Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq

(1)

Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia

dalam Kamus At-Taufiq

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh Eva Fauziah NIM: 1110024000017

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2014 M.


(2)

Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia

dalam Kamus At-Taufiq

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh Eva Fauziah NIM: 1110024000017

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2014 M.


(3)

1.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi

ini

merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata

I

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

J.


(4)

Analisis

Kata

Baku Bahasa

Indonesia

dalam Kamus

At-Taufiq

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Eva Fauziah

NIM: 1110024000017

Pernbimbing I, Pembimbing II,

fT^

&r__

r

o,

oJ/

Saehudin,

M.Ag.

Karlina Helma#ta. M.Ae.

PROGRAM

STUDI

TARJAMAH

FAKULTAS ADAB

DAN

HUMANIORA

UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435

H.t20t4 M.


(5)

PENGESAHAN

PANITIA

UJIAN

Skripsi berjudul 'oAnalisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus

At-taufiq" yang ditulis oleh Eva Fauziah, NIM 1110024000017 telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora

UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta pada hari selasa, 22 Juli 2014 dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji.

Jakarta,22 luli 20T4

TIM PENGUJI TTD

1. Dr. Akhmad Saehudin. iVI.Ag. (Ketua Sidang)

2. Dr. Moch Slzarif Hidayatullah. M.Hum.

(Sekretaris Sidang)

3. Dr. Akhmad Saehudin. M.Ag.

(Pembimbing I)

4. Karlina Helmanita. M.Ag.

(Pembimbing II)

5. Drs. Ahmad Syatibi. M.Ag.

(Penguji I)

6. Abdul Rosyid. M.A.

(Penguji II)

(Tanggal:

l9

*

aB-tory

1

(Tanggal:

,,r1"

'r;;;;u;,,11;,,

2.

0"..^.

*9'

't/a''

4t

4.

(Tanggal: /.


(6)

Teruntuk Kedua Orangtuaku:

Ayahanda H. Miharja dan Ibunda Hj. Roswati

Kakakku tersayang, Dafik Nurul Fitron S.Sos.I.


(7)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا

ط

ب

b

ظ

ت

t

ع

ث

ts

غ

gh

ج

j

ف

f

ح

h

ؽ

q

خ

kh

ك

k

د

d

ؿ

l

ذ

dz

م

m

ر

r

ف

n

ز

z

ك

w

س

s

ه

h

ش

sy

ء

`

ص

s

ي

y


(8)

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, yang terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. A. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

i kasrah

u ḏammah

B. Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي

ai a dan i

ك

au a dan u

C. Vokal Pangjang

Ketentuan aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اىى

â a dengan topi di atas

ٍيًى

î i dengan topi di atas


(9)

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengann huruf, yaitu

ؿا

, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. contoh: rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-al-dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (

---

ٌَ

), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah

itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata

ةىرٍكيرَضلا

tidak ditulis aḏ-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûṯah

Jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dilihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).


(10)

No Kata Arab Alih Aksara

1

ةقيرط

ṯarîqah

2

ةٌيملسْا ةعماْا

Al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3

دوجولا ةدحك

Wahdat al-wujȗd

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abȗ Hâmid al-Ghazâlî bukan Abȗ Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau dicetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksara. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad


(11)

al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak

Nȗr al-Dîn al-Rânîrî. 7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

يداىتٍسيْا ىبىهىذ

dzahaba al-ustâdzu

ىتىبىػث

يرٍجىْا

tsabata al-ajru

ةَيًرٍصىعٍلا ةىكىرىْا

al-harakah al-‘asriyyah

ه َاًإ ىهلًا ىا ٍفىأ يدىهٍشىأ

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

حًلاىصلا كًلىم اىنىاٍوىم

Maulânâ Malik al-Sâlih

ه يميكيرًٌثىؤيػي

yu’atstsirukum Allâh

رًهاىظىمٍلا

ةَيًلٍقىعٍلا

al-mazâhir al-‘aqliyyah

ةَيًنٍوىكٍلا تاىيآا

al-âyât al-kauniyyah


(12)

ABSTRAK

EVA FAUZIAH

Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia dalam Kamus At-Taufiq

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq dan mengetahui sejauh mana pengetahuan kebahasaan yang dilakukan oleh penerjemah dalam mencari kata untuk diterjemahkan, khususnya penulisan kata dalam bahasa Indonesia dan mengelompokkannya menjadi sebuah kalimat. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus mengetahui kaidah-kaidah penulisan dari bahasa sumber (Bsu) maupun bahasa sasaran (Bsa). Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode penelitian kualitatif-deskriptif, yaitu dengan cara peneliti menjadi alat pengumpul data utama untuk mengungkapkan suatu masalah. Kemudian peneliti juga menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan data yang terkait dengan masalah yang dianalisa untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat. Lalu peneliti melakukan analisa terhadap permasalahan yang dibahas dengan mengumpulkan kata tidak baku bahasa Indonesia kemudian dikaji secara mendalam dan memilih kata tidak baku dalam kamus At-Taufiq dan menerangkan lebih jelas kata baku yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dari penelitian tersebut, dapat diketahui penggunaan kata baku dalam kamus yang menjadi sebuah acuan seorang penerjemah dalam menerjemahkan sebuah teks masih belum sempurna.


(13)

PRAKATA

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada peneliti untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat peneliti selesaikan.

Solawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah.

Alhamdulillah pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang peneliti hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri peneliti. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada peneliti.

Peneliti persembahkan segalanya kepada ayahanda H. Miharja dan kepada ibunda tersayang Hj. Roswati yang telah melahirkan ananda, membesarkan dan mendidik hingga ananda besar. Dan semoga gelar sarjana ini dapat membahagiakan ayahanda dan ibunda tercinta. Kakakku, Dafik Nurul Fitron,


(14)

S.Sos.I. yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan inspirasi kepada peneliti sehingga peneliti bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag. selaku pembimbing skripsi, dosen, Ketua Jurusan Tarjamah serta Pembimbing Akademik dan Karlina Helmatita, M.A., selaku pembimbing skripsi dan dosen, yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya untuk membaca, mengoreksi dan memberikan motivasi. Berbagai arahan, petunjuk dan bimbingan dari keduanya telah banyak membantu penulisan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Abdul Rosyid S.S., M.A. sebagai dosen pembimbing ketiga bagi peneliti yang selalu memberikan arahan, motivasi, semangat, dan membantu merapikan tulisan dalam skripsi ini.

Selanjutnya peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag. dan Abdul Rosyid, M.A. selaku penguji, yang telah meluangkan waktu untuk menguji walaupun di akhir-akhir bulan Ramadan.

Serta tak lupa peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan peneliti berbagai pengetahuan ilmu bahasa, budaya, terjemah, dan segala ilmu dan pengetahuan


(15)

yang diberikan selama ini kepada peneliti. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi peneliti dan menjadi bekal dimasa depan tentunya, amin.

Terimakasih juga kepada karyawan Fakultas Adab dan Humaniora, terutama kepada bapak Radi dan bang Muhadi yang telah memberikan semangat kepada peneliti, juga membatu peneliti untuk meminjam buku-buku sebagai referensi di perpustakaan fakultas.

Kepada teman-teman Jurusan tarjamah angkatan 2010 Nia, Umay, Nana, Mutz, Novi, Ika, Asiah, Lili, Halimah, Nipeh, Ayu, Farhan, Olis, Akew, Fahmi, Faat, Arif, Syarif, Agus, Ocid, Julponk, Uwes, Imam, Zamzam. Terlebih kepada Lukman, teman yang telah meminjamkan kamusnya sebagai bahan utama skripsi ini dari semester 5 dan Hani juga telah meminjamkan kamusnya untuk penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas bantuan kerjasama teman-teman untuk mengumpulkan referensi dan saling membantu untuk melengkapi referensi.

Peneliti juga berterima kasih kepada semua pihak yang kenal dengan peneliti dalam perjumpaan yang singkat atau lama di alam ini, termasuk teman-teman KKS Kompak di Cieterep Bogor dari fakultas FISIP, FIDKOM, Syariah, Ushuludin dan Saintek, maaf tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.

Harapan sepenuh hati semoga karya ilmiyah yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi penerjemah khususnya bidang Leksikografi. Semoga karya perdana ini menjadi semangat bagi peneliti dalam meningkatkan produktifitas karya-karya selanjutnya yang lebih baik. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini, amin.

Jakarta, 4 Juli 2014 Eva Fauziah


(16)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI... vi

ABSTRAK ... xi

PRAKATA... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metodologi Penelitian ... 5

F. Tinjauan Pustaka ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KERANGKA TEORI A. Kata ... 9

1. Hakikat Kata ... 9

2. Jenis Kata ... 10

3. Pembentukkan Kata ... 24

4. Kata Baku ... 27

B. Kamus ... 35


(17)

2. Fungsi Kamus ... 36

3. Macam-macam Kamus ... 37

4. Jenis Kamus ... 38

5. Kriteria Kamus ... 40

6. Klasifikasi Kamus Arab ... 41

BAB III TENTANG KAMUS A. Kamus At-Taufiq ... 43

1. Biografi KH. Taufiqul Hakim ... 43

2. Sinopsis Kamus At-Taufiq ... 45

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA A. Data ... 49

B. Analisis Bentuk Bahasa Baku ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Rekomendasi ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

1. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:) ... 19

2. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri’) ... 19

3. Huruf Abjad ... 29

4. Abjad )

يةَيًدىٍْ

ىٍْا يفٍكيريٍْىا

( ... 30


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amtsilati merupakan suatu metode pengajaran untuk membaca kitab kuning. Berawal dari kitab-kitab Amtsilati, maka terbitlah kamus Amtsilati. Kamus ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran Amtsilati yang berkuncikan “Rumus” dan “Kamus”. Rumus merupakan kunci untuk membaca, sedangkan kamus adalah kunci untuk memahami arti atau makna dari kata yang dibaca tadi, yang pada gilirannya diharapkan untuk bisa menerjemahkan, mendalami, dan mengamalkan dari apa yang dibaca.1

Kamus ini merupakan jembatan bagi pemula. Kata-kata dalam kamus At-taufiq banyak digunakan dalam kitab kuning. Dari sekian banyak kosakata dalam kamus ini banyak kata-kata terjemahan arti dalam bahasa Indonesia tidak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan yang disebut kata baku yang merupakan kata-kata yang menjadi acuan dalam pemakaian bahasa.

Kamus sangat berkaitan dengan penerjemahan. Penerjemahan merupakan peralihan dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa). Dalam mengalihkan pesan dari satu bahasa ke bahasa lain, yang harus dilihat adalah isi. Menerjemahkan juga menuntut adanya bakat serta pengetahuan mendalam tentang bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa) yang akan diterjemahkan dan menuntut penguasaan kosakata bahasa sasaan, rasa bahasa, susunan dan

1


(20)

strukturnya.2 Oleh karena itu, agar pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut dapat dipahami dan dimengerti, maka harus diperhatikan bentuk bahasa sasarannya.

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis kata baku terhadap kata-kata yang terdapat kamus At-Taufiq.

Contoh :

يرًثٍؤيػي

رىثآ

artinya memilih, memulyakan, menghormati mendahulukan.

Kedua kata tersebut termasuk verba (fiil), yaitu kata kerja. Kata bahasa Arab dalam contoh di atas merupakan verba (fiil) yaitu fiil madhi dan fiil mudhari. Dalam kata yang digaris bawahi di atas bentuk penulisannya salah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kita dapat menemukan kata tersebut dengan mencari kata dasarnya. Kata dasar dari kata tersebut adalah „mulia‟ termasuk adjektiva yang mempunyai arti „tinggi Ẓtt kedudukan, pangkat, martabatẓ, tertinggi, terhormat‟.3

Agar menjadi verba kata mulia tersebut mengalami proses morfologi dengan menambahkan imbuhan di depan dan di belakang kata tersebut.

Jadi penulisan arti kata bahasa Arab yang benar adalah „memuliakan‟. Bahasa

sumber yaitu bahasa Arab merupakan verba (fiil), oleh karena itu diterjemahkan menjadi verba (fiil) juga dalam bahasa Indonesia.

Kata selalu berkembang setiap zaman. Pelafalan dan penulisan yang berbeda menjadikan bentuk kata baku tidak sering dipersoalkan atau mungkin

2

Achmad Satori Ismail, Problematika Terjemah (Arab-Indonesia) (Jakarta: Adabia Press, 2011), h. 2.

3

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 936.


(21)

memang dianggap tidak perlu diperhitungkan untuk keberhasilan pembakuan bahasa tersebut.

Dalam kamus At-Taufiq, ternyata peneliti menemukan kata-kata yang tidak menggunakan kata baku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Untuk itu, penulis akan menganalisis pada kamus tersebut melalui skripsi ini dengan judul “Analisis Kata Baku Bahasa Indonesia

dalam Kamus At-Taufiq”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Kamus At-Taufiq merupakan kamus yang digunakan untuk mencari makna/arti kata dalam memahami dan mempelajari kitab kuning. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kata-kata yang tidak menggunakan kata baku dari entri

ا

sampai

ج

.

Sedangkan rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk kata baku bahasa Indonesia dalam terjemahan kamus At-Taufiq?

2. Bagaimana penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq?

C. Tujuan Penelitian

Tanpa tujuan yang jelas, penelitian akan sia-sia. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bentuk kata baku dalam terjemahan kamus At-Taufiq. 2. Mengetahui penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq.


(22)

3. Sebagai rekomendasi terhadap kamus At-Taufiq dalam pengenalan kata baku.

D. Manfaat Penelitian

Di samping untuk mengetahui kata baku terhadap kamus At-Taufiq, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi keilmuan kepada mahasiswa Tarjamah. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagai koreksi kata baku pada terjemahan Kamus At-Taufiq.

2. Menjadikan motifasi kepada mahasiswa Tarjamah agar dalam menerjemahkan, memperhatikan faktor kata baku.

3. Seorang penerjemah bisa menggunakan kamus sesuai dengan teks yang akan diterjemahkan.

4. Menambah wawasan dan khasanah keilmuan dalam bidang perkamusan.

E. Metodologi Penelitian

a. Metode Pembahasan

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, maksudnya adalah peneliti menjadi alat pengumpul data utama untuk mengungkapkan suatu masalah. Dalam hal ini peneliti akan membahas tentang kata baku dalam terjemahan kamus Arab-Indonesia. Kemudian, masalah tersebut diklasifikasikan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian.

b. Sumber Data

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metode kepustakaan


(23)

masalah yang dianalisa untuk menghasilkan hasil penelitian yang akurat. Kemudian, agar hasil penelitian ini lebih maksimal, peneliti memakai sumber data sekunder yang merujuk pada buku, internet, ensiklopedi, koran dan kamus. Peneliti juga akan selalu konsultasi kepada ahli yang terkait dengan masalah yang ada. Sumber data primer terkait dengan kamus, peneliti akan merujuk kepada Abdul Chaer dalam bukunya “leksikologi dan leksikografi

Indonesia” dan Taufiqurrachman dalam bukunya “Leksikologi Bahasa Arab”,

terkait dengan kata baku bahasa Indonesia penulis merujuk “Kamus Besar Bahasa Indonesia ẒKBBIẓ” dan Masnur Muslich dalam bukunya “Tata Bentuk

Bahasa Indonesia”, terkait dengan kata baku bahasa Arab penulis merujuk

kepada Eckehard Schulz dalam bukunya “Bahasa Arab Baku dan Modern”,

c. Data Analisis

Dalam metode penelitian ini, penulis menambahkan langkah-langkah analisis agar dapat kejelasan yang akan dilakukan peneliti secara sistematis dan bertahap. Adapun tahapan yang peneliti akan lakukan, sebagai berikut:

1. Mengumpulkan kata tidak baku bahasa Indonesia kemudian dikaji secara mendalam dan memilih kata tidak baku dalam kamus At-Taufiq

kemudian disesuaikan dengan konteks pembahasan kata tersebut agar mudah dimengerti oleh pembaca.

2. Menerangkan lebih jelas kata baku yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dalam menerjemahkan sebuah kata dengan menggunakan kamus At-Taufiq.


(24)

d. Teknik Penulisan

Secara teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Setelah penulis mencari buku yang ingin dikaji dalam skripsi, akhirnya peneliti menjatuhkan pilihan pada kamus Arab-Indonesia yaitu Kamus At-Taufiq dan Al-„Ashri. Skripsi ini juga terinspirasi dari skripsi sebelumnya yang berjudul

“Metode Amtsilati dalam Proses Penerjemahan: Studi Analisis Buku “Program

Pemula Membaca Kitab Kuning,” karya H. Taufiqul Hakim Jepara. Sebuah karya mahasiswa jurusan tarjamah, yaitu Abdul Rosyid pada tahun 2007. Sebuah skripsi yang membahas bagaimana proses penerjemahan dengan metode amtsilati. Kamus At-Taufiq sebagai salah satu rujukan dalam penelitian ini merupakan buku karya H. Taufiqul Hakim, kamus yang digunakan santri untuk menerjemahkan kitab kuning.

Peneliti juga menemukan beberapa penelitian tentang kamus bahasa Arab-Indonesia yang dilakukan oleh Urwatul Wustqo pada tahun 2004 yang berjudul “Kamus dan Peranannya sebagai Alat Bantu Penerjemahan”, skripsi yang dilakukan oleh Rumsari Marjatsari pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis Semantik Leksikal pada Padanan Arab-Indonesia dalam Kamus Al-Munawwir dan Al-„Ashri” dan skripsi yang dilakukan oleh Syukron Nurul Fajri pada tahun

2011 yang berjudul “Akurasi Padanan Istilah Politik dan Ekonomi Arab-Indonesia


(25)

Arab-Indonesia Istilah Poloitik-Ekonomi). Namun, dari survey pustaka yang telah dilakukan belum ada yang meneliti masalah kata baku dari kamus At-Taufiq dan

Al-„Ashri. Untuk itu, penulis ingin menyempurnakan dan memberi kontribusi

baru dalam ranah penerjemahan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam hal ini penulis akan memberikan penjelasan secara sistematika dengan pandang masalah secara objektif, agar dapat dipahami dengan baik. Agar penulis dapat terarah dan sistematis, langkah yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II: Kerangka teori. Bab ini merupakan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu yang terdiri dari masalah kata, hakikat kata, jenis kata, pembentukkan kata, kata baku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab, serta penjelasan tentang kamus diantaranya definisi kamus, fungsi kamus, macam-macam kamus, jenis kamus, kriteria kamus, dan klasifikasi kamus bahasa Arab. Dengan kerangka teori tersebut penulis akan menjalankan penelitian dengan baik.

Bab III: Membahas tentang korpus penelitian ini yaitu kamus At-Taufiq. Didalamnya terdapat sinopsis kamus, seluk-beluk kamus, kilasan mengenai kamus tersebut, dan biografi penyusun kamus tersebut.


(26)

Bab IV: Menjelaskan hasil temuan dan analisis kata baku pada kamus At-Taufiq, bab ini adalah bab terpenting dalam penelitian ini karena pada bab inilah pembahasan penelitian dilakukan.


(27)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kata

1. Hakikat Kata

Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.4Kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata dapat menempati fungsi-fungsi sintaksis atau menjadi bagian dari frasa. Kata adalah bagian kalimat yang merupakan kesatuan yang terkecil, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung suatu pengertian.5

Kata terbagi menjadi dua macam, yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata sebagai pengisi yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan tuturan. Sedangkan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan di dalam petuturan tidak dapat berdiri sendiri.6

4

Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.

633.

5

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 100.

6


(28)

Contoh:

Kata penuh :

هدًجٍسىم

: tempat ibadah orang islam Kata tugas :

ىك

: dan/atau

Dalam contoh di atas, terlihat pada makna kata penuh dan kata tugas. Tanpa disandingkan dengan kalimat, kata penuh bisa berdiri sendiri dan mempunyai arti. Sedangkan kata tugas, jika tidak disandingkan dengan kalimat, kata tersebut tidak mepunyai makna leksikal, jika disandingkan dengan kalimat kata tersebut mempunyai makna dan hanya mempunyai tugas sintaksis.

2. Jenis Kata

Dalam buku tata baku bahasa Indonesia, rombongan linguis bahasa Indonesia-Bambang Kaswanti Purwo, Harimuri Kridalaksana, W.H.C.M. Lalamentik, Samsuri, Surdyanto dkk mengelompokkan kata bahasa Indonesia ke dalam delapan kelas, yaitu verba, nomina, pronomina, numeralia, adjektiva, adverbia, dan kata tugas.

3.1Verba

Verba terdiri dari: (a) fungsi sebagai (inti) predikat, (b) bermakna dasar, perbuatan, proses, dan keadaan yang bukan sifat/kualitas, (c) verba yang bermakna keadaan tidak bisa diprefiksi {ter-} „paling‟. Dilihat dari bentuknya, verba dibedakan atas: (a) asal dan (b) turunan, yang dibedakan lagi atas: (i) dasar bebas, afiks wajib, (ii) dasar bebas, afiks manasuka, (iii) dasar terikat, (vi) reduplikasi, (v) majemuk. Di


(29)

samping itu, verba dibedakan lagi berdasarkan morfologi verba dan semantisnya, serta perilaku sintaksisnya.7

3.2Nomina

Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Sedangkan dari segi sintaksisnya, bercirikan: (a) nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap, (b) tidak dapat diingkarkan dengan kata

tidak, melainkan dengan kata bukan, (c) umumnya secara langsung atau tidak, nomina diikut oleh adjektiva dengan perantara kata yang.8 3.3Pronomina

Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina. Ada (a) pronomina persona (aku, anda, mereka), (b) pronomina penunjuk ( ini, itu, begini demikian), (c) pronomina penanya (apa, dari mana).

3.4Numeralia

Numerlia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud dan konsep. Numeralia dibedakan menjadi tiga: (a) pokok (enam, panca, tiga (orang), beribu, berbagai), (b) tingkat (pertama, keempat), dan (c) pecahan (sepersepuluh, dua koma lima).9

7

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 121.

8

Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 213.

9


(30)

3.5Adjektiva

Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat bergbung dengan kata lebih dan sangat.10 Ciri-cirinya dikenali sebagai berikut: (1) bisa diberi keterangan pembanding

lebih, kurang, paling; (2) dapat diberi keterangan penguat sangat,

sekali, benar, terlalu; (3) dapat diingkari dengan tidak; (4) dapat diulang dengan {se-nya}, (5) pada kata tertentu berakhir dengan –er, -(w)i, -iah, -if, -al, dan –ikan. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengafiksan, reduplikasi, adjektiva + kata lain, dan adjektiva + adjektiva.11

3.6Adverbia

Adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva, proposisi, atau adverbia lain.12 Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sedangkan dalam tataran kalusa, adverbia menjelaskan fung-si-sungsi sintaksis. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengulangan, pengulangan dan -an, pengulangan +se-nya, kata dasar +se-nya, dan kata dasar -nya.13

10

Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.

10.

11

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 122-123.

12

Harimurti Kridalaksana, Kamus linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2.

13


(31)

3.7Kata Tugas

Di luar kata verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia, ada kata lagi yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai makna gramatikal. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk. Ada lima kelompok dalam kata tugas: (1) preposisi (dari, di, sejak, semacam, sekitar, daripada, dari bawah), (2) konjungsi (dan, atau, selagi, jika, agar, biarpun, seolah-olah, oleh karena, hingga, bahwa, baik ... maupun, sesudah itu, dalam pada itu), (3) interjeksi (bah, aduhai, astagfirullah, he, ha), (4) artikel (sang, sri, hang, para, si, dang), dan (5) partikel (lah, kah, pun, tah).14

Dalam bahasa Arab, Ni‟mah membagi kelas kata dalam bahasa

Arab menjadi 3: (1) nomina (ism), (2) verba (fi’il), dan (3) partikel (harf).15

1. Nomina (ism)

Nomina (ism) adalah kata yang menunjukkan makna benda secara langsung tanpa membutuhkan bantuan dari kata atau lafal lainnya, dan isim tidak terkait dengan waktu.16 Isim dalam bahasa arab sama pengertiannya dengan kata benda dalam bahasa Indonesia. kategori ism

meliputi tiga unsur: nama, sifat, dan kata ganti.

14

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 123.

15

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 62.

16

Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 16.


(32)

Wright membagi nomina menjadi nomina primitif dan nomina derivatif. Nomina primitif merupakan kata benda, seperti

هليجىر

(lelaki). Nomina derivatif bisa berupa kata benda atau ajektifa, deverba yang diderivasikan dari verba, seperti

مٍيًسٍقىػت

dari kata

ىمىسىق

(membagi), atau denominatif yang diderivasikan dari nomina

ةىدىسىأىم

(tempat yang dipenuhi singa) dari kata

هدىسىأ

(singa).17

Ism mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kata-kata yang lain. Adapun ciri-ciri ism adalah sebagai berikut:

1. Terdapat huruf jar di depan kata. Contoh:

ًةىسىرٍدىمٍلا ىًَا يبىهٍذىأ

(Saya pergi ke sekolah.

2. Terdapat huruf Alif dan Lam (

ؿا

). Contoh:

يليجَرلا

3. Berharakat tanwin. Contoh:

هر ٍػيًبىك هد ًجٍسىم

4. Diawali oleh huruf nida‟ Ẓhuruf yang berfungsi memanggilẓ.

Contoh:

يدَمىيُ اىي

5. Mempunyai kalimat mubtada‟ dan khabar.

6. Mempunyai kalimat idhafah.18

Isim ditinjau dari jenisnya, yaitu: mudzakkar dan muannats.19

همٍسًا

رَكىذيم

(maskulin)

ثَنىؤيم

(feminin)

17

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 63.

18

Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 17-18.

19

Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2008), h. 1.A.


(33)

Mudzakkar (nomina maskulin) tidak mempunyai tanda khusus. Seperti:

يمًلٍسيما

.

Sedangkan Muannats (nomina femini), menurut Haywood dan Nahmad, nomina yang dianggap feminin adalah (1) nomina yang secara makna dianggap muannats, seperti

ميأ

/ ibu; (2) nomina yang berjenis muannast dilihat dari bentuknya yang biasanya terdapat sufiks

ة

Ẓta:‟ marbuthahẓ, seperti

هةىسىرٍدىم

/ sekolah; berakhiran

-

ل

dan

ا

, seperti

لىوٍىَ

/ rahasia; berakhiran

ءا

, seperti

ءأىدٍيىػب

/ gurun; atau disepakati sebagai kata berjenis muannats, seperti kata

هشٍىَ

/ matahari.20

Menurut Haywood dan Nahmad, Nomina dalam bahasa Arab memiliki ciri jumlah. Jumlah dalam bahasa Arab ada tiga: tunggal Ẓmufradẓ, dual Ẓmutsanna:ẓ dan plural Ẓjama‟ẓ. Bentuk Plural terbagi menjadi tiga: maskulin teratur Ẓjama‟ mudzakkarẓ feminin teratur

Ẓjama‟ mu‟annatsaẓ netral-salin suara, yang dibentuk dari perubahan

internal kata, biasanya dengan perubahan prefiks dan sufiks Ẓjama‟ taksi:r).21

20

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 67.

21


(34)

دىرٍفيم

(tunggal)

مٍسًا

َّىػثيم

/

ةىيًنٍثىػت

(dual)

عىىَ

(plural)

ًلاٌسلا رَكىذيما عىىَ

(maskulin)

ًلاٌسلا ثَنىؤيما عىىَ

(

feminin)

ٍيىسٍكىت عىىَ

(prefiks dan sufiks)

Kata bentuk

دىرٍفيم

, yaitu: (1) Kata Shahih akhir dan munsharif, kedudukan marfu‟ dengan dhammah, manshub dengan fathah, dan majrur dengan kasrah, (2) Kata maqshur, (3) Kata manqus, dan (4) Kata Ghairu Munsharif dan kata Mamdud.

Kata bentuk

َّىػثيم

/

ةىيًنٍثىػت

, yaitu: marfu‟ ditatsniyahkan dengan menggunakan

ا

dan

ف

, dan manshub atau majrur ditatsniyahkan dengan menggunakan

ي

dan

ف

.

Kata bentuk

رَكىذ

ي

ما عىىَ

ًلاٌسلا

, yaitu: marfu‟ dengan menggunakan

ك

dan

ف

, dan manshub atau majrur dengan menggunakan

ي

dan

ف

.

Kata bentuk

ًلاٌسلا ثَنىؤيما عىىَ

, yaitu: marfu‟ ditandai dengan harakat dhammah, dan manshub atau majrur ditandai dengan harakat

kasrah. Sufiksnya menggunakan

ا

dan

ت

.

Kata bentuk

ٍيىسٍكىت عىىَ

, yaitu: marfu ditandai dengan harakat dhammah, manshub ditandai dengan harakat fathah, dan majrur ditandai dengan harakat kasrah.22

22


(35)

Nomina dilihat dari aspek ketentuan cakupan makna terbagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Indefinite/

هةىرًكىن

(tidak tertentu). Seperti:

هليجىر

lelaki,

هتٍيىػب

rumah. b. Definite/

هةىفًرٍعىم

(tertentu). Seperti:

يدًجٍسىمٍلىا

masjid,

يةىدٍيًرىٍْىا

majalah.23

Dilihat dari distribusinya, nomina dapat menempati posisi sebagai subjek, predikat, pelengkap, dan aposisi. Dilihat dari infleksinya, nomina dapat dibubuhi tanda penunjuk jumlah, jenis, definitif, vokal rangkap, dan preposisi.24

2. Verba (Fi’il)

Verba (Fi’il) adalah kata kerja yang menunjukkan arti pekerjaan, atau peristwa yang terjadi pada waktu tertentu, baik di masa lampau, sekarang, atau yang akan datang.25 Pengertian verba (fi’il) hampir sama dengan istilah kata kerja dalam bahasa Indonesia. Fi’il (kata

kerja/verbaẓ terdapat tiga macam, yaitu mâdhî, mudhâri‟, dan amar.

Ketiga bentuk tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Bentuk mâdhî, digunakan untuk mengungkapkan aktivitas lampau (telah, sudah)

b. Bentuk mudhâri‟, digunakan untuk menyatakan aktivitas yang sedang berlangsung atau yang akan datang

23

Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 70-71.

24

Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 53.

25

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 58.


(36)

c. Bentuk amar, bentuk ini digunakan untuk menyatakan perintah (imperatif) atau untuk membuat kalimah perintah.26

Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, verba asal, yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh:

ىسىلىج ,ىأىرىػق ,ىعىجىر

dan lain sebagainya. Kedua, verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau berupa penggabungan paduan bentuk dasar.27 Cohtoh:

يسًلٍىَ ,يأىرٍقىػي ,يعًجٍرىػي

.

Berdasarkan segi sintaksis verba (fi’il) terbagi lagi menjadi infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi), dan derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi)

1. Infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi)

Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab. berikut adalah pola infleksi dalam bahasa Arab:

a. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:)

Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi apabila verba tersebut disandangi sufiks pronomina terikat (dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah subjek (PS).28

26

Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 14.

27

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 68.

28


(37)

يتٍرىصىن

انا

ىتٍرىصىن

ىتنا

ىرىصىن

وه

اىنٍرىصىن

نح

اىيٍُرىصىن

امتنا

اىرىصىن

ام

ٍيتٍرىصىن

متنا

اٍكيرىصىن

مه

ًتٍرىصىن

ًتنا

ٍتىرىصىن

يه

اىيٍُرىصىن

امتنا

اىتىرىصىن

ام

َنيتٍرىصىن

ٌتنا

ىفٍرىصىن

ٌنه

b. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri’)

Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi apabila verba tersebut disandangi konfiks pronomina terikat (dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah subjek (PS).29

يريصٍنىأ

انا

يريصٍنىػت

ىتنا

يريصٍنىػي

وه

يريصٍنىػن

نح

ًفاىريصٍنىػت

امتنا

ًفاىريصٍنىػي

ام

ىفاٍكيريصٍنىػت

متنا

ىفاٍكيريصٍنىػي

مه

ىنٍيًريصٍنىػت

ًتنا

يريصٍنىػت

يه

ًفاىريصٍنىػت

امتنا

ًفاىريصٍنىػت

ام

ىفٍريصٍنىػت

ٌتنا

ىفٍريصٍنىػت

ٌنه

29

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik


(38)

1. Derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi)

Derivasi adalah proses pembentukan kata-kata batu, atau dapat diartikan perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Contoh pada kata

ىبىتىك

„menulis‟,

هبًتاىك

„penulis‟,

هبىتٍكىم

„meja‟. Kata

ىبىتىك

merupakan verba dan

هبًتا

ىك

merupakan nomina. Keduanya merupakan dua kelas kata yang berbeda, jadi hunbungan antara keduanya adalah hubungan derivasi.30

Pola dalam derivasi dalam bahasa Arab yaitu: (1) derivasi verba trikonsonantal takberimbuhan (Tsula:tsi Mujarrad), (2) derivasi verba trikonsonantal (Tsula:tsi Mazi:d), (3) derivasi verba Kuadrikonsonantal takberimbuhan (Ruba:’i: Mujarrad), dan (4) verba kuadrikonsonantal derivatif (Ruba:’i: Mazi:d). Berdasarkan objeknya fi‟il dibedaka menjadi dua bagian, yaitu verba transitif (Fi’il Muta’addi:), dan verba intransitif (Fi’il La:zim).31

a. Verba transitif (Fi’il Muta’addi:)

Menurut Mattews, kontruksi transitif sebgai, “satu verba yang berhubungan sedikitnya dengan dua nomina atau yang sepadan, yang secara semantik memiliki karakteristik salah satunya sebagai pelaku dan lainnya sebagai sasaran.32 Dalam

30

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 70.

31

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 78.

32


(39)

bahasa Arab verba trasitif disebut Fi’il Muta’addi:. Fi’il

Muta’addi: adalah kata kerja yang membutuhkan objek.33

Contoh:

ىزٍػبيٍْىا هدٌمىيُ ىلىكىأ

: Muhammad makan roti.

Lebanon mengurai secara lebih luas konsep verba transitif dalam bahasa Arab dengan membaginya ke dalam lima bagian: (1) verba yang langsung diikuti oleh objeknya, (2) verba yang diikuti oleh a (hamzah yang diletakkan di depan verba) yang berfungsi menjadikan verba sebagai transitif, (3) verba yang menjadi transitif dengan cara mendobelkan (geminasi) huruf kedua pada verba, (4) verba yang menjadi transitif dengan bantuan preposisi, (5) verba yang menjadi transitif dengan bantuan adverbia (yang menandakan tempat dan waktu.34

b. Verba intransitif (Fi’il La:zim).

Menurut Alwi dkk. verba intransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina dibelakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.35 Dalam bahasa Arab verba intransiti fdisebut Fi’il La:zim. Fi’il La:zim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek. Artinya, kata kerja tersebut hanya membutuhkan sujek, sehingga dalam susunan kalimatnya hanya terdiri atas subjek dan predikat.36

33

Ibid., h. 78

34

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 77-78.

35

Ibid., h. 80.

36

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 79.


(40)

Contoh:

يدىٍْىأ ىبىهىذ

: Ahmad telah pergi.

Kategori ini memiliki beberapa ciri khusus. Dilihat dari distribusnya, verba dapat menempati posisi predikat dan pelengkap dalam bahasa Indonesia. dilihat dari proses infleksinya, verba dapat diubah untuk menujukkan waktu dan aspek melalui proses afiksasi.37

Kata kerja dalam bahasa Indonesia juga mempunyai kategori, yaitu: (1) berdasarkan bentuk, (2) berdasarkan banyak kata yang mendampingi, (3) berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda, dan (4) berdasarkan hubungan kata benda dengan penddampingnya. Dalam contoh di atas termasuk kata kerja berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda yaitu kata kerja aktif.38

3. Partikel (Harf)

Menurut Syekh Al-Ghalayain, huruf adalah sesuatu yang bisa menunjukkan makna (bermakna) jika bergandeng dengan (kata atau kalimat) yang lainnya.39 Huruf adalah kata/kalimah dalam bahasa Arab selain isim dan fi‟il.

37

Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 53.

38

Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2011), h. 173.

39

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 21.


(41)

Menurut Syaibah, harf terbagi menjadi tiga: (1) harf yang mendampingi ism; (2) harf yang mendampingi fi‟il; Ẓ3ẓ harf yang

mendampingi ism dan fi‟il.40

يمىسىقٍلا ك ٌرىٍْا يفٍكيريح

اىهيػتاىوٍخىاىك ٌفإ يفٍكيريح

ًمٍسًٍْا ىىلىع يليخٍدىت يفٍكيريح

ءاىدًٌنلا يفٍكيريح

ءاىنٍػثًتٍسًٍْا يفٍكيريح

ةَيًع

ى

ما يكاىك يفٍكيريح

يفٍكيريٍْىا

ءىادًتٍبًٍْا يمىا يفٍكيريح

ًبٍصٌنلا يفٍكيريح

ًمٍزىٍْا

يفٍكيريح

ًلٍعًفٍلا ىىلىع يليخٍدىت يفٍكيريح

اىم

/

ىا

ٍدىق

ىفٍوىس

/

يٍيًٌسلا

ًفىطىعٍلا يفٍكيريح

يخٍدىت يفٍكيريح

ًلٍعًفٍلاىك ًمٍسًٍْا ىىلىع يل

ًماىهٍفًتٍسًٍاا يفٍكيريح

ًؿاىٍْا يكاىك

ًمىسىقٍلا يمىا

Harf yang mendampingi ism biasanya berfungsi sebagai preposisi (

ٌرىٍْا يفٍكيريح

); partikel vokatif (

ءاىدًٌنلا يفٍكيريح

). Harf yang mendampingi fi‟il biasanya merupakan partikel akusatif Ẓ

يفٍكيريح

40

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik


(42)

ًبٍصٌنلا

); partikel jusif (

ًمٍزىٍْا يفٍكيريح

). Dan harf yang bisa

mendampingi ism dan fi‟il biasanya berupa konjungsi Ẓ

يفٍكيريح

ًفىطىعٍلا

); partikel tanya (

ًماىهٍفًتٍسًٍاا يفٍكيريح

); dan lain sebagainya.41

3. Pembentukkan Kata

Setiap bahasa memiliki bentuk yang berbeda-beda. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu dari dalam dan dari luar. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.42

Bentuk-bentuk kata serapan itu ada empat macam, diantaranya:

(a) Kata diambil sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia

(b) Kata diambil dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia (c) Kata diterjemahkan dan dipadankan istilah-istilah asing ke dalam

bahasa Indonesia

(d) Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya

(e) Menyerap kata dari bahasa daerah.43

Selain kata serapan dalam pembentukan kata, kata juga mengalami proses morfologis. Morfem berarti bentuk bahasa yang dapat dipisah-pisah menjadi bagian yang lebih kecil sampai bentuk bahasa tersebut

41

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 83-84.

42

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan

Tinggi (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 33.

43


(43)

tidak mempunyai makna. Menurut Al-Khuli morfem sebagai

“ashghar wahdah lughawiyyah mujarradah dza:t ma’nan (satuan gramatikal terkecil, otonom, dan mempunyai makna).44

Morfem terbagi menjadi dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tidak tergantung pada adanya morfem lain. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri.45

Contoh : Memperbesar - Mem-perbesar - Per-besar

Jika kata besar dipotong lagi, maka be- dan –sar tidak mempunyai makna. Begitupun dengan bahasa Arab terdapat morfem bebas dan morfem terikat. Hanya saja kalau dalam bahasa Arab, satu kata bisa terdiri dari satu atau lebih morfem terikat, contoh:

ىفٍويػبيتٍكىي

.

kata

ىفٍويػبيتٍكىي

terdiri dari satu morfem bebas

(

بتك

)

dan dua morfem terikat (

ي

dan

ف

).46

Dalam bahasa Arab, pembentukkan kata melalui akar kata. Menurut Holes, Bahasa Arab memiliki prinsip akar dan pola. Secara struktur dan semantik, leksikon bahasa Arab berkaitan dengan akarnya. Akar-akar tersbut diderivasikan dengan menggandakan radikal tengah, menambahkan vokal panjang di antara radikal,

44

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 60.

45

Ibid., h. 60-61.

46


(44)

menambahkan prefiks yang berupa konsonan, atau kombinasi dari proses-proses tersebut.47

Akar adalah asal sebuah kata. Misal kata

ىبىتىك

mempunyai asal KTB (

ب

-

ت

-

ك

). Huruf-huruf akar kata tidak pernah gugur (hilang) dalam bentuk kata apa pun. Kebanyakan mashdar, akar katanya terdiri dari tiga huruf, walaupun ada yang terdiri dari empat huruf dan lima huruf. Akar kata paling sedikit terdiri dari tiga huruf maka selebihnya dianggap huruf tambahan (ziyadah). Huruf-huruf yang biasanya menjadi imbuhan adalah

س ,ا ,ق ,ي ,ف ,ك ,م ,ت ,ؿ ,أ

.48 Dari akar/asal kata nantinnya akan menghasilkan beberapa pola atau bentuk kata, atau yang disebut juga dengan pola (wazn).

Pola (wazn) adalah bentuk kata yang mengalamai perkembangan sehingga dari satu asal kata akan menghasilkan kata yang berbeda-beda dengan makna yang tentunya berberbeda-beda pula dan inilah yang diistilahkan dalam bahasa Arab dengan tashri:f (derivasi), yaitu adanya proses pembentukan kata baru.49

Para ahli tata bahasa Arab memakai wazn (pola), yang terdiri atas

ف

untuk W1 (konsonan wazn pertama),

ع

untuk W2 (konsonan wazn

kedua) dan

ؿ

untuk W3 (konsonan wazn ketiga). Fa, Ain, Lam

47

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 61.

48

Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 33.

49


(45)

tersebut dijasikan sebagai pengganti posisi atau wakil yang dapat ditukar dengan tiap konsonan.50

4. Kata Baku

Kata baku adalah kata-kata yang menjadi acuan dalam pemakaian bahasa karena kata baku tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku, pedoman ejaan yang ditetapkan, serta memiliki karakteristik cendekia, kemantapan dinamis, dan seragam.51 Kata baku akan menghasilkan bahasa baku bagi penuturnya. Kata dalam bahasa Indonesia ada juga yang merupakan kata serapan dari bahasa asing dan termasuk kata baku. Namun, penulisan dalam kata serapan tidak jarang ditemukan kata tersebut tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan sehingga kata tersebut dikatakan tidak baku.

Usaha membakukan aspek bahasa Indonesia telah banyak dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Namun, sampai saat ini baru dapat dibakukan masalah ejaan.52 Oleh karena itu, untuk mengetahui kata baku dalam bahasa Indonesia dalam pemakaian tata tulis berbahasa Indonesia seharusnya mengikuti kaidah ejaan yang berlaku.

Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hija’ menjadi eja yang

mendapat akhiran –an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyyah. Mengeja adalah membaca huruf demi huruf. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan. Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan

50

Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 44.

51

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 129.

52


(46)

adalah lambang dari bunyi bahasa.53 Misalnya fonem /a/ dilambangkan dengan huruf a, jeda dilambangkan dengan koma (,), kesenyapan dilambangkan dengan titik(.), dan sebagainya.

Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Menurut Mustakim, secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf yang sudah disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa termasuk pemisahan dan penggabungan yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.54

Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa (fonem) dengan lambang atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat dengan alat pengukur bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambang yang diperlukan cukup banyak dan ejaan fonemis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang diperlukan tidak banyak. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda.55

Hal-hal yang meliputi pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, di antaranya:

53

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan bahasa indonesia (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2007), h. 17.

54

Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia Tanggapan Penutur dan Pembacanya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 141.

55


(47)

1. Pemakaian Huruf b. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.56

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

A a a J j je S s es

B b Be K k ka T t te

C c ce L l el U u u

D d de M m em V v fe

E e e N n en W w we

F f ef O o o X x eks

G g ge P p pe Y y ye

H h ha Q q ki Z z zet

I i i R r er

Abjad Ẓ

يةَيًدىٍْىٍْا يفٍكيريٍْىا

ẓ yang digunakan dalam bahasa Arab terdiri dari 29 huruf yang berikut.57

56

M. Arifin Ciptadi, EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 1.

57


(48)

Nama Huruf

Transliterasi

Posisi Berdiri Sendiri

Nama Huruf

Transliterasi

Posisi Berdiri Sendiri

Alif ā

ا

ā‟

ط

Bā‟ b

ب

ā‟

ظ

Tā‟ t

ت

„Ayn „

ع

Thā‟ th

ث

Ghayn gh

غ

Jῑm j

ج

Fā‟ f

ف

ā‟

ح

Qāf q

ؽ

Khā‟ kh

خ

Kāf k

ك

Dāl d

د

Lām l

ؿ

Dhāl dh

ذ

Mῑm m

م

Rā‟ r

ر

Nūn n

ف

Zāy z

ز

Ha‟ h

ق

Sῑn s

س

Wāw w, ū

ك

Shῑn sh

ش

Yā‟ y, ῑ

ي

ād

ص


(49)

c. Huruf Vokal

Menurut Matthews, konsep vokal dulunya berasal dari Yunani dan Latin. Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian manapun.58 Untuk mendefinisikan bunyi diciptakanlah sebuah sistem tanda bantu baca. Jika dicantumkan maka teksnya disebut teks bervokalisasi ata ber-harakat.59 Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o dan u.60

Pada umumnya teks-teks Arab adalah teks gundul, Eckehard Schulz membagi tanda baca untuk vokal-vokal pendek dalam bahasa arab sebagai berikut:

5. Fathah (Fatḥa)

Jika ada baris pendek miring (

ىَ

) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “a” pendek:

ىب

ba,

ىف

fa,

ىك

wa. Fathah yang diikuti Alif= ā panjang:

اىم

. 6. Kasroh (Kasra)

Jika ada baris pendek miring (

ًَ

) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “i” pendek:

58

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik

Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 40-41.

59

Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4.

60

Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h.


(50)

ًب

bi,

ًؿ

li,

ًم

mi. Kasroh yang diikuti Yā’ = ῑ panjang:

ٍيًبىك

kabῑr.

7. Dlommah (Ḍamma)

Jika ada tanda dalam bentuk Wāw kecil (

يَ

) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “u” pendek:

فيديم

mudun,

ميك

kum,

ميه

hum. Dlommah yang diikuti Wāw = ū panjang:

فٍويػن

Nūn.

8. Sukun ẒSukūnẓ

Jika ada bulatan kecil (

ٍَ

) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut vokal tidak dilafalkan.

ىتٍىَ

tahta,

ينٍىح

nahnu,

ٍنًم

min. 9. Syaddah (Shadda)

Jika ada Sῑn kecil (

ٌَ

) di atas konsonan, maka konsonan tersebut dilafalkan dua kali. Fathah dan Dlommah dicantumkan di atas Syaddah; Kasrah bisa dicantumkan di bawah syaddah atau di bawah konsonan tersebut: (

ٌَ

)

هكاَبيش

Shubbāk,

همدىقىػت

taqaddum,

همًٌلىعيم

mu‟allim. 10. Maddah (Madda)

Jika ada tanda kecil (

~

) di atas Alif

(

آ

)

, maka “a” tersebut dilafalkan panjang.

ىفآا

al-āna,

يفآٍريقٍلا

al-qur‟ān.61

d. Huruf Konsonan

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara.62

61

Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4.

62

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik


(51)

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Dalam bahasa Arab bunyi-bunyi dibedakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulsi.63

1. Pita Suara dibedakan adanya bunyi bersuara (voiced sound atau majhu:r) dan tidak bersuara (voiceless sound atau mahmu:s). Menurut Bisry, bunyi takbersuara terdiri dari 13 bunyi, yaitu:

,ح ,خ ,ؽ ,ك ,ص ,ش ,س ,ط ,ت ,ث ,ف

ھ

ء ,

begitupun dalam bunyi bersuara, menurut Bisry ada 15 bunyi, yaitu:

,ظ ,ي ,ج ,ر ,ز ,ؿ ,ف ,ض ,د ,م ,ب ,ك

غ ,ع ,ذ

2. Tempat Artikulasi

Menurut Bisry, tempat artikulasi bunyi bahasa dalam bahasa terbagi menjadi 9, yaitu:

a. Bilabial (al-Ashwât al-Syafawiyah):

ب ,م ,ك

(p, b, m, w). b. Labiodental (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Syafawiyyah):

ف

(f)

c. Interdental (al-Ashwât bain al-Asnân):

ظ ,ذ ,ث

(ts, dz, z) d. Laminoalveolar (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Litsawiyyah)

:

ف ,ؿ ,ض ,د ,ط ,ت

(t, t, d, d, s, n, l)

e. Apicoalveolar (al-Ashwât al-Litsawiyyah):

ص ,ز ,س ,ر

(r, s, z, s)

63

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik


(52)

f. Palatal (al-Ashwât al-Hanaqiyyah):

ي ,ج ,ش

(sy, j, y) g. Velar (al-Ashwât al-Qashbah):

غ ,ك ,خ

(kh, gh, k) h. Uvular (al-Ashwât al-Lahawiyyah):

ؽ

(q)

i. Glottal (al-Ashwât al-Hanjariyyah):

ع ,ح ,ء

(h). 3. Cara Artikulasi

Berdasarkan penelitian Bisyr, cara artikulasi bahasa Arab terdapat beberapa macam bunyi, yaitu:

a. Stop (al-Waqafât; Hambat):

ع ,ك ,ؽ ,ض ,د ,ط ,ت ,ب

(p, b, t, d, k, g)

b. Nasal (al-Ashwât al-Anfiyyah; Sengauan):

م ,ف

(m, n) c. Frikatif (al-Ashwât al-ihtikâkiyyah; Geseran):

,ز ,ذ ,ف

,ح ,ك ,غ ,ص ,ش ,س

ھ

ع ,

(s, sy, gh, k, s, x, h)

d. Affrikat (al-Ashwât al-Murakkabah; Paduan):

ج

(c, j) e. Trill (al-Ashwât al-Tikrâriyyah; Getaran):

ر

(r) f. Lateral (al-Ashwât al-Jânibiyyah; Sampingan):

ؿ

(l) g. Semiwofel ( Anshâf al-Haraka:t; Hampiran):

ي ,ك

(w, y) e. Huruf Diftong

Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya.64 Diftong merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata.65 Dalam bahasa Indonesia, diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh: pandai, saudara, amboi. Dalam bahasa Arab, diftong dilambangkan dengan Fathah yang diikuti

ك

64

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 52.

65


(53)

dan Sukun (

ٍَ

) menandakan diftong au dan Fathah yang diikuti

ي

dan Sukun (

ٍَ

)menandakan diftong ai.

f. Gabungan huruf konsonan g. Pemenggalan kata

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 3. Penulisan Kata

4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca

B. Kamus

1. Definisi Kamus

Kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis. Harimurti Kridalaksana mendefinisikan kamus sebagai berikut: buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata keterangan mengenai berbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa.66

Kata kamus dalam bahasa Arab disebut dengan istilah Al-Mu‟jam atau Al-Qamus. Pengertian kamus menurut Ahmad Abdul Ghafur Atthar adalah :

ًك ىت

هبا

ىي

يض

م

ىأ

ىػبك

ىر

ىع ىد

ود

ًم

ٍن

يم ٍف ى

ر ىد

ًتا

للا

ىغ ًة

ىم ٍق ي

ر ٍك ىن

نة ًب

ىش ٍر

ًح

ىه

ىك ا

ىػت ٍف

ًس

ًٍي

ىم ىع

ًنا ٍػي

ىه ا

ىع ىل

ىأ ى

ٍف

ىت يك

ٍو ىف

ٍلا

ىم ىو

دا

يم ىر

َػت ىب نة

ىػت ٍر

ًت ٍي نب

ىخ ا

صا

ًإ ,ا

َم

ىع ا

ىل

يح ى

ير ٍك

ًف

ًٍلا

ىج

ًءا

ىأ

ًك

ٍلا ىم

ٍو يض

ٍو ًع

. 66


(54)

Kamus adalah sebuah buku yang membuat sejumlah besar kosakata bahasa yang disertai penjelasannya dan interpretsi atau penafsiran makna dari kosakata tersebut yang semua isinya di susun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan huruf hijaiyah (lafal) atau tema (makna).

Sedangkan pengertian kamus menurut C.L. Barnhart adalah :

ًك ىت

هبا

ٍىي ىت

ًو

ىع ي

ىل

ىك ى

ًل ىم

وتا

يم ٍن

ىػت ىق

وةا

يػت ,

ىر َت

يب

ىع

ىدا نة

ىػت ٍر

ًت ٍي نب

ًه ا

ىج

ًئا ي

ىم ,ا

ىع

ىش ٍر

وح

ًل ىم

ىع ًنا

ٍػي ىه

ىك ا

ىم ٍع يل

ٍو ىم

وتا

يأ

ٍخ ىر

ىذ ل

ًتا

ىع

ىل

ىق وة

ىًب

ىس ,ا

ىو هءا

يأ

ٍع ًط

ىي

ٍت

ًت ٍل

ىك

شلا

ير ٍك

يح

ىك ٍلا

ىم ٍع

يل ٍو ىم

يتا

ًب

للا

ىغ ًة

ىذ

ىًتا

ىأ ا

ٍم ًب

يل ىغ

وة

يأ ٍخ

ىرل

.

Kamus adalah sebuah buku yang memuat kosakata pilihan yang umumnya disusun berdasarkan urutan alfabet dengan disertai penjelasan maknanya dan dilengkapi informasi lain yang berhubungan dengan kosakata, baik penjelasan tersebut menggunakan bahasa yang sama dengan kosakata yang ada maupun dengan bahasa yang lain.67

2. Fungsi Kamus

Kamus sebagai hasil akhir yang menghimpun semua kosakata yang ada dalam suatu bahasa. Kamus berfungsi menampung konsep-konsep budaya dari masyarakat atau bangsa penutur bahasa tersebut. selain berfungsi sebagai wadah penghimpun konsep-konsep budaya kamus juga memiliki fungsi-fungsi praktis, yaitu: (1) Mengetahui makna kata, (2)

67

Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 131-132.


(55)

Lafal kata, (3) Ejaan kata, (4) Penyukuan Kata, (5) Kebakuan Kata, dan (6) Informasi lain.68

Dilihat dari aspek fungsional kamus sebagai buku yang bertujuan menjelaskan makna kosakata, tugas sebuah kamus Arab harus mencakup beberapa hal: (1) Menjelaskan Makna Kata, (2) Menjelaskan Artikulasi Bahasa, (3) Menjelaskan huruf Hijaiyah, (4) Mencari Akar Kata, (5) Memberi Informasi Morfologis dan Sintaksis, (6) Memberi Informasi Penggunaan Kata, dan (7) Memberi informasi lainnya.69

3. Macam-macam Kamus

Kamus-kamus bahasa Arab yang beredar, sangat beragam tergantung penyusunan kamus dan perwajahannya yang direlevansikan dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Dr. Imel Ya‟qub, macam-macam kamus dibedakan menjadi 8

macam, yaitu: (1) Kamus Bahasa (Lughawi), (2) Kamus Terjemah , (3)

Kamus Tematik ẒMaudhu‟iẓ, (4) Kamus Derivatif (Isytiqaqi), (5) Kamus

Evolutif (Tathawwuri), (6) Kamus Spesialis (Takhashshushi), (7) Kamus

Informatif ẒDairah, Ma‟lamahẓ dan (8) Kamus Visual.70

68

Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , h. 185.

69

Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 144-152.

70


(56)

Selain macam-macam kamus yang disebutkan diatas, Dr. Taufiqurrahman menambahkan model kamus lainnya, yaitu: (1) Kamus

Buku ẒMu‟jam Al-Kitab), (2) Kamus Digital dan (3) Kamus On-Line.71

4. Jenis Kamus

4.1.Berdasarkan Bahasa Sasaran

Jenis kamus dilihat dari penggunaan bahasa, dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Kamus Ekabahasa (Uhadiyatul-Lughah)

Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata yang dijelaskan dan penjelasan maknanya terdiri dari bahasa yang sama.

b. Kamus Dwibahasa (Tsunaiyatul-Lughah)

Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan dari sebuah bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Disebut juga, kamus terjemah.

c. Kamus Multi Bahasa (Mutaaddidatul-Lughah)

Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.72

71

Ibid., h. 164-167.

72

Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , h. 172-173.


(57)

4.2.Berdasarkan Ukuran

Yang dimaksud dengan ukuran di sini adalah tebal-tipisnya sebuah kamus. Tebal-tipisnya tentu berkaitan dengan banyaknya lema yang disajikan dan informasi yang diberikan. Menurut Bo Sevensen, sebuah kamus dilihat dari sisi bentuk atau ukurannya, dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Kamus saku (Mu’jam Al-Jaib)

Kamus yang memuat kosakata antara 5.000 hingga 15.000 kata. Umumnya kamus saku didesain dengan bentuk mungil dan disesuaikan dengan ukuran saku.

2. Kamus Ringkas (Mu’jam Al-Wajiz)

Kamus yang mengandung kata-kata kurang lebih 30.000 kata.

3. Kamus Sedang (Mu’jam Al-Wasith)

Kamus yang memuat kata antara 35.000 hingga 60.000 kata.

4. Kamus Besar (Mu’jam Al-Kabir)

Kamus yang mengandung kata lebih dari 60.000 kata.73

1.3.Berdasarkan Isi

Berdasarkan isinya dapat dibedakan adanya kamus umum dan kamus khusus. Kamus-kamus yang berdasarkan isi diantaranya sebagai

73

Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 173-174.


(58)

berikut: (1) Kamus Lafal, (2) Kamus Ejaan, (3) Kamus Sinonim, (4) Kamus Antonim, (5) Kamus Homonim, (6) Kamus Ungkapan/Idiom, (7) Kamus Singkatan/Akronim, (8) Kamus Etimologi, dan (9) Kamus Istilah.74

5. Kriteria Kamus

Tidak ada kamus yang lengkap, yang memuat seluruh arti kata yang ada di masyarakat. Tetapi yang ada ialah kamus yang baik, yaitu kamus yang memenuhi karakteristik kamus. Menurut Syihabuddin, paling tidak ada empat syarat yang harus dipenuhi sebuah kamus agar menjadi kamus ideal, kamus yang baik dan memenuhi kriteria sempurna. Keempat kriteria tersebut adalah:

1. Kelengkapan

Beberapa kriteria kelengkapan kamus yang ideal, yaitu: (a) terdapat simbol sederhana yang menerangkan cara pelafalan kata yang dijadikan lema atau entri, (b) penyajian kata yang paling dasar kemudian diikuti dengan kata bentukan lainnya mulai dari afiksasi yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, (c) pemakaian definisi yang baik dan mudah, (d) penyajian ungkapan dan istilah yang frekuensi pemakaiannya sangat tinggi, (e) penyajian informasi kebudayaan dan peradaban, dan (f) penyajian kata pengantar berkenaan dengan khalayak sasaran kamus, cara pemakaian kamus, kaidah-kaidah bahasa yang paling pokok.

74

Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , h. 202-205.


(59)

2. Keringkasan

Mata manusia mampu menangkap sejumlah besar informasi sehingga kadang-kadang otak tidak mampu merspon dan menganalisis seluruhnya. Karena itu kamus yang baik ialah yang memfokuskan pembahasan dan uraianya kepada hal-hal yang substansial.

3. Kecermatan

Kecermatan berkaitan erat dengan masalah objektifitas uraian di dalam kamus. Untuk meraih objektifitas, biasanya kamus yang baik dilengkapi dengan foto, gambar, ilustrasi dan contoh.

4. Kemudahan Penjelasan

Kamus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang berkaitan erat dengan topik yang disajikan sebagai lema. Di samping itu, informasi hendaknya disuguhkan secara sederhana sehingga pembaca dapat menangkap makna dengan mudah.75

6. Klasifikasi Kamus Bahasa Arab

Kamus di dunia Arab mengalami perkembangan yang relatif pesat. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya kamus yang sudah diproduksi, mulai dari periode al-Khalil hingga dewasa ini. Emil Badi‟ Ya‟qub mengklasifikasikan kamus yang ada menjadi delapan macam, yaitu sebagai berikut:

75

Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 36-37.


(60)

1. Al-Ma’ajim al-Lughawiyyah (Kamus Kebahasaan/linguistik), memuat dan menjelaskan arti kosakata berikut derivasinya dengan satu bahasa.

2. Ma’ajim al-Tarjamah (kamus terjemah) atau Ma‟ajim

al-Mujdawijah (Kamus Kedwibahasaan), memuat dan menjelaskan arti kosakata dalam suatu bahasa dengan bahasa lain.

3. Al-Ma’ajim al-Mawdhu’iyyah (Kamus Tematik), memuat mufradat berikut artinya yang disusun berdasarkan tema atau topik tertentu, seperti manusia, hewan, burung, bangsa, dan sebagainya.

4. Al-Ma’ajim al-Isytiqaqiyah (Kamus Derivatif), yaitu kamus yang memberikan penjelasan akar kata berikut derivasinya.

5. Al-Ma’ajim al-Tathawwuriyah (Kamus Perkembangan Kosakata), yaitu kamus yang memuat tingkatan tertentu suatu bahasa dalam kerangka kelompok kata tertentu dan dengan urutan tertentu pula. 6. Ma’ajim al-Takhashshush (Kamus Spesialisasi).

7. Dawa’ir al-Ma’arifẒEnsiklopediẓ. “Kamus Besar” atau ensiklopedi

jenis ini lebih cenderung memuat definisi, pengetahuan dan penjelasan yang lebih luas mengenai istilah, nama, tempat, dsb. 8. Al-Ma’ajim al-Mushawwarah (Kamus Bergambar).76

76

Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 278-279.


(1)

79 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap tingkat kata baku dalam kamus at-Taufiq, peneliti menemukan bentuk kata yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku di Indonesia yaitu yang sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Banyak bentuk penulisan kata dalam kamus at-taufiq terpengaruh dalam bahasa lisan, karena saat peneliti melakukan penelitian banyak ditemukan bentuk kata yang tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Bentuk kata setiap bahasa mempengaruhi kebakuan suatu bahasa. Kata baku sebagai sebuah dasar/acuan sebagai pembentukan bahasa yang dipakai oleh penuturnya. Pembentukan kata tidak hanya dari kata yang sudah ada, melainkan kata baku juga dapat terjadi melalu pengaruh bahasa lain, yang disebut kata serapan. Dalam kamus at-taufiq ini, peneliti menemukan beberapa kata serapan, tetapi bentuk kata serapan tersebut tidak sesuai dengan penulisan kata dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan dan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI).

Penggunaan kata baku dalam kamus At-Taufiq masih sedikit dan kata tersebut masih terpengaruh dari bahasa lisan. Hanya sedikit pula kata terjemahan menggunakan kata sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan. Kata baku sangat penting dalam pencapaian bahasa yang baik dan benar. Dengan kata baku, bahasa yang disampaikan akan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam bahasa baik secara lisan maupun tulisan.


(2)

80 Tidak mudah bagi seorang penyusun kamus menyusun/mengelompokkan kata-kata dengan bentuk penulisan yang benar dari sekian banyak kata dalam kamus tersebut. Terkadang ada kata yang benar dalam bentuk penulisannya. Namun, ada juga yang salah dalam penulisannya, entah dalam hal huruf yang kurang, atau memang penyusun tidak melihat kembali tata bentuk suatu bahasa tersebut.

B. Rekomendasi

Peneliti menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka peneliti berharap penelitian tentang kata baku bahasa Arab dan bahasa Indonesia dalam kamus At-Taufiq bisa dilanjutkan kembali oleh peneliti berikutnya. Pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisis bentuk kata baku. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan analisis semantik leksikal. Oleh karena itu, Untuk melengkapi kekurangan dalam skripsi ini peneliti menyarankan kepada pembaca agar penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Al Farizi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika. 1998.

Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. 2010.

Chaer, Abdul. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta: 2006.

Ciptadi, M. Arifin. EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan. Bandung: Nusa Media. 2009.

Gani, Ramlan A. dan Z.A, Mahmudah Fitriyah. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.

Hakim, Taufiqul. Kamus At-taufiq (Arab-Jawa-Indonesia). Jepara: Darul Falah. 2004.

Hakim, Taufiqul. Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional (Profil Amtsilati & Darul Falah). Jepara: PP Darul Falah. 2004.

Hidayatullah, Moch. Syarif dan Abdullah. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern). Jakarta: UIN Sharif Hidayatullah Yakarta. 2010.


(4)

Huda, Nurul. Mudah belajar bahasa Arab. Jakarta: Amzah. 2012.

Ismail, Achmad Satori. Problematika Terjemah (Arab-Indonesia). Jakarta: Adabia Press. 2011.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2009.

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa. 2009.

Moeliono, Anton. M. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988.

Munawar, Akhmad. Belajar Cepat Tata Bahasa Arab. Yogyakarta: Nurma Media Idea. 2008.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif. 1984.

Nuha, Ulin. Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu. Yogyakarta: Diva Press. 2013.

Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama. 2007.

Rusdianto, Ustadz. Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat!. Yogyakarta: Diva Press. 2013.

Schulz, Eckehard. Bahasa Arab Baku dan Modern. Yogyakarta: LkiS. 2012. Sugono, Dendy. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia


(5)

Sudarsa, Caca. Materi bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Mutu Guru. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992.

Sugihastuti. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia tanggapan Penutur dan Pembacanya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung: Humaniora. 2005.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. 1992.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. 2009.

Taufiqurrochman. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: Uin-Malang Press. 2008.

Tim Penyusun Ejaan Yang Disempurnakan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Surabay: Media Press. 2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.


(6)

Widada, R.H dan Prayogi Icuk. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Yogyakarta: 2010.