergunakanpada PLTU
Tarahan. Sebelum di desalination, air laut di injeksikan chorine dengan tujuan memabukkan atau melemahkan biota-biota laut yang ikut tersalur atau lolos dari
penyaringan. Setelah diinjeksi chorin, air laut di salurkan ke desanation untuk di ubah menjadi air tawar. Proses desalination mengunakan proses evaporasi, dengan
media pemanas yakni steam yang di suplai dari unit. Setelah melalui desalination, air yang telah menjadi tawar di salurkan ke
raw water tank sebelum masuk ke tahap berikut yakni water treatment plant yang berfungsi untuk menghilangkan kadar garam mineral yang masih terlarut dalam
air. Setelah melalui tahap water treatment plant kemudian hasil treatment akan di salurkan ke demin tank. Dan akan di salurkan ke make up water dan siap di
pergunakan untuk keperluan pembangkit.
3. Siklus Air dan Uap
Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan menggunakan siklus air-uap, air yang merupakan suatu sistem tertutup. Air kondensat atau air dari hasil proses
pengondensasian di condenser dan air dari make up water air yang telah dimurnikan di water treatment dipompa oleh condensate pump ke pemanas
Universitas Sumatera Utara
tekanan rendah low pressure heater. Disini air dipanasi kemudian dimasukkan ke deaerator untuk menghilangkan gas udara oksigen, kemudian air ini dipompa
oleh boiler feedwater pump masuk ke pemanas tekanan tinggi high pressure heater lalu menuju ke economizer. Dari economizer yang selanjutnya masuk ke
boiler drum, di boiler drum masih terbentuk dua fasa, yakni fasa air dan fasa uap, yang masih berbentuk fasa air dialirkan ke pipa down comer untuk dipanaskan
pada wall tubes oleh boiler. Uap air ini dikumpulkan kembali pada steam drum, kemudian dipanaskan lebih lanjut pada superheater. Keluar dari superheater
sudah berubah menjadi uap kering yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi dan selanjutnya uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin.
Di dalam turbin uap bertekanan memutar turbin. Turbin berputar, generator pun berputar di karenakan turbin dan generator satu poros. Dengan
putaran 3000 rpm dan frekuensi 50 hz maka di hasilkan beban dengan besar 100 MW per unit.
Setelah menghasilkan energy listrik, listrik akan di salurkan ke jaringan tranmisi. Listrik yang di hasilkan dengan tegangan 11kV. Dengan menggunakan
travo step up maka tegangan 11 kV di naikan ke 150 kV dan disalurkan melalui tranmisi ke P3B dan kemudian ke pelanggan.
2.8. Safety and Fire Protection
Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan
mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat hal ini
Universitas Sumatera Utara
akan menyebabkan tingginya biaya produksi. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Safety and fire protection adalah upaya yang dilakukan agar keselamatan
tetap terjaga selama proses produksi berlangsung, dalam hal ini adalah proses pengolahan dari air tawar menjadi listik baik bagi karyawan dan bahan yang
terdapat di PLTU Tarahan.
2.9. Limbah
Limbah yang di hasilkan dari proses produksi pembangkit listrik ada dua jenis yakni limbah padat dan cair. Limbah padat berupa abu, di hasilkan dari sisa
pembakaran di dalam furnace ada dua jenis abu yakni bottom ash dan fly ash Bottom ash dialirkan melalui ash screw cooler mengunakan belt menuju bottom
ash silo, sedangkan fly ash dilewatkan baghouse untuk ditampung dalam fly ash silo , lalu bottom ash dan fly ash dari masing-masing silo diangkut menuju
disposal silo untuk kemudian dibuang di ash disposal. Abu yang di buang itu sebagian telah di pergunakan untuk membuat batako dan bahan bangunan lainnya.
Selain limbah padat ada juga limbah cair yakni air-air yang bercampur dengan minyak bekas proses di turbin dan boiler. Air itu di salurkan ke system
waste water treatment plant. Bak penampung limbah cair dari unit pembangkit sebelum di salurkan ke WWTP dialirkan dulu ke UNP Unit Netralising Pit. Air
dari kemudian dilakukan pengolahan Proses pengolahan limbah menggunakan larutan kimiadan aerasi udara yang di injeksikan dan aerasi udara dengan tujuan
Universitas Sumatera Utara
mengendapkan lumpur dan memisahkan sebagian logam . Setelah melalui semua proses netralisasi dan pengolahan di sistem WWTP, air yang dihasilkan
diharapkan telah memenuhi baku mutu limbah sesuai keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, kemudian dibuang ke laut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pemeliharaan
Maintenance 3.1.1. Pengertian Pemeliharaan
Definisi pemeliharaan maintenance menurut patrick 2001 adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki,
melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perencanaan yang ada.
Pemeliharaan atau perawatan maintenance adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan
kegagalankerusakan mesin. Setiawan, 2008. Pengertian lain dari pemeliharaan adalah kegiatan menjaga fasilitas-fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan
perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan agar tercapai suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan dan sesuai dengan yang direncanakan.
3
1. Setiap peralatan mempunyai umur penggunaan useful life. Suatu saat mengalami kegagalankerusakan.
Pengertian maintenance secara umum yaitu serangkaian aktivitas baik bersifat teknis dan administratif yang diperlukan untuk mempertahankan dan
menjaga suatu produk atau system tetap berada dalam kondisi aman, ekonomis, efisien dan pengoperasian optimal. Aktivitas perawatan sangat diperlukan karena:
3
Assauri, Sofyan.1993.Manajemen Produksi dan Operasi.Jakarta:Lembaga Penerbit FE UI. Hal 88
Universitas Sumatera Utara
2. Kita tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan peralatan akan mengalami kerusakan Failure.
3. Manusia berusaha untuk meningkatkan umur penggunaan dengan melakukan perawatan maintenance
Yang menjadi musuh utama bagian perawatan adalah breakdown, deterioration dan konsekuensi dari semua tipe kejadian yang tidak terencana.
Perawatan maintenance berperan penting dalam kegiatan produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi,
volume produksi, serta agar produksi dapat diproduksi dan diterima konsumen tepat pada waktunya tidak terlambat dan menjaga agar tidak terdapat sumber
daya kerja mesin dan karyawan yang menggangur karena kerusakann biaya kehilangan produksi atau bila mungkin, biaya tersebut dapat dihilangkan.
Dengan demikian, pemeliharaan memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain dari suatu perusahaan. Karena pentingnya aktivitas
pemeliharaan maka diperlukan perencanaan yang matang untuk menjalankannya, sehingga terhentinya proses produksi akibat mesin rusak dapat
dikurangi seminimum mungkin. Pemeliharaan yang baik akan mengakibatkan kinerja perusahaan
meningkat, kebutuhan konsumen dapat terpenuhi tepat waktu, serta nilai investasi yang dialokasikan untuk peralatan dan mesin dapat diminimasi. Selain
itu pemeliharaan yang baik juga dapat meningkatkan kualitas produksi yang dihasilkan dan mengurangi waste yang berarti mengurangi ongkos produksi.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan manajemen pemeliharaan maintenance management adalah pengorganisasian perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai
perawatan fasilitas produksi. Manajemen pemeliharaan adalah pengelolaan peralatan dan mesin-mesin siap pakai ready to use. Dalam usaha menjaga agar
setiap penggunaan peralatan dan mesin secara kontinu dapat berproduksi, diperlukan pemeliharaan sebagai berikut
4
1. Secara kontinu melakukan pengecekan inspection. :
2. Secara kontinu melakukan pelumasan lubricating 3. Secara kontinu melakukan perbaikan reparation
4. Melakukan penggantian spare part, disertai penyesuaian reliablitas. Pelaksanaan dari perawatan ini memerlukan beberapa hal penting, yaitu
diantaranya: 1. Orang yang berwenang atau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan.
2. Perencanaan dan penjadwalan perawatan 3. Pengawasan untuk dapat menjaga agar tujuan perawatan dapat terpenuhi.
4. Diperlukan pula penyesuaian bila terjadi suatu penyimpangan, perubahan terhadap kinerja produksi.
4
Tampubolon P.2004.Manajemen Operasional.Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 250
Universitas Sumatera Utara
Peranan bagian maintenance ini tidak hanya menjaga agar kegiatan dilantai produksi dapat berjalan dengan baik ataupun juga agar produk dapat
diproduksi dan diserahkan kepada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi untuk menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau
mengurangi kemacetan-kemacetan menjadi seminimum mungkin. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka peralatan pabrik dapat
dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan diharapkan dapat menurunkan tingkat kerusakan selama peralatan tersebut dipergunakan untuk
proses produksi.
3.1.2. Tujuan Pemeliharaan
Secara umum, masalah pemeliharaan sering terabaikan sehingga kegiatan pemeliharaan tidak teratur, yang pada akhirnya apabila mesin dan peraltan
mengalami kerusakan dapat mempengaruhi kapasitas produksi. Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan harus dilakukan secara tetap dan konsisten.
Kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas mesin tentu memiliki tujuan. Tujuan utama dari fungsi perawatan adalah:
1. Memperpanjang usia kegunaan asset. 2. Menjamin ketersediaan peralatan dan kesiapan operasional perlengkapan
serta peralatan yang dipasang untuk kegiatan produksi. 3. Membantu mengurangi pemakaian atau penyimpangan diluar batas serta
menjaga modal yang ditanamkan selama waktu yang ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
4. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu. 5. Menekan tingkat biaya perawatan serendah mungkin dengan melaksanakan
kegiatan perawatan secara efektif dan efisien. 6. Memenuhi kebutuhan produk dan rencana produksi tepat waktu.
7. Meningkatkan keterampilan para supervisor dan operator melalui kegiatan pelatihan.
8. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselataman para pekerja.
Tujuan utama dilakukannya pemeliharaan menurut Patrick 2001 yaitu: 1. Mempertahankan kemampuan alat atau fasilitas produksi guna memenuhi
kebutuhan yang sesuai dengan target serta rencana produksi. 2. Mengurangi pemakaian dan penyimpangan diluar batas dan menjaga modal
yang diinvestasikan dalam perusahaan selama jangka waktu yang ditentukan sesuai degnan kebijaksanaan perusahaan.
3. Menjaga agar kualitas produk berada pada tingkat yang diharapkan guna memenuhi apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan menjaga agar kegiatan
produksi tidak mengalami gangguan. 4. Memperhatikan dan menghidari kegiatan-kegiatan operasi mesin serta
peralatan yang dapat membahayakan keselamatan kerja. 5. Mencapai tingkat biaya serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan
maintenance secara efektif dan efisien untuk keseluruhannya.
Universitas Sumatera Utara
6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya serendah mungkin.
3.1.3. Jenis Pemeliharaan 3.1.3.1.
Corrective Maintenance CM
Menurut pendapat Patrick 2001 corrective maintenance CM merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan setelah mesin atau fasilitas
produksi mengalami kerusakan atau gangguan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan CM ini sering disebut dengan kegiatan reparasi atau
perbaikan. CM biasanya tidak dapat kita rencanakan dahulu karena kita hanya bisa memperbaikinya setelah terjadi kerusakan, bahkan terkadang perbaikan
tersebut bisa tertunda dan terlambat. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi
akibat tidak dilakukannya preventive maintenance maupun telah diterapkannya preventive maintenance, akan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas
produksi atau peralatan yang ada tetap rusak. Dalam hal ini, kegiatan corrective maintenance bersifat perbaikan yaitu menunggu sampai kerusakan terjadi terlebih
dahulu, kemudian baru diperbaiki agar fasilitas produksi maupun peralatan yang ada dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga operasi dalam
proses produksi dapat berjalan lancar dan kembali normal.
Universitas Sumatera Utara
Apabila perusahaan hanya mengambil tindakan untuk melakukan corrective maintenance saja, maka terdapat faktor ketidakpastian akan lancarnya
fasilitas dalam proses produksi maupun peralatannya sehingga akan menimbulkan efek-efek yang dapat menghambat kegiatan produksi jikalau terjadi kerusakan
maupun gangguan yang tiba-tiba terjadi pada fasilitas produksi yang dipakai perusahaan.
CM juga biasa disebut sebagai mean active corrective maintenance time MACMT, dimana itu hanya meliputi active time meliputi dokumentasi yang
melibatkan designer. Tidakan corrective maintenance CM ini kelihatannya lebih murah
biayanya dibandingkan tindakan preventive maintenance PM. Tentu saja pernyataan ini benar selama gangguan kerusakan belum terjadi pada fasilitas
maupun peralatan ketika proses produksi berlangsung. Namun, saat kerusakan terjadi selama proses produksi berlangsung, maka
biaya perawatan akan mengalami peningkatan akibat terhentinya proses produksi. Selain itu, biaya-biaya perawatan dan pemeliharaan akan membengkak pada saat
terjadinya kerusakan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindakan CM lebih memusatkan permasalahan setelah permasalah itu terjadi,
bukan menganalisa masalah untuk mencegahnya agar tidak terjadi. Oleh karena tindakan CM itu jauh lebih mahal, maka sedapat mungkin
harus dicegah dengan megintensifkan kegiatan preventive maintenance. Diperlukan juga adanya pertimbangan bahwa dalam jangka panjang untuk mesin-
Universitas Sumatera Utara
mesin yang mahal dan termasuk dalam “critical unit” dari proses produksi, PM akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan CM.
Menurut pendapat Patrick 2001 Corrective Maintenance dapat dengan dihitung dengan MTTR Mean Time To Repair dimana time to repair ini meliputi
beberapa aktivitas yang biasanya di bagi ke dalam 3 grup, yaitu: 1. Preparation time
Waktu yang dibutuhkan untuk persiapan seperti mencari orang untuk pekerjaan, travel, peralatan sudah dipenuhi atau belum dan tes perlengkapan.
2. Active Maintenance Time Waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Meliputi waktu
untuk mempelajari repair charts sebelum actual repair dimulai dan waktu yang dihabiskan dalam memverifikasi bahwa kerusakan tersebut sudah
diperbaiki. Kemungkinan juga meliputi waktu untuk post-repair documentation ketika hal tersebut harus diselesaikan sebelum perlengkapan
tersedia. Contonya Aircraft 3. Delay Time Logistic Time
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu komponen dalam mesin untuk diperbaiki.
Perawatan korektif merupkan studi dalam menentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi
berulang kali. Tindakan perawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang sama. Prosedur ini ditetapkan pada peralatan atau mesin yang
sewaktu waktu dapat terjadi kerusakan.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencatat data troublekerusakan, melakukan kemudian meng-improve peralatan sehingga troublekerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
2. Improve peralatan sehingga perawatan menjadi lebih mudah. 3. Merubah proses.
4. Merancang kembali komponen yang gagal. 5. Mengganti dengan komponen yang baru
6. Meningkatkan prosedur perawatan preventif 7. Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian.
Dengan demikian, didapatkan kesimpulan bahwa pemeliharaan korektif memusatkan permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa
masalah untuk mencegahnya agar tidak terjadi. Breakdown maintenance menurut Tampubolon 2004 adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau terjadinya kelainan pada fasilitas dan peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Contohnya mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses konversi, selama masih ada garansi after sale service, tidak terlalu menekankan pada
pemeliharaan preventif, cukup pada keadaan apabila mesin dan peralatan sudah mengalami kerusakan sehingga perlu pembokaran secara total breakdown.
Pada dasarnya kativitas ini tidak tepat untuk disebut aktivitas perawatan. Yang termasuk dalam katagori ini adalah semua aktivitas yang tidak terencana
unscheduled yang disebabkan oleh kerusakan breakdown peralatan.
Universitas Sumatera Utara
3.1.3.2. Preventive Maintenance PM
Preventive Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodi, dimana sejumlah tugas pemeliharaan seperti
inspeksi, perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.
Menurut Adam 1992 pengertian preventive maintenance adalah kegiatan perawatan dan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan mesin. Mesin akan mengalami nilai depresiasi penurunan apabila dipakai terus menerus. Oleh karena itu, dibutuhkan inspeksi dan servis secara
rutin maupun periodik. Contohnya apakah mesin sudah dilubrikasi atau belum, apakah ada komponenpart yang rusak sehingga harus digantikan komponen
lainnya. Dengan adanya preventive maintenance, diharapkan semua mesin yang
ada akan terjamin kelancaran proses kerjanya sehingga tidak ada yang terhambat dalam proses produksinya dan bisa selalu dalam keadaaan optimal.
Menurut pendapat Patrick 2001 preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu
produksi. Jadi, semua fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan preventive maintenance akan terjamin kontinuitas kerjanya dan selalu diusahakan dalam
kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Selain itu, menurut Patrick 2001 efektivitas dan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi dari preventive maintenance dapat ditingkatkan dengan mengambil account dari distribusi time to failure TTF pada komponen yang akan dirawat
dan failure rate dari sistem yang ada. Kegiatan pemiliharaan atau perawatan untuk mencegah terjadinya
kerusakan yang tak terduga yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Pemeliharaan preventif
sangat penting untk mendukung fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “critical unit”. Kategori komponen kritis menurut Tampubolon 2004 yaitu:
1. Kerusakan fasilitas atau peralatan akan membahayakan keselamatan atau kesehatan para pekerja.
2. Kerusakan fasilitas akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan 3. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh proses
produksi. 4. Modal yang ditanam investasi dalam fasilitas tersebut cukup mahal
harganya. Manfaat preventive maintenance Patton 1995, yaitu:
1. Memperkecil overhoul turun mesin 2. Mengurangi kemungkinan reparasi berskala besar.
3. Mengurangi biaya kerusakanpergantian mesin 4. Memperkecil kemungkinan produk-produk yang rusak.
5. Meminimalkan persediaan suku cadang. 6. Memperkecil hilangnya gaji-gaji tambahan akibat penurunan mesin
overhoul
Universitas Sumatera Utara
7. Menurunkan harga satuan dari produk pabrik. Dalam perusahaan, preventive maintenance dapat dibedakan atas 2
macam berdasarkan kegiatanaktivitasnya Tampubolon 2004, yaitu: 1.
Routine Maintenance Kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin. Contonya, yaitu
pembersihan fasilitas atau peralatan, pelumasan lubrication atau pengecekan oli, pengecekan isi bahan bakarnya dan apakah termasuk dalam pemanasan warming
up dari mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
2. Periodic Maintenance
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu tertentu. Program ini mencakup:
a. Peninjauan pada seluruh catatan, termasuk kartu order inspeksi atau kartu historical peralatan.
b. Peninjauan biaya perbaikan c. Peninjauan “kerugian produksi” karena adanya pekerjaan perawatan.
d. Peninjauan untuk jaminan order pekerja perbaikan dan pengaturan kembali mengenai prioritas kerja yang diutamakan.
e. Peninjauan terhadap alternatif apa yang didahulukan atau dijadwalkan terlebih dahulu.
preventive maintenance merupakan tindakan perawatan pencegahan dalam rangkauan aktivitas pemeliharaan dengan tujuan:
Universitas Sumatera Utara
1. Memperpanjang umur produktif asset dengan mendeteksi bahwa sebuah asset memiliki titik kritis penggunaan criticall wear pint dan mungkin akan
mengalami kerusakan. 2. Mengeliminir kerusakan peralatan dan hasil produksi yang cacat serta
meningkatkan ketahanan mesin dan kemampuan proses. 3. Mengurangi waktu yang terbuang pada kerusakan peralatan dengan membuat
aktivitas pemeliharaan peralatan. 4. Menjaga biaya produksi seminimum mungkin
preventive maintenance yaitu teknik perawatan dimana dilakukan inspeksi terhadap asset peralatan untuk memprediksi terhadap
kerusakankegagalan yang akan terjadi. Beberapa contoh teknik perawatan prediktif: vibration monitoring, thermography, tribology, process parameters,
visual inspection, ultrasonic monitoring, other non-dstructive techniques.
Gambar 3.1. Relasi Konsep maintenance
Kemungkinan dari perawatan yang direncanakan scheduled maintenance:
1. Mengurangi down-time, meningkatkan up-time 2. Mengurangi breakdown maintenance
Universitas Sumatera Utara
3. Meningkatkan efisiensi peralatan 4. Memperpanjang umur hidup peralatan umur produktif
5. Mengurangi jumlah standby-equipment 6. Mengurangi persediaanstock spare parts
7. Distribusi pekerja labor yang lebih seimbang 8. Mengurangi overtime
a. Standarisasi prosedur operasi, biaya dan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
b. Meningkatkan produktivitas c. Lebih efisien dalam cost perawatan
d. Meningkatkan kualitas produk, dsb. preventive maintenance juga meliputi:
1. Melakukan pencatatan dan pengelolaan data tentang perawatan, kegagalan, dan penggunaan dasar analisis peralatan
2. Semua jenis kegiatan predictive. Termasuk inspeksi, melakukan pengukuran, inspeksi part untuk kualitas, analisis pelumas, temperature, getaran,
kebisingan, pencatatan semua data dari kegiatan predictive untuk trend analysis.
3. Perbaikan minor 30 menit dorongan yang besar kearah produktivitas 4. Writing up setiap kondisi yang memerlukan perhatian khusus yang
berpotensial kearah kegagalan 5. Penjadwalan dan pelaksanaan perbaikan yang diinstruksikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Menggunakan frekuensi dan severity kegagalan untuk meningkatkan PM task list.
7. Training dan upgrading kemampuan system PM Sistem preventive maintenance dirancang untuk 2 tujuan:
1. Mendeteksi lokasi critikal “potential failure” 2. Menganulir “potential failure”
3.2. Konsep-konsep pemeliharaan
3.2.1. Konsep Hubungan Waktu dalam Maintenance
Gambar 3.3. Maintenance Time Relationship
1. Up Time
Waktu period of time dimana mesinperalatan ada dalam kondisi baik sehingga dapat melakukan fungsi seperti seharusnya melakukan fungsi
dalam kondisi yang ditetapkan dan dengan maintenance yang ditetapkan pula
Universitas Sumatera Utara
2. Down Time
Waktu period of time dimana mesinperalatan tidak berada dalam kondisi untuk melakukan fungsinya. Downtime dihitung mulai saat mesin tidak
berfungsi sampai mesin kembali dalam keadaan dapat berfungsi seperti seharusnya, setelah dilakukan perbaikan.
3. Operating Time
Waktu period of time dimana mesin melakukan fungsi seperti seharusnya
OPERATING TIME UP TIME 4.
Standby Time
Waktu period of time dimana mesin berada dalam kondisi untuk dapat berfungsi seperti seharusnya, tetapi mesin tidak dioperasikan
Up time = Operating Time + Standby Time
5. Maintenance Time
Waktu dimana kegiatan maintenance dilakukan termasuk delay-delay yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan
6. Active Maintenance Time
Bagian dari maintenance time, dimana kegiatanpekerjaan maintenance benar-benar dilakukan.
7. Logistic Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena alasan logistik.
8. Administratif Time
Universitas Sumatera Utara
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena alasan administrative
9. Corrective Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan corrective maintenance
10. Preventive Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan preventive maintenance.
Active Maintenance Time = CM Time + PM Time 3.2.2. Konsep
Breakdown Downtime
Breakdown dapat didefinisikan sebagai berhentinya mesin pada saat produksi yang melibatkan engineering dalam perbaikan, biasanya mengganti
sparepart yang rusak, dan lamanya waktu lebih dari 5 menit berdasarkan definisi OPI-Overall Performance Index.
Downtime mesin merupakan waktu menggangur atau lama waktu dimana unit tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diharapkan. Hal
ini terjadi dapat lagi menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi apabila suatu unit mengalami masalah seperti kerusakan mesin yang
dapat menggangu kinerja mesin secara keseluruhan termasuk kualitas produk yang dihasilkan atau kecepatan produksinya sehingga membutuhkan waktu
tertentu untuk mengembalikan fungsi unit tersebut pada kondisi semula.
Unsur-unsur dalam downtime:
Universitas Sumatera Utara
a. Maintenance delay
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu ketersediaan sumber daya maintenance untuk melakukan proses perbaikan. Sumber daya maintenance
dapat berupa alat bantu, teknisi, alat tes, komponen pengganti dan lain-lain. b.
Supply delay Waktu yang dibutuhkan untuk personel maintenance untuk memperoleh
komponen yang dibutuhkan dalam proses perbaikan. Terdiri dari lead time administrasi, lead time produksi, dan waktu transportasi komponen pada
lokasi perbaikan. c.
Access Time Waktu untuk mendapatkan akses ke komponen yang mengalami kerusakan
d. Diagnosis Time
Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan penyebab kerusakan dan langkah perbaikan yang harus ditempuh untuk memperbaiki kerusakan.
e. Repair or replacement unit
Waktu aktual yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pemulihan setelah permasalah dapat diidentifikasikan dan akses ke komponen yang
rusak dapat dicapai. f.
Verification and alignment Waktu untuk memastikan bahwa fungsi daripada suatu unit telah kembali
pada kondisi operasi semula. Breakdown pada mesin dan peralatan produksi biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Debu, kotoran, bahan dasar. b. Gesekan, umur mesin, kelonggaran, kebocoran
c. Karat, perubahan bentuk, cacat, retak d. Suhu, getaran, dan faktor-faktor kimiawi lainnya
e. Kelemahan rancangan f. Kurang perawatan pencegahan
g. Pengetesan sementara sebelumnya tidak sempurna h. Kesalahan operasional
i. Kualitas sperepart yang rendah j. Dan faktor-faktor penyebab kerusakan yang lainnya.
Dalam hal ini, penghilangan konsep lama penanganan breakdown mutlak dilakukan, yaitu “ini adalah hal yang biasa, terjadi breakdown pada mesin”. Ini
tidak sesuai dengan visi dan misi utama pilar maintenance sebagai bagian dari Total Productive Maintenance TPM, yaitu Breakdown Reduction to achieve
“Zero Losses”. Dalam hal ini kita harus meneliti fakta penting yang terjadi selama ini di lapangan. Yaitu bahwa sebagai besar dari breakdown yang terjadi adalah
pengulangan dan disebabkan oleh hal-hal yang sederhana. Langkah-langkah pengurangan breakdown sebagai fungsi utama dari
breakdown maintenance:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4. Langkah-langkah Pengurangan Breakdown
3.2.3. Konsep Reliability Kehandalan
Yang dimaksud dengan keandalan adalah: 1. Peluang sebuah komponen atau sistem akan dapat beroperasi sesuai fungsi
yang diinginkan untuk suatu periode waktu tertentu ketika digunakan dibawah kondisi operasi yang telah ditetapkan, Ebeling 1997
2. Peluang dari sebuah unit yang dapat bekerja secara Normal ketika digunakan untuk kondisi tertentu setidaknya bekerja dalam suatu kondisi yang telah
ditetapkan, Dhillon and Reiche 1995 Terdapat 4 elemen yang signifikan dengan konsep reliability, diantaranya
yaitu: 1. Probability peluang
Setiap item mimiliki umur atau waktu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga terdapat sekelompok item yang memiliki rata-rata hidup
tertentu. Jadi, untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi dari suatu item
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan dengan cara melakukan estimasi waktu hidup dari item tersebut agar diketahui umur pemakaiannya sudah berapa lama.
2. Performance kinerja Kehandalan merupakan suatu karakteristik performasi sistem dimana suatu
sistem yang handal harus dapat menunjukkan performasi yang memuaskan jika dioperasikan.
3. Time Waktu Reliability kehandalan suatu sistem dinyatakan dalam suatu periode waktu
karena waktu merupakan parameter yang penting untuk melakukan penilaian kemungkinan suksesnya suatu sistem. Peluang suatu item untuk digunakan
selama setahun akan berbeda dengan peluang item untuk digunakan dalam sepuluh tahun. Biasaya faktor waktu berkaitan dengan kondisi tertentu,
seperti jangka waktu mesin selesai diperbaiki sampai mesin rusak kembali mean time to failue dan jangka waktu mesin mulai rusak sampai mesin
tersebut diperbaiki mean time to repair. 4. Condition Kondisi
Perlakuan yang diterima oleh suatu sistem dalam menjalankan fungsinya dalam arti bahwa dua buah sistem dengan tingkat mutu yang sama dapat
memberikan tingkat kehandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya. Misalnya kondisi temperatur, keadaa atmosfer dan tingkat kebisingan di mana
sistem dioperasikan.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4. Konsep Availability Ketersediaan
Availability adalah probabilitas komponen atau sistem dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya pada kondisi operasi normalnya apabila tindakan
perawatan pencegahan dan pemeriksaan dilakukan. Availability total meliputi penggantian pencegahan pemeriksaan dalam arti availabilty merupakan proporsi
waktu teoritis yang tersedia untuk komponen dalam system dapat beroperasi dengan baik.
3.2.5. Konsep Maintainability Keterawatan
Menurut Ebeling 1997 definisi maintainability adalah probabilitas bahwa suatu komponen yang rusak akan diperbaiki dalam jangka waktu T, dimana
pemeliharaan maintainability dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada. Menurut pendapat Patrick 2001 kebanyakan sistem engineereed itu
dipelihara dimaintain, sistem akan diperbaiki kalau terjadi kerusakan dan pemeliharaan akan dibentuk pada sistem tersebut untuk menjaga pengoperasian
yang ada dalam sistem pemeliharaan ini system maintainability Menurut pendapat Patrick 2001 maintainability mempengaruhi tingkat
availability secara langsung. Waktunya diambil untuk memperbaiki kerusakan dan menyelesaikan preventive maintenance secara rutin untuk mengambil sistem
dari available state yang ada. Jadi terdapat hubungan yang erat antara reliability dengan maintainability, dimana yang satu mempengaruhi yang lainnya dan kedua-
duanya mempengaruhi availability dan cost yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat dari Patrick 2001 sistem dari maintainability itu cukup diatur dengan design dimana design tersebut menentukan features seperti
aksesbilitas, kemudahan dalam tes, diagnosis kerusakan juga kebutuhan untuk kalibrasi, lubrikasi dan tindakan preventive maintenance lainnya.
Langkah-langkah pengambilan tindakan maintenance, yaitu: 1. What : berarti menentukan jenis komponen yang perlu diberlakukan
pemeliharaan rutin. Tipe komponen digolongkan dalam jenis: a. Komponen Kritis : komponen yang frekuesi kerusakannya sangat sering
b. Komponen Mayor : komponen yang frekuensi kerusakannya cukup tinggi c. Komponen Minor : komponen yang frekuensi kerusakannya jarang.
2. How : berarti menentukan bagaimana caratindakan pemeliharaan yang diambil:
a. Inspeksi rutin b. Preventive Maintenance
c. Corrective Maintenance 3. Who : berarti menentukan siapa yang akan bertanggung jawab atas kerusakan
dan yang bertanggung jawab untuk mereparasinya 4. Where: berarti menentukan tempat yang akan digunakan untuk
mereparasinya. 5. Why: berarti apa penyebab kerusakan?
6. When: berarti kapan perawatan dilakukan?
Universitas Sumatera Utara
3.3. Distribusi Kerusakan
Pendekatan yang digunakan untuk mencari kecocokan antara distribusi keandalan dengan data kerusakan; terbagi 2 cara, yaitu:
1. Menurunkan distribusi kehandalan secara empiris langsung dari data kerusakan. Dengan kata lain, kita menentukan model matematis untuk
kehandalan, laju kerusakan, dan rata-rata waktu kerusakan secara langsung berdasrkan pada data kerusakan. Cara ini disebut juga dengan non-parametric
method. Hal ini dikarenakan metode ini tidak membutuhkan spesifikasi dari distribusi secara teoritis tertentu dan selain itu juga tidak membutuhkan
penaksiran dari parameter untuk distribusi. 2. Mengidentifikasi sebuah distribusi kehandalan secara teoritis, menaksir
parameter, dan kemudian melakukan uji kesesuaian distribusi. Metode ini akan menggunakan distribusi teoritis dengan tingkat kecocokan tertinggi dan
data kerusakan sebagai model distribusi reliabilitas yang digunakan untuk menghitung kehandalan, laju kerusakan, dan rata-rata waktu kerusakan.
Terdapat 4 macam distribusi yang digunakan agar dapat mengetahui pola data yang terbentuk, distribusi tersebut antara lain: distribusi weibull, Exponential,
Normal dan Lognormal.
2.3.1. Distribusi Weibull
Distribusi weibull merupakan distribusi yang paling banyak digunakan untuk waktu kerusakan karena distribusi ini b aik digunakan untuk laju kerusakan
yang meningkatkan maupun laju kerusakan yang menurun.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini yaitu θ yang
disebut dengan parameter skala scale parameter dan β yang disebut dengan
parameter bentuk shape parameter Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi weibull yaitu, Ebeling
1997:
Reliability function: Rt =
β
θ t
e Dimana,
θ 0, β 0, dan t 0 Dalam distribusi weibull yang menentukan tingkat kerusakan dari pola
data yang terbentuk adalah parameter β. Nilai-nilai β yang menunjukkan laju
kerusakan terdapat dalam tabel berikut, Ebeling hal. 63:
Tabel 3.1 Nilai Parameter Bentuk β Distribusi Weibull
Nilai Laju Kerusakan
β 1 Laju kerusakan menurun decreasing failure rate
→ DFR β = 1
Laju kerusakan konstan constant failure rate → CFR
Distribusi Exponential 1
β 2 Laju kerusakan meningkat increasing failure rate
→ IFR kurva berbentuk konkraf
β = 2 Laju kerusakan linier linier failure rate
→ LFR Kurva distribusi Rayleigh
β 2 Laju kerusakan linier Increasing failure rate
→ IFR Kurva berbentuk konveks
3 ≤ β ≤ 4
Laju kerusakan meningkat Increasing failure rate → IFR Kurva
berbentuk simetris Distribusi Normal Jika parameter
β mempengaruhi laju kerusakan maka parameter θ mempengaruhi nilai tengah dari pola data.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Distribusi Exponential
Distribusi exponential digunakan untuk menghitung keandalan dari distribusi kerusakan yang memiliki laju kerusakan konstan. Distribusi ini
mempunyai laju kerusakan yang tetap terhadap waktu, dengan kata lain probabilitas terjadinya kerusakan tidak tergantung pada umur alat. Distribusi ini
merupakan distribusi yang paling mudah untuk dianalisa. Parameter yang digunakan dalam distribusi exponential adalah
λ, yang menunjukkan rata-rata kedatangan kerusakan yang terjadi.
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi eksponential yaitu Ebeling 1997:
Reliability function : Rt =
t
e
λ −
Dimana t 0, λ 0
2.3.3. Distribusi Normal
Distribusi Normal cocok untuk digunakan dalam memodelkan fenomena keausan kelelahan atau kondisi wear out dari suatu item. Sebenarnya distribusi
ini bukanlah distribusi reliablitas murni karena variable acaknya memiliki range antara minus tak hingga sampai plus tak hingga. Akanb tetapi, karena hampir
untuk semua nilai μ dan σ, peluang untuk variable acak yang memiliki nilai
negative dapat diabaikan, maka distribusi Normal dapat digunakan sebagai pendekatan yang baik untuk proses kegagalan.
Universitas Sumatera Utara
Parameter yang digunakan adalah µ nilai tengah dan σ standar deviasi.
Karena hubungannya dengan distribusi Lognormal, distribusi ini dapat juga digunakan untuk menganalisa probabilitas Lognormal.
Fungsi reliability yang terdapat dalam distrubusi Normal yaitu Ebeling, 1997:
Reliability function : Rt =
− Φ
σ µ
t
Dimana µ 0, σ 0 dan t 0
2.3.4. Distribusi Lognormal
Distribusi Lognormal menggunakan dua parameter yaitu s yang merupakan parameter bentuk shape parameter dan t
med
sebagai paremeter lokasi location parameter yang merupakan nilai tengah dari suatu distribusi kerusakan.
Distibusi ini dapat memiliki berbagai macam bentuk, sehingga sering dijumpai bahwa data yang sesuai dengan distribusi Weibull juga sesuai dengan
distribusi Lognormal. Fungsi reliability yang terdapat pada distribusi Lognormal yaitu Ebeling
1997: Reliability function: Rt = 1-
Φ
med
t t
n s
1 1
Dimana s 0, t
med
0 dan t 0
Universitas Sumatera Utara
3.4. Identifikasi Kerusakan Distribusi
Pengidentifikasian distribusi dapat dilakukan dalam 2 tahap, yaitu Index of Fit r dan Goodness of Fit Test.
3.4.1. Index of Fit r
Dengan metode Least Square Curve Fitting, dicari nilai index of fit r atau korelasi antara t; atau 1n t; sebagai x dengan y yang merupakan fungsi dari
distribusi teoritis terhadap x. Kemudian ditribusi yang terpilih adalah distribusi yang nilai index of fit r terbesar distirbusi dengan nilai r yang terbesar akan
dipilih untuk diuji dengan menggunakan Goodnes of Fit Test. Rumus umum yang terdapat dalam metode Least Square Curve Fitting
adalah:
4 .
3 .
1
+ −
= n
i t
F
Dimana: i = data waktu ke-t
n = jumlah data kerusakan
−
−
− =
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
= =
= =
= −
= n
i n
i n
i n
i n
i n
i n
i
y y
n x
x n
y x
y x
n r
fit of
Index
1 2
1 1
2 1
1 2
1 1
2 1
1 1
1 1
1 1
1
Dimana: n= jumlah kerusakan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
Gradien:
a. Untuk Distribusi Weibull, Normal, Lognormal
∑ ∑
∑ ∑
∑
= =
= =
=
−
−
=
n i
n i
n i
n i
n i
x x
n y
x y
x n
b
1 2
1 1
2 1
1 1
1 1
1 1
1
b. Untuk Distribusi Exponential
x b
y a
Intersep x
y x
b
n i
n i
− =
=
∑ ∑
= =
:
1 2
1 1
1 1
Dalam menentukan distirbusi yang hendak digunakan untuk menghitung MTTF, MTTR dan Reliabilty, proses yang harus dilakukan adalah mencari nilai r
untuk masing-masing ditribusi sehingga didapatkan nilai r terbesar yang kemudian akan diuji lagi menurut hipotesa distribusinya, Ebeling 1997.
Dibawah ini adalah rumus-rumus mencari nilai r, yaitu:
1. Distribusi Weibull
− =
=
1 1
1 1
1 1
1 1
1
t F
n n
y t
n x
T
1
adalah data ke-i
Universitas Sumatera Utara
Parameter: β = b dan θ =
− b
a
e
2. Distribusi Exponential
− =
=
1 1
1 1
1 1
1 t
F n
y t
x
t
i
adalah data ke-i parameter:
λ=b
3. Distribusi Normal
[ ]
lampiran di
z tabel
dari diperoleh
t F
z t
x
i i
1 1
1
Φ →
Φ =
=
−
t
i
adalah data ke-i parameter:
− =
= b
a dan
b µ
σ 1
4. Distribusi Lognormal
[ ]
lampiran di
z tabel
dari diperoleh
t F
z t
n x
i i
1
1 1
1
Φ →
Φ =
=
−
t
i
adalah data ke-i parameter:
sa med
e t
dan b
s
−
= =
1
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Uji Kebaikan Suai Goodness of Fit
Tahap selanjutnya setelah dilakukan perhitungan index of fit adalah pengujian goodness of fit untuk index of fit yang terbesar. Dilakukan dengan
membandingkan antar hipotesis nol H dan hipotesis alternatif H
1
. H menyatakan bahwa waktu kerusakan berasal dari distribusi tertentu dan H
1
menyatakan bahwa waktu kerusakan tidak berasal dari distribusi tertentu. Pengujian ini merupakan perhitungan statistik yang didasarkan pada
sampel waktu kerusakan. Statistik ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritik yang diperoleh dari tabel. Secara umum, apabila pengujian statistik ini berada di
luar nilai kritik, maka H diterima. Sebaliknya, maka H
1
yang diterima. Ada 2 jenis goodness-of-fit test, yaitu:
1. Uji umum general tests Digunakan untuk menguji beberapa distribusi.
Terdari dari: uji chi-square. 2. Uji Khusus spesific tests
Digunakan hanya untuk menguji 1 jenis distribusi. Nilai kritis tergantung dari derajat kepercayaan
α pengujian sampel yang ada, terdiri dari: a. Mann’s Test untuk Distribusi Weibull.
b. Barlett’s Test untuk Distribusi Exponential c. Kolmogorov-Smirnov Test untuk Distribusi Normal dan Lognormal.
Ketika suatu distribusi data waktu kerusakan telah diasumsikan sebelumnya, dimana asumsi tersebut bisa ditentukan melalui bentuk umum atau
bentuk dari plot data dalam bentuk grafik bisa dalam bentuk versi minitab.
Universitas Sumatera Utara
Validitas dari asumsi distribusi dapat diketahui melalui suatu pengujian. Hasil pengujian tersebut mempunyai dua kemungkinan, yaitu asumsi bahwa distribusi
bisa diterima atau ditolak. Berikut dijelaskan rumus umum Goodness of Fit untuk uji chi-square:
∑
− =
E Ei
Oi X
2 2
3.5. Nilai Tengah dari Distribusi Kerusakan
Mean Time To Failure
Mean time to failure merupakan rata-rata selang waktu kerusakan dari suatu distribusi kerusakan dimana rata-rata waktu ini merupakan waktu
ekspekstasi terjadinya kerusakan dari unit-unit identik yang beroperasi pada kondisi Normal. MTTF sering digunakan untuk menyatakan angka ekspektasi Et
dan dapat dinyatatakan dengan:
∫
∞
= .
dt t
f t
t E
Dan integral dari t.ft dt dapat dinyatakan dengan:
− +
−
− =
∫
σ µ
µ σ
µ σ
σ t
N x
t dt
t tf
tp 2
2
2 exp
2 Perhitungan nilai MTTF untuk masing-masing distribusi, yaitu:
1. Distribusi weibull, Ebeling 1997
MTTF =
+
Γ β
θ 1
1 .
Nilai
+
Γ β
1 1
→di dapat dari
x Γ
= tabel fungsi Gamma
Universitas Sumatera Utara
2. Distribusi Eksponential
MTTF = λ 1
3. Distribusi Normal
MTTF = µ
4. Distribusi Lognormal MTTF =
2
2
.
s med
e t
3.6. Nilai Tengah dari Distribusi Perbaikan
Mean Time To Repair
Dalam menghitung rata-rata atau penentuan nilai tengah dari fungsi probabilitas untuk waktu perbaikan, sangatlah perlu diperhatikan distribusi data
perbaikannya. Penentuan untuk pengujian ini dilakukan dengan cara yang sama dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Menurut Ebeling 1997 MTTR
diperoleh dengan rumus: MTTR =
∫ ∫
∞ ∞
− =
1 dt
t H
dt t
th dimana,
ht = fungsi kepadatan peluang untuk data waktu perbaikan TTR Ht = fungsi distribusi kumulatif untuk data waktu perbaikan TTR
Perhitungan nilai MTTR untuk masing-masing distribusi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Distribusi Weibull
MTTR =
+
Γ β
θ 1
1 .
Nilai
+
Γ β
1 1
→di dapat dari
x Γ
= tabel fungsi Gamma
2. Distribusi Eksponential
MTTR = λ 1
3. Distribusi Normal dan Lognormal
MTTR =
2
2
.
s med
e t
3.7. Reliabilitas dengan
preventive Maintenance dan Tanpa Preventive Maintenance
Peningkatan kehandalan dapat ditempuh dengan cara preventive maintenance. Dengan preventive maintenance, maka pengaruh wear-out mesin
atau komponen dapat dikurangi dan menunjukan hasil yang cukup siginifikan terhadap umur sistem. Berdasarkan sistem yang ada peningkatan tingkat
keandalan reliability sering dicapai dengan program Preventive Maintenence. Preventive Maintenence ini dapat mengurangi kerusakan karena usia yang sudah
tua atau sudah saatnya mengalami kerusakan wear-out dan mempunyai pengaruh yang besar dalam umur ekonomis suatu peralatan dan sistem.
Universitas Sumatera Utara
n med
n med
t t
n s
T R
Lognormal Distribusi
dengan t
t n
s T
R
Φ −
= →
Φ −
=
1 1
1 1
1 1
1 1
1
nT t
R T
R t
Rm t
nt t
n s
nT t
R
n med
− =
− Φ
− =
−
Dimana: T
= Age Replacement n
= Jumlah Penggantian ke n R t = Keandalan sebelum dilakukan perawatan saat ini
Rt
n
= Probabilitas keandalan hingga mulai dilakukannya perawatan Rt-nT= Probablitas reliability untuk waktu t-nT dari tindakan preventive
maintenance yang terakhir Rm t = Keandalan setelah dilakukan Preventive Maintenance
Menurut Ebeling 1997, model kehandalan berikut mengasumsikan sistem kembali ke kondisi baru setelah menjalani preventive maintenance.
Keandalan pada saat t dinyatakan sebagai berikut: Rmt = Rt
untuk 0 ≤ t T
Rmt = RT.Rt-T untuk T
≤t2T
T = interval waktu penggantian pencegahan kerusakan
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
Rmt = kehandalan reliablitiy dari sitem dengan preventive maintenance Rt
= kehandalan reliability dari sistem tanpa preventive maintenance RT = peluang dari kehandalan hingga preventive maintenance pertama
Rt-T = peluang dari kehandalan antara waktu t-T setelah sistem dikembalikan pada kondisi awal pada saat T.
Keterangan: n
= jumlah perawatan Rmt = reliability dengan preventive maintenance
RT
n
= probabilitas kehandalan hingga n selang waktu perawatan Rt-nT= probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan preventive
maintenance yang terakhir. Untuk laju kerusakan yang konstan: Rt=
t
e
λ −
maka,
. .
t R
t R
e t
R e
e e
t R
e e
t R
m t
m nt
t nt
m nT
t t
n t
m
= =
= =
− −
− −
− −
λ λ
λ λ
λ λ
Berdasarkan rumus di atas, ini membuktikan bahwa distribusi eksponential, yang memiliki laju kerusakan konstan, bila dilakukan preventive
maintenance tidak akan menghasilkan dampak apapun. Dengan demikian, tidak ada peningkatan reliability seperti yang diharapkan, karena Rmt=Rt.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah- langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada
bagian ini akan dijelaskan secara rinci semua urutan pelaksanaan penelitian mulai dari tahap awal yaitu penentuan lokasi dan tempat penelitian sampai pada tahap
akhir yaitu kesimpulan dan saran.
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN persero Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan Sektor Tarahan, Jln Raya Lintas Sumatera Km 15 Tarahan
Lampung Selatan.
4.2. Jenis Penelitian