Teknik Sampling 6. Kerangka Berfikir Penelitian

Untuk menentukan sampel dalam penelitiaan ini digunakan teknik sampel purposif. Sampel purposif dipilih karena kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data Patton, 1984. Teknik cuplikan ini dengan berbagai alasannya ini sering juga dinyatakan sebagai criterion- based selection dari pada probability sampling Goetz dan Le Comte dalam Sutopo, 2002 : 56. Dalam penelitian ini informan yang dianggap penting dan mengetahui apa yang di inginkan peneliti adalah Kasat Narkoba Polwiltabes dan Bagmin Polwiltabes Semarang.

3.6. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Salah satu unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah pengumpulan data karena unsur ini mempengaruhi langkah-langkah berikutnya sampai dengan penarikan simpulan, oleh karena itu, untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka harus dipakai teknik yang benar untuk memperoleh data yang benar. Penelitian hukum normatife merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian terhadap data sekunder umum yang dapat diteliti adalah : 1. Data Arsip 2. Data Resmi pada instansi 3. Data yang dipublikasikan Untuk mendapatkan data-data tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan proses pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. a. Wawancara Interview Metode wawancara merupakan sebuah metode yang sangat efektif dalam penelitian kualitatif. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang menetapkan informan sebagai sejawat karena dalam penelitian ini dianggap bahwa informasi yang diperoleh bergantung kepada informan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba Dalam Moleong, 2002 : 135 antara lain: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan ; merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu ; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang ; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia triangulasi ; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor apa saja yang