Untuk menentukan sampel dalam penelitiaan ini digunakan teknik sampel purposif. Sampel purposif dipilih karena kecenderungan peneliti untuk
memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam
memperoleh data Patton, 1984. Teknik cuplikan ini dengan berbagai alasannya ini sering juga dinyatakan sebagai criterion- based selection dari
pada probability sampling Goetz dan Le Comte dalam Sutopo, 2002 : 56. Dalam penelitian ini informan yang dianggap penting dan mengetahui apa yang
di inginkan peneliti adalah Kasat Narkoba Polwiltabes dan Bagmin Polwiltabes Semarang.
3.6. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Salah satu unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah pengumpulan data karena unsur ini mempengaruhi langkah-langkah berikutnya
sampai dengan penarikan simpulan, oleh karena itu, untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka harus dipakai teknik yang benar untuk memperoleh data
yang benar. Penelitian hukum normatife merupakan penelitian kepustakaan yaitu
penelitian terhadap data sekunder umum yang dapat diteliti adalah : 1.
Data Arsip 2.
Data Resmi pada instansi 3.
Data yang dipublikasikan
Untuk mendapatkan data-data tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan proses pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi,
dokumentasi dan studi kepustakaan. a.
Wawancara Interview Metode wawancara merupakan sebuah metode yang sangat
efektif dalam penelitian kualitatif. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang menetapkan informan sebagai
sejawat karena dalam penelitian ini dianggap bahwa informasi yang diperoleh bergantung kepada informan. Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln
dan Guba Dalam Moleong, 2002 : 135 antara lain: mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan ; merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang
dialami masa lalu ; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang
; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia
triangulasi ; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan
anggota. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini juga bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor apa saja yang