Tim Penguji: Presentasi Kelas Tim Permainan Pertandingan

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji:

Penguji, Dr. H. Suwarjo, M.Pd. .......................................... Drs. Siswantoro, M.Pd. .......................................... Penguji Bukan Pembimbing, Dra. Sulistiasih, M.Pd. ..........................................

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003 Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 15 Februari 2012 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyusun skripsi ini dengan judul: ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Membaca Pemahaman melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament TGT Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan”. Peneliti sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam proses penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga pada akhirnya skripsi ini terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. iii 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti untuk menyelesaikan belajar di FKIP Universitas Lampung. 4. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1-PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan belajar di FKIP Universitas Lampung. 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S1-PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan belajar di SI-PGSD FKIP Universitas Lampung. 6. Bapak Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dengan bijaksana serta memberikan dorongan kepada peneliti mulai dari awal hingga akhir penelitian skripsi ini. 7. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan dengan bijaksana serta memberikan dorongan kepada peneliti mulai dari awal hingga akhir penelitian skripsi ini. 8. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Penguji Bukan Pembimbing yang telah memberikan masukan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 9. Ibu Dra. Siti Rachmah S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing peneliti selama belajar di kampus S1-PGSD FKIP Universitas Lampung. 10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf karyawan S1-PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 11. Ibu Dra. Dwi Patmawati, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 8 Metro Selatan, yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian di SD. iv 12. Ibu Zuriyah S. Pd., selaku Guru Bahasa Indonesia Kelas V yang telah bersedia menjadi guru kolaborasi dan membantu pelaksanaan penelitian di SD. 13. Bapak Nawazi dan keluarga, yang telah memberikan izin tempat tinggal selama peneliti belajar di kampus S1-PGSD FKIP Universitas Lampung. 14. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat baik meterial maupun spiritual. 15. Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat ditulis satu per satu. Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Metro, 15 Februari 2012 Peneliti Teguh Prasetyo MOTTO 1. Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. QS. Al-Mujadallah: 11 2. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS. Al-Baqarah: 153. 3. Rasulullah Saw. bersabda, “Khairunnas anfa’uhum linnas”, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” HR. Bukhari dan Muslim 4. Sebuah cita-cita besar hanya milik orang-orang pemberani yang terus berjuang dan tidak mudah menyerah. PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : Teguh Prasetyo NPM : 0713053056 program studi : S1-PGSD jurusan : Ilmu Pendidikan fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi saya yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Membaca Pemahaman melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament TGT Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan” ini benar-benar hasil karya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Adapun kutipan dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya, dan apabila di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan di atas, maka saya bersedia dituntut berdasarkan Undang-undang dan peraturan yang berlaku. Bandar Lampung, 28 Desember 2011 Teguh Prasetyo NPM 0713053056 i PERSEMBAHAN Dengan mengucapkan Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur peneliti, kupersembahkan skripsi ini dengan kerendahan hati untuk: 1. Kedua orang tuaku tercinta, yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya, pengorbanan, dan doa yang ikhlas setiap perjalanan hidup putranya. 2. Adikku tersayang, Rudi Susilo semoga menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada Ibu dan bapak. 3. Keluarga besarku; Mbah Narto Sutrisno, Mbah Putri, Bulek Ratri, Om Sis, Bulek Yem, Bulek Ning, Om Subur, Om Yudi, Om Kus, Om Sahid, Bulek Mugi dan seluruh Sepupuku. 4. Guru-guruku; SD, SMP, SMA, Bapak dan Ibu dosen PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah berjasa membagi ilmu pengetahuan kepada peneliti. 5. Teman-teman baikku; Jurus Setiawan, Zahrial Yudha Prawira, Heru Yuono, Ashari Pranowo, Nia Fatmawati, Siti Karomah, dan Vinantika. 6. Teman-temanku dalam satu bimbingan skripsi; Devi Yulita Aryani, Uswatun Hasanah, Lia Deviana, Agung Saputra, dan Desi Susanti. 7. Teman-teman S1-PGSD FKIP Universitas Lampung angkatan 2007. 8. Almamater tercinta Universitas Lampung. RIWAYAT HIDUP Peneliti dilahirkan pada tanggal 06 Mei 1987 di Sri Pendowo, Kecamatan Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Supangat dan Ibu Sri Murwati, S.Pd. Pendidikan di Sekolah Dasar SD Negeri 1 Sri Pendowo diselesaikan pada tahun 2000. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP Negeri 1 Bangunrejo lulus pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD Universitas Lampung melalui jalur tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru SPMB. Selama menjadi mahasiswa peneliti pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan HMJ-IP PS. S1-PGSD UPP Metro, Forum Mahasiswa Studi Islam PS. S1-PGSD UPP Metro, dan Kepramukaan Gudep. PS. S1-PGSD UPP Metro. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh setiap siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini sesuai fungsinya yang tertera dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: 1. bahasa resmi kenegaraan; 2. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan; 3. alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahan; dan 4. alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi Ahira, 2011. dalam http:www.anneahira.comsejarah-bahasa- indonesia.htm . Di sekolah dasar SD pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dalam rangka pembinaan dan pengembangan empat aspek keterampilan dasar berbahasa meliputi; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal Dawson dalam Tarigan, 2008: 1. Disebut catur tunggal, karena setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain. Dalam proses pembelajaran, empat aspek tersebut sebaiknya disampaikan secara seimbang. Hal ini sesuai dengan pendapat Resmini 2006: 31 bahwa keempat aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi seimbang. Pembelajaran membaca di SD terdiri atas dua bagian, yakni a membaca permulaan di kelas 1, 2, dan 3 b membaca lanjut mulai dari kelas 4 sampai dengan kelas 6. Keterampilan membaca pemulaan dilaksanakan melalui membaca teknis atau membaca nyaring dengan harapan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Sedangkan keterampilan membaca lanjut dilaksanakan melalui membaca dalam hati atau membaca pemahaman. Tujuan membaca lanjut adalah bagaimana guru dapat memperlancar siswa untuk mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi bermakna dan akhirnya dapat memahami isi wacana Mulyati, 2006: 2.4. Keterampilan membaca pemahaman tidak hanya digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia saja, tetapi juga dibutuhkan siswa untuk memahami bacaan pada mata pelajaran lainnya seperti IPS, IPA, PKn, dan Matematika. Semakin tinggi kelas maka semakin bertambah kegiatan membaca pemahaman. Namun berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan, siswa kelas V mengalami kesulitan dalam pembelajaran keterampilan membaca khususnya memahami isi bacaan seperti kesulitan menentukan ide pokok setiap paragraf, membuat kesimpulan bacaan, dan menjawab pertanyaan. Ketidakmampuan siswa dalam keterampilan membaca pemahaman tersebut, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang rendah di kelas. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan, guru lebih sering menyampaikan materi keterampilan membaca menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta diakhiri dengan penugasan sehingga pembelajaran terasa monoton. Dalam proses pembelajaran guru belum melibatkan aktivitas siswa di kelas secara maksimal. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif untuk menerima informasi dan pengetahuan dalam pembelajaran. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat terlihat dari: 1 siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi; 2 siswa mengobrol dengan temannya saat pelajaran berlangsung; 3 siswa kurang berani bertanya maupun menjawab pertanyaan; 4 siswa kesulitan mengerjakan tugas dari guru. Selain itu, guru belum menggunakan metode membaca yang menarik bagi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman menyebabkan pembelajaran monoton, kurang inovatif, dan kurang menyenangkan bagi siswa. Peneliti selain melakukan pengamatan langsung observation pada proses pembelajaran membaca di kelas, juga melakukan studi dokumentasi hasil belajar keterampilan membaca. Selanjutnya guru bahasa Indonesia telah menetapkan batasan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM hasil belajar siswa sebesar 65. Adapun hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman yang diperoleh melalui tes formatif sebagai berikut: sebanyak 20 siswa dari 33 siswa 60,6 mendapat nilai 65, berarti belum mencapai ketuntasan belajar dan sebanyak 13 siswa 39,4 siswa mendapat nilai ≥ 65, sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajarnya adalah 55. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 8 Metro Selatan khususnya aspek membaca pemahaman belum berhasil. Peranan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman sangat penting. Karena guru berperan sebagai pengelola pembelajaran dan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya memahami bacaan. Oleh karena itu peneliti dan guru memilih mengadakan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan kegiatan merefleksikan kekurangan pembelajaran di kelas, melalui pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, observasi kinerja guru, dan model pembelajaran yang diterapkan. Peneliti dan guru sepakat untuk memilih memperbaiki pembelajaran bahasa Indonesia di kelas melalui menerapan model pembelajaran yang aktif dan lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca. Beberapa model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang sangat tepat diterapkan di SD adalah pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai pendapat Parendrarti 2009: 3 salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta seluruh siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan cara menempatkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Diharapkan pembelajaran kooperatif membantu siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan menutupi adanya kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, di antaranya tipe Teams- Games-Tournament TGT. Menurut Suwarjo 2008: 114 pembelajaran kooperatif tipe TGT akan menimbulkan kesenangan. Teman tim saling membantu menyiapkan permainan dengan cara menjelaskan masalah. Tim yang mendapatkan skor tertinggi dalam permainan akan mendapatkan sertifikat dari tim yang lain. Selanjutnya pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1 siswa dilatih keterampilan- keterampilan yang spesifik untuk membantu sesama temannya bekerja sama dengan baik; 2 adanya pengakuan atau ganjaran kecil yang harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik; 3 meningkatkan prestasi siswa melalui kesempatan bekerja sama dalam satu permainan kelompok kecil Diyanto, 2006: 3. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Membaca Pemahaman melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam aspek keterampilan membaca pemahaman masih rendah. 2. Siswa kurang aktif untuk menerima informasi dan pengetahuan dalam pembelajaran di kelas. 3. Siswa mengalami masalah dalam keterampilan membaca pemahaman khususnya memahami isi teks bacaan. 4. Hasil belajar yang diperoleh 20 siswa 60,6 masih di bawah KKM atau tidak tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas baru mencapai 55. 5. Penggunaan metode ceramah dan tanya jawab yang mendominasi pembelajaran sehingga pembelajaran terasa monoton, kurang aktif, dan kurang menyenangkan bagi siswa. 6. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada aktivitas dan hasil belajar membaca pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT Kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan ini adalah 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membaca pemahaman melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT kelas V SD Negeri 8 Metro Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak terkait antara lain siswa, guru, sekolah, dan peneliti. 1. Bagi Siswa a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membaca pemahaman melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Bagi Guru a. Dapat memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas. b. Dapat meningkatkan kinerja guru dan profesionalisme dalam mengajar. 3. Bagi Sekolah a. Dapat memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. b. Dapat memberikan inovasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas guna peningkatan hasil belajar siswa. 4. Bagi Peneliti a. Dapat menambah wawasan tentang PTK secara langsung. b. Dapat menambah pengetahuan tentang pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dapat diterapkan di sekolah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan perilaku baru individu yang dilakukan dari hasil pengalaman dan latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto dalam Hadis, 2008: 60 belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya belajar harus dilakukan secara langsung karena keaktifan oleh pembelajar dapat mengkonstruksikan membangun pengetahuan dengan sendirinya. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah lebih memberikan tempat kepada siswa dalam proses pembelajaran daripada guru Asrori, 2009: 27. Dalam proses pembelajaran siswa didorong untuk menggali dan menemukan pemecahan masalah mereka sendiri serta mencoba untuk merumuskan gagasan-gagasan dan hipotesis. Ditambahkan oleh Suyatna 2008: 94 siswa diberi kesempatan berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok Budiningsih 2004: 59 mengemukakan peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu siswa agar proses pengonstruksian pengetahuan siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuan dengan sendirinya. Prinsip-prinsip belajar konstruktivisme antara lain: 1 pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, 2 tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3 mengajar adalah membantu siswa, 4 tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, 5 kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan 6 guru sebagai fasilitator Suparno dalam Trianto, 2010: 75. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, belajar merupakan suatu proses membangun pengetahuan baru yang dilakukan siswa secara aktif melalui usaha dirinya sendiri seperti menggali pengetahuan, menemukan pemecahan masalah, merumuskan gagasan, dan membuat hipotesis. Bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan misalnya siswa berdiskusi dengan temannya, mengemukakan pendapat, mencari dan menemukan materi belajar, serta menyampaikan hasil penafsiran di dalam kelompok belajar. B. Aktivitas Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2007: 23, aktivitas merupakan keaktifan, kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan di tiap bagian di dalam perusahaan. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan yang dilakukan individu. Aktivitas belajar juga dapat diartikan sebagai kegiatan aktif siswa untuk memperoleh tujuan belajar, baik bersifat fisik dan mental. Hal ini didukung oleh pendapat Sardiman 2010: 100 yang mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan untuk siswa belajar. Dalam proses pembelajaran aktivitas siswa dan guru memegang peranan penting agar tercipta suasana belajar aktif dan menyenangkan. Misalnya aktivitas siswa membaca buku, bertanya kepada guru, mengerjakan tugas, dan menjawab pertanyaan. Menurut Kunandar 2010: 277, aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian aktivitas belajar adalah kegiatan aktif yang dilakukan siswa bersifat fisik dan mental dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran antara lain; membaca buku pelajaran, aktif mendengarkan penjelasan guru, berdiskusi dalam kelompok belajar, menyampaikan pendapat, mampu mengerjakan tugas dari guru, bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses evaluasi belajar dapat berupa angka, sikap, dan keterampilan yang ditentukan dalam beberapa waktu. Hal ini didukung oleh pendapat Dimyati dan Mudjiono 2002: 20 bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terutama berkat evaluasi guru. Hasil evaluasi guru diharapkan dapat mengetahui perubahan tingkat perkembangan mental siswa menjadi lebih baik dibandingkan sebelum pembelajaran. Hamalik 2005: 30 menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Gagne dalam Wahyudin, 2006: 2.19 menyebutkan hasil belajar tersebut adalah 1 keterampilan intelektual; 2 strategi kognitif; 3 informasi verbal; 4 sikap; dan 5 keterampilan. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan seseorang yang terjadi setelah proses pembelajaran dengan melalui tahapan evaluasi belajar. Kemampuan yang dimiliki seseorang dari hasil belajar dapat berupa nilai angka, pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan.

D. Hakikat Membaca

Hakikat membaca merupakan merespon lambang tulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal ini sesuai pendapat Hodgson dalam Tarigan, 2008: 7 mendefinisikan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca tidak semudah hanya melafalkan bentuk dan tanda tulisan tetapi juga perlu proses untuk memahami isi bacaan. Crawley dan Mountain dalam Rahim, 2007: 2 mengemukakan bahwa: membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata menggunakan kamus. Mengacu definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan pembaca dalam mengartikan bahasa tulis dan memahami isi bacaan secara tepat yang hendak disampaikan oleh penulis.

E. Tujuan Membaca

Pada dasarnya tujuan utama membaca adalah mendapatkan informasi yang tepat dan benar. Hal ini ditegaskan oleh Rahim 2007: 11 membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari teks, karena seseorang yang membaca dengan tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Tarigan 2008: 9 tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna, arti meaning erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca. Hal ini sesuai pendapat Nurhayati 2009: 4 bahwa tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. Sedangkan menurut Resmini 2006: 94 pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut yaitu: 1. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan; 2. membaca bersuara memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan; 3. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan; 4. menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik; 5. menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa; 6. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan dan tertulis; 7. melakukan penguatan dan penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum melakukan perbuatan membaca 8. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan; 9. mempelajari struktur bacaan; serta 10. menjawab pertanyaan khususnya yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan sesuai dengan tujuan masing-masing pembaca. Jika dikaitkan dengan membaca pemahaman, tujuan membaca sangat berperan penting dan dapat mempengaruhi pembaca dalam proses membaca sehingga pembaca memahami isi bacaan.

F. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan 2008: 11–13 jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1 membaca nyaring, dan 2 membaca dalam hati. Membaca nyaring terdiri atas: a membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan b membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra. Jenis-jenis membaca dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Gambar 2.1 Jenis-jenis Membaca Tarigan, 2008: 14 . Berdasarkan pengelompokan bagan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa membaca pemahaman terdapat dalam lingkup membaca telaah isi yang tujuan utamanya adalah pemahaman dan penguasaan terhadap informasi serta hal-hal penting yang termuat dalam sebuah informasi tertulis berupa teks bacaan.

G. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan salah satu keterampilan membaca yang paling sulit karena diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang luas untuk menemukan informasi bacaan secara tepat. Tarigan 2008: 58 mengemukan bahwa membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma MEMBACA Membaca Nyaring Membaca Dalam Hati Membaca Ekstensif Membaca Intensif 1.Membaca Survey 2.Membaca Sekilas 3.Membaca Dangkal 1.Membaca Teliti 2.Membaca Pemahaman 3.Membaca Kritis 4.Membaca Ide-ide 1.Membaca Bahasa 2.Membaca Sastra Membaca Telaah Isi Membaca Telaah Bahasa kesastraan literary standards, resensi kritis critical review, drama tulis primed drama, serta pola-pola fiksi pattenrs of fiction. Proses membaca pemahaman tidak semudah membaca secara mekanis ejaan huruf saja namun banyak faktor yang memperngaruhinya. Menurut Resmini 2006: 45 faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman antara lain kemampuan mengurai pesan decoding, pengetahuan kosa-kata, pengetahuan tentang konsep-konsep, dan perkembangan kognitif. Selanjutnya Crawley dan Mountain dalam Rahim, 2007: 2 di samping keterampilan decoding, pembaca juga harus memiliki keterampilan makna meaning. Pemahaman berlangsung beberapa tingkat, mulai dari pemahaman literal sampai kepada pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Dengan demikian membaca pemahaman menekankan pada penguasaan aspek pemahaman mulai tingkat pemahaman literal, kritis, dan kreatif secara menyeluruh, baik yang tersurat maupun yang tersirat.

H. Pembelajaran Membaca Pemahaman di SD

Pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Pengembangan kemampuan membaca siswa harus dikembangkan secara seimbang dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan secara seimbang dengan aspek keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, Kompetensi Dasar KD membaca akan menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan berbahasa lain menyertai dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran membaca di SD terdiri dari dua aspek keterampilan yaitu membaca permulaan dan keterampilan membaca lanjut. Membaca permulaan diberikan di kelas rendah mulai kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan membaca pemahaman diberikan di kelas 4, 5, dan 6. pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, 2, dan 3 lebih menekankan aspek mekanis seperti pengenalan bentuk huruf; b pengenalan unsur-unsur linguistik fonemgrafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain; c pengenalan hubungankorespondensi pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis; d kecepatan membaca ke taraf lambat Tarigan 2008: 12. Pembelajaran membaca pemahaman di kelas 4, 5, dan 6 lebih pada penguasaan aspek pemahaman. Aspek membaca pemahaman ada 3 yaitu literal, kritis, dan kreatif. Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat eksplisit. Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan siswa untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat, maupun makna tersirat. Keterampilan membaca kritis siswa antara lain keterampilan: 1 menemukan informasi faktual detail bacaan; 2 menemukan ide pokok yang tersirat maupun tersurat; 3 membuat kesimpulan; 4 menemukan tujuan pengarang Tarigan dalam Nurhayati, 2009: 9. Pembelajaran membaca pemahaman menurut Mulyati 2006: 2.12 dapat dilaksanakan melalui kegiatan membaca di kelas sebagai berikut. 1. Mencari Kalimat Topik Siswa diminta untuk membaca sebuah paragraf dalam teks bacaan, kemudian mencari kalimat topik yang terdapat di dalamnya. 2. Menceritakan Kembali Siswa membaca sebuah teks bacaan untuk menemukan kata kunci, menjawab pertanyaan, menyusun atau merangkumnya secara sistematis, dan menceritakannya kembali ke depan kelas. 3. Parafrase Siswa membaca puisi yang diberikan oleh guru dan mencari makna yang terdapat di dalamnya lalu menceritakan kembali dengan kata-kata mereka sendiri. 4. Melanjutkan Cerita Guru memberikan selembar kertas yang di dalamnya berisikan sebuah cerita, tetapi ada bagian yang dihilangkan dari cerita tersebut dan meminta siswa untuk melanjutkan sendiri bagian yang hilang tersebut. 5. Mempraktikkan Petunjuk Siswa diberi buku yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk tentang bagaimana membuat sesuatu ataupun melakukan sesuatu. Selanjutnya siswa diminta untuk mempraktikkannya ke depan kelas. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman di SD harus disesuaikan dengan KD, dan tidak dapat dipisahkan dengan aspek keterampilan berbahasa yang lain. Pembelajaran membaca pemahaman di kelas 5 dilaksanakan dalam penelitian berupa teks bacaan dengan memperhatikan aspek pemahaman literal dan kritis. Kegiatan membaca pemahaman tersebut adalah siswa mencari kalimat topik, menceritakan kembali, melanjutkan cerita, dan menyimpulkan isi bacaan.

I. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suwarjo 2008: 98 model pembelajaran terbagi atas berbagai strategi belajar, seperti strategi pemodelan, pembelajaran penemuan, pembelajaran kooperatif, pembelajaran sinektik, model inkuiri, model bermain peran dan sebagainya. Slavin dalam Solihatin, 2007: 4 menjelaskan pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama siswa dalam belajar dan bertanggung jawab teman satu timnya. Hal ini sesuai pendapat Slavin 2010: 10 bahwa semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Menurut Davidson dan Kroll dalam Asma, 2006: 11 mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar peserta didik dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok kecil terdiri dari 4-6 siswa untuk saling bekerja sama dalam memecahkan masalah demi meraih keberhasilan individu dan kelompok.

J. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif memiliki tipologi atau karakteriktik yang sangat prinsip. Menurut Slavin 2010: 26 tipologi pembelajaran memiliki berbagai perbedaan, tetapi dapat dikategorikan menurut enam karakteristik prinsip sebagai berikut. 1 Tujuan Kelompok Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran Tim Siswa, ini berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. 2 Tanggung Jawab Individual Tanggung jawab dilaksanakan dua cara, yang pertama menjumlahkan skor kelompok atau nilai rata-rata individual. Yang kedua spesialisasi tugas, di mana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok. 3 Kesempatan Sukses Bersama Karakteristik unik pembelajaran kooperatif adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan sukses dalam timnya. 4 Kompetisi Tim Student Team Achievement Division STAD dan Teams-Games- Tournament TGT menggunakan kompetisi antartim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya. 5 Spesiasilasi Tugas Group Investigation GI dan metode spesialisasi tugas lainnya adalah untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing anggota kelompok. 6 Adaptasi terhadap Kebutuhan Kelompok Kebanyakan metode kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok, tetapi ada Cooperative Integarated Reading and Composition CIRC dan Team Accelarated Instruction TAI mengadaptasi pengajaran individual. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki karakter antara lain memiliki tujuan kelompok, memiliki tanggung jawab individual, kesuksesan yang sama, kompetisi tim, adanya spesialisasi tugas, mengadaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Menurut Slavin 2010: 11 pembelajaran kooperatif telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif, tiga model di antaranya dapat diadaptasi untuk semua mata pelajaran dan tingkat kelas yaitu STAD, TGT, dan Jigsaw. Sedangkan dua yang lain CIRC digunakan khusus untuk membaca dan TAI digunakan untuk pelajaran matematika.

K. Teams-Games-Tournament TGT

Pembelajaran kooperatif tipe TGT pertama kali ditemukan oleh DeVries, Edward, dan Slavin pada tahun 1978 sebagai kajian di sekolah yang menghapuskan perbedaan. Menurut Slavin 2010: 166 pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen-komponen yaitu tahap presentasi kelas class precentation, belajar dalam kelompok teams, permainan games, pertandingan tournament, dan penghargaan kelompok team recognition.

1. Presentasi Kelas

class precentation Presentasi kelas merupakan pembelajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan oleh guru. Guru haruslah fokus dalam menyampaikan tujuan pembelajaran materi dalam TGT, sehingga para siswa akan menyadari bahwa mereka harus memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena hal itu akan sangat membantu mereka mengerjakan games.

2. Tim

teams Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan games dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kerja siswa LKS.

3. Permainan

games Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi guru dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan di atas meja dengan empat orang siswa, yang masing-masing mewakili tim berbeda. Kebanyakan games hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

4. Pertandingan

tournament Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Dilakukan setelah guru selesai memberikan materi dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk empat siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, empat berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Gambar di bawah ini mengilustrasikan hubungan antara tim dalam games turnamen. Gambar 2.2 Penempatan Siswa pada Meja Turnamen Slavin, 2010: 168 A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3 Meja Turnamen 4 Keterangan: A1, B1, C1 = Siswa kemampuan tinggi A 2,3 B 2,3 C 2,3 = Siswa kemampuan sedang A4, B4, C4 = Siswa kemampuan rendah

5. Penghargaan Kelompok

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dengan Permainan Destiny Board

0 3 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI SD NEGERI 5 WATES, KULON PROGO.

0 1 237