PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT KUNING (Curcuma longa) DALAM MENCEGAH KERUSAKAN HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ALKOHOL SKRIPSI
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT KUNING (Curcuma longa)
DALAM MENCEGAH KERUSAKAN HEPAR MENCIT (Mus musculus)
YANG DIINDUKSI ALKOHOL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
YUDHI PRASETYO
G0006224
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
Yudhi Prasetyo, G0006224, 2010.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma
longa
) dalam Mencegah Kerusakan Hepar Mencit (
Mus musculus
) yang Diinduksi
Alkohol.
Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan penelitian.
Ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) mengandung antioksidan yang
dapat menangkal radikal bebas dan menurunkan nekrosis sel hati yang diakibatkan dari
metabolism alkohol. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui ekstrak kunyit kuning
(
Curcuma longa
) sebagai hepatoproteksi yang diinduksi alkohol.
Metode penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan
post test only
controlled group design
. Sampel berupa mencit (
Mus musculus
) jantan, galur
Swiss Webster
berumur 2-3 bulan dengan berat badan +20gr. Sampel sebanyak 28 ekor dibagi dalam 4
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor mencit. Teknik sampling yang dipakai
adalah
incidental
s
ampling
. Kelompok kontrol (K), mencit diberi aquades 1ml peroral perhari
selama 9 hari. Kelompok perlakuan 1 (PI), mencit diberi alkohol dengan persentase bertingkat
15%, 20%, 25% dan 30% dengan dosis 0,028ml/20gr bb mencit/hari. Kelompok perlakuan 2
(PII), mencit diperlakukan seperti PI dan diberi ekstrak kunyit kuning 0,14mg/20gr bb
mencit/hari. Kelompok perlakuan 3 (PIII), mencit diperlakukan seperti PI dan diberi Ekstrak
kunyit kuning 0,28mg/20gr bb Mencit/hari, mencit dikorbankan dengan cara
dislokasi vertebra
cervikalis
kemudian organ hepar diambil dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin
Eosin (HE). Gambaran histologis hepar diamati dan dinilai berdasarkan kerusakan histologis
yang berupa inti
pyknosis
,
karyorrhexis
, dan
karyolysis
, dimana dari setiap jenis kerusakan ini,
masing-masing diberi skor 1. Data dianalisis dengan menggunakan uji
One-Way ANOVA
(
Analysis of Variant
)
(α=0,05). Namun sebelumnya perlu dilakukan uji
T-test Independent
pada
kelompok control dan P1 dan dilanjutkan dengan uji
Post Hoc Multiple Comparisons
(LSD)
(
α
=0,05).
Hasil penelitian. Hasil uji
Oneway ANOVA
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
antara keempat kelompok perlakuan. Hasil uji
Post Hoc
menunjukkan adanya perbedaan
bermakna antara K-P I, K-P II, K-P III, P I-P II, P II-PIII, dan kelompok P I-PIII (p<0,05).
Simpulan penelitian. Ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dapat mengurangi kerusakan sel
hepar mencit (
Mus musculus
) akibat paparan alkohol tetapi pada peningkatan dosis ekstrak
kunyit kuning, menjadi 2 kali dosis pertama tidak meningkatkan efek proteksinya terhadap
kerusakan sel hepar mencit yang di induksi oleh alkohol (p<0,05).
(3)
Yudhi Prasetyo, G0006224, 2010.
The Effect of Curcumin Extract (
Curcuma longa
) on Liver
Cell Damage Necrosis of Mice (
Mus musculus
) After Alcohol Induction. Script, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Objective: Curcumin Extract (
Curcuma longa
) has antioxidant activity to protect liver cell
damage resulting from free radicals activity produced by alcohol metabolism. The objective of
this research was to investigate the hepatoprotection activity of curcumin extract on liver cell
damage induced by alcohol.
Methods: This was a laboratory experimental research with
the post test only controlled group
design
. Samples in this research were twenty eight male mice (
Mus musculus
),
Swiss Webster
type, age 2-3 months old and +20gr of each weight. Samples divided into 4 groups, each group
has seven mices. Mice for control group (K) was only given aquadest 1ml/20gr weight of mice
for 9 days in a row. The first treatment group (PI) was treated and given alcohol with increment
form 15%, 20%, 25%, and 30% with dose 0,028ml/20g weight of mice. The second treatment
group (PII) will be given like PI and given curcumin extract dose I which consist of 0,14mg/20g
weight of mice for 9 days in a row.The third treatment group (PIII) will be given like PI and
given curcumin extract dose II which consist of 0,28mg/20gr weight of mice. Finally on day 9
th,
mice were sacrificed with vertebra cervicalis dislocation then liver was taken and stained with
Hematoxillin Eosin (HE). Histologic preparation was observied and scored based on the
hepatocyte nuclear appearance (
pyknosis
,
karyorrhexis
and
karyolysis)
. And each one of them
was given score 1. Data were analized by
One-Way ANOVA
test
(α=0,05) and before that, the
data form control and P1 group analized by T-Test Independent. The analysis was continued by
Post Hoc Multiple Comparisons
(LSD) test
(
α
=0,05).
Results: Result of
One-Way ANOVA
showed that there was a significant difference among 4
groups. Result of
Post Hoc Multiple Comparisons
LSD method showed that there was a
significant difference between K-P I, K-P II, K-P III, P I-P II, P II-PIII and P I-PIII (p<0,05).
Conclusion: According to this research, we concluded that the feeding of Curcumin Extract
(
Curcuma longa
) was able to decrease the liver cell damage of mice (
Mus musculus
)
but the
increase of curcumin extrac dose, twice of first dose was not followed by the increase of
protection effect to the liver cell damage of mice which was induced by alcohol (p<0,05).
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 15 Desember 2010
Yudhi Prasetyo
G0006224
(5)
Skripsi dengan judul :
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning
(Curcuma longa) dalam Mencegah Kerusakan Hepar Mencit (Mus musculus) yang
Diinduksi Alkohol
Yudhi Prasetyo, NIM : G0006224, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Selasa, Tanggal 21 Desember 2010
Pembimbing Utama
Nama
: Suyatmi,dr.,MBiomed,Sc
NIP
: 19720105 200102 2 001
(...)
Pembimbing Pendamping
Nama
: Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si
NIP
: 19640220 199003 2 001
(...)
Penguji Utama
Nama
: Muthmainah,dr.,MKes
NIP
: 19660702 199802 2 001
(...)
Anggota Penguji
Nama
: Fitriyah, Dra.
NIP
: 19520624 198003 2 002
(...)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003
(6)
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit
Kuning (Curcuma longa) dalam Mencegah Kerusakan Hepar Mencit (Mus musculus) yang
Diinduksi Alkohol” Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW.
Penulisan skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan ini. Maka
pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
2.
Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret, Surakarta dan Penguji Utama yang telah memberi masukan dan saran demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3.
Suyatmi,dr.,MBiomed,Sc, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya dalam memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi bagi penulis.
4.
Dr. Diffah Hanim, Dra., M.Si., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi bagi penulis.
5.
Fitriyah, Dra., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
7.
Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Papa, mama, uwiek, de’nug dan saudara keluarga besar atas dukungan, doa, semangat dan
cinta kasih yang telah kalian berikan.
9.
Rekan-rekan dalam penelitian ini, M.Yusuf Arrozhi, Chandra Bayu Sena, Haris NAA, Bagus
Aris M, Aditya P,Mohan A, Pradipta A, Reza F, Teddy S dan Adi PS.
10. Teman-teman kelompok PBL C3, kelompok panum B3, Kost Putera Dar Boedhi Ompoeng
dan sahabat seperjuangan atas inspirasinya.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik serta sumbang saran di masa mendatang untuk
peningkatan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua.
Surakarta, 15 Desember 2010
(7)
PRAKATA. . . vi
DAFTAR ISI. . . vii
DAFTAR TABEL. . . ix
DAFTAR GAMBAR. . . x
DAFTAR LAMPIRAN. . . xi
BAB I.
PENDAHULUAN. . . 1
A. Latar Belakang Masalah . . . 1
B. Perumusan Masalah. . . 3
C. Tujuan Penelitian. . . 4
D. Manfaat Penelitian. . . 4
BAB II.
LANDASAN TEORI. . . 6
A.
Tinjauan Pustaka. . . 6
1.
Hepar . . . . .. 6
2.
Kunyit Kuning (
Curcuma longa) . . . .
. . . .... 8
3.
Alkohol . . . 11
4.
Mekanisme kerusakan hepar. . . 14
B.
Kerangka Pemikiran. . . 17
C.
Hipotesis. . . 18
BAB III. METODE PENELITIAN . . . 19
A.
Jenis Penelitian. . . 19
B.
Lokasi Penelitian . . . 19
C.
Subyek Penelitian. . . 19
D.
Teknik Sampling. . . 20
E.
Desain Penelitian. . . 20
F.
Instrumen dan Bahan Penelitian. . . 23
1. Alat. . . 23
2. Bahan. . . 23
(8)
H.
Definisi Operasional Variabel Penelitian. . . 24
1. Variabel Bebas. . . 24
2. Variabel Terikat : Kerusakan Hepar. . . 25
3. Variabel Luar . . . 25
a. Variabel Luar yang Dapat Dikendalikan. . . .. . .25
b. Variabel Luar yang Tidak Dapat Dikendalikan. . . ..26
I.
Cara Kerja. . . 27
1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Kunyit Kuning . . . 27
2. Persiapan Bahan Penelitian . . . .27
3. Persiapan Hewan Uji dan Tempat Penelitian . . . 28
4. Penimbangan Berat Badan Mencit . . . 28
5. Perlakuan . . . 28
6. Pembuatan Preparat . . . .29
7. Pengamatan.. . . .30
J. Teknik Analisis Data Statistik. . . .30
BAB IV. HASIL PENELITIAN. . . 31
A.
Data Hasil Penelitian. . . 31
B.
Analisis Data. . . 32
BAB V. PEMBAHASAN. . . 35
BAB VI.SIMPULAN DAN SARAN. . . .41
A.
Simpulan. . . 41
B.
Saran. . . 41
DAFTAR PUSTAKA. . . 43
LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Rata-Rata Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit yang Diinduksi Alkohol
pada Masing-Masing Kelompok
Tabel 2.
Ringkasan Hasil Uji LSD
(α = 0,05)
Tabel 3.
Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis
dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Kontrol Beserta
Skornya.
Tabel 4.
Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis
dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Perlauan I
Beserta Skornya.
Tabel 5.
Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis
dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Perlauan II
Beserta Skornya.
Tabel 6.
Jumlah Inti Sel Hepar yang Mengalami Piknosis, Karyoreksis, Karyolisis
dari Tiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler untuk Kelompok Perlauan III
Beserta Skornya.
Tabel 7. Hasil Uji
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov
untuk Skor Kerusakan Sel
Hepar Mencit pada 4 Kelompok Mencit.
Tabel 8. Hasil Uji
T-Test Independent
untuk Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit
pada 4 Kelompok Mencit.
Tabel 9.
Hasil Uji
Oneway
ANOVA untuk Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit pada
4 Kelompok Mencit.
Tabel 10.
Hasil Uji LSD antara 4 Kelompok untuk Skor Kerusakan Sel Hepar
Mencit.
Tabel 11.
Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Kontrol (K)
(Pengecatan HE, Perbesaran 268 X)
Gambar 2.
Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan I
(P I) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X)
Gambar 3.
Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan II
(P II) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X)
Gambar 4.
Fotomikrograf Zona 1 Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan III
(P III) (Pengecatan HE, Perbesaran 268 X)
Gambar 5.
Mencit yang Digunakan dalam Penelitian
Gambar 6.
Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa)
dan Alkohol
Gambar 7.
Akuades
Gambar 8.
Mikroskop Elektrik yang Digunakan dalam Pengambilan Data
Gambar 9.
Slide
Preparat dan Alat Penghitung yang Digunakan dalam
Pengambilan Data.
Gambar 10.
Sonde Lambung Mencit dan Cara Memasukkan Sonde Lambung.
Gambar 11.
Alkoholmetri
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil Pengamatan pada Kelompok Kontrol (K)
Lampiran 2.
Hasil Pengamatan pada Kelompok Perlakuan I (P I)
Lampiran 3.
Hasil Pengamatan pada Kelompok Perlakuan II (P II)
Lampiran 4.
Hasil Pengamatan pada Kelompok Perlakuan III (P III)
Lampiran 5.
Uji Statistik
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov
untuk Skor
Kerusakan Sel Hepar Mencit
Lampiran 6.
Uji Statistik
T-Test Independent
Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit
Lampiran 7.
Uji Statistik
Oneway
ANOVA Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit
Lampiran 8.
Uji Statistik LSD Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit
Lampiran 9.
Tabel Konversi Dosis Untuk Manusia dan Hewan
Lampiran 10.
Daftar Volume Maksimal Bahan Uji Pada Pemberian Secara Oral
Lampiran 11. Foto Preparat (Fotomikrograf)
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Minuman beralkohol telah digunakan sejak 5000 tahun yang lampau mulai
dari Mesir kuno sampai Bangsa Indian Amerika dengan berbagai tujuan, ada yang
menggunakan untuk komunikasi transdental dalam upacara adat dan ada pula yang
digunakan sebagai minuman untuk kenikmatan. Di beberapa tempat seperti di
daerah belahan bumi utara (Eropa, Asia Timur), minuman beralkohol pada
beberapa abad yang lalu bahkan secara salah kaprah digunakan sebagai
penghangat tubuh di musim dingin. Di daerah tertentu di Indonesia, penggunaan
alkohol erat kaitannya dengan upacara kepercayaan. Namun di manapun,
penggunaan alkohol sebagai minuman tetaplah lebih populer (Bachtiar, 2004).
Penggunaan alkohol sebagai minuman bisa mempengaruhi kondisi kejiwaan
seseorang, mengakibatkan kecanduan dan mempengaruhi fungsi organ tubuh
(Yayasan Cinta Anak Bangsa, 2004). Penderita keracunan alkohol di Indonesia
cukup banyak tetapi belum ada data konkret mengenai hal tersebut. Di Amerika
pada tahun 1979 saja terdapat 5-9 juta jiwa penderita kecanduan alkohol, angka
yang kurang lebih sama didapatkan di Denmark, Inggris Raya, Jerman dan Swiss
(Bachtiar, 2004).
Di beberapa negara alkohol sebagai minuman mudah didapatkan, sehingga
cenderung banyak disalahgunakan. Keracunan akut alkohol umumnya tidak
(13)
menyebabkan gangguan fungsi hati menetap. Konsumsi secara kronik akan
menyebabkan berbagai kerusakan yang berhubungan dengan dosis. Efek dapat
berupa terjadinya infiltrasi lemak, hepatitis dan sirosis (Katzung, 2002).
Sebagaimana makanan dan minuman yang dikonsumsi, alkohol yang
diminum juga akan melewati saluran pencernaan kemudian oleh darah dibawa ke
organ tubuh seperti jantung, ginjal dan hati. Sembilan puluh persen alkohol yang
dikonsumsi akan dinetralkan di hati, yang menyebabkan perlemakan pada jaringan
hati. Suatu penelitiaan di negara barat menunjukkan bahwa separuh dari
kasus-kasus sirosis hepatis disebabkan oleh alkohol. Beberapa penelitian juga
menunjukkan kebiasaan minum-minuman beralkohol meningkatkan risiko kanker
hati (Bachtiar, 2004).
Kunyit kuning
atau
Curcuma longa
, familia Zingiberaceae, merupakan
tanaman yang tumbuh di daerah tropik maupun subtropik di dunia, dan
dibudidayakan di negara-negara Asia, terutama: India, Cina, Malaysia dan
Indonesia. Tanaman tersebut secara tradisional digunakan sebagai bumbu
masakan, pewarna maupun obat (Firstya, 2007).
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah zat
warna
kurkuminoid
(kurkumin,
desmetoksikurkumin,
dan
bisdesmetoksikurkumin), minyak atsiri, protein, fosfor, kalium, besi, vitamin C.
Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen
terbesar (Anand
et al
., 2008). Kadar total kurkuminoid sering dihitung sebagai
(14)
maupun farmakologi lebih menekankan pada kurkumin (Sumiati dan Adyana,
2004).
Kurkumin
[1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion]
merupakan bahan alami yang terdapat di berbagai spesies
Curcuma.
Kurkumin
merupakan komponen penting dari
Curcuma longa
yang memberikan warna
kuning yang khas. Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol (Antony
et al.
,
2008). Polifenol merupakan senyawa yang bersifat antioksidan. Pada ekstrak
mentah rimpang kunyit kuning terkandung 70-76% kurkumin, sekitar 16%
desmetoksikurkumin dan sekitar 8% bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya
sering disebut sebagai kurkuminoid. Penelitian yang luas pada kurkumin telah
menunjukkan spektrum efek terapi yang luas, seperti antioksidan, antiinflamasi,
antibakteria, antivirus, anti jamur, anti tumor, antispasmodik, dan hepatoproteksi
(Kohli
et al.
, 2004).
Kunyit kuning merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan di Indonesia,
sedangkan penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti apakah pemberian ekstrak kunyit
dapat mengurangi kerusakan histologis hepar mencit yang diinduksi alkohol.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pemberian Ekstrak Kunyit Kuning secara peroral dapat mengurangi
kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol?
(15)
2. Apakah peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning dapat meningkatkan efek
proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh ekstrak kunyit
kuning sebagai hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi oleh alkohol.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Pengaruh pemberian ekstrak kunyit kuning dalam mengurangi kerusakan sel
hepar mencit yang diinduksi alkohol.
b. Pengaruh peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning terhadap peningkatan
efek proteksinya pada kerusakan sel hepar yang diinduksi alkohol.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh pemberian ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dalam mencegah
kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.
(16)
2. Manfaat Aplikatif:
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat
untuk mengunakan ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) sebagai obat
alternatif untuk mencegah kerusakan hepar.
(17)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hepar
Hepar adalah organ tubuh terbesar dan merupakan kelenjar terbesar,
beratnya ± 1,5 kilogram. Hepar terletak di rongga perut di bawah diafragma.
Sebagian besar darahnya dipasok dari vena porta, dan sebagian kecil dipasok
dari arteri hepatika. Posisi hepar dalam sistem sirkulasi optimal untuk
menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisir dan mengeluarkan
substansi toksik (Juncqueira
et al.
, 1998).
Hepar terdiri atas beberapa lobus dan tiap lobus hepar terbagi menjadi
struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopis
dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri
atas lempeng-lempeng sel hepar berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi
vena sentralis. Di antara lempengan-lempengan sel hepar terdapat
kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri
hepatika. Sinusoid ini dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer, yang berfungsi
seperti sistem monosit-makrofag. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri
hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hepar, juga terdapat saluran
empedu (Price dan Wilson, 1997).
(18)
a. Lobulus Hepar
Pembagian lobulus hepar sebagai unit fungsional dibagi menjadi tiga zona:
Zona 1
: zona aktif, sel-selnya paling dekat dengan pembuluh darah,
akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh perubahan darah yang
masuk.
Zona 2
: zona intermedia, sel-selnya memberi respons kedua terhadap
darah.
Zona 3 : zona pasif, aktivitas sel-selnya rendah dan tampak aktif bila
kebutuhan meningkat.
Lobulus hepar sebagai kesatuan histologis berbentuk prisma poligonal,
diameter 1-2 mm, penampang melintang tampak sebagai heksagonal dengan
pusatnya vena sentralis dan di sudut-sudut luar lobuli terdapat kanalis porta
(Leeson
et al.
, 1996).
b. Parenkim Hepar
Parenkim hepar tersusun oleh sel polihedral dengan ukuran yang
berbeda-beda, nukleusnya lebar, bulat, berada di tengah, mengandung satu
atau lebih nukleoli serta terdapat bercak-bercak kromatin. Pada sel hepar tikus
dapat juga ditemui poliploid nukleus, binukleus dan multinukleus. Sitoplasma
sel hepar bervariasi dalam penampakkan, tergantung dari nutrisi dan status
fungsionalnya. Mengandung sejumlah besar ribonukleoprotein, mitokondria,
droplet lipid, lisosom, dan peroksisom (Bergman
et al.
, 1996).
(19)
c. Sinusoid Hepar
Merupakan pembuluh tidak teratur, hanya terdiri dari satu lapis endotel
yang tidak kontinyu. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit yang
berdekatan oleh celah subendotel yang disebut celah Disse. Sinusoid juga
mengandung sel-sel fagosit dari retikuloendotelial yang dikenal sebagai sel
Kupffer dan sel-sel endotel (Juncqueira
et al.
, 1998 ).
2. Kunyit Kuning (Curcuma longa)
Kunyit kuning termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari
wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke
daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika (Firstya, 2007).
Kunyit kuning adalah tanaman rimpang yang biasa digunakan untuk pengobatan
tradisional. Tanaman ini tumbuh pada daerah yang bersuhu sekitar 20-30
0Celsius, banyak terdapat di kawasan Asia.
Batang kunyit kuning dapat tumbuh sampai satu meter, dengan bunga
berbentuk terompet berwarna kuning pucat. Kunyit kuning berkembang biak
melalui
rhizome.
Rimpang kunyit berwarna kuning dan memiliki aroma yang
khas karena kandungan kurkumin dan memiliki rasa pahit. Ada sekitar 80-120
spesies dari genus curcuma tapi baru 80 spesies yang teridentifikasi dengan
baik (Erlich, 2007).
(20)
Klasifikasi kunyit kuning sebagai berikut (Rahmat, 1994) :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiosspermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies :
Curcuma longa
Beberapa kandungan kimia dari kunyit tediri atas (Sumiati dan Adyana, 2004) :
a. Zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4%
yang terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan
bisdesmetoksi- kurkumin (Antony
et al
., 2008).
b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana
turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon
kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen,
humulen.
c. Protein
d. Fosfor
e. Kalium
f. Besi
g. Vitamin C
(21)
Kurkumin
[1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion] merupakan komponen penting dari
Curcuma longa
yang memberikan
warna kuning yang khas. Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol. Pada
ekstrak mentah rimpang kunyit kuning terkandung 70-76% kurkumin, sekitar
16% desmetoksikurkumin dan sekitar 8% bisdesmetoksikurkumin, yang
ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid (Araujo dan Leon, 2001).
Penelitian yang luas pada kurkumin telah menunjukkan spektrum efek
terapi yang luas. Sebagai antioksidan daya kerja kurkumin lebih kuat daripada
tokopherol, hal ini ditunjukkan dalam Antony (2008). Aktivitas kurkumin
sebagai antioksidan lebih kuat dari pada dehidrozingeron, analog kurkumin yang
didapatkan dari isolat
Zingiber officinale
Aktivitas antioksidan kurkumin
melalui pemberian infus lebih kuat daripada pemberian perasan (Dyatmiko,
2005). Kurkumin juga memiliki efek lainnya seperti antiinflamasi, antibakteria,
antivirus, antijamur, antitumor, antispasmodik dan hepatoproteksi (Kohli
et al.,
2004). Sebagai antiinflamasi kurkumin telah menunjukkan penghambatan
metabolisme asam arakidonat, silkooksigenase, lipooksigenase, sitokin
(
interleukin dan tumor necrosing factor
), menghambat sintesis prostaglandin
dan melepaskan hormon steroid (Kohli
et al,
, 2004). Kurkumin juga
menunjukkan efek meningkatkan kerja obat antitumor (Antony, 2008).
Penggunaan kunyit kuning sebagai suatu formulasi dengan tanaman obat
lainnya menunjukkan efek perlindungan terhadap hepar (Kamble
et al
, 2008).
(22)
3. Alkohol
Di Amerika Serikat, kira-kira 75% dari populasi dewasanya
mengonsumsi minuman beralkohol secara teratur. Mayoritas dari populasi
peminum ini bisa menikmati efek memuaskan yang diberikan alkohol tanpa
menjadikannya sebagai risiko terhadap kesehatan. Bahkan fakta terbaru
menunjukkan bahwa konsumsi
ethanol
secukupnya bisa melindungi beberapa
orang terhadap penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, sekitar 10% dari populasi
umum di Amerika Serikat tidak mampu membatasi konsumsi
ethanol
mereka,
suatu kondisi yang dikenal sebagai penyalahgunaan alkohol. Individu-individu
yang terus meminum alkohol tanpa mempedulikan adanya konsekuensi yang
merugikan secara medis dan sosial yang berkaitan langsung dengan konsumsi
alkohol tersebut akan menderita alkoholisme, suatu gangguan kompleks yang
nampaknya ditentukan oleh faktor genetis dan lingkungan (Katzung, 2002).
Minuman beralkohol yang dikonsumsi dalam jangka panjang akan
mengakibatkan radang lambung, kerusakan hati, kerusakan otak, berkurangnya
daya ingat, kekacauan pola pikir, gangguan jantung dan darah, depresi dan
masalah sosial. Alkohol yang diminum ibu hamil dapat mengakibatkan
keguguran kandungan dan
Sindrom Alkohol
pada bayi, yaitu pertumbuhan bayi
yang lamban dalam kandungan dan setelah lahir, sehingga risiko cacat mental
pada bayi semakin besar ( Yayasan Cinta Anak Bangsa, 2004 ).
Alkohol merupakan penekan SSP paling kuat dibanding zat lain yang
juga banyak dikonsumsi masyarakat seperti kafein pada kopi. Alkohol juga
(23)
menyebabkan penekanan kerja obat-obat jantung, meningkatkan risiko
kematian, peradangan, erosi lambung dan melukai usus (Bachtiar, 2004).
Lebih dari 90% alkohol yang digunakan dioksidasi di dalam hati,
sebagian besar sisanya dikeluarkan lewat paru-paru dan urine (Katzung, 2002).
Jalur utama bagi metabolisme alkohol meliputi A
lcohol Dehydrogenase
(ADH),
yaitu enzim sitosol yang mengkatalisasi perubahan alkohol menjadi
acetaldehyde
. Enzim ini terdapat terutama di dalam hati, tetapi juga ditemukan
di dalam organ-organ lain, misalnya otak dan perut (Katzung, 2002).
Selama perubahan
ethanol
menjadi
acetaldehyde
, ion hydrogen ditransfer
dari alkohol pada
Nicotinamide Adenine Dinucleotide
(NAD
+) untuk
membentuk NADH. Sebagai hasil akhir, oksidasi alkohol menyebabkan
penurunan ekuivalen yang berlebihan di dalam hati, terutama sebagai NADH.
Produksi NADH yang berlebihan inilah nampaknya yang mendasari sejumlah
gangguan metabolisme yang menyertai alkoholisme kronis (Katzung, 2002).
Sistem oksidasi dimikrosomal (MEOS), yang juga dikenal sebagai sistem
oksidasi campuran, menggunakan NADPH sebagai kofaktor dalam metabolisme
ethanol. Pada konsentrasi dalam darah di bawah 100 mg/dL (22 mmol/L),
sistem MEOS, yang memiliki K
mrelatif tinggi untuk alkohol, memberikan
sedikit pengaruh terhadap metabolisme ethanol. Akan tetapi, bila ethanol dalam
jumlah besar dikonsumsi, sistem
alcohol dehydrogenase
menjadi jenuh karena
pengosongan jumlah kofaktor yang dibutuhkan NAD
+.. Bila konsentrasi ethanol
(24)
MEOS, yang mana tidak mengandalkan NAD
+sebagai kofaktor (Katzung,
2002).
Selama konsumsi alkohol secara kronis, aktivitas MEOS meningkat.
Induksi enzim ini dikaitkan dengan meningkatnya berbagai macam unsur pokok
retikulum endoplasma yang halus di dalam hati. Sebagai akibatnya, konsumsi
alkohol yang terus-menerus akan menyebabkan peningkatan yang berarti tidak
hanya dalam metabolisme
ethanol
tetapi juga dalam klirens obat-obat lain yang
dieliminasi oleh sistem enzim mikrosomal hepatis (Katzung, 2002).
Sebagian besar
acetaldehyde
yang dibentuk dari alkohol tampaknya akan
dioksidasi di dalam hati. Sementara itu, beberapa sistem enzim mungkin
bertanggung jawab atas reaksi ini,
mithocondrial NAD
+-dependent aldehyde
dehydrogenase
nampaknya menjadi jalur utama bagi oksidasi
acetaldehyde
.
Produk dari reaksi ini adalah
acetate
, yang mana selanjutnya mengalami
metabolisme menjadi CO
2dan air. Konsumsi alkohol kronis akan menurunkan
kecepatan penurunan oksidasi
acetaldehyde
dalam mitikondria yang utuh
(Katzung, 2002)
.
a. Intoksisitas akut
Alkohol digunakan secara luas di masyarakat sebagai minuman atau
dalam industri, sehingga secara sengaja maupun tidak dapat menimbulkan
keracunan. Kadang-kadang alkohol diminum bersama obat lain dalam
percobaan bunuh diri. Dosis letalnya sulit ditentukan karena adanya toleransi
individual. Kadar alkohol setinggi 80 mg% akan menyebabkan gambaran
(25)
mabuk yang jelas. Kadar 300 mg% berbahaya bagi kehidupan, tetapi toleransi
dapat timbul pada individu yang terbiasa minum alkohol, sehingga penilaian
klinis penting sekali. Sedangkan kadar rata-rata alkohol darah pada kasus
yang fatal ialah diatas 400 mg% (Katzung, 2002).
b. Intoksisitas kronik/alkoholisme
Penggunaan alkohol menyebabkan terjadinya toleransi secara
farmakokinetik dan farmakokinetik. Bila penggunaan alkohol dihentikan akan
timbul gejala putus obat yang menyebabkan toleransi dan ketergantungan.
Toleransi didefinisikan menurunnya respons fisiologik atau tingkah laku pada
penggunaan dosis alkohol yang sama. Ketergantungan fisik diperlihatkan
dengan gejala putus obat bila konsumsi alkohol dihentikan (Katzung, 2002).
4. Mekanisme Kerusakan Hepar yang di Akibatkan Oleh Alkohol dan
Mekanisme Hepatoprotektor Curcuma longa
Sebagian besar jaringan tubuh mengandung enzim-enzim untuk
metabolisme alkohol baik secara oksidatif maupun non-oksidatif. Di hati
merupakan tempat metabolisme alkohol yang terbesar. Metabolisme alkohol
di hepar dapat melalui sistem enzim (
alkohol dehidrogenase)
dan jalur
mikrosomal melalui enzim sitokrom P450/CYP2E1 (Bakry, 2007).
Hasil akhir metabolisme melalui sistem enzim
(
alkohol dehidrogenase)
adalah
asetaldehid
yang selanjutnya akan dimetabolisme menjadi asetat oleh
(26)
yang dapat menimbulkan bermacam cedera melalui berbagai macam jalur
(Bakry, 2007).
Metabolisme etanol melalui jalur mikrosomal (CYP2E1) akan
menghasilkan produk berupa radikal bebas,
superoxid
dan
hidroksiperoxida
yang bisa mengakibatkan terjadinya stress oksidatif
(Bakry, 2007).
. Pada
cedera herpar yang akut sel stellata membentuk kembali matriks ekstraselular
sehingga ditemukan pembengkakan pada hati. Peningkatan kadar
Platelet
Derived Growth Factors
(PDGF) dan
Transforming Growth Factor Beta
(TGF-
β)
kemudian mengaktivasi sel stellata untuk memproduksi kolagen tipe
1 dan pada akhirnya ukuran hati menyusut(Bharat
et al, 2005).
Metabolisme etanol melalui ADH (
alkohol dehidrogenase)
akan
menurunkan
P
eroxisome Proliferator-Activated Receptor
(PPAR
g) yangnantinya akan memicu aktivasi sel stelat (Bharat
et al, 2005
).
Metabolisme
alkohol melalui usus akan meningkatkan permebilitas usus yang efeknya dapat
menyebabkan endotoksemia (Bakry, 2007).
Akibat terjadinya endotoksemia
akan mengaktivasi sel kuppfer yang akan mengaktifkan
nuclear factor
(TNF
alfa) yang berperan terhadap nekrosis dan inflamasi pada hepar (Bakry, 2007).
Kunyit kuning (
Curcuma longa
) mengandung kurkumin sebagai
komponen utama. Kurkumin yang terkandung dalam ektrak mentah rimpang
kunyit sekitar 70-76%. Kurkumin memiliki efek penghambatan terhadap
sitokin proinflamasi TNF-α (Kohli
et al.,
2004). Ekstrak kurkumin juga dapat
meningkatkan PPAR
g sehingga menurunkan aktivasi sel stelat (Bharatet al,
(27)
2005
). Kurkumin sebagai anti oksidan mempunyai efek menghambat radikal
bebas,
superoxid dan hidroksiperoxida.
Kurkumin juga mempunyai efek
menurunkan
growth factor
missal PDGF dan TGF-
β
(Bharat
et al, 2005).
(28)
B. Kerangka Pemikiran
Permebialitas
usus
Endotoksemia
Aktivasi sel
kupffer
TNF-α
Peradangan
ADH
Asetaldehide
Kerusakan Hepatosit
CYP2E
Radikal bebas
Superoxid
Hidroksiperoxsida
Sters Oksidatif
Fibrosis
Nekrosis Sel Hepar
Ekstrak Kunyit Kuning
Kurkumin
Keterangan:
: Memacu
: Menghambat
PPARg ¯
Perlukaan hepar
PDGF dan TGF-
β
meningkat
Aktivasi Sel
Stelata
KONSUMSI ALKOHOL
(29)
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dalam
mengurangi kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.
2. Ada pengaruh peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning dalam meningkatkan
efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit.
(30)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Peneliti
mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu hewan coba
jenis berupa mencit (Mus musculus) jantan di laboratorium.
B. Lokasi Penelitian & Waktu
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta pada bulan Juli 2010.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
: Mencit
(Mus musculus)
jantan dengan galur
Swiss webster
berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram.
2. Sampel
: Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan
berdasarkan rumus
Federer
(k-1)(n-1) > 15
(4-1)(n-1) >15
3 (n-1) >15
3n
>15+3
n
>6 ~7
(31)
Keterangan :
k : Jumlah kelompok
n : Jumlah sampel dalam tiap kelompok
Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok ditentukan sebanyak
7 ekor mencit (n > 6), dan jumlah kelompok mencit ada 4 sehingga penelitian ini
membutuhkan 28 mencit dari populasi yang ada.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dipakai adalah
incidental sampling.
Sampel
diperoleh dengan mengambil begitu saja subyek penelitian yang ditemui dari
populasi yang ada.
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek dibagi dalam 4 kelompok ( setiap
kelompok terdiri dari 7 ekor Mencit ) secara acak, perlakuan diberikan kepada 3
kelompok dan satu kelompok sebagai kontrol, setelah perlakuan selama 9 hari,
keempat kelompok tersebut diobservasi kemudian hasil pengamatan dianalisis dan
dibuat suatu simpulan. Perbedaan hasil menunjukkan efek perlakuan, sehingga
rancangan penelitian ini menggunakan model Rancangan Eksperimental
Sederhana (
the post test only control group design
) ( Pratiknya, 2001 ).
(32)
Skema Rancangan Penelitian :
Sampel 28 ekor Mencit
Dikelompokan
menjadi 4 kelompok
7 ekor
7 ekor
7 ekor
7 ekor
K
P1
P2
P3
H1
H2
H3
H4
Uji
Oneway ANOVA
(33)
Keterangan :
K : Kelompok kontrol diberi Aquades 1 ml per oral per Mencit.
P1 : Kelompok perlakuan 1 diberi alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua,
20 % pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam
dan 30 % pada hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028
ml/20 gr BB Mencit/hari.
P2 : Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak kunyit kuning 0,14 mg/ 20 g selama 9
hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.
Selanjutnya diberikan alkohol alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua,
20 % pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam
dan 30 % pada hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028
ml/20 gr BB Mencit/hari.
P3 : Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak kunyit kuning 0,28 mg/ 20 g selama 9
hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.
Selanjutnya diberikan alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20 %
pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30
% pada hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028 ml/20 gr
BB Mencit/hari.
H1 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok kontrol.
H2 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok perlakuan 1.
H3 : Gambaran histologis hepar mencit pada kelompok perlakuan 2.
(34)
Perlakuaan per oral dimulai dari hari pertama sampai hari ke-9. Observasi
semua kelompok pada hari ke 10.
F. Instrumentasi dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
a. Kandang mencit 4 buah masing-masing untuk 7 ekor mencit.
b. Timbangan hewan.
c. Alat bedah hewan percobaan (
scalpel
, pinset, gunting, jarum, dan meja lilin).
d. Sonde lambung.
e. Alat untuk pembuatan preparat histologi.
f. Mikroskop cahaya medan terang.
g. Gelas ukur, mikro pipet dan pengaduk.
h. Kamera Canon
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan sebagai berikut :
a. Alkohol 15 %, 20 %, 25 %, 30 %.
b. Makanan hewan percobaan (
pellet ad libitus
).
c. Akuades.
d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE.
e. Ekstrak Kunyit Kuning.
(35)
G. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning.
2. Variabel Terikat
Kerusakan sel hepar.
3. Variabel Luar
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan
Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan
mencit semuanya diseragamkan.
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
Kondisi psikologis, reaksi hipersensitivitas dan keadaan awal hepar mencit.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning.
Ekstrak Kunyit Kuning diberikan secara per oral 1 jam sebelum pemberian
alkohol dengan sonde lambung dalam 2 dosis yang diberikan selama 9 hari
berturut-turut
Dosis I : 0,14 mg/ 20 gr BB mencit/ hari
Dosis II : 0.28 mg/ 20 gr BB mencit/ hari
(36)
2. Variabel Terikat : Kerusakan histologis sel hepar.
Kerusakan hitologis sel hepar adalah gambaran mikroskopis sel hepar
mencit yang diinduksi alkohol setelah mendapatkan perlakuan dengan ekstrak
kunyit kuning. Gambaran mikroskopis dinilai dari jumlah sel hepar yang intinya
piknotik, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 100 sel hepar yang dilihat pada
daerah zona 1.
Adapun tanda-tanda kerusakan sel (Price dan Wilson, 1997) :
a. Sel yang mengalami piknosis intinya kisut dan bertambah basofil, berwarna
gelap batasnya tidak teratur.
b. Sel yang mengalami karioreksis
inti mengalami fragmentasi atau hancur
dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam
sel.
c. Sel yang mengalami kariolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat, inti sel
kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja.
Skala pengukuran variabel ini adalah rasio.
3. Variabel luar.
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat dikendalikan
melalui homogenisasi :
1) Variasi genetik.
Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (
Mus musculus
) dengan
galur
Swiss webster.
(37)
2) Jenis kelamin.
Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.
3) Umur.
Umur mencit pada penelitian ini adalah ± 2-3 bulan.
4) Suhu udara.
Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu yang sama.
5) Berat badan.
Berat badan hewan percobaan ± 20 g.
6) Jenis makanan.
Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air PAM.
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : Kondisi psikologis, reaksi
hipersensitivitas dan keadaan awal hepar mencit.
1) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Lingkungan yang terlalu ramai, pemberian perlakuan yang berulang kali,
dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis
mencit.
2) Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan
mencit terhadap zat yang digunakan.
3) Keadaan awal hepar mencit tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga
mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan heparnya sudah
mengalami kelainan.
(38)
I. Cara Kerja
1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Kunyit Kuning
Ekstrak dibuat dengan metoda maserasi rimpang segar kunyit dengan
alkohol 76%. Maserat diuapkan dengan alat destilasi vakum, kemudian
dikentalkan dengan
rotary evaporator
, hingga diperoleh ekstrak kental dengan
bobot tetap. Simplisia dan ekstrak rimpang
C.longa
diperoleh dari
BPTO.
Pembuatan suspensi ekstrak rimpang
C.longa
dosis 0,14 mg/20 gram BB
Mencit/hari dan 0,28 mg/20 gram BB Mencit/hari dilakukan dengan cara
memasukkan 2,8 mg dan 5,6 mg ekstrak rimpang
C.longa
ke dalam
masing labu ukur 100 ml. Setelah itu, akuades ditambahkan ke dalam
masing-masing labu ukur 100 ml tersebut sampai tanda batas. Larutan tersebut
kemudian dihomogenkan dengan menggunakan
magnetic stirrer
tanpa
pemanasan selama 10 menit sampai terbentuk suspensi.
Jadi dosis ekstrak kunyit kuning yang dipakai nantinya dalam penelitian adalah:
Dosis I : 0,25 cc suspensi ekstrak kunyit kuning yang mengandung ekstrak
rimpang
C.longa
0,14 mg/ 20 gr BB mencit/ hari.
Dosis II : 0,5 cc suspensi ekstrak kunyit kuning yang mengandung ekstrak
rimpang
C.longa
0.28 mg/ 20 gr BB mencit/ hari.
2. Persiapan Bahan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian bahan yang akan digunakan yaitu ekstrak
kunyit kuning dan Alkohol 15 %, 20 %, 25 %, 30 % disiapkan di laboratorium.
Begit.1u juga makanan hewan uji.
(39)
3. Persiapan Hewan Uji dan Tempat Penelitian
Subyek penelitian adalah 28 ekor Mencit (
Mus musculus
) jantan berumur
3 bulan dengan berat badan rata-rata 20 gram. Sebelum perlakuan, Mencit
diadaptasikan terhadap lingkungan laboratorium selama 7 hari serta diberi
makan dan minum secara
ad libitum.
Sampel dibagi menjadi 4 kelompok secara
acak sehingga tiap kelompok terdiri dari 7 ekor Mencit.
4. Penimbangan Berat Badan Mencit
Pada hari ke delapan dilakukan penimbangan berat badan dan penandaan
untuk menentukan dosis.
5. Perlakuan
Setelah penimbangan dan penentuan dosis selesai kemudian pada hari ke
Sembilan (ditetapkan sebagai hari pertama perlakuan) perlakuan terhadap subjek
penelitian dimulai. Kontrol dan perlakuan dilakukan selama 9 hari.
a. Kelompok kontrol diberi Akuades 1 ml per oral per Mencit.
b. Kelompok perlakuan 1 diberi alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20
% pada hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30 %
pada hari ketujuh sampai hari kesembilan secara peroral dengan dosis 0.028
ml/20 gr BB Mencit/hari.
c. Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak kunyit kuning 0,14 mg/20 gr selama 9
hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.
Selanjutnya diberikan alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20 % pada
(40)
hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028 ml/20 gr BB
Mencit/hari.
d. Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak kunyit kuning 0,28 mg/ 20 g selama 9
hari, ekstrak kunyit kuning diberikan 1 jam sebelum pemberian alkohol.
Selanjutnya diberikan alkohol 15 % pada hari pertama dan kedua, 20 % pada
hari ketiga dan keempat, 25 % pada hari kelima dan keenam dan 30 % pada
hari ketujuh sampai hari kesembilan dengan dosis 0.028 ml/20 gr BB
Mencit/hari.
e. Diluar jadwal perlakuan mencit diberikan makan
pellet
dan air minum dari
PAM secara
ad libitum.
f. Alasan perlakuan selama 9 hari karena dalam penelitian ini kita hanya akan
melihat efek akutnya terhadap hepar sedangkan tujuan pemberian alkohol
secara bertingkat adalah mengadaptasikan mencit terhadap pemberian alkohol
tersebut dengan dimulai dengan dosis yang rendah sampai dengan dosis yang
tinggi.
6. Pembuatan Preparat
Pembuatan preparat dengan menggunakan metode
Block Paraffin
dan
pengecatan HE. Dari tiap lobus kanan hepar dibuat 2 irisan dengan tebal tiap
irisan 3-8 um. Jarak antar irisan satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Tiap
hewan percobaan dibuat 2 preparat. Kemudian diambil satu preparat secara acak.
(41)
7. Pengamatan
Setelah pembuatan preparat selesai dilanjutkan dengan pengamatan.
Pengamatan terhadap seluruh lapang pandang dilakukan dengan pembesaran
mikroskop 100 kali sehingga bisa ditentukan daerah zona 1. Dari satu preparat
akan diamati 100 sel yang berasal dari 3 daerah zona 1 yang berbeda yang dipilih
secara acak (dengan perbesaran mikroskop 400 atau 1000 kali). Zona 1 yang
akan diamati ditentukan secara acak. Setelah diamati kemudian dihitung jumlah
sel yang normal, piknotik (inti tampak lebih gelap, memadat dan melisut),
karioreksis (inti terbagi-bagi menjadi fragmen-fragmen dan robek), dan kariolisis
(inti tampak pucat karena tidak lagi menyerap zat warna, tidak nyata).
J. Teknik Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan Uji
Oneway
ANOVA (
Analysis of Variant
). Namun sebelumnya perlu uji
T-Test Independent
untuk mengetahui efek alkohol terhadap kerusakan sel hati mencit. Jika terdapat
perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji
Post Hoc.
Derajat
kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Data diolah dengan program
(42)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh Ekstrak Kunyit Kuning
dalam mengurangi kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol, didapatkan
hasil pengamatan pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil pengamatan
jumlah inti sel hepar yang mengalami piknosis, karyoreksis dan karyolisis untuk
masing-masing kelompok dan jumlah total sel hepar yang rusak disajikan pada
Lampiran 1 – 4. Hasil rata-rata jumlah kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi
alkohol pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Skor Kerusakan Sel Hepar Mencit yang Diinduksi Alkohol
pada Masing-Masing Kelompok.
Kelompok
Rerata Jumlah
Sel Rusak
SD
K
33,10
6,457
P 1
66,29
3,875
P 2
45,52
2,786
P 3
54,67
1,983
(43)
Keterangan :
K
: Kelompok Kontrol
P 1
: Kelompok Perlakuan 1
P 2
: Kelompok Perlakuan 2
P 3
: Kelompok Perlakuan 3
Skor kerusakan yang paling tinggi adalah pada kelompok P 1 yaitu 66,29 ±
3,875 dan skor kerusakan paling rendah adalah pada kelompok K yaitu 33,10 ±
6,457.
Gambaran histologis (fotomikrograf) zona 1 lobulus hepar mencit
kelompok Kontrol (K), kelompok Perlakuan 1 (P 1), kelompok Perlakuan 2 (P 2),
kelompok Perlakuan 3 (P 3), yang ditandai dengan
pyknosis
,
karyorrhexis
dan
karyolisis
dapat dilihat pada Lampiran 11.
B. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian mula-mula di uji statistik
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov
untuk mengetahui apakah data hasil penelitian terdistribusi
normal atau tidak. Dari uji tersebut terlihat bahwa nilai p yang diperoleh sebesar
0,866 (p > 0,05), ini berarti data hasil penelitian terdistribusi secara normal.
Perhitungan mengenai uji statistik
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov dapat
dilihat pada Lampiran 5, selanjutnya dilakukan uji
Homogeinity of Variances
untuk mengetahui apakah varians data sama atau tidak.
(44)
Sebaran data secara deskriptif dan hasil uji
Homogeneity of Variances
dapat
dilihat pada Lampiran 7. Didapatkan nilai uji
Homogeneity of Variances
adalah
0,000 di mana nilai ini lebih kecil dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan varians antardata tiap kelompok atau tidak terdapat kesamaan varians
data antar kelompok.
Setelah dilakukan uji
T-Test Independent
untuk mengetahui efek alkohol
terhadap kerusakan sel hati mencit, yang dalam hal ini terdapat pada penelitian
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1, didapatkan t = -20.278
sig
0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna (p<0,05)
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1.
Kemudian analisis data dilanjutkan dengan uji statistik
One-Way
ANOVA
dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari hasil perhitungan uji
One-Way
ANOVA didapatkan nilai sig. adalah 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai
alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
jumlah kerusakan histologis sel hepar yang bermakna antara kelompok kontrol,
kelompok perlakuan 1, 2, dan 3.
Didapatkan adanya perbedaan yang signifikan dari empat kelompok
tersebut maka uji statistik dilanjutkan dengan Uji
Post Hoc
untuk mengetahui
antar kelompok mana perbedaan rata-rata skor jumlah kerusakan histologis sel
hepar dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji LSD
.
Hasil uji
Post
Hoc Multiple Comparisons
atau LSD dapat dilihat Lampiran 8. Ringkasannya
adalah sebagai berikut:
(45)
Tabel 2. Ringkasan hasil uji
LSD
(α = 0,05)
Kelompok
Keterangan Perbedaan
Rerata Jumlah Sel
Rusak
P
K – P 1
33,10 – 66,29
0,000
K – P 2
33,10 – 45,52
0,000
K – P 3
33,10 – 54,67
0,000
P 1 – P 2
66,29– 45,52
0,000
P 1 – P 3
66,29– 54,67
0,000
P 2 – P 3
45,52– 54,67
0,000
Sumber : Data Primer, 2010
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik LSD tampak
adanya perbedaan yang signifikan pada semua pasangan antar kelompok. Hasil
perhitungan Uji LSD secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
(46)
BAB V
PEMBAHASAN
Sebagai organ utama yang memetabolisme dan mendetoksifikasi obat di tubuh,
hepar berpotensi mengalami kerusakan karena beragam bahan kimia terapeutik.
Kerusakan hepar karena pemakaian alkohol yang berlebih adalah nekrosis. Nekrosis
adalah kematian sel dan jaringan pada tubuh yang hidup. Pada nekrosis perubahan
tampak nyata pada inti sel (Robbins dan Kumar, 2003). Perubahan morfologis yang
mengarah kepada kematian sel dapat berupa inti sel piknotik (kariopiknosis) yaitu
pengerutan inti sel dan kondensasi kromatin, karioreksis yaitu pecahnya inti yang
meninggalkan pecahan-pecahan sisa inti berupa zat kromatin yang tersebar di dalam
sel, kariolisis
yaitu penghancuran dan pelarutan inti sel sehingga inti sel menghilang,
dan dapat berlanjut menjadi pecahnya membran plasma, dan akhirnya nekrosis
(Damjanov dan Linder, 1996).
Pada pemberian alkohol yang ditambahkan Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma
longa
), akan didapatkan derajat kerusakan sel hepar yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pemberian alkohol tanpa Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) karena
ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) memiliki efek hepatoprotektif terhadap efek
toksik yang disebabkan alkohol. Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding
terhadap kelompok alkohol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol hanya
diberikan akuades sebagai placebo dan diharapkan kerusakan sel hepar yang terjadi
(47)
minimal, di mana derajat kerusakan pada kelompok kontrol akan dianggap sebagai
derajat normal.
Dari uji
T-Test Independent
antara kelompok kontrol dan kelompok P 1 yang
diberikan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20 gr BB
mencit per oral selama 9 hari berturut-turut, untuk mengetahui efek alkohol terhadap
kerusakan sel hati mencit didapatkan t = -20.278
sig 0,000, didapatkan perbedaan
yang bermakna (p < 0,05) yang berarti alkohol dapat menginduksi kerusakan sel
hepar pada mencit.
Dari uji
Oneway
ANOVA didapatkan perbedaan yang bermakna antara
keempat kelompok perlakuan. Hasil uji
LSD
menunjukkan perbedaan bermakna (p <
0,05) pada kelompok K - P 1, K - P 2, K - P 3, P 1 - P 2, P 2 – P3, dan P 1- P3.
Hasil uji
LSD
menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dari skor kerusakan
sel hepar antara kelompok K dan kelompok P I (p < 0,05). Hal ini disebabkan karena
pada kelompok P 1 terjadi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol dosis toksik.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa alkohol pada dosis toksik
mampu menginduksi kerusakan sel hepar (McCullough, 1998).
Pada kelompok K didapatkan pula gambaran inti sel hepar yang mengalami
piknosis, karyoreksis dan karyolisis. Hal ini kemungkinan dikarenakan proses
penuaan dan kematian sel secara fisiologis serta karena pengaruh variabel luar yang
tidak dapat dikendalikan.
(48)
diberikan ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dosis I 0,14 mg/20 g BB mencit
dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20
gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut. Berdasarkan teori, pemberian
kunyit dapat mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol, pada
kelompok P 1 terdapat perbedaan yang bermakna dengan kelompok P2. Hal ini
berarti pemberian ekstrak kunyit kuning dosis I 0,14 mg/ 20 g BB mencit/ hari selama
9 hari berturut – turut dapat mengurangi jumlah kerusakan inti sel hepar akibat
pemberian alkohol.
Hasil analisa skor kerusakan sel antara kelompok P 1 – P 3 didapatkan
perbedaan yang bermakna. Kelompok P 3 merupakan kelompok perlakuan yang
diberikan ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dosis II 0,28 mg/20 g BB mencit
dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20
gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut. Hal ini berarti pemberian ekstrak
kunyit kuning dosis II 0,28 mg/20 g BB mencit/ hari selama 9 hari berturut – turut
dapat mengurangi jumlah kerusakan inti sel hepar akibat pemberian alkohol.
Kunyit kuning (
Curcuma longa
) mengandung kurkumin sebagai komponen
utama. Kurkumin yang terkandung dalam ektrak mentah rimpang kunyit sekitar
70-76%. Kurkumin memiliki efek penghambatan terhadap sitokin proinflamasi TNF-α
(Kohli
et al.,
2004). Ekstrak kurkumin juga dapat meningkatkan PPAR
gsehingga
menurunkan aktivasi sel
stellata
(Bharat
et al, 2005
). Kurkumin sebagai anti oksidan
mempunyai efek menghambat radikal bebas,
superoxid dan hidroksiperoxida.
(49)
Kurkumin juga mempunyai efek menurunkan
growth factor
missal PDGF dan TGF-β
(Bharat
et al, 2005).
Hasil analisis kerusakan sel hepar pada kelompok K didapatkan perbedaan
bermakna dengan kelompok P 2. Kelompok P 2 merupakan kelompok perlakuan
yang diberikan ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dosis I 0,14 mg/20 gr BB
mencit dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak
0,028 ml/20 gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut. Hal ini berarti
pemberian ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dosis I 0,14 mg/ 20 g BB mencit
dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian alkohol tetapi tidak
dapat mengembalikan sel hepar ke kondisi seperti kelompok K.
Hasil analisis kerusakan sel hepar pada kelompok K didapatkan perbedaan
bermakna dengan kelompok P 3. Kelompok P 3 merupakan kelompok perlakuan
yang diberikan ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dosis II 0,28 mg/20 g BB
mencit dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak
0,028 ml/20 gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut.. Hal ini berarti
pemberian ekstrak kunyit kuning (
Curcuma longa
) dosis II 0,28 mg/ 20 gr BB
mencit dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian alkohol tetapi
tidak dapat mengembalikan sel hepar ke kondisi seperti kelompok K.
Hasil analisis jumlah kerusakan sel hepar antara kelompok P2 – P3 didapatkan
perbedaan yang bermakna, di mana jumlah kerusakan sel hepar pada kelompok P3
lebih banyak dari pada kelompok P2. Kelompok P2 merupakan kelompok yang diberi
(50)
selama 9 hari berturut – turut dan mendapatkan alkohol dengan jumlah persentase
bertingkat sebanyak 0,028 ml/20 gr BB mencit per oral selama 9 hari berturut-turut.
Kelompok P 3 merupakan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kunyit kuning
(
Curcuma longa
) dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit dan mendapatkan alkohol
dengan jumlah persentase bertingkat sebanyak 0,028 ml/20 gr BB mencit per oral
selama 9 hari berturut-turut. Hal ini berarti peningkatan dosis ekstrak kunyit kuning
dari dosis I 0,14 mg/20 g BB mencit menjadi dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit tidak
lebih efektif dalam mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol
dibanding dosis I yang diberikan untuk kelompok P2. Efek ekstrak kunyit kuning
dalam mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol pada dosis II lebih
rendah dibanding dosis I.
Kerusakan sel hepar pada kelompok P2 (mean : 45,52) lebih rendah
dibandingkan dengan kerusakan sel hepar pada kelompok P3 (mean : 54,67). Hal ini
berarti peningkatan dosis ekstrak kunyit kuning tidak meningkatkan efek proteksi
terhadap kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian alkohol karena diasumsikan
dosis yang diberikan pada kelompok P3 melebihi dosis optimal atau adanya efek
prooksidan bila ekstrak kunyit kuning diberikan dalam dosis yang lebih tinggi.
Obat memiliki dosis optimal. Kurva dosis dan efek berbentuk sigmoid sehingga
apabila dosis yang diberikan lebih dari maksimal, maka akan menurunkan fungsi obat
tersebut (Mycek
et al.,
2001). Hal tersebut sama halnya dengan pemberian ekstrak
kunyit kuning bila diberikan berlebihan, maka akan mengurangi efeknya dalam
mengurangi kerusakan sel hepar akibat pemberian alkohol.
(51)
Kurkumin yang terkandung dalam ekstrak kunyit kuning pada kadar yang
rendah memiliki efek sebagai antioksidan tetapi pada kadar yang lebih tinggi
kurkumin dapat berefek sebagai prooksidan ( Lopez, 2008).
Pada sel yang normal
kurkumin tidak dapat menginduksi kematian sel. Kurkumin dapat menginduksi
kematian sel tergantung dosis dan lama penggunaan
(Sying – ai
et al.,
2004).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terbukti adanya efek
proteksi Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) terhadap hepar yang berupa
pengurangan kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol pada dosis Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) tertentu meskipun belum optimal karena hasilnya
belum sebanding dengan kelompok kontrol. Tetapi pada peningkatan dosis Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) sampai tingkat tertentu (dosis II) justru tidak
menunjukkkan peningkatan efek proteksi Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
),
oleh karenanya perlu dicari dosis yang tepat.
(52)
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1. Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dengan dosis I 0,14
mg/20 gr BB mencit dan dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit selama 9 hari
berturut-turut mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit
akibat paparan alkohol dosis 0,028 ml/20 gr BB mencit.
2. Peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dari dosis I
sebesar 0,14 mg/20 gr BB mencit menjadi dosis II sebesar 0,28 mg/20 gr BB
mencit tidak meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit
akibat paparan alkohol.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dalam
Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dengan lama pemberian Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) yang lebih bervariasi sehingga diketahui
dosis dan waktu pemberian yang efektif untuk mencegah atau mengurangi
kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sarana dan prasarana yang lebih
canggih misalnya penelitian Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) ditinjau
dari segi biomolekuler dan mikroskop yang lebih sensitif sehingga didapatkan
(53)
data yang lebih lengkap tentang fungsi hepatoprotektor Ekstrak Kunyit
Kuning (
Curcuma longa
) dan fungsi dari masing-masing kandungan Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
).
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping
penggunaan Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
)dalam jumlah dan
waktu tertentu.
(1)
Kurkumin yang terkandung dalam ekstrak kunyit kuning pada kadar yang
rendah memiliki efek sebagai antioksidan tetapi pada kadar yang lebih tinggi
kurkumin dapat berefek sebagai prooksidan ( Lopez, 2008).
Pada sel yang normal
kurkumin tidak dapat menginduksi kematian sel. Kurkumin dapat menginduksi
kematian sel tergantung dosis dan lama penggunaan
(Sying – ai
et al.,
2004).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terbukti adanya efek
proteksi Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) terhadap hepar yang berupa
pengurangan kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol pada dosis Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) tertentu meskipun belum optimal karena hasilnya
belum sebanding dengan kelompok kontrol. Tetapi pada peningkatan dosis Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) sampai tingkat tertentu (dosis II) justru tidak
menunjukkkan peningkatan efek proteksi Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
),
oleh karenanya perlu dicari dosis yang tepat.
(2)
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1. Pemberian Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dengan dosis I 0,14
mg/20 gr BB mencit dan dosis II 0,28 mg/20 gr BB mencit selama 9 hari
berturut-turut mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit
akibat paparan alkohol dosis 0,028 ml/20 gr BB mencit.
2. Peningkatan dosis Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dari dosis I
sebesar 0,14 mg/20 gr BB mencit menjadi dosis II sebesar 0,28 mg/20 gr BB
mencit tidak meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar mencit
akibat paparan alkohol.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dalam
Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) dengan lama pemberian Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) yang lebih bervariasi sehingga diketahui
dosis dan waktu pemberian yang efektif untuk mencegah atau mengurangi
kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi alkohol.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sarana dan prasarana yang lebih
canggih misalnya penelitian Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
) ditinjau
dari segi biomolekuler dan mikroskop yang lebih sensitif sehingga didapatkan
(3)
data yang lebih lengkap tentang fungsi hepatoprotektor Ekstrak Kunyit
Kuning (
Curcuma longa
) dan fungsi dari masing-masing kandungan Ekstrak
Kunyit Kuning (
Curcuma longa
).
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping
penggunaan Ekstrak Kunyit Kuning (
Curcuma longa
)dalam jumlah dan
waktu tertentu.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Antony B., Merina B., Iyer V.S., Judy N., Lennert K., Joyal S. 2008. Apilot
cross-over study to evaluate human oralbioavaibility of BCM-95
(biocurcumax
TM); a novel bioenhanched preparation of curcumin.
Indian J
Pharm Sci
. 70(4):445-449.
Araujo C.A.C and Leon, L.L., 2001, Biological Activities Curcuma longa L.,
Mem
Inst. Oswaldo Cruz
,96(5) : 723-728.
Bachtiar
W.W.2000.
Kenapa
Miras
Harus
Dilarang.
http:///www.indomedia.com/bpost/01200/28/opini.
(31 Januari 2010)
Bakry F. 2007
Hepatitis Alkohol dalam BUku Ajar Ilmu Penyakit Hati
ed Ali S
ulaiman dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp : 285-290
Bergman R. A., Afifi A. K., Heidger P. M. 1996. The Digestive System
.
In :
Saunders Text and Review Series Histology.
Philadelphia: W. B.
Saunders. p : 208.
Bharat B. Aggarwal, Anushree Kumar, Manoj S. Aggarwal, and Shishir Shishodia.
2005. Curcumin Derived from
Turmeric (
Curcuma longa
) a Spice for All
Seasons in
Phytochemicals in Cancer
Chemoprevention
, CRC Press LLC,
p. 250-379.
Damjanov I. dan Linder J. 1996.
Anderson’s Pathology
. Tenth Edition. Mosby_Year
Book Inc. Missouri. p: 374
Dyatmiko W. 2005.
Aktivitas penangkapan radikal bebas dalam sistem mokuler dan
seluler
sari
air
rimpang
tanaman
obat
zingiberaceae
.
http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-res-2005
dyatmikowa-1590&node=236&start=6&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffb
df67c (31 Januari 2010).
Erlich
S.D.
2007.
Turmeric.
http://www.umm.edu/altmed/articles/turmeric-000277.htm (24 Januari 2010).
FirstyaP.2007.
Tanaman
Obat
Indonesia
.
http://toiusd.multiply.com/journal/item/222/aLL_aBoUt_CuRCuMa_Do
MeSTiCa_068114016 (24 Januari 2010).
(5)
Gultom E.T.M.2001.
Efek Proteksi Kaptopril
dan
Losartan terhadap Cedera Sel Hati
Tikus
yang
Diinduksi
dengan
Parasetamol, CCL4,
dan
Alkohol.
http:///digilib.litbang.depkes.go.id (24 Maret 2010).
Hardianto N. 2005.
Pengaruh Jus Brokoli (Brasissca oleracea L. Var.botrytis L.)
Terhadap Derajat Kerusakan Hepatosit Mencit (Mus musculus) Akibat
Paparan Etanol.
Skripsi. FK UNS, pp : 23-30
Juncqueira L.E., Carneiro J, Kelley R.O. 1998.
Histologi Dasar
.Edisi 8. Alih Bahasa:
Jan Tambayong. Jakarta: EGC,pp: 342-49.
Kamble M.P., Dumbre R.K., Rangasi V.D. 2008. Hepatoprotective activity studies of
herbal
formulations.
Int
J
Green
Pharmacy
.
147-151.
http://www.greenpharmacy.info (24 Januari 2010).
Katzung B.G. 2002.
Farmakologi Dasar dan Klinik
. Edisi 8. Alih Bahasa: Dripa
Sjabana, dkk.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp : 157-160.
Kohli K., Ali J., Ansari M.J.,Raheman Z. 2004.Curcumin: A Natural
antiinflammatory Agent.
Indian J Pharmacol
.37:
141-47.http://www.ijp-online.com (31 Januari 2010).
Leeson C.R., Leeson T.S., Paparo A.A. 1996.
Buku Teks Histologi
. Alih Bahasa :
Yan Tambayong, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktean EGC . pp :
383-7.
Linawati, l. dan Lasmi, K. 2000.
Bimbingan Pemantapan Kimia.
Bandung : Penerbit
Yrama Widya. Hal : 74
Lopez L.M. 2008. Anticancer and carcinogenic properties of curcumin:
considerations for its clinical development as a cancer chemopreventive
and chemotherapeutic agent.
Mol Nutr Food Res
. 52 Suppl 1:S103-27.
McCullough A.J.,
dan O’Connor, J.F. , 1998. Alcoholic liver disease: Proposed
recommendations for the American College of Gastroenterology.
American Journal of Gastroenterology
93(11): 2022–2036. PMID:
9820369
Mycek M.J., Harvey R.A., Champe P.C. 2001.
Farmakologi Ulasan Bergambar
. Edisi
2. Alih Bahasa : Azwar Agoes. Jakarta: Widya Medika. pp :414-416.
Ngatidjan. 1991.
Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi.
(6)