pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalu
i ”mengalami” bukan ”menghafal” Anisah. 2009:1
Kelemahan Pembelajaran CTL adalah guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa
agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide –ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi –strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula
Anisah. 2009:1
Cara mengatasi Kelemahan pembelajaran CTL guru dalam merencanakan program pembelajaran harus matang dengan memperhatikan kemampuan berfikir siswa
secara individu, kemudian bagi siswa yang resisten terhadap miskonsepsi setelah dilakukan pembelajaran perlu diberikan tugas-tugas serta melakukan tutor sebaya.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual menurut Depdiknas dalam Trianto 2008:25-26 secara garis besar sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bbnarunya Konstruktivisme.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik inkuiri.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bartanya bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar Belajar Kelompok.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran modelling.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan Refleksi.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Authentic
Assessmen.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tesebut
merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukan itu maka
hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran Arikunto. 2009: 55
Hipotesis tindakan dari penelitian i ni adalah “ Jika pembelajaran kontekstual
diterapkan, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas IV SDN 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran
20132014 ”.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah. 2009. Kelebihan Pembelajaran CTL. http:www.sekolahdasar.net201205 kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html diakses 05-05-2014
Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. BSNP. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta. Djamarah, S.B. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
D. Priyatno. 2008. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Mediakom.
Yogyakarta Fajar, A. 2009. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. PT. Remaja Rosdakarya Bandung
Gie.1985 dalam Wawan, Junaedi. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Siswa. Http wawan-junaidi-blogspot.com201007aktivitas-belajar-siswa. Html
diakses 05-05-2014 Hamalik, O. 2002. Pisikologi Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru.Algesindo
Johnson, E.B. 2002. Contextual teaching and learning. California: Corwin Press Inc. Nurgiantoro dan Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: FPBS IKIP. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching and LearningCTL.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Diskdasmen. Purwanto.2009. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Sardiman, AM. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta Sugiarti, T. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disampaikan pada Pelatihan
Peningkatan Kualifikasi Guru S1 PGSD. Universitas Jember Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode,Teknik, Taktik, dan
Metode Pembelajaran. http:akhmadsudrajat.wordpress.com 20080912pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran
diakses 05-05-2014
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gresindo.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Tanjung Kemala Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus sebanyak 30 orang, yang terdiri dari
15 laki-laki dan 15 perempuan
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SDN 1 Tanjung Kemala Kelas IV tahun pelajaran 20132014
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Maret sampai dengan Mei 2014 tahun pelajaran 20132014.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas PTK. Menurut Muklis 2000:3 Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari