commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minuman beralkohol telah digunakan sejak 5000 tahun yang lampau mulai dari Mesir kuno sampai Bangsa Indian Amerika dengan berbagai tujuan, ada yang
menggunakan untuk komunikasi transdental dalam upacara adat dan ada pula yang digunakan sebagai minuman untuk kenikmatan. Di beberapa tempat seperti di
daerah belahan bumi utara Eropa, Asia Timur, minuman beralkohol pada beberapa abad yang lalu bahkan secara salah kaprah digunakan sebagai
penghangat tubuh di musim dingin. Di daerah tertentu di Indonesia, penggunaan alkohol erat kaitannya dengan upacara kepercayaan. Namun di manapun,
penggunaan alkohol sebagai minuman tetaplah lebih populer Bachtiar, 2004. Penggunaan alkohol sebagai minuman bisa mempengaruhi kondisi kejiwaan
seseorang, mengakibatkan kecanduan dan mempengaruhi fungsi organ tubuh Yayasan Cinta Anak Bangsa, 2004. Penderita keracunan alkohol di Indonesia
cukup banyak tetapi belum ada data konkret mengenai hal tersebut. Di Amerika pada tahun 1979 saja terdapat 5-9 juta jiwa penderita kecanduan alkohol, angka
yang kurang lebih sama didapatkan di Denmark, Inggris Raya, Jerman dan Swiss Bachtiar, 2004.
Di beberapa negara alkohol sebagai minuman mudah didapatkan, sehingga cenderung banyak disalahgunakan. Keracunan akut alkohol umumnya tidak
commit to user
menyebabkan gangguan fungsi hati menetap. Konsumsi secara kronik akan menyebabkan berbagai kerusakan yang berhubungan dengan dosis. Efek dapat
berupa terjadinya infiltrasi lemak, hepatitis dan sirosis Katzung, 2002. Sebagaimana makanan dan minuman yang dikonsumsi, alkohol yang
diminum juga akan melewati saluran pencernaan kemudian oleh darah dibawa ke organ tubuh seperti jantung, ginjal dan hati. Sembilan puluh persen alkohol yang
dikonsumsi akan dinetralkan di hati, yang menyebabkan perlemakan pada jaringan hati. Suatu penelitiaan di negara barat menunjukkan bahwa separuh dari kasus-
kasus sirosis hepatis disebabkan oleh alkohol. Beberapa penelitian juga menunjukkan kebiasaan minum-minuman beralkohol meningkatkan risiko kanker
hati Bachtiar, 2004. Kunyit kuning atau Curcuma longa, familia Zingiberaceae, merupakan
tanaman yang tumbuh di daerah tropik maupun subtropik di dunia, dan dibudidayakan di negara-negara Asia, terutama: India, Cina, Malaysia dan
Indonesia. Tanaman tersebut secara tradisional digunakan sebagai bumbu masakan, pewarna maupun obat Firstya, 2007.
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah zat warna
kurkuminoid kurkumin,
desmetoksikurkumin, dan
bisdesmetoksikurkumin, minyak atsiri, protein, fosfor, kalium, besi, vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen
terbesar Anand et al., 2008. Kadar total kurkuminoid sering dihitung sebagai persentase kurkumin dan karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia
commit to user
maupun farmakologi lebih menekankan pada kurkumin Sumiati dan Adyana, 2004.
Kurkumin [1,7-bis-4-hidroksi-3-metoksifenilhepta-1,6-diena-3,5-dion]
merupakan bahan alami yang terdapat di berbagai spesies Curcuma. Kurkumin merupakan komponen penting dari Curcuma longa yang memberikan warna
kuning yang khas. Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol Antony et al.,
2008. Polifenol merupakan senyawa yang bersifat antioksidan. Pada ekstrak mentah rimpang kunyit kuning terkandung 70-76 kurkumin, sekitar 16
desmetoksikurkumin dan sekitar 8 bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid. Penelitian yang luas pada kurkumin telah
menunjukkan spektrum efek terapi yang luas, seperti antioksidan, antiinflamasi, antibakteria, antivirus, anti jamur, anti tumor, antispasmodik, dan hepatoproteksi
Kohli et al., 2004. Kunyit kuning merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan di Indonesia,
sedangkan penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti apakah pemberian ekstrak kunyit
dapat mengurangi kerusakan histologis hepar mencit yang diinduksi alkohol.
B. Perumusan Masalah