commit to user 36
D. Pengaruh Jenis Pohon Terhadap Makrofauna
1. Makrofauna Permukaan Tanah Epigeik
1.a. Frekuensi Relatif FR, Kepadatan Relatif KR, Indeks Nilai Penting INP, dan Dominansi
Pengambilan sampel makrofauna epigeik dilakukan pada bulan April-Juni 2009. Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner,
Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan dominansi makrofauna epigeik disajikan pada Tabel 4.5.a, Tabel
4.5.b, dan Tabel 4.5.c. 36
Tabel 4.5.a Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Makrofauna Epigeik di Bawah Tegakan Pohon
Ordo Pinus
Surian Alpukat
FR KR
INP Dominansi
FR KR
INP Dominansi
FR KR
INP Dominansi
Orthoptera -
- -
9,09 2,78
11,88 11,76
3,48 12,25
Hymenoptera 69,23 88,27 157,51
Hymenoptera 81,82
89,11 170,93
Hymenoptera 41,18
82,43 123,61 Hymenoptera
Araneida 7,69
3,84 11,53
- -
- 17,65
3,48 21,13
Dermaptera -
- -
- -
- 5,88
2,32 8,20
Homoptera 7,69
1,92 9,61
- -
- -
- -
Scorpion -
- -
- -
- -
- -
Blattaria -
- -
- -
- -
- -
Tysanura -
- -
- -
- -
- -
Diptera 7,69
1,92 9,61
9,09 8,35
17,45 8,88
4,64 10,53
Collembola -
- -
- -
- -
- -
Coleoptera 7,69
3,84 11,53
- -
- 17,55
3,48 21,13
Jumlah Ordo 5
3 6
H’ 0,51
0,41 0,74
Keterangan :
FR : Frekuensi Relatif
KR : Kepadatan Relatif
INP : Indeks Nilai Penting
H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wienner
Tabel 4.5.b Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Makrofauna Epigeik di Bawah Tegakan Pohon
Ordo Cengkeh
Mahoni Duku
FR KR
INP Dominansi
FR KR
INP Dominansi
FR KR
INP Dominansi
Orthoptera 14,29
3,14 17,69
13,33 2,06
15,40 7,14
1,54 8,68
Hymenoptera 64,29 92,02 156,31
Hymenoptera 46,67
90,79 137,45 Hymenoptera
57,14 90,67 147,81
Hymenoptera Araneida
7,14 1,14
8,28 -
- -
14,29 3,07
17,36 Dermaptera
7,14 1,14
8,28 13,33
2,06 15,40
- -
- Homoptera
- -
- -
- -
- -
- Scorpion
- -
- -
- -
7,14 1,54
8,68 Blattaria
- -
- -
- -
- -
- Tysanura
- -
- -
- -
- -
- Diptera
7,14 2,27
9,42 6,67
1,03 7,70
- -
- Collembola
- -
- -
- -
- -
- Coleoptera
- -
- 20,00
4,13 24,13
14,29 3,07
17,36 Jumlah Ordo
5 5
5 H’
0,38 0,43
0,43
Keterangan :
FR : Frekuensi Relatif
KR : Kepadatan Relatif
INP : Indeks Nilai Penting
H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wienner
Tabel 4.5.c Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Makrofauna Epigeik di Bawah Tegakan Pohon
Ordo Rambutan
Durian Jati
FR KR
INP Dominansi
FR KR
INP Dominansi
FR KR
INP Dominansi
Orthoptera 15,38
4,75 20,13
- -
- 13,04
6,24 19,29
Hymenoptera 69,23
90,22 159,45
Hymenoptera 60,00
76,15 136,15
Hymenoptera 30,43
52,02 82,45
Hymenoptera Araneida
15,38 4,75
20,13 20,00
10,38 30,38
13,04 6,24
19,29 Dermaptera
- -
- 6,67
3,46 10,13
13,04 14,57
27,61 Homoptera
- -
- -
- -
- -
- Scorpion
- -
- -
- -
- -
- Blattaria
- -
- 6,67
3,46 10,13
- -
- Tysanura
- -
- -
- -
8,70 6,24
14,94 Diptera
- -
- -
- -
8,70 4,16
12,86 Collembola
- -
- 6,67
6,92 13,59
- -
- Coleoptera
- -
- -
- -
13,04 10,40
23,45 Jumlah Ordo
3 5
7 H’
0,38 0,86
1,51
Keterangan :
FR : Frekuensi Relatif
KR : Kepadatan Relatif
INP : Indeks Nilai Penting
H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wienner
commit to user
Berdasarkan uji F, jenis pohon berpengaruh tidak nyata p 0,05 terhadap jumlah jenis ordo makrofauna epigeik contoh hasil
analisis Uji F disajikan pada Lampiran 1. Ordo yang ditemukan di bawah tegakan berbagai jenis pohon berkisar antara 3-7 ordo. Hal ini
diduga karena sifat makrofauna epigeik yang suka berpindah-pindah tempat dalam hidupnya untuk mencari habitat yang sesuai, sehingga
pada saat pengambilan sampel di bawah tegakan berbagai jenis pohon hanya sedikit yang ditemukan.
Berdasarkan Tabel 4.5.a, Tabel 4.5.b, dan Tabel 4.5.c, jumlah ordo makrofauna epigeik tertinggi ditemukan di bawah tegakan pohon
jati, dibuktikan dengan jumlah ordo dan Nilai Indeks Diversitas, berturut-turut yaitu 7 dan 1,51, yang lebih tinggi dibandingkan dengan
di bawah tegakan jenis pohon yang lain, yaitu antara 3-6 ordo dan 0,41-0,86. Ke tujuh ordo tersebut adalah Orthoptera, Hymenoptera,
Araneida, Dermaptera, Tysanura, Diptera, dan Coleoptera. Hal ini diduga karena kondisi vegetasi penutup tanah pada lokasi pohon jati
yang lebih beragam dibandingkan dengan lokasi pohon yang lain, selain terdapat pohon jati sebagai pohon yang dominan di lokasi
tersebut terdapat tanaman singkong, beberapa pohon melinjo, pohon mangga, pohon rambutan, dan dibawah tegakan pohon jati ditanami
temulawak sehingga menghasilkan seresah di permukaan tanah yang beragam.
Decaens et al. 1998 melaporkan bahwa terdapat dua faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap komunitas makrofauna
tanah, yaitu: a struktur vegetasi yang menentukan keragaman mikrohabitat dan kondisitingkah laku makroinvertebrata dan b
produksi dan kualitas seresah yang tergantung pada karakter vegetasinya serta populasi organisme herbivora. Kondisi keberagaman
seresah tersebut menyebabkan terjadinya pencampuran seresah yang dapat mempercepat proses dekomposisi, sehingga fauna tanah yang
40
commit to user 26
pada awalnya hanya tertarik pada seresah berkualitas baik, ketika seresah tersebut habis fauna tersebut akan memakan juga seresah
berkualitas jelek yang tercampur bersama seresah berkualitas baik Utomo, 2004.
Dominansi makrofauna dapat diketahui dari nilai INP dari tiap-tiap jenis makrofauna yang ditemukan. INP merupakan hasil
penjumlahan dari KR dan FR, dimana makrofauna tanah dominan ditunjukkan dengan Indeks Nilai penting tertinggi. Ordo yang
mendominasi baik pada pohon jati maupun ke delapan pohon yang lain adalah Hymenoptera semut yang ditunjukkan dengan INP
terbesar Tabel 4.5.a, Tabel 4.5.b, dan Tabel 4.5.c. Wallwork 1970 menjelaskan bahwa Filum Arthropoda yang terdiri dari 4 kelas yaitu
Insecta, Arachnida, Dilpopoda, dan Crustacea merupakan kelompok hewan tanah yang pada umumnya menunjukkan dominansi tertinggi
di antara organisme penyusun komunitas hewan tanah. Seperti dilaporkan Ashadi 2004 cit. Aini 2004 bahwa
kesamaan dominansi semut tersebut disebabkan karena semut pada umumnya cocok hidup pada kondisi berbagai sumber makanan.
Seperti dilaporkan juga oleh Maftu’ah et al, 2002 cit. Aini 2004 bahwa jumlah semut banyak ditemukan baik di permukaan maupun di
dalam tanah, dan hewan ini menyukai kondisi tanah yang lebih porus. Hewan jenis ini, hidup di daerah tropik dan sub tropik dan memakan
sisa tanaman maupun hewan, sehingga keberadaannya banyak ditemukan di tempat-tempat yang banyak seresah.
1.b.Pengaruh Jenis Pohon Terhadap Kepadatan Populasi dan Biomasa Makrofauna Epigeik
Kepadatan populasi adalah jumlah individu tiap satuan luas, volume, atau satuan penangkapan. Kepadatan hewan tanah sangat
bergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan 41
commit to user 27
populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah tersebut Suin, 1997.
Hasil uji F menunjukkan bahwa jenis pohon berpengaruh tidak nyata p 0,05 terhadap kepadatan populasi dan biomasa
makrofauna epigeik contoh hasil analisis Uji F disajikan pada Lampiran 1. Hal ini disebabkan karena pengaruh kondisi lingkungan
maupun karakter jenis pohon yang berbeda-beda di tiap lokasi penelitian, serta sifat makrofauna epigeik yang mobil dalam
mempertahankan hidupnya dengan mencari habitat dan sumber makanan yang sesuai.
Biomasa makrofauna epigeik berkorelasi negatif dengan suhu udara r = -0,416, serta berkorelasi positif dengan ketebalan seresah
r = 0,500 analisis hasil korelasi disajikan pada Lampiran 1. Tinggi rendahnya suhu udara dapat mempengaruhi besarnya suhu tahah,
bersama dengan tajuk pohon dan keberadaan seresah dipermukaan dapat menciptakan iklim mikro yang sesuai bagi habitat makrofauna
epigeik. Tajuk pohon mampu melindungi permukaan tanah dari pancaran sinar matahari secara langsung, sedangkan seresah
dipermukan tanah menjaga kelembaban dan kadar lengas tanah, melindungi makrofauna epigeik dari pancaran sinar matahari dan
sebagai sumber makanannya. Hasil penelitian Sugiyarto 2000 menjelaskan bahwa diversitas makrofauna permukaan tanah
berkorelasi negatif -0,63 dengan tingkat penetrasi cahaya matahari. Hal ini menunjukkan bahwa hewan permukaan tanah pada umumnya
menyukai tempat tempat yang terlindung dari cahaya matahari atau menghindari cahaya matahari.
Berdasarkan Lampiran 4, jumlah kepadatan populasi dan biomasa makrofauan epigeik pada sembilan jenis pohon berkisar
antara 1,08-3,59 ekortangkapan dan 0,02-1,04 gtangkapan, menunjukkan bahwa populasi dan biomasa makrofauna epigeik di
seluruh pohon hampir sama dan relatif sedikit. Hal ini disebabkan 42
commit to user 28
karena kondisi iklim mikro yang digunakan sebagai salah satu faktor penentu keberadaan makrofauna tanah hampir sama atau rentang suhu
pada masing-masing pohon tidak terlalu jauh Tabel 4.4. Faktor kondisi ketebalan seresah juga mempengaruhi, ketebalan seresah di
lokasi sembilan jenis pohon relatif sedikit yaitu berkisar antara 0,14- 2,4 cm Tabel 4.3.b.
2. Makrofauna Dalam Tanah Endogeik