BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah sebuah fenomena ketika informasi dapat diperoleh dengan mudah melalui media massa: radio, televisi, surat kabar, internet. Akbar S. Ahmed
dan Hastings Donnan mendefinisikan globalisasi sebagai, “perkembangan- perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi
yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi hal-hal yang bisa dijangkau dengan mudah.”
1
Persoalannya, globalisasi di dunia saat ini dikendalikan oleh ‘tangan-tangan’ Barat yang menguasai media komunikassi. Logikanya sederhana: mereka yang
mempunyai media, mereka pula yang menentukan isi media. Para akademisi yang humanistis boleh mengatakan bahwa masyarakatlah yang memilih apakah
menerima informasi itu atau tidak, tapi jika informasi itu dilakukan secara bombardir
, berulang-ulang, oleh tokoh yang mempunyai otoritas, oleh kemasan yang menarik, dan—parahnya—dikonsumsi oleh masyarakat awam, tidak
mustahil pada kenyataanya, asumsi “pilihan bebas” berganti menjadi “khalayak yang termanipulasi”.
Nilai-nilai yang dibawa oleh ‘tangan-tangan’ Barat itu sarat dengan kepentingan Barat. Film Perang Vietnam dikemas sedemikian rupa sehingga
menempatkan Amerika sebagai lakon dalam aktor “Rambo”; “Saddam Husein
1
A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004
juga ditempatkan dalam posisi teroris”—seperti halnya banyak orang-orang berhidung mancung keturunan Arab lainnya yang diberi-peran teroris. Padahal
semua orang mengetahui dengan jelas, siapa yang teroris dan siapa yang membuat film.
2
Parahnya, segenap film, berita, dan informasi yang dibawa Barat melalui media komunikasi Massa yang mereka kuasai semuanya berbunyi sama,
semuanya homogen—dengan segenap pernak-pernik budaya Barat yang bertentangan dengan budaya lokal di segenap penjuru dunia. Dan, inilah yang juga
masuk ke media Indonesia. Inilah yang menyuntikkan nilai-nilai baru ke tengah masyarakat Indonesia, semacam westernisasi.
Ini bukan hanya fenomena di Indonesia, ini merupakan fenomena global. Karena itu kecemasan semacam ini bukan hanya dirasakan orang Indonesia, tetapi
juga orang Jepang, Cina, Thailand, Turki, Irak, dan lain sebagainya. Mereka merasa terancam dengan nilai-nilai yang sarat kepentingan itu, karena itu mereka
melakukan apa yang disebut Naisbitt dan Aburdene sebagai Nasionalisme Kultural.
3
Mereka lakukan penonjolan identitas lokal mereka, mereka hidupkan kembali bahasa tanah air mereka agar tidak tergantikan dengan bahasa Inggris
yang sudah mengglobal, mereka hidupkan kembali nilai agama mereka yang sudah ditelanjangi dengan agama universal. Walhasil, banyak agama—dalam
berbagai bentuknya—bangkit pada milenium ini seiring dengan berkembangnya media massa.
Hal semacam ini cukup memprihatinkan, mengingat di Era globalisasi seperti sekarang, informasi apapun bisa diperoleh dengan mudah. Siapapun bisa
2
Jalaluddin Rakhmat, Reformasi Sufistik Bandung: Pustaka Hidayah, 1998
3
John Naisbitt dan Patricia Aburdene, Megatrends 2000 Jakarta: Binarupa Aksara, 1990 h. 133
memperoleh informasi apapun. Hal itu terjadi karena pengaruh perkembangan teknologi yang kian hari kian pesat, terutama internet. Kejadian apapun bisa
dengan mudah diketahui, bahkan di belahan dunia lainpun bisa kita terima pada saat itu pula. Kemajuan teknologi komunikasi memberikan dampak bagi para
penggunanya terlepas positif maupun negatifnya. Pada saat masyarakat mendapatkan keluasan untuk memperoleh dan
menyerap informasi, berbagai media masa, baik cetak maupun elektronik, juga terus berusaha menata diri untuk memberikan dan mampu memenuhi harapan
masyarakat. Perkembangan-perkembangan dan inovasi baru terus diupayakan, baik dari segi isi pesan, teknologi, maupun teknik pengembangan.
Komunikasi dengan menggunakan media massa dewasa ini, menurut para ahli komunikasi, besar pengaruhnya dalam membentuk dan merubah masyarakat.
Sekalipun paradigma humanistis saat ini membantah efek langsung dari media massa, namun di sadari atau tidak—dalam observasi sehari-hari di sekitar
masyarakat, selalu saja ditemukan bocah kecil yang bernyanyi seperti Ariel Peterpan, ustad-ustad yang udeng-udengnya meniru Aa Gym, atau siswa-siswi
yang “mengatakan: ‘ya, iya, lah, masa ya iya, dong?” meniru para pelawak di televisi. Ditolak atau dicampakkan, efek media massa—dengan intensitas
apapun—selalu dijumpai. Kuatnya eksistensi sebuah media komunikasi di tengah-tengah masyarakat
yang berakibat informasi berubah menjadi kebutuhan dan komoditi dalam masyarakat, seperti yang di komentari Marwah Daud Ibarahim :
“Era sekarang dan masa depan sering disebut sebagai era informasi. Penyebabnya adalah bahwa sekarang ini informasi telah menjadi
“komuditi” terpenting. Jika dalam masyarakat agraris, tanah merupakan sumber kekuatan utama, maka dalam masyarakat pasca industri, informasi
yang memgang kendali keuasaaan. Siapa yang memiliki informasi dialah yang dianggap memgang komuniditi kehidupan.”
4
Agama merupakan pondasi setiap perbuatan manusia. Realitas di atas menunjukan bahwa betapa pentingnya agama sebagai sumber nilai yang berperan
untuk mengantar manusia menuju khaiyru Ummah. Nilai-nilai yang harus dipahamai secara sistematik dengan membangaun kesadaran untuk dapat
mengaplikasukan dengan amal soleh.
5
Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu adaptasi terhadap
kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar tidak monoton pada ceramah-ceramah di masjid, atau tabligh akbar di Istiqlal. Dakwah seharusnya dikemas dengan cara
yang menarik yang sesuai dengan minat masyarakat. Dan, di era globalisasi seperti sekarang, agaknya dakwah melalui media massa merupakan sebuah
alternatif yang cukup efektif. Dakwah dapat menggunakan media-media yang digunakan sebagai media
komunikasi modern, seperti surat kabar, radio, televisi, yang dikenal sebagai media massa. Menurut M. Bahri Ghozali , “Dakwah dengan mengunakan media
komunikasi lebih efektif dan efisien, atau dengan bahasa lain dakwah yang demikian merupakan dakwah komunikatif”
6
4
Marwah Daud Ibrahim, Dakwah Tahun 2000-an, Makalah Pengantar Pada Stadium General Fakultas dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1990, h 2
5
M.Bahri Gozali, Dakwah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h, 6
6
Thomas W.Arnold, The Preacing Of : Sejarah Dakwah , Jakarta : Wijaya, 1981,h.1
Dakwah melalui media komunikasi massa ini haruslah tetap berada dalam sistem komunikasi massa . Sehingga hasil dari tujuan dakwah akan dicapai tidak
keluar dari konteks agama . Menurut Rusjdi Hamkan Rafiq sistem komunikasi massa yaitu: “Menyabarkan menyampaikan informasi kepada pendengar,
pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT”.
7
Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa adalah dakwah melalui radio. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagi media yang bisa
distimuli begitu banyak suara yang berupaya memvisualisasikan suara penyiar dengan berbagai informasi faktual ke telinga pendengarnya.
8
Penggunaan radio sebagai media dakwah memiliki daya jangkau yang relatif luas, mengingat radio merupakan media elektronik yang bersifat auditif
sehingga dapat dinikmati di tengah kesibukan pendengarnya, sehingga mad`u dapat mendengar isi pesan dakwah seorang da`I tanpa perlu mengindari bertatap
muka dengan sang da`i. Seiring dengan perkembangan zaman, dakwah terus berkembang yang
diikuti dengan metode serta medianya. Perkembangan ini sudah menjadi keharusan agar dakwah dapat diterima oleh objek dakwah secara mudah. Tujuan
dakwah bukan hanya mempengaruhi informasi tentang Islam, melainkan juga untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain agar bersedia menerima masuk ke
dalam Islam . Dengan kata lain tujuan dakwah bukan hanya informasi tetapi juga persuasi. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan
memanfaatkan media elektronik seperti radio.
7
M.Bahri Ghazali,Dakwah Komunikatif:Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah Jakarta Pedoman Ilmu Jaya,1997 h. 6
8
Masduki,Jurnalis Radio Jogjakarta LKIS, 2001Cet ke-1 hal :9
Di Indonesia terdapat banyak pilihan media massa baik cetak maupun elektronik yang menginformasikan dan menayangkan kegiatan-kegiatan dakwah.
Baik melalui acara-acara ceramah agama, diskusi, tadarusan, dan sebagainya. Dengan radio, acara-acara keagamaan atau siraman rohani dapat dinikmati di
mana saja. Radio bisa dibawa ke mana-mana, sifatnya portable. Sebagai media massa elektronik, radio memiliki banyak kelebihan: ia
memiliki kesederhanaan bentuk probability dan kemampuan menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melaksanakan kegiatan-kegiatan lain sekalipun, atau
bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh penyiar atau
orator, pada saat itu juga diterima oleh khalayak, walaupun sasaran yang dituju sangat jauh.
9
Pesawat radio sering kita jumpai diputar semalam suntuk di warung kopi, pos-pos keamanan, mobil, bahkan, tak jarang, tukang becak sekalipun selalu
memutar radio sambil menunggu penumpang. Oleh sebab itu alangkah bermanfaatnya radio yang diputar selalu membawa pesan dakwah.
10
Ada satu hal yang penting diperhatikan yaitu bahwa di masa sekarang radio siaran masih menduduki posisi yang strategis karena kemampuannya
sebagai media massa. Posisi strategis itu di sebabkan oleh bebrapa faktor yaitu memiliki daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.
11
Kelebihan dakwah melalui radio terletak pada efektifitas dan efisiensi dakwah. Hal ini Nampak dari
adanya bentuk yang sederhana tanpa harus bertemu antara da`I dan mad`unya.
9
Onong Uchjana Efendy,Dinamika Komunikasi Bandung:Remaja rosda karya.2000 hal 108
10
M.Arifin”Dakwah Multi Media” hal 13
11
Onong Uchjana Efendy.radio siaran teori dan praktek Jakarta:Gema Insani Press 1996 h 22
Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa adalah dakwah melalui radio, seperti halnya yang dilakukan oleh radio ER DAMMAH
Radio Dakwah Al Ummah 107.7 FM. yang mengemas pesan-pesan Islam secara menarik dan memikat. Radio ini cukup signifikan dalam proses pengembangan
dakwah di Indonesia. Radio ini cukup signifikan dalam menanamkan benteng iman yang tebal dalam menghadapi informasi Barat yang memborbardir. Dan
sudah jelas, radio ini merupakan salah satu mata rantai dari arus besar yang disebut dengan globalisasi; berdirinya radio ini merupakan sebuah efek global
akibat homegenisasi. Selain itu, di mata masyarakat, radio semacam ini merupakan pencerahan di mana mereka dapat menemukan agama dengan cara
yang mudah dan bersahabat. Siraman keagamaan melalui radio tentunya mendapat perhatian dan
perhitungan oleh masyarakat. Oleh sebab itu maka kajian dan penelitian tentang
PENGEMBANGAN DAKWAH DI RADIO ER DAMMAH 107.7 FM Radio Dakwah Al Ummah tentunya memiliki nilai strategis, karena pesan dakwah
dikemas dengan sedemikian rupa dan dengan cara-cara yang sangat menarik.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah