Makrofauna Dalam Tanah Endogeik

commit to user 28 karena kondisi iklim mikro yang digunakan sebagai salah satu faktor penentu keberadaan makrofauna tanah hampir sama atau rentang suhu pada masing-masing pohon tidak terlalu jauh Tabel 4.4. Faktor kondisi ketebalan seresah juga mempengaruhi, ketebalan seresah di lokasi sembilan jenis pohon relatif sedikit yaitu berkisar antara 0,14- 2,4 cm Tabel 4.3.b.

2. Makrofauna Dalam Tanah Endogeik

2.a. Frekuensi Relatif FR, Kepadatan Relatif KR, Indeks Nilai Penting INP, dan Dominansi Pengambilan sampel makrofauna endogeik bersamaan dengan pengambilan sampel makrofauna epigeik. Data Frekuensi relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Indeks Diversitas Shannon-Wienner, disajikan pada Tabel 4.6.a, Tabel 4.6.b, Tabel 4.6.c. 43 Tabel 4.6.a Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Makrofauna Endogeik di Bawah Tegakan Pohon Ordo Pinus Surian Alpukat FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi Pontoscolex corethrurus 7,14 12,76 19,91 18,75 36,36 55,11 Pontoscolex corethrurus 28,57 50,00 78,57 Pontoscolex corethrurus Larva coleoptera 17,86 41,48 59,34 Larva coleoptera 6,25 3,03 9,28 21,43 16,67 38,10 Kokon 3,57 2,13 5,70 6,25 9,09 15,34 14,29 10,42 24,70 Isopoda 14,29 7,45 21,73 - - - - - - Collembola 3,57 1,06 4,64 - - - - - - Orthoptera 3,57 1,06 4,64 6,25 3,03 9,28 - - - Metaphire capensis 7,14 2,13 9,27 31,25 15,15 46,40 35,71 22,92 58,63 Nematoda 3,57 2,13 5,70 6,25 3,03 9,28 - - - Chilopoda 7,14 3,19 10,33 - - - - - - Araneida 10,71 10,64 21,35 - - - - - - Hymenoptera 10,71 8,51 19,22 6,25 3,03 9,28 - - - Diplopoda 7,14 5,32 12,46 - - - - - - Coleoptera 3,57 2,13 5,70 6,25 3,03 9,28 - - - Isoptera - - - 6,25 36,36 42,61 - - - Dermaptera - - - 6,25 3,03 9,28 - - - Jumlah Ordo 13 10 4 H’ 1,96 1,88 0,39 Keterangan : FR : Frekuensi Relatif KR : Kepadatan Relatif INP : Indeks Nilai Penting H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wienner Tabel 4.6.b Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Makrofauna Endogeik di Bawah Tegakan Pohon Ordo Cengkeh Mahoni Duku FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi Pontoscolex corethrurus 11,11 1,85 12,96 29,41 44,99 74,41 Pontoscolex corethrurus 40,00 33,77 73,77 Pontoscolex corethrurus Larva coleoptera 33,33 16,67 50,00 29,41 5,00 34,41 6,67 1,30 7,97 Kokon - - - 11,76 2,00 13,76 26,27 29,87 56,54 Isopoda - - - - - - - - - Collembola - - - - - - - - Orthoptera - - - - - - - - - Metaphire capensis 55,56 81,48 137,04 Metaphire capensis 17,65 28,00 45,64 13,33 24,68 38,01 Nematoda - - - - - - - - - Chilopoda - - - - - - - - - Araneida - - - - - - - - Hymenoptera - - - 5,88 0,12 6,00 - - - Diplopoda - - - - - - - - - Coleoptera - - - - - - - - - Isoptera - - - 5,88 8,00 13,88 13,33 10,39 23,72 Dermaptera - - - - - - - - - Jumlah Ordo 3 6 5 H’ 0,54 1,40 1,36 Keterangan : FR : Frekuensi Relatif KR : Kepadatan Relatif INP : Indeks Nilai Penting H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wienner Tabel 4.6.c Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Frekuensi Relatif, Kepadatan Relatif, Indeks Nilai Penting, dan Dominansi Makrofauna Endogeik di Bawah Tegakan Pohon Ordo Rambutan Durian Jati FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi FR KR INP Dominansi Pontoscolex corethrurus 33,33 6,33 39,66 Pontoscolex corethrurus 33,33 47,87 81,20 Pontoscolex corethrurus 30 72,07 102,07 Pontoscolex corethrurus Larva coleoptera 33,33 1,46 34,79 20,00 4,25 24,25 40 8,83 48,83 Kokon - - - 20,00 10,64 30,64 20 11,77 31,77 Isopoda - - - - - - - - - Collembola - - - - - - - - Orthoptera - - - - - - - - - Metaphire capensis 33,33 0,97 34,31 13,33 27,66 40,99 - - - Nematoda - - - - - - - - - Chilopoda - - - - - - - - - Araneida - - - - - - - - Hymenoptera - - - 6,67 9,57 16,24 10 7,35 17,35 Diplopoda - - - - - - - - - Coleoptera - - - - - - - - - Isoptera - - - 6,67 5,32 11,99 - - - Dermaptera - - - - - - - - - Jumlah Ordo 3 6 4 H’ 0,78 1,46 0,89 Keterangan : FR : Frekuensi Relatif KR : Kepadatan Relatif INP : Indeks Nilai Penting H’ : Indeks Diversitas Shannon-Wienner commit to user 28 Berdasarkan uji F, jenis pohon berpengaruh nyata terhadap jumlah jenisordo makrofauna endogeik p 0,05 contoh hasil analisis Uji F disajikan pada Lampiran 1. Uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah jenisordo makrofauna endogeik berkorelasi negatif dengan suhu udara r = -0.71, dan suhu tanah r = -0,69, serta berkorelasi positif dengan kadar lengas r = 0,61, pH H 2 O r = 0,63, ketebalan seresah r = 0,73, dan ketinggian tempat r = 0,65 analisis hasil korelasi disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan uji regresi stepwise, peubah yang paling menentukan jumlah jenis makrofauna endogeik adalah ketebalan seresah dan suhu udara, dengan persamaan : Jumlah jenis endogeik = 10,0 + 1,23 Tebal Seresah - 0,302 Suhu Udara R 2 -adj = 0,61. Faktor ketebalan seresah dan suhu udara memberikan sumbangan kepada jumlah jenis makrofauna endogeik sebesar 61,5 R 2 -adj hasil analisis uji regresi stepwise disajikan pada Lampiran 1. Keberadaan makrofauna endogeik di bawah tegakan pohon sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasi dan iklim mikro setempat. Pohon dengan karakteristik tajuk, ketebalan seresah, dan kerapatan vegetasi menyebabkan kondisi suhu di bawah tegakan pohon mampu menciptakan iklim mikro yang sesuai bagi habitat makrofauna endogeik. Tinggi rendahnya suhu udara berpengaruh terhadap suhu tanah dan kelengasan tanah, karena makrofauna endogeik aktifitas hidupnya di dalam tanah dan hanya sesekali ke permukaan tanah untuk mencari makan, maka faktor suhu tanah dan kelengasan tanah sangatlah penting. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15-20 O C. Menurut Minnich 1997 suhu optimal untuk produksi kokon cacing tanah adalah pada suhu 16 o C. Suhu yang lebih tinggi dari 25 o C masih lebih baik, asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal. Apabila suhu 47 commit to user 29 yang terlalu tinggi atau rendah, semua proses fisiologis seperti pernapasan, pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme akan terganggu. Seresah di permukaan tanah dimanfaatkan oleh makrofauna endogeik sebagai sumber makanan, menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam tanah, menjaga kelembaban tanah, menjaga lengas, dan suhu tanah sehingga keberadaan berbagai jenis makrofauna endogeik tersebut terjaga. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ordo makrofauan endogeik yang ditemukan di sembilan jenis pohon berkisar antara 3-13 ordo. Ordo yang tertinggi di temukan di bawah tegakan pohon pinus yaitu 13 ordo, hal ini ditunjukkan dengan nilai H’ yang tertinggi yaitu 1,96 dibandingkan jenis pohon yang lain. Hal tersebut disebabkan karena faktor ketinggian tempat yang berpengaruh terhadap suhu udara maupun suhu tanah serta kondisi kerapatan vegetasinya. Lokasi pohon pinus pada penelitian ini berada pada ketinggian tempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi tegakan jenis pohon yang lain Tabel 4.1. Kondisi vegetasi lokasi pohon pinus cukup rapat, karena selain pohon pinus yang sebagai tanaman dominan, di bawah tegakan pohon terdapat berbagai macam tanaman semak, serta didukung dengan ketebalan seresah yang lebih tebal dibandingkan dengan di bawah tegakan pohon yang lain Tabel 4.4.b, sehingga menciptakan iklim mikro yang sesuai bagi habitat makrofauna endogeik. Suin 1982 menyatakan bahwa pada tanah dengan vegetasi dasarnya rapat, cacing tanah akan banyak ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan sumber makanan yang banyak ditemukan berupa seresah. Menurut Edwards dan Lofty 1977 faktor makanan, baik jenis maupun kuantitas vegetasi yang tersedia di suatu habitat sangat menentukan keanekaragaman spesies dan kerapatan populasi cacing tanah di habitat tersebut. 48 commit to user 30 Makrofauna endogeik yang mendominasi adalah ordo Oligochaeta cacing tanah dengan jenis spesies Pontoscolex corethrurus. Ordo tersebut mendominasi ke-7 jenis pohon yaitu Rambutan, Surian, Duku, Mahoni, Alpukat, Durian, Jati, dengan ditunjukkan oleh nilai FR dan KR yang lebih tinggi dibandingkan ordo yang lain sehingga menghasilkan nilai INP yang paling tinggi, berturut-turut yaitu 39,66, 55,11, 73,77, 74,41, 78,58, 81,20, dan 102,07. Pontoscolex corethrurus termasuk dalam famili Glossoscolecidae dengan tanda-tanda khusus yaitu memiliki panjang total tubuh berkisar antara 35-120 mm, diameter 2-4 mm, dengan jumlah segmen berkisar antara 83-215 segmen, warna bagian dorsal cokelat kekuningan, warna bagian ventral abu-abu keputihan. Warna ujung anterior kekuningan dan warna ujung posterior cokelat kekuningan. Prostomium prolobus atau epilobus dengan satu segmen yang ditarik kembali. Seta kecil berlekuk-lekuk serta garis melintang dan bagian anterior seta kelihatan tidak jelas tetapi pada bagian posterior seta kelihatan dangat jelas, biasanya sekitar 10-12 bagian depan sangat jelas dan lebar dari seta berpasangan. Klitelium bentuk pelana mulai dari segmen 14-20 John, 1998. Keberadaan cacing tanah jenis tersebut yang mendominasi di lokasi ke tujuh pohon menunjukkan bahwa ke tujuh pohon tersebut memiliki kondisi faktor fisik-kimia lingkungan yang mendukung bagi kehidupan cacing tanah, diantaranya kondisi pH dan kadar bahan organik. Menurut Hanafiah 2005, pH tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan spesiesnya. Menurut Edwards dan Lofty 1977, cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, karena itu pH menjadi faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. 49 commit to user 31 Cacing tanah menyukai pH tanah sekitar 5,8-7,2. Penyebaran vertikal maupun horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Selanjutnya Wallwork 1970 menyatakan bahwa keberadaan spesies cacing tanah pada suatu areal sangat ditentukan oleh kandungan bahan organik pada areal tersebut. Hal ini dibuktikan dengan nilai pH di bawah tegakan pohon Rambutan, Surian, Duku, Mahoni, Alpukat, Durian, dan Jati berturut-turut yaitu 5,8; 6,9; 5,7; 6,1; 6,1; 6,2; dan 4,5. 2.b . Pengaruh Jenis Pohon Terhadap Kepadatan Populasi dan Biomasa Makrofauna Endogeik Uji F menunjukkan bahwa jenis pohon berpengaruh nyata terhadap biomasa makrofauna endogeik p 0,05 contoh hasil analisis Uji F disajikan pada Lampiran 1. Namun berdasarkan uji korelasi, biomassa makrofauna endogeik tidak memiliki keeratan hubungan dengan seluruh peubah p 0.05, tetapi cenderung memiliki korelasi positif dengan nisbah CN tanah r = 0,35 ns analisis hasil korelasi disajikan pada Lampiran 1. Nisbah CN tanah berhubungan dengan kandungan bahan organik tanah. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N-total tanah berbeda-beda di setiap lokasi pohon, berkisar antara 0,46-2,40 Lampiran 2 dengan harkat sedang- sangat tinggi. Kedalaman tanah akan berpengaruh terhadap kandungan N yang ada di dalamnya. Semakin dalam solum tanah maka semakin berkurang kandungan N yang ada di dalam tanah tersebut, karena hasil dekomposisi bahan organik dan berbagai sumber N yang lain akan terakumulasi di permukaan tanah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata jumlah kepadatan populasi makrofauna endogeik di bawah tegakan pohon pada kedalaman pertama 0-10 cm yaitu antara 1,30-5,63 gtangkapan yang lebih banyak 50 commit to user 32 dibandingkan pada kedua kedalaman berikutnya 10-20 cm dan 20- 30 cm, yaitu 5,07-0,04 gtangkapan dan 8,64 gtangkapan. Jenis pohon berpengaruh tidak nyata terhadap kepadatan populasi makrofauna endogeik p 0,05 contoh hasil analisis Uji F disajikan pada Lampiran 1. Hal ini diduga karena pengaruh aktifitas makrofauna endogeik yang selalu bergerak dalam mencari makan dan mencari habitat yang sesuai, sehingga kepadatan populasi di bawah tegakan pohon menjadi kecil. Wallwork 1970 menyatakan bahwa jumlah dan distribusi seresah mempengaruhi kepadatan populasi cacing tanah. Cacing tanah dapat menghancurkan sejumlah besar seresah di lantai hutan. Jika tempat tersebut populasi cacing tanah tinggi menunjukkan jenis seresah tersebut disukai oleh cacing tanah. Marofauna endogeik yang ditemukan pada penelitian ini sebanyak 15 spesies, yang masing-masing memiliki jumlah kepadatan populasi maupun biomassa yang berbeda-beda. Berdasarkan Lampiran 7, rata-rata kepadatan populasi dan biomassa makrofauna endogeik tertinggi disumbangkan oleh ordo Oligochaeta cacing tanah dengan spesies Pontoscolex corethrurus, berturut- turut yaitu 6,73 ekortangkapan dan 1,1999 grtangkapan,serta Metaphire capensis, berturut-turut yaitu 4,06 ekortangkapan dan 2,4529 grtangkapan. Kedua spesies tersebut ditemukan hampir diseluruh bawah tegakan ke-9 jenis pohon, kecuali spesies Metaphire capensis yang hanya ditemukan pada ke-8 jenis pohon saja. Hal ini membuktikan bahwa ke-9 jenis pohon yang digunakan pada penelitian ini memiliki kondisi habitat yang sesuai bagi kedua spesies tersebut. Kondisi iklim mikro, pH, dan seresah dapat mampengaruhi keberadaan cacing tanah di bawah tegakan pohon. Seresah bersama akar tanaman merupakan sumber bahan organik yang dapat mempengaruhi aktifitas makrofauna tanah. Aktifitas tersebut commit to user 33 berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Proses dekomposisi bahan organik menghasilkan keasaman tanah pH yang nantinya menciptakan habitat bagi makrofauna tanah. Populasi cacing tanah berkembang baik pada pH netral dan pH yang ideal untuk cacing tanah adalah 5,8-7.2 Rukmana, 1999. Menurut Handayanto, Cadisch, Giller 1994 sumber bahan organik seresah pohon yang berpotensi sebagai penyedia unsur hara adalah bahan organik yang berkualitas tinggi yaitu memiliki CN ratio 20 dan keberadaannya melimpah. Makrofauna tanah umumnya merupakan konsumen sekunder yang tidak dapat memanfaatkan bahan organik seresah kasar secara langsung, melainkan yang sudah dihancurkan oleh jazad renik tanah Soepardi, 1983. Bahan organik yang terdekomposisi lebih lama rasio CN kecil akan meningkatkan populasi makrofauna dalam tanah. Priyadarsini 1999 menyatakan bahwa fauna tanah umumnya menyukai bahan organik kualitas tinggi bahan organik dengan rasio CN rendah. Nilai CN seresah kesembilan jenis pohon kebanyakan 20 kualitas rendah, sehingga sukar didekomposisi oleh makrofauna endogeik dan proses dekomposisi bahan organik ini nantinya akan berpengaruh pada CN tanah. Hal ini menyebabkan keeratan hubungan antara makrofauna endogeik dengan CN tanah kecil. Makrofauna tanah yang ditemukan dalam penelitian ini berasal dari beberapa ordo, masing-masing ordo ini memiliki fungsi positif maupun negatif bagi ekosistemnya. Di bawah ini tercantum beberapa fungsi dari ordo-ordo yang ditemukan. commit to user 34 Tabel 4.6 Fungsi Makrofauna Tanah Terhadap Ekosistem Ordo Fungsi Araneida Collembola Diplopoda Diptera Homoptera Hymenoptera Oligochaeta Orthoptera Predator, pemakan insekta dan invertebrata lainnya. Merupakan mesofauna tanah yang berfungsi mendekomposisi bahan organik. Fitofagus, saprofagus, menyebabkan kerusakan akar tanaman. Dekomposisi bahan organik, melembabkan sisa bahan organik, vektor hama dan penyakit. Vektor virus dan penyakit tanaman. Konsumen primer, predator, memodifikasi habitat melalui aktivitas membuat sarang dan penyimpanan makanan. Menggali lubang memperbaiki struktur, memperbaiki kesuburan tanah. Hama tanaman, detretivor. Sumber : Curry, 1994.

E. Pengaruh Jenis Pohon Terhadap Porositas Tanah