ASET DAN LIABILITAS MONETER DALAM MATA UANG ASING YANG UTAMA

PT BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA Tbk DAN ENTITAS ANAKAND SUBSIDIARIES Lampiran 552 Schedule CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS 31 DECEMBER 2013 AND 2012 Figures in tables are expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated 26. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN lanjutan 26. FINANCIAL RISK MANAGEMENT continued i Risiko pasar lanjutan i Market risk continued Risiko nilai tukar mata uang asing lanjutan Foreign exchange risk continued Pada tanggal 31 Desember 2013, apabila nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing yang utama USD, EUR dan GBP menguatmelemah sebesar 10 dengan asumsi variabel lainnya tidak mengalami perubahan, maka rugi setelah pajak tahun berjalan dan ekuitas Grup akan turunnaik sebesar Rp 19,4 miliar 31 Desember 2012: Rp 15,5 miliar. Hal ini terutama diakibatkan keuntungan kerugian penjabaran nilai tukar mata uang asing atas liabilitas moneter bersih Grup seperti diungkapkan di Catatan 24. As at 31 December 2013, if the Rupiah had strengthenedweakened by 10 against main foreign currencies USD, EUR and GBP with all other variables held constant, the post-tax loss for the year and equity of the Group would decreaseincrease by Rp 19.4 billion as at 31 December 2012: Rp 15.5 billion, arising mainly from foreign exchange gainslosses on net monetary liabilities as disclosed in Note 24. ii Risiko tingkat bunga ii Interest rate risk Risiko tingkat bunga Grup timbul dari pinjaman jangka panjang. Pinjaman yang diterbitkan dengan tingkat bunga mengambang mengekspos Grup terhadap risiko suku bunga arus kas. Pinjaman yang diterbitkan dengan tingkat suku bunga tetap mengekspos Grup terhadap risiko nilai wajar suku bunga. The Group’s interest rate risk arises from long term borrowings. Borrowings issued at floating rates expose the Group to cash flow interest rate risk. Borrowings issued at fixed rates expose the Group to fair value interest risk. Pada tanggal 31 December 2013, apabila tingkat suku pinjaman dengan tingkat suku bunga mengambang lebih tinggi atau lebih rendah 100 basis poin dengan asumsi variabel lainnya tidak mengalami perubahan, maka rugi setelah pajak Grup untuk tahun berjalan akan turunnaik sebesar Rp 1 miliar. Tidak ada pinjaman dengan tingkat suku mengambang pada tanggal 31 Desember 2012. As at 31 December 2013, if interest rates on floating interest rate borrowings had been 100 basis points higherlower with all other variables held constant, the Group’s losses after tax for the year would have increaseddecreased by Rp 1 billion. There was no borrowing with floating interest rate as at 31 December 2012. iii Risiko kredit iii Credit risk Grup tidak memiliki konsentrasi risiko kredit yang signifikan. Grup memiliki prosedur yang memadai untuk memonitor limit kredit pelanggan dan umur piutang, serta memastikan penjualan dilakukan kepada pelanggan dengan riwayat kredit yang baik. The Group has no significant concentration of credit risk. The Group has sufficient procedures to monitor customers’ credit limits and aging of receivables, and ensure that sales are made to customers with a good credit history. Untuk kas di bank, Grup memiliki kebijakan untuk meminimalisasi risiko kredit dengan menyimpan kas pada bank-bank dengan reputasi dan kualitas yang baik. For cash in banks, the Group has policy to minimise credit risk by placing its cash at reputable and qualified banks.