Upaya Penanggulangan Peredaran Narkotika

berupa kerjasama antar negara, kawasan regional ASEAN maupun Internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB melalui wadah Interpol. Kerjasama tersebut dapat berupa bantuan dalam penyidikan tindak pidana narkotika maupun kerjasama pendidikan melalui Jakarta Center for Law Enforcemet Coorperation JCLEC dan United Nation on Drug and Crime UNODC. Tentu saja kerjasama POLRI ini perlu didukung dan ditindak lanjuti oleh pemerintah negara dengan melakukan kerjasama antara pemerintah dalam bentuk kerjasama atau perjanjian ekstradisi dan perjanjian bantuan hukum timbal-balik dalam masalah pidana.

B. Upaya Penanggulangan Peredaran Narkotika

Di Indonesia sendiri upaya penanggulangan sudah ditempuh oleh pemerintah Indonesia dalam memberantas tindak pidana narkotika dan obat-obat terlarang mulai dari membentuk Badan Koordinasi Pelaksana Bakorlak Inpres Nomor 6 Tahun 1971 yaitu Badan Nasional yang khusus menangani masalah penyalahgunaan zat dan obat terlarang, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, lalu dikeluarkan lagi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika untuk melengkapi Undang-Undang sebelumnya. Dan terakhir Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dikeluarkan karena Undang-Undang sebelumnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana narkotika. Masyarakat Internasional sejak dulu juga sepakat bahwa peredaran gelap narkotika yang telah meresahkan umat manusia harus diberantas bersama-sama. Sehingga untuk menanggulangi perkembangan peredaran gelap narkotika ini diikuti pula dengan langkah-langkah penanggulangan dari negara-negara yaitu berbagai Konvensi Internasional tentang narkotika, seperti Convention The Hague 1912, Convention on Psychotropic Subtances 1971 atau Konvensi Psikotropika 1971 sampai dengan konvensi mengenai pemberantasan tindak pidana narkotika transnasional, United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988, atau dikenal dengan Konvensi Wina 1988. Pada saat sekarang ini Kepala Badan-Badan Penegak Hukum Anti Narkoba se- Asia dan Pasifik Heads of National Drugs Law Enforcement Agencies Asia And The PasifcHONLAP yang dibentuk dengan tujuan memajukan kerjasama penegakan hukum dalam mencegah dan memberantas perdagangan gelap narkoba di kawasan Asia dan Pasifik. Jurnal Badan Narkotika Nasional, 2009 :19 HONLAP berhasil merumuskan sejumlah kesimpulan dan rekomendasi antara lain: pentingnya peningkatan kerjasama antar negara di kawasan Asia Pasifik serta penyelarasan standar operasional prosedur yang terkait dengan pemberantasan peredaran narkotika yang melintasi batas negara. Selain itu, juga disepakati sejumlah kesepakatan dan rekomendasi strategis terkait dengan kerjasama penanggulangan tindak pidana kejahatan perdagangan narkotika di kawasan Asia Pasifik. Jurnal Badan Narkotika Nasional, 2009 : 20 Rekomendasi lainnya adalah peningkatan pertukaran informasi antarnegara dan perhatian khusus terhadap sindikat pengedar narkotika yang berasal dari kawasan Afrika Barat yang beroperasi melalui lintas batas negara sehingga penanganannya diperlukan kerjasama dengan pertukaran data dan komunikasi yang intensif antar aparat penegak hukum anti narkotika di kawasan Asia Pasifik. Terkait upaya untuk meningkatkan kerjasama dalam penanggulangan produksi gelap ATS Amphetamine Type Stimulants, negara-negara peserta dari kawasan Asia Pasifik sepakat untuk memperketat upaya pengawasan prekursor bahan kimia berbahaya yang bisa dijadikan obat, mengantisipasi peningkatan penyitaan prekursor dan cara penanganannya serta meningkatkan program-program drug signature analysis dalam kerangka penegakan hukum. Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang sebagian besar wilayah merupakan perairan. Terdiri dari 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 diantaranya tidak berpenghuni, yang menyebar di sekitar khatulistiwa. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km 2 dan luas perairan laut mencapai 5,9 juta km 2 serta garis pantai mencapai 85 ribu kilometer. Jurnal Badan Narkotika Nasional, 2009 :11 Kondisi geografis yang begitu luas itu menyebabkan rawannya terjadi penyeludupan narkotika ke wilayah Indonesia. Guna mencegah masuknya narkotika illegal ke wilayah Indonesia melalui jalur perairan, Badan Narkotika Nasional BNN bersama TNI AL, POLRI, Perhubungan Laut, Badan Karantina dan Badan Pengawas Obat dan Makanan menggelar Latihan Operasi Maritim dalam upaya mencegah adanya penyeludupan narkotika. Latihan ini sering dilakukan di wilayah perairan Andaman, Selat Malaka, dan Laut Natuna. Ketiga wilayah perairan itu dipilih, mengingat jalur tersebut merupakan jalur potensial untuk terjadinya tindak pidana penyeludupan narkotika dan prekursor narkotika ke wilayah Indonesia. dan sebaiknya sudah seharusnya latihan gabungan ini dapat dilakukan pula di wilayah Indonesia lainnya. Jurnal Badan Narkotika Nasional, 2009 : 11 Upaya pemerintah dalam penanggulangan dan pemberantasan narkotika di Indonesia tidak berhenti di wilayah perairan saja, melainkan pemerintah juga melibatkan masyarakat dalam penanggulangan peredaran narkotika di wilayah Indonesia. Berdasarkan studi, Provinsi DKI Jakarta, menduduki peringkat pertama, daerah yang memiliki kasus peredaran narkotika terbanyak di seluruh wilayah di Indonesia. Peran masyarakat sebagai subyek pencegahan dalam komunitas sangat penting karena diharapkan masyarakat mampu mengidentifikasi, mencegah, memberantas dan melakukan penjangkauan dalam rangka terapi dan rehabilitasi. Kampanye anti narkoba dinilai sebagai salah satu langkah tepat untuk mengurangi ruang gerak peredaran narkotika. Kondisi saat ini dimana peredaran narkotika sudah begitu memprihatinkan, barang haram itu sudah masuk ke segala lini. Bahkan di kampung yang padat penduduknya sekalipun, ditemukan tempat pembuatan narkotika. Maka, setiap kampanye dapat diharapkan akan menstimulasi masyarakat menjadi pelaku pencegahan penyebarluasan dan penyalahgunaan narkotika. Pemerintah sendiri sudah memiliki strategi terbaru untuk pencegahan atau penanggulangan peredaran narkotika di Indonesia yaitu: 1. Strategi di Bidang Pencegahan a. Upaya menjadikan siswapelajar pendidikan menengah dan mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. b. Upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 2. Strategi di Bidang Pemberdayaan Masyarakat a. Upaya menciptakan lingkungan pendidikan menengah dan kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi, dan heroin. b. Upaya menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika terutama ganja, shabu, ekstasi, dan heroin. c. Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah yang secara sosiologis dan ekonomis melakukan penanaman ganja. d. Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat terhadap masyarakat yang belum terkena narkotika, penyalahgunaan narkotika, dan pelaku peredaran gelap narkotika. 3. Strategi di Bidang Rehabilitasi a. Upaya mengintensifkan pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika. b. Upaya memberikan pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial kepada penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba. c. Upaya pembangunan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial secara prioritas berdasarkan kerawanan daerah penyalahgunaan narkoba. d. Upaya pembinaan lanjut kepada mantan penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba untuk mencegah terjadinya kekambuhan kembali repalse. 4. Strategi di Bidang Pemberantasan a. Upaya pengawasan yang ketat terhadap impor, produksi, distribusi, penggunaan end user, ekspor, dan re-ekspor bahan kimia prekusor, dan penegakan hukum terhadap jaringan tersangka yang melakukan penyimpangan. b. Upaya pengungkapan pabrik gelap narkoba danatau laboratorium rumahan dan jaringan sindikat yang terlibat. c. Upaya pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika baik dalam maupun luar negeri secara sinergi. d. Upaya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan jaringan sindikat narkoba baik dalam maupun luar negeri secara sinergi. e. Upaya penindakan yang tegas dan keras terhadap aparat penegak hukum dan aparat pemerintah lainnya yang terlibat jaringan sindikat narkoba. f. Upaya peningkatan kerjasama antar aparat penegak hukum untuk menghindar kesenjangan di lapangan. g. Upaya peningkatan kerjasama dengan aparat penegak hukum tingkat internasioanal guna pengungkapan jaringan sindikat luar negeri. Kebijakan dan Strategi Nasional Di bidang P4GN, 2011 :39

C. Pengertian Narkotika