Pengorganisasian dalam Program Antenatal Care

81 Menurut penelitian Saifuddin 2007, penyusunan identifikasi kegiatan program KIA memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak termasuk lintas program, karena permasalahan KIA sangat kompleks yang memerlukan intervensi dari berbagai program. Proses perencanaan dalam penyususnan kegiatan dibahas melalui lokakarya mini dan lokakarya bulanan atau pertemuan khusus perencanaan. Terkait dengan perencanaan anggaran, terdapat perbedaan informasi antara IU1 dengan IU2 dan IT1. IU1 menyebutkan bahwa Puskesmas tidak bisa merencanakan anggaran. Sedangkan IU2 dan IT1 menyebutkan bahwa ada perencanaan terkait dengan anggaran. IT1 menyebutkan bahwa anggaran diajukan setiap akhir tahun ke DKK bagian perencanaan. Menurut penelitian Saifuddin 2007, karena Dinas KabupatenKota mempunyai kewenangan yang sempit maka Puskesmas sebagai UPT Dinas KabupatenKota otomatis juga mempunyai kewenagan yang sempit dalam penyusunan perencanaan anggaran. Hasil ini sejalan dengan penelitian Triana et al bahwa pelaksanaan perencanaan program KIA dilakukan setahun sekali dan setiap bulan melalui lokakarya mini, bidan terlibat penuh sebagai pelaksana, pengawasan, pelacakan, dan tindak lanjut.

5.1.3. Pengorganisasian dalam Program Antenatal Care

Pengorganisasian adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain pengorganisasian adalah kegiatan mengatur personel atau staf yang ada 82 dalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai. Notoatmodjo,2009 Agar pelaksanaan program di dalam organisasi dapat terlaksana dengan baik, diperlukan adanya suatu proses pengaturan staf untuk penanggung jawab program dalam fungsi pengorganisasian. Pengorganisasian merupakan proses membagi pekerjaan yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian kerja di Tim KIA adalah menurut program bukan wilayah. Satu bidan bertanggunggung jawab terhadap 3 program. Untuk mencapai target yang diinginkan, dilakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektoral. Koordinasi dengan lintas program dilaksanakan melalui rapat-rapat dan pembagian staf saat kunjungan ke Posyandu. Sedangkan koordinasi lintas sektoral dilakukan dengan DKK Semarang, BPM, dan kader kesehatan untuk mencapai target cakupan K4. Koordinasi dengan lintas sektoral sangat diperlukan mengingat bahwa program antenatal care berhubungan langsung dengan masyarakat. Koordinasi dengan BPM dilaksanakan setiap pertemuan rutin yaitu setiap 1 bulan sekali di Puskesmas Purwoyoso. Sedangkan koordinasi dengan lintas sektoral lainnya dilaksanakan saat mini lokakarya yakni setiap 3 bulan sekali. Meskipun dalam setiap organisasi terdapat berbagai satuan kerja dengan tugas-tugas yang sifatnya khas, interaksi antara berbagai satuan kerja tersebut pasti dan memang harus terjadi. Interaksi timbul karena adanya saling 83 ketergantungan anatara satu satua kerja dengan satuan-satuan kerja yang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dalam pelayanan asuhan antenatal care dilakukan dengan pembentukan SDM tim pelaksana Asuhan Kehamilan dibentuk oleh Bidan Koordinator. Manajemen antenatal bertujuan untuk menentukan pelayanan yang efektif, mencegah kehamilan dengan penyulit, mendeteksi pertumbuhan janin dan kelainan-kelainan pada ibu hamil seperti hyertensi dan anemia, dan segera merujuk ibu hamil dengan kelainan atau dengan resiko tinggi tersebut. Azwar, 2010

5.1.4. Pelaksanaan dalam Program Antenatal Care