Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA

KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013

TESIS

Oleh

SRI URI HANDAYANI 117032205/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF MOTHER CHARACTERISTICS AND ANTENATAL CARE (ANC) ON THE INCIDENT OF LOW BIRTH WEIGHT BABY

(LBWB) AT BUKIT RATA VILLAGE, KEJURUAN MUDA SUBDISTRICT, ACEH TAMIANG DISTRICT

THESIS

By

SRI URI HANDAYANI 117032205/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA

KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI URI HANDAYANI 117032205/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA

KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : SRI URI HANDAYANI

Nomor Induk Mahasiswa : 117032205

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing:

Tanggal Lulus : 26 Agustus 2013 (Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si)

Ketua (Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes) Anggota

Dekan


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 26 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes 3. Dr. Yusniwarti Yusad, M.Si


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT

LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA

KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(Sri Uri Handayani) 117032205/IKM


(7)

ABSTRAK

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan ≤ 2500 gram . Penyebab BBLR adalah umur, jarak kelahiran, pendidikan, perawatan antenatal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, umur ibu, umur kehamilan, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) (Jumlah kunjungan dan komponen pemeriksaan 7T) terhadap kejadian di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang bulan Januari sampai April 2013 sebanyak 172 orang. Sampel berjumlah 153 orang dengan teknik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda (multiple logistic regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR sebesar 11,1%. Hasil regresi logistik berganda menyatakan jarak antar kelahiran (p=0,027) dan jumlah kunjungan (p=0,042) berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Nilai Exp (B) jarak antar kelahiran sebesar 3,386, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang jarak kelahirannya < 24 bulan mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR dan nilai Exp (B) pelayanan ANC sebesar 8,496, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang pelayanan ANCnya tidak baik mempunyai kemungkinan 8,496 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR.

Bagi Petugas Kesehatan Kesehatan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda memberikan kemudahan akses pelayanan ANC dan melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi ibu hamil mengenai kesehatan ibu hamil, pentingnya pemeriksaan ANC pada saat hamil dan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang untuk mengatur jarak kelahiran.

.


(8)

ABSTRACT

Low birth weight baby (LBWB) is a baby that is birth with the weight less than 2500 grams. Some causes of LBWB are age, interval of birth, and antenatal care. The objective of the research was to analyze the influence of the mother’s characteristics (education, age, age of pregnancy, parity, and interval of birth) and antenatal care (ANC) service(the number of visits and 7 ANC components) on the incident of LBWB at Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District.

The type of the research was observational with cross sectional design. The population was 172 mothers who delivered babies in the working area of Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District, from January to April, 2013. 153 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that the incident of LBWB was 11.1%. The result of the multiple logistic regression states that interval of birth (p=0.027) and the number of visits (p=0.042) influenced the incident of LBWB. obtained value of Exp (B) the distance between the births of 3,386, so it can be concluded that pregnant women who birth spacing <24 months had 3 times more likely to experience low birth weight babies and the value of Exp (B) ANC of 8,496, so it can be concluded that pregnant women the service is not good ANCnya have 8,496 times more likely to experience low birth weight babies

Health for Health Professionals in Rural Hill Average District Youth Vocational provide easy access to ANC services and conduct reproductive health education for pregnant women on maternal health, the importance of checking the ANC during pregnancy and the importance of long-term use of contraceptives for birth spacing.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, selaku Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan dr. Yusniwarti Yusad, MSi selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kepala Pusksmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami Brigadir Muhammad Syahrul dan anak Zahwa Balqhis yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

9. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Ris Slamat KR, dan Alm. Nurmini Hayati, serta Kakak Sri Vivi Riati Ris, dan Sri Norma Sari Ris yang telah memberikan kasih sayang, pertolongan dan doa selama ini.


(11)

10. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat studi Kesehatan Reproduksi.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Sri Uri Handayani 117032205/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Sri Uri Handayani, lahir pada tanggal 26 Juni 1986 di P.Brandan, anak dari pasangan Ayahanda Ris Slamat KR dan Alm. Nurmini Hayati

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Sriwijaya Kwala Simpang, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kwala Simpang, Sekolah Menengah Alwasliyah Kwala Simpang, Sekolah D-III Keperawatan Poltekkes Langsa, S1 Universitas Generasi Muda di Medan

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.

Pada tahun 2007 bekerja di NGO di Kwala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2008 bekerja di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang, Tahun 2008 – Sekarang bekerja di Akademi Kebidanan Medica Sri Tamiang sebagai Dosen Pengajar.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 9

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah ... 11

2.2 Gambaran Klinis ... 12

2.3 Epidemiologi ... 13

2.4 Klasifikasi BBLR ... 13

2.5 Prognosis BBLR ... 15

2.6 Komplikasi BBLR ... 15

2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi BBLR ... 18

2.8 Antenatal Care ... 24

2.8.1 Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC) ... 24

2.8.2 Tujuan Antenatal Care (ANC) ... 25

2.8.3 Pelayanan Antenatal ... 26

2.8.4 Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC) ... 28

2.9 Landasan Teori ... 29

2.10 Kerangka Konsep ... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 33


(14)

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4.1 Data Primer ... 35

3.4.2 Data Sekunder ... 35

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.6 Metode Pengukuran ... 36

3.7 Metode Analisis Data ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Karakteristik Ibu ... 40

4.3 Jumlah Kunjungan Ibu dalam Pemeriksaan ANC ... 41

4.4 Komponen Pemeriksaan ANC ... 43

4.5 Pelayanan ANC ... 44

4.6 BBLR (Berat Bayir Lahir Rendah) ... 45

4.7 Hubungan Umur dengan BBLR ... 45

4.8 Hubungan Pendidikan dengan BBLR ... 45

4.9 Hubungan Paritas dengan BBLR ... 46

4.10 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR ... 47

4.11 Hubungan Jumlah Kunjungan dengan BBLR ... 47

4.12 Hubungan Komponen 7T dengan BBLR ... 48

4.13 Hubungan Pelayanan ANC dengan BBLR ... 48

4.14 Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan ANC ... 49

4.15 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda ... 50

BAB 5. PEMBAHASAN ... 52

5.1 Kejadian BBLR ... 52

5.2 Pengaruh Jarak Antar Kelahiran terhadap Kejadian BBLR .... 53

5.3 Pengaruh Pelayanan ANC terhadap Kejadian BBLR ... 56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Melahirkan di Desa Bukit

Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 41

4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Kunjungan ANC Ibu Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 42

4.3 Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 42

4.4 Distribusi Komponen Pemeriksaan 7T ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 43

4.5 Distribusi Komponen Pemeriksaan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 44

4.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 44

4.7 Distribusi BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 45

4.8 Hubungan Umur dengan BBLR ... 45

4.9 Hubungan Pendidikan dengan BBLR ... 46

4.10 Hubungan Paritas dengan BBLR ... 46

4.11 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR ... 47


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori Kejadian BBLR ... 31 2.2 Kerangka Konsep ... 32 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 41


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penellitian ... 66

2. Master Data ... 69

3. Hasil Output SPSS ... 74

4. Surat Izin Penelitian ... 88


(18)

ABSTRAK

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan ≤ 2500 gram . Penyebab BBLR adalah umur, jarak kelahiran, pendidikan, perawatan antenatal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, umur ibu, umur kehamilan, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) (Jumlah kunjungan dan komponen pemeriksaan 7T) terhadap kejadian di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang bulan Januari sampai April 2013 sebanyak 172 orang. Sampel berjumlah 153 orang dengan teknik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda (multiple logistic regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR sebesar 11,1%. Hasil regresi logistik berganda menyatakan jarak antar kelahiran (p=0,027) dan jumlah kunjungan (p=0,042) berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Nilai Exp (B) jarak antar kelahiran sebesar 3,386, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang jarak kelahirannya < 24 bulan mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR dan nilai Exp (B) pelayanan ANC sebesar 8,496, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang pelayanan ANCnya tidak baik mempunyai kemungkinan 8,496 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR.

Bagi Petugas Kesehatan Kesehatan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda memberikan kemudahan akses pelayanan ANC dan melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi ibu hamil mengenai kesehatan ibu hamil, pentingnya pemeriksaan ANC pada saat hamil dan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang untuk mengatur jarak kelahiran.

.


(19)

ABSTRACT

Low birth weight baby (LBWB) is a baby that is birth with the weight less than 2500 grams. Some causes of LBWB are age, interval of birth, and antenatal care. The objective of the research was to analyze the influence of the mother’s characteristics (education, age, age of pregnancy, parity, and interval of birth) and antenatal care (ANC) service(the number of visits and 7 ANC components) on the incident of LBWB at Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District.

The type of the research was observational with cross sectional design. The population was 172 mothers who delivered babies in the working area of Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District, from January to April, 2013. 153 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression tests.

The result of the research showed that the incident of LBWB was 11.1%. The result of the multiple logistic regression states that interval of birth (p=0.027) and the number of visits (p=0.042) influenced the incident of LBWB. obtained value of Exp (B) the distance between the births of 3,386, so it can be concluded that pregnant women who birth spacing <24 months had 3 times more likely to experience low birth weight babies and the value of Exp (B) ANC of 8,496, so it can be concluded that pregnant women the service is not good ANCnya have 8,496 times more likely to experience low birth weight babies

Health for Health Professionals in Rural Hill Average District Youth Vocational provide easy access to ANC services and conduct reproductive health education for pregnant women on maternal health, the importance of checking the ANC during pregnancy and the importance of long-term use of contraceptives for birth spacing.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan potensi dasar dan alami dari setiap individu yang sangat diperlukan pada awal kehidupan dan pertumbuhan manusia. Apabila unsur dasar tersebut tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam kandungan sampai usia pertumbuhan atau perkembangan dalam kondisi dan lingkungan yang tidak sehat, akan menghasilkan kualitas SDM yang rendah (Maulana, 2009).

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade terakhir telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna. Derajat kesehatan masyarakat telah menunjukkan perbaikan seperti dapat dilihat dari angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan umur harapan hidup (Depkes RI, 2009).

Menurut WHO (2009) ditemukan angka kematian pada neonatal sebesar 37%. Angka kematian neonatal sebesar 75% terjadi selama minggu pertama kehidupan, dan 25% sampai 45% terjadinya neonatal selama 24 jam pertama. Penyebab utama kematian bayi adalah premature dan bayi berat lahir rendah. Hal ini menyebabkan hampir 80% kematian terjadi pada usia dini.


(21)

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi karena jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan (Djitowiyono, 2010)

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 ditemukan bahwa daerah Sumut kejadian berat bayi lahir rendah sebanyak 8,2 %. Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 (21,80 per seribu) meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal) itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap jam ada delapan bayi neonatal dini meninggal setiap hari. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini saja, angka kematian bayi berumur kurang dari setahun pun masih tinggi (Komalasari, K. 2003). BBLR bersama prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi (Balitbangkes, 2008).

Melihat kecenderungan seperti ini, pencapaian target Millenium Development Goal(MDGS) untuk menurunkan AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup akan sulit terwujud kecuali dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya pengendalian dan pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin,


(22)

persalinan yang aman, serta perawatan yang baik. Turunnya Angka BBLR merupakan salah satu target MDGS 2015 yang didalammnya terdapat beberapa tujuan yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan ≤ 2500 gram (Asrini ng, 2003). Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan diluar kandungan, dan inilah yang diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal dan menyumbang sebanyak 29% penyebab utama kematian neonatal. Data epidemiologi di Inggris dan berbagai negara maju lainnya menunjukkan setelah menjadi dewasa, bayi yang BBLR akan lebih mudah terkena penyakit kronis, misalnya Diabetes Mellitus Tipe 2 atau penyakit kardiovaskuler (Kramer, 2003).

Dalam laporan WHO dikemukakan bahwa di Asia Tenggara, 20 – 35 % bayi yang dilahirkan terdiri dari BBLR dan 70 - 80% dari kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan dan BBLR (WHO, 2002). Menurut WHO dalam Maryunani (2009) data BBLR dirincikan sebanyak 17% dari 25 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi dinegara berkembang.


(23)

Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI, 2007). Data Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa angka kejadian BBLR secara nasional sebesar 5,8%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain antara 9 – 30%, hasil studi 7 daerah multicenter yaitu Kepulauan Riau, Bali, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara diperoleh angka BBLR dengan rentang 8,3% - 17,2%.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh tahun 2010 angka kematian bayi di Aceh berkisar 37/ 1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kematian neonatal 655 jiwa. Penyebab kematian karena asfiksia sebanyak 180 jiwa, BBLR sebanyak 178 jiwa, infeksi sebanyak 14 jiwa, tetanus sebanyak 4 jiwa dan lain-lain 279 jiwa.

Menurut data rekam medis RSUD Tamiang periode Januari sampai dengan Desember 2008 menunjukkan bahwa telah terjadi kematian neonatal sebanyak 53 kasus dari 621 persalinan hidup, artinya telah terjadi kasus kematian neonatal sebanyak 86 per 1000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut 35,8% atau 19 kasus kematian neonatal merupakan akibat dari BBLR. Jumlah kasus BBLR seluruhnya pada tahun 2008 sebanyak 38 kasus atau 6,1% dari seluruh persalinan (Subkhan, 2011). Bayi yang lahir dengan BBLR meningkatkan resiko kematian neonatal,


(24)

morbiditas dan berbagai kondisi buruk lain dikemudian hari. Sistim dan program pemantauan BBLR yang memadai merupakan salah satu upaya memutus siklus buruk masalah tumbuh kembang generasi, agar mendapatkan penanganan lebih dini.

Kejadian BBLR dapat ditanggulangi secara efisien dengan upaya pencegahan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian berat bayi lahir. Keadaan gizi ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan bayi yang akan dilahirkan. Masalah BBLR saat ini masih cukup tinggi berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan (Siswono, 2007).

Saraswati (1998) menyatakan faktor sosio demografis (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi), faktor biomedis (paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, perilaku dan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Semakin banyak faktor tersebut ditemukan pada ibu hamil, maka semakin tinggi resiko kelahiran BBLR.

Sedangkan menurut Kramer (1987) beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) atau bayi berat lahir rendah adalah Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi badan ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil, tinggi dan berat badan bapak dan faktor genetik lainnya. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), status perkawinan,


(25)

faktor kejiwaan ibu hamil. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak, kegiatan seksual, pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya, pengalaman abortus spontan sebelumnya, pengalaman induced abortion, pengalaman lahir mati atau kematian neonatal sebelumnya, pengalaman tidak subur sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol. Faktor Gizi, meliputi pertambahan berat badan masa kehamilan, asupan energi, pengeluaran energi, kerja dan aktivitas fisik, asupan/status protein, zat besi dan anemia, asamfolat dan vitamin B12, mineral, seng dan tembaga, kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan mineral lainnya. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan penyakit episodik, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin. Faktor paparan zat racun, meliputi merokok, minum alkohol, konsumsi kafein dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan paparan zat racun lainnya. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan antenatal, dan mutu pelayanan antenatal.

Penelitian Kukuh (2005) menyatakan adanya pengaruh yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian berat bayi lahir. Rochman (2001) dalam Suriani (2010) juga membuktikan bahwa ibu yang berpendidikan tidak sekolah/tamat SD mempunyai risiko 1,61 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu yang berpendidikan tamat SLTP keatas. Atriyanto (2005) juga membuktikan dalam penelitiannya bahwa ibu yang berpendidikan rendah (tidak tamat SLTA) mempunyai risiko 1,84 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu tinggi (tamat SLTA).


(26)

Umur ibu termasuk faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR, Ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya akan banyak mengalami komplikasi dalam kehamilan. Begitu juga dengan kondisi bayi yang dikandungnya. Ukuran umur muda adalah bila ibu mengandung pada usia kurang dari 20 tahun dan tua apabila di atas 35 tahun. Penelitian Kukuh (2005) menyatakan adanya pengaruh yang bermakna antara umur ibu, terhadap kejadian berat bayi lahir. Hal ini dikarenakan cara perawatan kehamilan ibu. Perawatan kehamilan yang baik akan menghindarkan ibu dari resiko komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR. Perawatan kehamilan tersebut dapat berupa pemeriksaan kehamilan secara teratur, dan pemenuhan gizi yang cukup. Menurut Dasuki (1997) menyatakan Umur, mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perawatan kehamilannya.

Jarak Kelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak yang begitu dekat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan. Bila jarak antar kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Jarak antar kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya BBLR, yaitu semakin pendek jarak antar kelahiran, maka kemungkinan untuk melahirkan BBLR akan semakin besar pula. Ibu yang mempunyai jarak persalinan kurang dari 18 bulan akan mendapatkan bayi dengan BBLR 2,77 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak persalinan lebih dari 18 bulan (Rosemary, 1997 dalam Suriani, 2010).

Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi


(27)

persalinan, kala nifas, persiapan memberi ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pada negara berkembang kunjungan ANC minimal 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I & II dan 2 kali pada trimester III (Manuaba, 1998). Pemeriksaan kehamilan adalah suatu cara untuk menjamin setiap kehamilan berpuncak pada upaya untuk melahirkan bayi yang sehat tanpa menganggu kesehatan ibunya (Dewi dalam Wibowo, 1992). Penelitian Setyowati, dkk dalam Suriani (2010) menemukan bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya kurang dari 4 kali berisiko untuk melahirkan BBLR 1,5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya 4 kali atau lebih.

Berdasarkan survey awal di Kabupaten Aceh Tamiang, terdapat kejadian kematian neonatal karena BBLR sebanyak 20 kasus (Profil Dinas Kesehatan Tamiang, 2013). Sedangkan di Kecamatan Kejuruan Muda ditemukan kejadian bayi berat lahir rendah yang paling banyak di Desa Bukit Rata yaitu sebanyak 17 kasus BBLR dari bulan Januari hingga April 2013. Kejadian BBLR dialami oleh 4 ibu yang berusia 30 tahun, 4 ibu berusia 26 tahun, 2 ibu berusia 27 tahun, 2 ibu berusia 25 tahun, 2 ibu berusia 24 tahun dan masing-masing ibu berusia 21, 28, dan 31 tahun. Hasil wawancara dengan ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah memiliki status usia menikah muda, latar belakang pendidikan rendah sehingga penghasilan keluarga sangat minim. Selain itu selama kehamilan banyak ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik pengaruh karakteristik ibu dan pelayanan antenatal


(28)

care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.

1.2 Perumusan Masalah

Masih banyak ditemukan kasus BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda yaitu sebanyak 17 kejadian kasus BBLR pada bulan Januari hingga April 2013 dan bagaimana pengaruh karekteristik ibu dan pelayanan antenatal care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, umur ibu, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh karekteristik ibu (pendidikan, umur ibu, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.


(29)

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Hasil Penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi ibu yang sedang hamil untuk merawat kehamilan dan menghindari kehamilan yang beresiko 1.5.2 Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan atau

stakeholder untuk pengambil kebijakan kesehatan dalam program penanggulangan BBLR


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir (Kosim, 2008). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR) (Sitohang, 2004).

BBLR merupakan penyebab utama dalam mortalitas, morbiditas dan kecacatan pada neonates, balita dan anak-anak serta memiliki efek yang sangat panjang dalam kesehatan dewasa nantinya. BBLR asalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memendang masa gestasi (Kosim, 2008).

Prevalensi Bayi BBLR diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau social ekonomi rendah. Secara statistic menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi disbanding pada bayi dengan berat bayi dengan berat lahir lebih dari 2300 gram (WHO, 2005).


(31)

2.2 Gambaran Klinis

Gambaran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda kehamilan maka nyata. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa Berat Badan Lahir Rendah mempunyai karakteristik. Karateristik BBLR sebagai berikut:

1. Berat Badan Lahir kurang dari 2.500 gram. 2. Panjang badan kurang dari 45 cm.

3. Lingkar dada kurang dari 33 cm. 4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. 5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu. 6. Kepala reltif lebih besar dari badannya.

7. Kulit: tipis transparan, lanugo banyak terutama pada dahi, lemak subkutan kurang.

8. Ubun-ubun dan sutura lebar. 9. Tangisan lemah dan jarang

10. Pernapasan belum teratur dan sering timbul apnea. 11. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama.

12. Labia minora belum tertututp oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki).

13. Pergerakan kurang dan lemah. 14. Kepala tidak mampu bergerak.


(32)

16. Frekuensi nadi 100 sampai 140/ menit. (Alimul Aziz H, 2005)

2.3 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang sosio-ekonomi rendah. Secara statstik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi.

2.4 Klasifikasi BBLR

Menurut Krisnadi (2009), berdasarkan usia kehamilan, bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :

1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu); disebabkan oleh berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar, pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya,


(33)

cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage), dan ibu hamil yang sedang sakit. Cirinya adalah berat badan kurang dari 2500 gram, kulit transparan, masa gestasi kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar daripada badan lemak sub kutan kurang bayi kecil dan perkerakan kurang dan lemah

2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang. Bayi KMK ini dapat dibagi tiga yaitu bayi kurang bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post term). Bayi ini sering dsebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age (SGA) atau Small for Date (SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam uterus sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan. Beberapa penyebabnya seperti : ibu hamil kekurangan nutrisi, ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia, kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu, malaria kronik, penyakit kronik, dan ibu hamil merokok. Bayi KMK dibagi atas.

a. Proportionate Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) adalah janin yang menderita distres yang lama, dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir, sehingga berat, panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih berada di bawah masa gestasi yang sebenamya.

b. Disproportionate Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin


(34)

lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak kurus dan lebih panjang dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat.

Pada bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan. Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah, sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan pada bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai masa gestasinya. (Wiknjosastro dkk, 2005).

2.5 Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih besar dibandingkan bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Semakin rendah berat bayi lahir maka semakin buruk prognosisnya. Angka kematian yang tinggi sering dijumpai akibat terdapatnya komplikasi neonatus seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat, terkadang dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya (Mochtar, 1998).

2.6 Komplikasi BBLR

Konsekuensi kelahiran BBLR menimbulkan berbagai morbiditas yang harus segera ditangani. Banyak komplikasi terjadi pada BBLR saat lahir memerlukan


(35)

penanganan di Unit Perawatan Intensif Neonatus atau ruang gawat level III. Yang perlu diantisipasi diantaranya:

1. Sistem Pernafasan

Penyakit yang paling sering ditemukan pada bayi kurang bulan adalah apnea of prematurity dan penyakit membran hialin. Apnea terjadi karena belum matangnya fungsi pernafasan. Pada bayi kecil masa kehamilan, bisa terjadi asfiksia maupun sindrom aspirasi mekonium. Distres pernafasan yang terjadi sering menyebabkan bayi harus dirawat di unit perawatan intensif (Dep Kes RI, 2007).

2. Sistem Kardiovaskuler

Kelainan yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan adalah patent ductus arteriosus (PDA). Selain prematuritas, faktor risiko yang sering berperan dalam gagalnya penutupan ductus tersebut adalah kelainan paru kronik dan hipertensi pulmonal yang dijumpai pada pasien yang di rawat di unit perawatan intensif neonatus ( Asril A, 2007).

3. Sistem Gastrointestinal

Sebagian bayi kurang bulan menderita gangguan nutrisi disebabkan sistem organ gastrointestinal yang belum berkembang dengan baik. Pada bayi-bayi ini pemilihan pemberian nutrisi perlu dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Pada beberapa bayi memerlukan pemberian nutrisi khusus yang diberikan secara intravena karena bayi belum mampu mendapatkan nutrisi per oral.

Kelainan gastrointestinal yang mungkin ditemukan pada BBLR yang mendapatkan perawatan intensif neonatus adalah refluks gastroesofagus dan


(36)

enterokolitis nekrotikans (NEC). Refluks gastroesofagus terjadi karena otot spingter esofagus masih belum berfungsi dengan baik akibat tonus otot belum berkembang sempurna serta perkembangan sistem saraf yang belum matang menyebabkan berbagai refleks susunan saraf gastrointestinal termasuk spingter gastroesofagus belum berfungsi dengan baik.

NEC merupakan kelainan gastrointestinal berupa kerusakan mukosa yang disertai tanda inflamasi usus yang ditemukan pada bayi kuran bulan yang dirawat di unit perawatan intensif neonatus. Salah satu penyebab NEC adalah faktor infeksi terutama bila sebelumnya bayi menderita hipoksia yang menimbulkan kelemahan saluran cerna. Pada keadaan ini jika terjadi infeksi akan menimbulkan kerusakan dinding usus dan berakhir perforasi.

4. Pertumbuhan

Anak yang terlahir dengan kecil masa kehamilan (KMK) memiliki tinggi badan yang lebih pendek selama masa anak-anak dan dewasa, mencapai ketinggian orang dewasa rata-rata sekitar 1 SD lebih rendah dari pada rata-rata. Khas pada bayi yang lahir KMK yaitu mengalami periode pertumbuhan linier yang dipercepat selama 12 bulan pertama kehidupan, menyebabkan tinggi postur diatas 2 SD hingga 90 %. Sebagian besar pertumbuhan tahap tumbuh kejar terjadi selama tahun pertama dan berakhir hingga mendekati usia 2 tahun.

Mereka yang lahir sangat prematur dan dengan derajat retardasi perumbuhan yang berat, terutama dalam hal pengurangan panjang badan lahir, kecil


(37)

kemungkinannya untuk mencapai tinggi badan normal, sedangkan anak dengan orang tua yang tinggi lebih mungkin untuk mencapai ketinggian orang dewasa normal .

2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi BBLR

Berbagai faktor yang memengaruhi BBLR antara lain meliputi jenis kelamin bayi, ras, keadaan plasenta, umur ibu, aktivitas ibu, kebiasaan merokok, paritas, jarak kehamilan, tinggi badan dan berat badan ibu sebelum kehamilan, keadaan social ekonomi, gizi, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan (Turhayati, 2006).

1. Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmojdo, 2003). Pendidikan ibu mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga, variabel tersebut secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya BBLR. Dengan pendidikan, seseorang dapat menerima lebih banyak informasi dan memperluas cakrawala berpikir sehingga mudah untuk mengembangkan diri, mengambil keputusan dan bertindak.

Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh kuat pada perilaku reproduksi, kelahiran, kematian anak dan bayi, kesakitan, dan sikap serta kesadaran atas kesehatan keluarga. Latar belakang pendidikan itu mempengaruhi sikapnya dalam pemilihan pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan peningkatan


(38)

berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima inovasi dan sebagian besar kurang mengetahui pentingnya perawatan pra kelahiran. Disamping itu juga mempunyai keterbatasan mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, keterbatasan mengkonsumsi makanan yang bergizi selama hamil. Kesemuanya ini akan mengganggu kesehatan ibu dan janin, bahkan sering mengalami keguguran atau lahir mati (Varney, 2003)MenurutMegawangi (1999) seperti dikutip Yustina (2007), mengatakan bahwa banyak studi membuktikan kaitan positif antara pendidikan perempuan dan tingkat produktivitasnya, rasa percaya diri, rendahnya angka kematian bayi, perbaikanstatus gizi balita dan lain-lain.

Menurut J. S Lesinki faktor pendidikan dan sosial ekonomi diperhitungkan sebagai faktor resiko tinggi yang dapat mempengaruhi kehamilan karena kedua faktor ini menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan rahim, mempengaruhi cara pemilihan tempat dan penolong persalinan sehingga dapat menimbulkan risiko saat persalinan atau saat hamil. Disamping hal tersebut Wanita dengan pendidikan yang tinggi cendrung untuk menikah pada usia yang lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti keluarga berencana (KB) dan mencari pelayanan antenatal.

2. Umur

Ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya akan banyak mengalami komplikasi dalam kehamilan. Begitu juga dengan kondisi bayi yang dikandungnya. Ukuran umur muda adalah bila ibu mengandung pada usia kurang dari 20 tahun dan


(39)

tua apabila di atas 35 tahun. Rizvi dan kawan-kawan (2007) mengatakan bahwa faktor risiko seorang ibu untuk melahirkan bayi dengan BBLR adalah antara 15 – 35 tahun. Menurut Mutiara (2006) ibu hamil berusia > 35 tahun berisiko melahirkan BBLR 1,8 kali lebih besar daripada ibu hamil berusia 20 – 34 tahun. Pengaruh tersebut terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur muda (<20 tahun) dan tua (> 35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih dari pada umur 21 – 35 tahun.

Menurut penelitian Afifah (2004) wanita hamil mempunyai risiko komplikasi, terutama bagi kelompok wanita risiko tinggi yaitu wanita dengan keadaan “4 terlalu” (4T), dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia ibu, yakni kehamilan yang terjadi pada usia terlalu muda, usia terlalu tua. Kehamilan yang terjadi pada usia terlalu muda adalah wanita yang hamil usianya kurang dari 20 tahun yang dapat berisiko keguguran, preeklamsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), eklampsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah. Selanjutnya yang dimaksud usia terlalu tua adalah yang kehamilannya diatas usia 35 tahun dengan resiko keguguran, preeklamsia, eklamsia, timbulnya kesulitan kehamilan, bayi berat lahir rendah dan cacat bawaan (Purnama, 2010).

1. Usia Kehamilan Saat Melahirkan

Kehamilan yang kurang dari 37 minggu merupakan penyebab utama terjadinya BBLR (Nutrion Policy Paper N0 18, 2000). Semkain pendek usia kehamilan maka pertumbuhan janin semakin belum sempurna, baik organ reproduksi


(40)

dan organ pernafasan oleh karena itu mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.

Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama menstruasi terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Pre-term: kurang dari 37 minggu (< 259 hari)

b. Term: mulai dari 37 minggu samapi kurang dari 42 minggu (259-293 hari) c. Post-term: 42 minggu atau lebih (294 hari)

Menurut Manuba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.

3. Paritas

Ibu dengan paritas 1 dan ≥ 4 berisiko melahirkan BBLR, terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan bayinya serta faktor psikologis ibu yang masih belum stabil (Rochyati, 2003), sedangkan ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat


(41)

menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).

Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah kejadian BBLR. Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi-square diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risik terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR.

4. Jarak Antar Kelahiran

WHO (2005) menyebutkan bahwa karakteristik dan ukuran ibu dimana didalamnya terdapat jarak antar kelahiran merupakan salah satu determinan terjadinya BBLR. Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio OR) = 2,37 sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko melahirkan bayi dengan BBLR 2,3 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran lebih dari 2 tahun. Menurut Bobby Rawadi (1986) menyatakan bahwa jarak kehamilan yang terbaik adalah 25 – 48 bulan karena akan menghasilkan bayi dengan berat lahir 3000 – 3499 gram.


(42)

5. Antenatal Care

Perawatan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selama kehamilan berbagai program yang termasuk dalam paket pelayanan ANC adalah 7T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara) dengan paket tersebut diharapkan ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga (Depkes RI, 2006).

Khatun S. dan Rahman M. (2008) menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai OR = 29,4 (95% CI 12,61-68,48). Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan.

6. Usia Kehamilan Saat Melahirkan

Kehamilan yang kurang dari 37 minggu merupakan penyebab utama terjadinya BBLR (Nutrion Policy Paper N0 18, 2000). Semkain pendek usia kehamilan maka pertumbuhan janin semakin belum sempurna, baik organ reproduksi dan organ pernafasan oleh karena itu mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.


(43)

Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama menstruasi terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:

d. Pre-term: kurang dari 37 minggu (< 259 hari)

e. Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu (259-293 hari) f. Post-term: 42 minggu atau lebih (294 hari)

Menurut Manuba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.

2.8 Antenatal Care

2.8.1 Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2002). Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum


(44)

dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002).

2.8.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.


(45)

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

2.8.3 Pelayanan Antenatal

1. Konsep Pemeriksaan Antenatal

Menurut Departem Kesehatan RI (2004), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.

b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.

c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa

d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe) e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku

sehari-hari, perawatan payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga


(46)

terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.

2. Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :

a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut :


(47)

a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu

c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

Tabel 2.1 Informasi Setiap Kunjungan Antenatal

Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trimester

Pertama Sebelum Minggu ke 13

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. Mendeteksi masalah dan menanganinya. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisonal yang merugikan.

Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)

Trimester

Kedua Sebelum Minggu ke 24

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria) Trimester Ketiga Antara minggu ke 25-36

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Sumber, Depkes RI ( 2004)

2.8.4 Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 7 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 7 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :


(48)

1. Timbang berat badan 2. Ukur tekanan darah 3. Ukur tinggi fundus uteri

4. Pemberian imunisasi TT lengkap

5. Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setiap harinya

6. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

2.9 Landasan Teori

Menurut Kramer (1987) beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) atau bayi berat lahir rendah adalah Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi badan ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil, tinggi dan berat badan bapak dan faktor genetik lainnya. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), status perkawinan, faktor kejiwaan ibu hamil. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak, kegiatan seksual, pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya, pengalaman abortus spontan sebelumnya, pengalaman induced abortion, pengalaman lahir mati atau kematian neonatal sebelumnya, pengalaman tidak subur sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol. Faktor Gizi, meliputi pertambahan berat badan masa kehamilan, asupan energi, pengeluaran energi, kerja dan aktivitas


(49)

fisik, asupan/status protein, zat besi dan anemia, asamfolat dan vitamin B12, mineral, seng dan tembaga, kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan mineral lainnya. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan penyakit episodik, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin. Faktor paparan zat racun, meliputi merokok, minum alkohol, konsumsi kafein dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan paparan zat racun lainnya. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan antenatal, dan mutu pelayanan antenatal


(50)

Kerangka teori Kramer sebagai berikut: Faktor Genetik

1. jenis kelamin bayi, 2. suku,

3. tinggi badan ibu hamil, 4. berat badan sebelum hamil, 5. haemodynamic

Kejadian BBLR

Faktor Demografik dan psikososial 1.umur ibu,

2. Status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), 3.Status perkawinan

4. faktor kejiwaan ibu hamil Faktor obstetric

1. Paritas

2. Interval melahirkan anak 3. kegiatan seksual,

4. Pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya 5. pengalaman abortus spontan

sebelumnya

6. pengalaman induced abortion 7. pengalaman lahir mati atau

kematian neonatal sebelumnya 8. pengalaman tidak subur

sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol

Faktor Gizi

1. pertambahan berat badan masa kehamilan

2. asupan energy 3. pengeluaran energy 4. kerja dan aktivitas fisik, 5. asupan/status protein, zat besi

dan anemia 6. asamfolat 7. vitamin B12 8. mineral 9. seng 10.tembaga 11.kalsium 12.fosfor 13.vitamin D 14.vitamin B6, 15.vitamin dan mineral

Faktor morbiditas 1.morbiditas umum 2.penyakit episodic 3.Malaria

4.infeksi saluran kemih 5.infeksi saluran kelamin Faktor paparan zat racun

1. merokok 2. minum alcohol

3. konsumsi kafein dan kopi 4. penggunaan marijuana 5. ketergantungan pada narkotik 6. paparan zat racun lainnya Perawatan Antenatal Care

1. Kunjungan antenatal pertama 2. jumlah kunjungan antenatal 3. Mutu pelayanan antenatal


(51)

2.10 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan dari gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu dan pelayanan antenatal care (ANC) sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Karakteristik Ibu - Pendidikan Ibu

- Umur Ibu

- Paritas

- Jarak Kelahiran

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Pelayanan Antenatal Care (ANC)


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional, yaitu untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu dan pelayanan Antenatal Care (ANC) terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Alasan di tempat tersebut masih banyak ditemukan BBLR (9,88%).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang bulan Januari sampai April 2013 yang berjumlah 172 orang.


(53)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari ibu yang melahirkan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kabupaten Aceh Tamiang, dengan rumus Lemeshow, dkk (1997) sebagai berikut: 2 2 ) 1 ( ) 2 1 ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( o a a a o o P P P p Z P P Z n −       +

≥ −α −β

Keterangan :

n : besar sampel

Z(1 )

Z

: Deviat baku alpha untuk α= 0,05, maka nilai baku normal = 1,96

(1- ) : Deviat baku betha untuk

-Po : Proporsi di populasi (BBLR) : 0,061 (Sukbhan, 2011)

= 0,10 maka nilai baku normal = 0,842

Pa : Perkiraan Proporsi BBLR yang diharapkan yaitu : 0,015 Pa – Po : Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,046

(

)

2 2 ) 061 , 0 015 , 0 ( 015 , 0 1 ( 015 , 0 842 , 0 ) 061 , 0 1 ( 061 , 0 96 , 1 − − + − ≥ n

(

)

2 2 ) 046 , 0 ( 014 , 0 842 , 0 057 , 0 96 , 1 + ≥ n 9 , 152 ≥ n 153 ≥ n

Maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 153 responden Kriteria sampel penelitian adalah:


(54)

Kriterian inklusi:

a. Ibu melahirkan dalam keadaan normal

b. Bayi yang dilahirkan pada saat penelitian masih hidup c. Bertempat tinggal di Desa Bukit Rata

Kriteria Eksklusi :

a. Ibu melahirkan dalam keadaan tidak normal

b. Bayi yangdilahirkan pada saat penelitian masih sudah meninggal c. Tidak Bertempat tinggal di Desa Bukit Rata

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data Primer dikumpulkan terutama dengan observasi memakai keusioner yang telah disediakan, meliputi data karakteristik ibu dan pelayanan ANC.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang di dapat dari laporan ataupun dokumen mengenai gambaran lokasi penelitian dan jumlah ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang

3.5 Definisi Operasional

1. BBLR adalah Bayi berat lahir rendah pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dilakukan pengukuran berat badan maksimal 1 jam setelah bayi lahir.


(55)

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah ditamatkan ibu yang melahirkan.

3. Umur Ibu adalah usia ibu pada saat melahirkan di rumah sakit.

4. Paritas adalah jumlah kelahiran anak hidup baik tunggal maupun kembar yang pernah dialami

5. Jarak antar kelahiran adalah jarak waktu kelahiran antara anak yang terakhir dengan anak sebelumnya

6. Jumlah kunjungan adalah jumlah kontak ibu hamil dengan bidan yang dilakukan selama kehamilan dalam rangka pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih dengan komposisi 1 kali ditrimester I, 1 kali ditrimester II dan 2 kali ditrimester III 7. Komponen pemeriksaan kehamilan 7T adalah pelayanan pemeriksaan kehamilan yang diterima ibu saat melakukan kunjungan 7T meliputi, Timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara

8. Pelayanan ANC adalah kunjungan ibu pada saat hamil ke bidan atau dokter untuk memeriksakan kehamilannya baik secara kuantitas (jumlah kunjungan) dan kualitas (komponen pemeriksaan)

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut:


(56)

1. Bayi Berat Lahir Rendah

Untuk mengetahui kondisi bayi BBLR atau tidak, maka dilakukan pengukuran Berat Badan maksimal 1 jam setelah bayi lahir dengan 2 katagori yaitu:

0 = Tidak BBLR, bila bayi lahir dengan berat ≥ 2500 gram 1 = BBLR, bila bayi lahir dengan berat < 2500

Skala : Ordinal 2. Pendidikan

Pendidikan ibu diukur dalam 2 kaagori yaitu:

0 = Tinggi, jenjang pendidikan ibu menamatkan SLTA sederajat dan perguruan tinggi

1 = Rendah, jenjang pendidikan ibu tidak tamat SD, tamat SD, SLTP sederajat Skala : Ordinal

3. Umur

Umur ibu diukur dalam 2 katagori yaitu 0 = Resiko rendah, umur ibu 20-35 tahun 1 = Resiko tinggi, umur < 20 dan > 35 tahun Skala : Ordinal

4. Paritas

Paritas diukur dalam 2 katagori yaitu: 0 = Paritas ≤ 2 orang

1 = Paritas > 2 orang Skala : Ordinal


(57)

5. Jarak Antar Kelahiran

Jarak Kelahiran diukur dalam 2 katagori yaitu: 0 = jauh > 24 bulan

1 = dekat ≤ 24 bulan Skala : Ordinal 6. Jumlah Kunjungan

Jumlah kunjungan diukur dalam 2 katagori yaitu:

0 = Lengkap, jika responden melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan trisemester kehamilan yaitu 1 kali pada trisemester pertama, 1 kali pada trisemester kedua, dan 2 kali pada trisemester 3.

1 = Tidak Lengkap, jika responden melakukan pemeriksaan tidak sesuai dengan trisemester kehamilan

Skala : Ordinal

7. Komponen Pemeriksaan 7T

Komponen pemeriksaan 7T diukur dalam 2 katagori yaitu:

0 = Lengkap, jika kompenen pemeriksaan kehamilan 7T diterima oleh ibu yaitu Timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara

1 = Tidak lengkap, jika komponen pemeriksaan kehamilan 7T tidak diterima oleh ibu


(58)

8. Pelayanan ANC

Pelayanan ANC diukur dalam 2 katagori yaitu:

0 = Baik, jika responden melakukan pemeriksaan kehamilan yang jumlah kunjungan lengkap (1 kali pada trisemester pertama, 1 kali pada trisemester kedua, dan 2 kali pada trisemester 3) dan komponen 7 T lengkap (Timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara)

1 = Tidak baik, jika responden melakukan pemeriksaan kehamilan yang jumlah kunjungan tidak lengkap dan komponen 7 T tidak lengkap

Skala : Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95% (p< 0,05), sehingga bila hasil analisis statistik < 0,05 maka variabel dinyatakan berpengaruh secara signifikan. Analisis bivariat ini juga


(59)

dipergunakan sebagai uji kandidat untuk dimasukkan dalam uji multivariat jika nilai p < 0,25.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Uji regresi logistik ganda pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).


(60)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bukit Rata terletak di Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rantau - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tamiang Hulu - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kota Kuala Simpang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara

Dengan jumlah penduduk Tahun 2011 : 32.200 jiwa, 8.079 KK, rasio jenis kelamin perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1,99.

4.2 Karakteristik Ibu

Pada penelitian ini, karakteristik ibu yang dilihat meliputi umur, usia kelahiran, pendidikan, paritas dan jarak antar kelahiran berjumlah 153 ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur, proporsi umur responden tertinggi pada kelompok 20-35 tahun sebesar 96,1%. Berdasarkan pendidikan, proporsi pendidikan yang paling banyak yaitu pendidikan menengah sebesar 69,9% yang meliputi lulusan SMA hingga Perguruan tinggi. Berdasarkan paritas, proporsi yang paling banyak yaitu paritas >2 anak sebesar 59,5%. Berdasarkan jarak antar kelahiran, proporsi yang paling banyak


(61)

yaitu ≥ 24 bulan sebesar 63,4%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Melahirkan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

No Identitas Responden n Persentase

1 Umur Ibu

20-35 tahun

< 20 tahun dan > 35 tahun

147 6

96,1 3,9

Jumlah 153 100,0

2 Usia Kelahiran ≥ 36 minggu 27-35 minggu

107 46

69,9 30,1

Jumlah 153 100,0

3 Pendidikan

Tinggi Rendah 107 46 69,9 30,1

Jumlah 153 100,0

4 Paritas ≤ 2 anak >2 anak

62 91

40,5 59,5

Jumlah 153 100,0

5 Jarak antar Kelahiran ≥ 24 bulan

< 24 bulan

97 56

63,4 36,6

Total 153 100,0

4.3Jumlah Kunjungan Ibu dalam Pemeriksaan ANC

Hasil pengukuran jumlah kunjungan ANC ibu ditemukan bahwa jumlah pemeriksaan lengkap sebanyak 51 orang (33,3%) dan pemeriksaan tidak lengkap sebanyak 102 orang (66,7%) seperti pada tabel berikut:


(62)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jumlah Kunjungan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

Jumlah Kunjungan n %

Lengkap 51 33,3

Tidak lengkap 102 66,7

Jumlah 153 100,0

Jumlah kunjungan ibu datang memeriksakan kehamilan sampai melahirkan mayoritas hingga sampai 4 kali yaitu sebesar 32,1%, pada saat ibu memasuki masa trisemester pertama yaitu umur kehamilan 0-3 bulan mayoritas dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan yaitu sebesar 77,8%, pada saat ibu memasuki masa trisemester kedua yaitu umur kehamilan 4-6 bulan mayoritas dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan yaitu sebesar 57,5% dan pada saat ibu memasuki masa trisemester ketiga yaitu umur kehamilan 7-9 bulan mayoritas dilakukansebanyak 1 kali pertemuan yaitu sebesar 46,4%. Sedangkan ibu yang tidak pernah melakukan kunjungan ANC sebesar 5,9%. hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

No Keterangan 0 % 1 % 2 % 3 % ≥4 % n Total

1 Berapa kali ibu datang memeriksaka n kehamilan sampai melahirkan

9 5,9 15 9,8 40 26,1 40 26,1 49 32,1 153 100,0

2 Umur

kehamilan 0-3 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa hamil


(63)

Tabel 4.3. (Lanjutan)

No Keterangan 0 % 1 % 2 % 3 % ≥4 % n Total

3 Umur

kehamilan 4-6 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa hamil

50 32,7 88 57,5 14 9,2 1 0,7 - - 153 100,0

4 Umur

kehamilan 7-9 bulan, berapa kali ibu melakukan periksa hamil

29 19,0 71 46,4 52 34,0 1 0,7 - - 153 100,0

4.4Komponen Pemeriksaan 7T ANC

Hasil pengukuran komponen pemeriksaan 7T ANC ibu ditemukan bahwa komponen pemeriksaan 7T lengkap sebanyak 51 orang (33,3%) dan komponen pemeriksaan 7T tidak lengkap sebanyak 102 orang (66,7%) seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Komponen Pemeriksaan 7T ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

Komponen Pemeriksaan 7T n %

Lengkap 51 33,3

Tidak lengkap 102 66,7

Jumlah 153 100,0

Komponen pemeriksaan ibu ditimabang berat badan dan ukur tinggi badan mayoritas dilakukan yaitu sebesar 94,1%, Ibu diperiksa tekanan darahnya mayoritas tidak dilakukan 92,8%, Ibu diukur perutnya dengan menggunakan pitacentimeter mayoritas dilakukan sebesar 51,6%. Mayoritas ibu mendapatkan imunisasi tetanus sebanyak 2 kali sebesar 51,0%, sebesar 54,9% ibu juga diberi tablet besi atau obat


(64)

penambah darah, sebesar 66,7% ibu tidak mendapatkan pemeriksaan penyait menular seksual dan sebesar 79,7% ibu mendapatkan penyuluhan hasil pemeriksaan dan perencanaan persalinan. hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Distribusi Komponen Pemeriksaan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

No Keterangan Frekuensi (Kali) Total

Tidak % Ya % n %

1 Ibu ditimabang berat badan

dan ukur tinggi badan 9 5,9 144 94,1 153 100,0

2 Ibu diperiksa tekanan

darahnya 11 7,2 142 92,8 153 100,0

3 Ibu diukur perutnya dengan

menggunakan pitacentimeter 74 48,4 79 51,6 153 100,0

4 Ibu mendapatkan imunisasi

Tetanus sebanyak 2 kali 75 49,0 78 51,0 153 100,0

5 Ibu diberi tablet besi atau

obat tambah darah 69 45,1 84 54,9 153 100,0

6 Ibu mendapatkan

pemeriksaan penyakit menular seksual

102 66,7 51 33,3 153 100,0

7 Ibu mendapatkan penyuluhan

hasil pemeriksaan dan perencanaan persalinan

31 20,3 122 79,7 153 100,0

4.5Pelayanan ANC

Hasil pengukuran pemeriksaan ANC ibu ditemukan bahwa pemeriksaan ANC baik sebanyak 51 orang (33,3%) dan pemeriksaan tidak baik sebanyak 102 orang (66,7%) seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pelayanan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

Pelayanan ANC n %

Baik 51 33,3

Tidak baik 102 66,7


(65)

4.6 BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

Pengukuran BBLR ditemukan sebesar 11,1% bayi mengalami BBLR dan 88,9% tidak BBLR

Tabel 4.7. Distribusi BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda

BBLR n %

Tidak 136 88,9

Ya 17 11,1

Jumlah 153 100,0

4.7 Hubungan Umur dengan BBLR

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=1,000> α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang antara umur dengan kejadian BBLR. Tabel silang antara umur dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 147 ibu yang berumur 20-35 tahun, ada 17 bayi (100,0%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 6 ibu yang berumur <20 dan >35 tahun tidak ditemukan BBLR

Tabel 4.8 Hubungan Umur dengan BBLR

Umur

BBLR

p

Tidak Ya Total

N % n % n %

20-35 tahun 130 88,4 17 11,6 147 100,0

1,00 0


(66)

4.8 Hubungan Pendidikan dengan BBLR

Tabel silang antara pendidikan dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 110 ibu yang mempunyai tingkat pendidikan menengah, ada 11 bayi (10,0%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 43 ibu yang memiliki pendidikan rendah terdapat 6 bayi (14,0%) yang mengalami BBLR. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,568 > α=0,05, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan BBLR

Tabel 4.9 Hubungan Pendidikan dengan BBLR

Pendidikan

BBLR

P

Tidak Ya Total

n % n % n %

Tinggi 99 90,0 11 10,0 110 100,0

0,568

Rendah 37 86,0 6 14,0 43 100,0

4.9 Hubungan Paritas dengan BBLR

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,130< α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan BBLR. Tabel silang antara paritas dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 62 ibu yang paritasnya ≤ 2 anak, ada 4 bayi (6,5%) yang megalami BBLR. Sedangkan, dari 91 ibu yang paritasnya > 2 anak terdapat 13 bayi (14,3%) yang mengalami BBLR


(67)

Tabel 4.10. Hubungan Paritas dengan BBLR

Paritas

BBLR

P

Tidak Ya Total

n % n % n %

≤ 2 anak 58 93,5 4 6,5 62 100,0

0,130

> 2 anak 78 85,7 13 14,3 91 100,0

4.10 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR

Tabel silang antara jarak antar kelahiran dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 97 ibu yang jarak antar kelahirannya ≥ 24 bulan, ada 6 bayi (6,2%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 56 yang jarak antar kelahirannya < 24 bulan terdapat 11 bayi (19,6%) yang mengalami BBLR. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,011 > α=0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara jarak antar kehamilan dengan BBLR

Tabel 4.11 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR

Jarak antar kelahiran

BBLR

P

Tidak Ya Total

n % n % n %

≥ 24 bulan 91 93,8 6 6,2 97 100,0

0,011

< 24 bulan 45 80,4 11 19,6 56 100,0

4.11 Hubungan Pelayanan ANC dengan BBLR

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,011< α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pelayanan ANC dengan BBLR. Tabel silang antara


(68)

pelayanan ANC dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 51 ibu yang pelayanan ANC baik, ada 1 bayi (2,0%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 102 ibu yang pelayanan ANC tidak baik terdapat 16 bayi (15,7%) yang mengalami BBLR.

Tabel 4.12 Hubungan Pelayanan ANC dengan BBLR

Pelayanan ANC

BBLR

P

Tidak Ya Total

n % n % n %

Baik 50 98,0 1 2,0 51 100,0

0,011

Tidak Baik 86 84,3 16 15,7 102 100,0

4.12 Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan ANC

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian BBLR pada bayi di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda tahun 2013 dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen (lebih dari satu) terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik berganda adalah variabel dengan nilai p<0,25 pada hasil uji Chi-Square yaitu paritas, jarak antar kelahiran, dan pelayanan ANC dengan metode backward. Variabel yang terpilih dalam model akhir regresi logistik seperti pada Tabel 4.12 berikut :


(1)

Komponen ANC Katagori * BBLR

Crosstab

BBLR

Total tidak BBLR BBLR

Komponen ANC Katagori lengkap Count 50 1 51

% within Komponen ANC

Katagori 98.0% 2.0% 100.0%

% within BBLR 36.8% 5.9% 33.3%

% of Total 32.7% .7% 33.3%

tidak lengkap Count 86 16 102

% within Komponen ANC

Katagori 84.3% 15.7% 100.0%

% within BBLR 63.2% 94.1% 66.7%

% of Total 56.2% 10.5% 66.7%

Total Count 136 17 153

% within Komponen ANC

Katagori 88.9% 11.1% 100.0%

% within BBLR 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.485a 1 .011

Continuity Correctionb 5.170 1 .023

Likelihood Ratio 8.275 1 .004

Fisher's Exact Test .012 .007

Linear-by-Linear Association 6.443 1 .011

N of Valid Casesb 153

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Pelayanan ANC * BBLR

Crosstab

BBLR

Total tidak BBLR BBLR

Pelayanan ANC baik Count 50 1 51

% within Pelayanan ANC 98.0% 2.0% 100.0%

% within BBLR 36.8% 5.9% 33.3%

% of Total 32.7% .7% 33.3%

tidak baik Count 86 16 102

% within Pelayanan ANC 84.3% 15.7% 100.0%

% within BBLR 63.2% 94.1% 66.7%

% of Total 56.2% 10.5% 66.7%

Total Count 136 17 153

% within Pelayanan ANC 88.9% 11.1% 100.0%

% within BBLR 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.485a 1 .011

Continuity Correctionb 5.170 1 .023

Likelihood Ratio 8.275 1 .004

Fisher's Exact Test .012 .007

Linear-by-Linear Association 6.443 1 .011

N of Valid Casesb 153

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Logistic Regression

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

tidak BBLR 0

BBLR 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted BBLR

Percentage Correct tidak BBLR BBLR

Step 0 BBLR tidak BBLR 136 0 100.0

BBLR 17 0 .0

Overall Percentage 88.9

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.079 .257 65.342 1 .000 .125

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Paritas 2.291 1 .130

JAK 6.510 1 .011

KJ 6.485 1 .011

Overall Statistics 14.456 3 .002

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald) Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 16.202 3 .001

Block 16.202 3 .001

Model 16.202 3 .001


(4)

Model Summary Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 90.540a .100 .200

2 93.290a .084 .168

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted BBLR

Percentage Correct tidak BBLR BBLR

Step 1 BBLR tidak BBLR 136 0 100.0

BBLR 17 0 .0

Overall Percentage 88.9

Step 2 BBLR tidak BBLR 136 0 100.0

BBLR 17 0 .0

Overall Percentage 88.9

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Paritas .973 .619 2.472 1 .116 2.645

JAK 1.214 .557 4.753 1 .029 3.365

KJ 2.171 1.055 4.233 1 .040 8.766

Constant -5.106 1.168 19.114 1 .000 .006

Step 2a JAK 1.220 .550 4.918 1 .027 3.386

KJ 2.140 1.052 4.138 1 .042 8.496

Constant -4.436 1.062 17.460 1 .000 .012

a. Variable(s) entered on step 1: Paritas, JAK, KJ.

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables Paritas 2.601 1 .107

Overall Statistics 2.601 1 .107


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2002

0 54 100

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

0 49 120

Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Praktik Bidan Sumiariani, AMKeb Kecamatan Medan Johor

2 37 67

Hubungan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Sigumpar Kabupaten Tobasamosir

4 59 53

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013

0 0 29

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah - Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang

0 4 10