Kerangka Teori IMPLEMENTASI PENGENAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI PENDUDUK ASING (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta)

commit to user 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian ilmiah, konsep teori sangat diperlukan, menjadi suatu langkah awal dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti, mencari data yang tepat dan akurat guna dapat tercapainya tujuan penelitian yang baik. Kerangka teori merupakan rangkuman yang mengarahkan kemana dari sisi sudut pandang yang ingin diteliti dalam suatu penelitian, sehingga sangat besar pengaruhnya di dalam menentukan kesimpulan akhir yang hendak dicapai. 1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan nasional. Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian pembangunan nasional dan pajak, antara lain sebagai berikut : Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan Waluyo, 2006: 1. Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo, 2006: 2. Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari hasil kekayaan alam yang ada di negara itu natural resources. Dua sumber itu merupakan sumber yang terpenting memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi dimana ada 12 commit to user 13 kepentingan masyarakat, disitu timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa kepentingan umum Erly Suandi, 2002: 7. Dalam definisi pajak dan hukum pajak. Pajak adalah suatu sumbangan paksaan dari perorangan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang bertalian dengan kepentingan orang banyak umum tanpa dapat ditunjukan adanya upaya keuntungan khusus terhadapnya Seligman, 2009: 8. Pajak adalah adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum Mardiasmo, 2008: 1. Dalam Undang –Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Ketentuan Umum pengertian wajib pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, sedangkan badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap Seligman, 2009: 8. 2. Ciri - ciri Pajak Pajak sebagai salah satu pungutan negara mengandung ciri sebagai berikut : a. Pajak dipungut berdasarkandengan kekuatan undang –undang serta aturan pelaksanaannya. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. commit to user 14 d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran –pengeluaran pemerintah yang apabila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan uantuk pembiayaan public investment. e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan lain yang non budgeter, yaitu sebagai alat kebijakan perekonomian nasional Erly Suandy, 2002: 11. 3. Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui mengenai ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya empat fungsi pajak, yaitu : a. Fungsi Budgetair Penerimaan Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. b. Fungsi Regulerend Mengatur Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. c. Fungsi Demokrasi Pajak merupakan penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan untuk kemaslahatan umat dan sebagai hak seseorang untuk memperoleh pelayanan pemerintah. d. Fungsi Redistribusi Pajak lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat Wirawan B. Ilyas, 2007: 11. 4. Asas-asas Pemungutan Pajak Undang –Undang Pajak harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu : a. Equality dan Equity b. Certainly c. Convenience of Payment commit to user 15 d. Economic of Collection Equality mengandung pengertian bahwa pada keadaan yang sama seseorang harus dibebani pajak yang sama pula. Persamaan ini bukan pada tingkat pendapatnya tetapi pada tingkat kemampuan membayarnya atau daya pikul. Certainty , artinya pajak yang dibayar oleh wajib pajakharus jelas dan tidak mengenal kompromi not arbitary. Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak,objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya. Convenience of Payment , artinya pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilankeuntungan yang dikenakan pajak. Economic of Collections , artinya pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat seefisien mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh Erly Suandi, 2002: 27-28. 5. Syarat Pemungutan Pajak Syarat ini diperlukan agar pemungutan pajak tidak mengalami hambatan atau perlawanan, yaitu : a. Syarat Keadilan Dalam praktek pelaksanaan pemungutan pajak harus dilaksanakan dengan adil, sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan. b. Syarat Yuridis Pelaksanaan pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang. c. Syarat Ekonomis Pelaksanaan pemungutan pajak tidak boleh menggangu kegiatan perekonomian, tidak menggangu kegiatan produksi maupun perdagangan. commit to user 16 d. Syarat Finansial Pelaksanaan pemungutan pajak harus efisien, hal ini sesuai dengan fungsi budgetair. Dimana biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari pajak yang dipungut. e. Sistem Pemungutannya Harus Sederhana Hal ini akan mempermudah masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya Y. Sri Pudyatmoko, 2009: 44-46. 6. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dapat dibagi atas empat macam sistem, yaitu: a. Official Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar pajak yang terutang oleh seseorang. b. Semi Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang. c. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak. d. Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotongmemungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkannya kepada fiskus Wirawan B. Ilyas, 2007: 22. 7. Pembagian Pengelompokan Pajak Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, objek, maupun lembaga pemungutnya. commit to user 17 Berdasarkan golongannya, pajak dibedakan menjadi : a. Pajak langsung, adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu tertentu misalnya Pajak Penghasilan PPh. b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai PPN. Menurut sifatnya, pajak dibedakan menjadi : 1 Pajak Subjektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama- tama memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak subjeknya. Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan gaya pikulnya apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya Pajak Penghasilan PPh. 2 Pajak Objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama- tama memperhatikanmelihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya baru kemudian dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai PPN Sukismo, 2008:1. Menurut lembaga pemungutnya, pajak dibedakan menjadi : 1 Pajak Pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan cp. Direktorat Jenderal Pajak yang termasuk dalam pajak pusat adalah : Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPN dan PPnBM, Bea Materai dan Cukai. commit to user 18 2 Pajak Daerah, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaan sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan daerah Dipenda. Pajak daerah dibedakan atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten Sukismo, 2008: 1. 8. Unsur-unsur Pajak Yang menjadi unsur-unsur pajak diantaranya : a. Iuran dari rakyat kepada Negara. b. Berdasarkan undang – undang. c. Tanpa jasa balik atau kontraprestasi secara langsung dari Negara. d. Guna membiayai rumah tangga Negara Rochmat Soemitro, loc.cit: 8. 9. Subjek dan Objek Pajak Yang menjadi subyek pajak antara lain : a. Orang pribadi atau perseorangan. b. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak. c. Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan, atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap. d. Subyek Pajak terdiri dari subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri Y.Sri Pudyatmoko, 2009: 20-25. 10. Penangung Pajak Penanggung pajak antara lain : a. Badan oleh pengurus. b. Badan yang dinyatakan oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan. c. Badan dalam likuidasi oleh likuidator. commit to user 19 d. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya, atau e. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau pengampunya Y. Sri Pudyatmoko, 2009: 23. 11. Fiskus Fiskus fiscus dalam perkembangan terkini sering diartikan sebagai aparatur pemerintah yang menangani pemasukan uang dari rakyat berupa pajak untuk dimasukan ke dalam kas Negara Y. Sri Pudyatmoko, 2009: 24. 12. Asas Pengenaan Pajak Asas pengenaan pajak antara lain : a. Asas tempat tinggal domisili. b. Asas negara asal negara sumber. c. Asas kebangsaan Y. Sri Pudyatmoko, 2009 : 43-44. 13. Pengertian Hukum Pajak Hukum pajak, yang juga disebut hukum fiscal, adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas Negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara Negara dan orang-orang atau badan-badan hukum yang berkewajiban membayar pajak selanjutnya sering disebut wajib pajak Santoso Brotodiharjo, 1995: 1. Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan lain perkataan, hukum pajak menerangkan: a. Siapa-siapa wajib pajak subyek pajak. b. Obyek-obyek apa yang dikenakan pajak obyek pajak. c. Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah. d. Timbul dan hapusnya utang pajak. e. Cara penagihan pajak dan commit to user 20 f. Cara mengajukan keberatan dan banding pajak Buhori, 1995: 25. 14. Pembagian Hukum Pajak Secara umum hukum pajak dapat dibedakan menjadi dua, yakni hukum pajak material dan hukum pajak formal. Hukum pajak material memuat norma-norma yang menerangkan: a. Keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenai pajak obyek pajak atau disebut juga tatbestand. b. Siapa-siapa yang harus dikenai pajak subyek pajakwajib pajak dan c. Berapa besarnya pajak. Disamping itu termasuk didalamnya adalah: a. Peraturan-peraturan yang memuat kenaikan-kenaikan, denda-denda. b. Peraturan-peraturan yang memuat hukuman-hukuman terhadap ketentuan perpajakan. c. Peraturan-peraturan tentang tata cara pembebasan dan pengembalian pajak. d. Peraturan-peraturan tentang hak mendahului dari fiskus. Keberadaan hukum pajak formal menyesuaikan dengan kebutuhan yang dikehendaki untuk berlakunya hukum pajak material. Agar hukum pajak material dapat berlaku efektif maka hukum pajak formal ini harus ada. Hukum pajak formal antara lain mengatur : a. Pendaftaran obyek pajak dan wajib pajak. b. Pemungutan pajak. c. Penyetoran pajak. d. Pengajuan keberatan. e. Permohonan banding. f. Permohonan pengurangan dan penundaan pembayaran, dan lain sebagainya Y.Sri Pudyatmoko, 2009: 57. 15. Hak dan Kewajiban Umum Wajib Pajak a. Kewajiban mendaftarkan diri commit to user 21 Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. b. Kewajiban mengisi dan menyampaikan SPT Surat pemberitahuan SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak. Obyek pajak danatau bukan obyek pajak danatau harta dan kewajiban. Menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. c. Kewajiban membayar pajak Pajak yang hasilnya dimasukan kedalam kas Negara sangat diperlukan untuk membiayai segala aktivitas dan berjalannya roda pemerintahan. d. Kewajiban membayar denda Pemenuhan kewajiban pajak ada kemungkinan terjadi kesalahan, baik itu karena kealpaan maupun karena unsur kesengajaan dari wajib pajak atau penanggung pajak. Kesalahan seperti itu perlu diluruskan kembali dan kepada wajib pajak ataupun penanggung pajak dapat dikenakan sanksi berupa denda. e. Kewajiban melakukan pembukuan dan pencatatan Mempunyai maksud mewujudkan tertib administrasi di dalam kegiatan usaha. Sekaligus memberikan perlindungan bagi pihak ketiga yang mempunyai hunungan dengan kegiatan usaha yang bersangkutan. f. Kewajiban menyerahkan dokumen pada waktu pemeriksaan Mengingat wajib pajak bisa saja keliru di dalam memenuhi kewajiban pajaknya, entah karena kesengajaan atau karena kelalaian. g. Hak membetulkan surat pemberitahuan SPT. commit to user 22 h. Hak mengangsur dan menunda pembayaran pajak. i. Mendapatkan pengembalian pajak Restitusi. j. Hak mengajukan gugatan. k. Hak mengajukan keberatan. l. Hak mengajukan banding. m. Perlindungan terhadap rahasia wajib pajak. n. Mendapatkan pengurangan dan pembatalan pajak. o. Mendapatkan pengurangan dan pembatalan sanksi administrasi Y.Sri Pudyatmoko, 2009 : 131-171. 16. Pajak Penghasilan PPh a. Subjek pajak Subjek pajak adalah orang pribadi, warisan, atau badan, termasuk bentuk usaha tetap, baik yang berada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri, yang mempunyai atau memperoleh penghasilan dari Indonesia Djoko Muljono, 2010: 2-9. 1 Subjek Pajak Dalam Negeri Subyek Pajak Dalam Negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di dalam Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik dengan atau tanpa melalui bentuk usaha tetap di luar negeri dan juga warisan yang belum dibagi. 2 Subyek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Dalam Negeri adalah pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik dengan ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap Djoko Muljono, 2010 : 2. b. Wajib pajak Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk commit to user 23 melakukan kewajiban-kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu Djoko Muljono, 2010 : 9. c. Objek pajak 1 Objek pajak dalam negeri Objek pajak dalam negeri adalah penghasilan yang diperoleh Subjek Pajak dalam negeri, termasuk BUT maupun Subjek Pajak Luar Negeri yang berasal dari Indonesia. Penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri didapatkan dari berbagai kegiatan, seperti : usaha, pekerjaan bebas, karyawan, pemanfaatan modal, dan berbagai cara lain yang menimbulkan penghasilan di Indonesia. 2 Objek pajak luar negeri Objek pajak luar negeri adalah penghasilan yang diperoleh Subjek Pajak dalam negeri, termasuk BUT yang berasal dari luar Indonesia. Penghasilan yang diperoleh dari luar negeri yang sudah atau belum dipotong pajak di tempat penghasilan tersebut didapat, tetapi merupakan objek pajak penghasilan di Indonesia, sedangkan bagi objek pajak luar negeri yang sudah dipotong pajak di luar negeri dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak di Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 24 UU PPh Djoko Muljono, 2010: 11. 17. Teori Bekerjanya Hukum Pada hakekatnya hukum adalah sebagai sistem, maka untuk dapat memahaminya perlu menggunakan pendekatan sistem Esmi Warassih, 2005 : 30. Pengertian hukum sebagai sistem hukum dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman, bahwa keberhasilan penegakan hukum selalu mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Sistem hukum dalam pandangan Friedmen terdiri dari tiga komponen, yaitu: a. Komponen struktur hukum legal structure Struktur hukum legal structure merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu sistem. Struktur hukum Friedman menjelaskan : commit to user 24 To begin whit, the legal system has the structure of legal system consist of elements of the kind the number and size of court;their jurisdiction…structure. Also means how the legislstive is organized. Wahat procedures he police department follow, and go on.strukture in a way is a kind of cross section of the legal system. A kind of photograph, with free the action Lawrence M.Friedman, 1984 :7. Peranan aparatur penegakan hukum juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan tingkat keberhasilan penegakan suatu peraturan perundangan, baik buruknya aparatur penegakan hukum dapat menentukan pula baik buruknya suatu penegakan peraturan perundangan. Suatu peraturan perundang-undangan yang baik terkadang tidak dapat ditegakkan secara baik, apabila yang menegakan peraturan perundangan tersebut adalah aparatur penegakan hukum yang tidak baik atau cakap. Dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya rendahnya tingkat pemahaman dari aparatur penegak hukum terhadap substansi atau peraturan perundangan M.Syamsudin, 2009: 53. Diberlakukannya suatu peraturan perundang-undangan yang mempunyai maksud dan tujuan baik belum tentu memberikan suatu manfaat yang nyata bagi masyarakat, apabila tidak ditegakkan secara konsisten dan bertanggung jawab aturan-aturan hukum yang ada didalamnya. Karena suatu peraturan perundangan-undangan pada dasarnya adalah rangkaian kalimat yang tidak akan memberikan makna tanpa adanya mekanisme penegakan hukum yang jelas dan pelaksanaan yang konsisten dari aparatur penegak hukumnya. Salah satu masalah utama yang sulit diatasi di Indonesia sampai saat ini adalah masalah penegakan hukum yang konsisten dan bertanggung jawab dari para aparatur penegakan hukum yang telah dikemukakan sebelumnya. b. Komponen substansi hukum legal substance Substansi hukum legal substance aturan-aturan dan norma-norma aktual yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk commit to user 25 perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem. Pemahaman tentang substansi hukum adalah sebagai berikut: …”Another aspect of the legal system is its substance. By this means the actual rules, norms behavioral pattens of the people inside the system….the strees here is on living law not just rules in law goods.” Lawrence M.Friedman, 1984 :7. Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksud dengan substansi adalah aturan, norma, dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi hukum legal substance menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum. Substansi atau materi dari suatu produk peraturan perundangan merupakan faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dalam penegakan hukum, tanpa substansi atau materi yang baik dari suatu peraturan perundangan rasanya sangat sulit bagi aparatur penegak hukum untuk dapat menegakkan peraturan perundangan secara baik pula, dan hal tersebut sangat ditentukan atau dipengaruhi ketika proses penyusunan suatu peraturan perundangan dilakukan. Suatu produk peraturan perundangan dapat dikatakan baik apabila hal-hal yang diatur dalam peraturan perundangan tersebut dirumuskan secara jelas, tegas, sistematis dan mudah untuk dimengerti oleh semua pihak, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang subjek hukum yang membaca peraturan perundangan tersebut M.Syamsudin, 2009: 53. c. Komponen budaya hukum legal culture Menurut Lawrence M. Friedman mengemukakan tentang budaya hukum bahwa …”The third component of legal system of legal culture. By this we mean people’s attitudes toward law and the legal system their bilief, in other word, is the eliminate of social though and social force commit to user 26 whi ch determines how law is used avended and afused” Lawrence M.Friedman, 1984 :7. Budaya hukum legal culture merupakan sikap manusia termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat, tanpa didukung oleh budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam system dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan dengan efektif M.Syamsudin, 2009: 53. Terkait dengan budaya hukum, Lawrence M. Friedman membedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1 Budaya hukum eksternal external legal culture 2 Budaya hukum internal internal legal culture Budaya hukum eksternal adalah budaya hukum dari masyarakat secara umum sedangkan budaya hukum internal adalah budaya hukum dari kelompok orang-orang yang mempunyai profesi di bidang hukum seperti hakim, birokrat dan lain-lainya. Menurut Friedman, kekuatan-kekuatan sosial secara terus menerus mempengaruhi sistem hukum, kadang-kadang ia merusak, memperbarui, memperkuat, atau memilih untuk lebih menampilkan segi-segi tertentu. Dalam melihat hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman yaitu struktur, substansi dan kultur atau budaya, dimana unsur-unsur yang satu dengan yang lainya saling mempengaruhi dalam bekerjanya hukum pada kehidupan sehari-hari. Perubahan- perubahan sosial yang serba cepat dan perkembangannya yang tidak sama dalam kebudayaan, mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri, mengakibatkan timbulnya disharmoni, konflik- konflik eksternal dan internal, juga terjadinya disorganisasi dalam commit to user 27 masyarakat dalam diri pribadi. Perbuatan-perbuatan ini berupa penyimpangan dari pola-pola umum yang berlaku. Ketiga komponen ini sangat berpengaruh dalam penegakan hukum. Jika salah satu komponen saja tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipastikan penegakan hukum dalam masyarakat akan menjadi lemah. Selanjutnya Friedman mengatakan bahwa unsur sistem hukum tidak terdiri dari struktur dan substansi, masih diperlukan unsur ketiga yaitu budaya hukum M.Syamsudin, 2009: 53. Dalam perkembangannya, Friedman menambahkan pula komponen yang ke-empat, yang disebut komponen dampak hukum legal impact. Dengan komponen dampak hukum ini yang dimaksudkan adalah dampak dari suatu keputusan hukum yang menjadi objek kajian peneliti. Berkaitan dengan budaya hukum legal culture ini, menurut Roger Cotterrell, konsep budaya hukum itu menjelaskan keanekaragaman ide tentang hukum yang dalam berbagai masyarakat dan posisinya dalam tatanan sosial. Ide-ide ini menjelaskan tentang praktik-praktik hukum, sikap warga negara terhadap hukum dan kemauan dengan ketidakmauannya untuk mengajukan perkara, dan signifikasi hukum yang relative, dalam menjelaskan pemikiran dan prilaku yang lebih luas di luar praktik dan bentuk diskursus khusus yang terkait dengan lembaga hukum. Dengan demikian, variasi budaya hukum mungkin mampu menjelaskan banyak tentang perbedaan-perbedaan cara dimana lembaga hukum yang nampak sama dapat berfungsi pada masyarakat yang berbeda. commit to user 28

B. Kerangka Pemikiran