commit to user
II-6
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang dijelaskan pada bab ini digunakan sebagai pendukung dan dasar teori mengenai tema yang dilakukan dalam penelitian.
2.2.1 Survei
Menurut Fairfax 2003, survei adalah cara pengumpulan informasi melalui sistem pertanyaan standart, terhadap populasi tertentu biasanya
pengambilan data dengan sampling beberapa anggota . Survei dapat dilakukan melalui surat, telepon, wawancara pribadi atau
internet. Survei ini dapat diberikan secara perorang atau kelompok. Tujuan utama dari survei ini adalah memperoleh informasi yang telah dievaluasi, sehingga
menghasilkan karakteristik, profil atau gambaran statistik dari populasi sampel. Kusioner internet adalah sebuah kuesioner tertulis yang ditujukan kepada
responden, responden dapat diundang untuk berpartisipasi dalam survei melalui email atau responden mengunjungi sebuah halaman web tertentu Fairfax, 2003.
Adapun keuntungan dan kelemahan kuesioner melalui internet menurut Fairfax 2003 adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan Cepat, tabulasi beberapa produk perangkat lunak dapat disesuaikan
kuesioner berdasarkan tanggapan responden, jawaban tidak mungkin dipengaruhi, mudah dijalankan dan relatif rendah biaya Fairfax, 2003.
2. Kelemahan, Informasi yang ditransfer melalui Internet tidak mungkin bersifat rahasia,
sulit untuk melakukan pemantauan, sulit untuk mendapatkan sampel acak. Untuk membangun suatu kuesioner ada 3 tipe pertanyaan dasar yaitu: open
ended,multiple choice dan dichotomous . Untuk tipe pertanyaan openended akan
memberikan kebebasan responden untuk menjawab pertanyaan dengan kata-kata sendiri untuk mengutarakan apa yang mereka pikirkan dari suatu pertanyaan.
commit to user
II-7 Pada tipe multiple choice akan memberikan pertanyaan yang dilengkapi
dengan alternatif jawaban yang hanya dapat memilih salah satu alternatif jawaban. Checklist
merupakan salah satu variasi tipe pertanyaan multiple choice. Sedangkan pada tipe pertanyaan dichotomus hampir sama dengan multiple
choice , tetapi hanya memiliki dua alternatif jawaban. Memilki tingkat kekuatan
yang sama dengan multyple choice, tetapi alternatif jawaban yang diberikan ya atau tidak.
2.2.2 Sistem Informasi Manajemen.
Sistem informasi manajemen menurut Fatta 2007 adalah sebuah sistem informasi pada level manajemen yang berfungsi untuk membantu perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan dengan menyediakan laporan rutin dan laporan-laporan tertentu. Untuk mengembangkan suatu sistem informasi
manajemen, diperlukan pemahaman yang baik tentang informasi apa saja yang
dibutuhkan dan bagaimana informasi tersebut digunakan. 2.2.3
Proses Pengembangan Sistem Informasi
Dalam mengembangkan sebuah sistem informasi harus menciptakan suatu keunggulan dengan sistem yang lain, maka proses pengembangan suatu sistem
informasi menurut Pressman 2007 harus didasarkan pada konsep aktivitas pengembangan suatu sistem yang sering dikenal dengan sebutan System
Development Life Cycle SDLC.
Menurut Soeherman dan Pinontoan 2008, SDLC merupakan panduan konseptual untuk mengembangkan sistem informasi yang terdiri dari empat
aktivitas utama yaitu : 1. Analisis
Tahap analisis digunakan untuk mengamati kondisi yang ada, termasuk analisis kelebihan, kekurangan dan kelayakan sistem yang telah dijalankan.
Dalam hal ini juga dilakukan dokumentasi atas segala pokok masalah dan mencari kebutuhan utama pengguna terhadap sistem informasi sehingga perbaikan dan
pengembangan lebih tepat guna. Tujuan utama dari fase ini adalah untuk memahami dokumentasi dan persyaratan kebutuhan bisnis dari proses bisnis yang
ada pada sistem yang lama.
commit to user
II-8 2. Desain Konsep dan Fisik
Desain konsep terdiri dari aktivitas analisis dan pemilihan dari berbagai alternatif penegmbangan dan perbaikan. Desain konsep ini menghasilkan
beberapa dokumen anatara lain dokumen model data, dokumen model proses, rancangan antar tabel, hierarki antar modul, dan desain antarmuka.
Sedangkan desain fisik lebih menekankan pada realisasi dari desain konsep yang ditentukan misal software, hardware, desain database, desain
jaringan. 3. Implementasi dan Konversi
Setelah realisasi
perbaikan selesai,
tahap berikutnya
adalah mengimplementasikannya. Implementasi tidak terlepas pada proses konversi yaitu
replacement sistem yang lama dengan yang baru. Hal yang perlu diperhatikan
pada saat implementasi yaitu menguji hasil kode program testing dan instalasi. 4. Operasi dan Pemeliharaan
Setelah sistem diimplementasikan dan telah benar-benar compatible, sistem baru mulai diaplikasikan untuk aktivitas sehari-hari.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 untuk menggambarkan siklus pengembangan sistem informasi.
Gambar 2.2
Siklus Pengembangan Sistem Informasi
Sumber: Soeherman dan Pinontoan,2008
commit to user
II-9 2.2.4
Pendekatan Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem berdasarkan SDLC menurut Pressman 2007, merupakan pengembangan sistem yang memiliki beberapa kelemahan diantaranya
adalah tahap-tahap tidak fleksibel,sulit merespon kebutuhan pengguna dan model SDLC dapat digunakan jika persyaratan pada sistem itu dapat dipahami dengan
baik. Menurut Fatta 2007, ada beberapa metode yang dikembangkan untuk
melengkapi kelemahan-kelemahan metode SDLC yaitu : 1. Metode Evolusioner
Metode ini merupakan metode yang didasarkan pada ide untuk mengembangkan implementasi awal, kemudian memperlihatkan sistem awal itu
kepada pengguna untuk dikomentari dan memperbaiki versi demi versi sampai sistem memenuhi persyaratan yang diperoleh.
Adapun kelebihan dari sistem ini dibandingkan dengan metode SDLC adalah menghasilkan sistem yang tidak harus menempuh keseluruhan tahap
SDLC. Keuntungan kedua, sementara pengguna mendapat pemahaman yang lebih baik dari masalah mereka, sistem perangkat lunak dapat merefleksikannya.
Adapun kekurangan dari sistem ini yaitu kurangnya visibilitas proses, metode ini tidak efektif dari segi biaya, program sering mengalami perubahan-
perubahan. 2. Metode Berorientasi Pemakain Ulang.
Metode ini berpegang pada ide awal sebagai berikut. Untuk beberapa proses bisnis, permintaan dari satu klien dengan klien lain bisa jadi hampir sama.
Dengan demikian, jika sudah memilki satu sistem informasi., akan dikembangkan sistem informasi untuk klien yang lain dengan proses bisnis hampir sama.
3. Metode Prototipe Prototipe adalah proses interatif dalam pengembangan sistem di mana
kebutuhan diubah ke dalam sistem yang bekerja working system yang secara terus menerus diperbaiki melalui kerjasama antara pengguna dan analis. Prototipe
commit to user
II-10 juga bisa dibangun melalui beberapa tool pengembangan untuk menyederhanakan
proses. Prototipe merupakan bentuk dari Rapid Application Develoment RAD. Menurut Gaol 2008, bentuk RAD ini kadang-kadang disebut sebagai
pengerjaan bentuk dasar prototipe. Pengerjaan bentuk dasar ini juga membuat proses pengembangan semakin cepat dan mudah.
Gambar 2.3 merupakan gambaran pengembangan aplikasi dengan menggunakan prototipe menurut Gaol 2008.
Gambar 2.3 Pengembangan Aplikasi Dengan Menggunakan Prototipe
Sumber: Gaol,2008
4. Metode Objet Oriented Analysis and Desaign Merupakan metode yang berientasi terhadap objek analis dan desain.
Metode ini merupakan metode pengembangan sistem yang lebih menekankan objek dibandingkan data atau proses.
2.2.5 Metode Prototipe
Metode prototipe merupakan salah satu versi dari sebuah sistem yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem
akan berfungsi. Proses pembuatan ini disebut dengan proses prototipe.
Siklus prototyping
Siklus perawatan
commit to user
II-11 Menurut McLeod dan Schell 2008 ada dua jenis prototype yaitu:
1. Prototype Evoluasioner Prototype
evoluasioner merupakan prototype yang terus menerus disempurnakan sampai memiliki fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari
sebuah sistem baru.
2. Prototype Persyaratan
Prototype persyaratan dikembangkan sebagai satu cara untuk
mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan jelas apa yang mereka inginkan.
Dalam pengembangannya metode prototipe memiliki langkah-langkah dalam pembuatanya yaitu :
1. Mengidentifikasi Kebutuhan Pengguna. Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai
apa yang diminta sistem. 2. Membuat Satu Prototype.
Pengembang mempergunakan satu alat protoyping atau lebih untuk membuat prototype.
3. Menentukan Apakah Prototype Dapat Diterima. Pengembang mendemostrasikan kepada para pengguna untuk mengetahui
apakah telah memberikan hasil yang memuaskan. 4. Menggunakan Prototype.
Setelah melakukan tahap penentuan bahwa prototype dapat diterima maka langkah terakhir adalah menjadikan prototype tersebut menjadi sistem produksi.
Daya tarik dalam penggunaan metode prototipe ini dengan berbagai alasan sebagai berikut:
1. Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna. 2. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan
kebutuhan pengguna. 3. Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
commit to user
II-12 4. Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang
diharapkannya.
2.3 Desain Sistem