Selain dari pungutan retribusi pasar secara fisik tersebut pemerintah juga memberikan pelayanan khusus bagi pedagang yang disebut pelayanan minimal.
Pelayanan minimal ini merupakan pelayanan yang diberikan pemerintah bagi para pedagang yang akan memperpanjang ijin penggunaan bangunan pasar.
5.2. Kerangka Teoritik
Berdasarkan kerangka teori yang telah disajikan diatas maka peneliti Pengelolaan Keuangan
Otonomi Daerah
Persepsi pedagang -
pengelolaan retribusi pasar
- Pelayanan publik dari
pungutan retribusi pasar tersebut
Kewenangan Daerah
Pelayanan Publik
Peraturan daerah tentang retribusi pasar
Kesejahteraan masyarakat
Asas dan Prinsip Pelayanan Publik
mempunyai gambaran tentang salah satu pelaksanaan otonomi daerah yaitu tercapainya masyarakat yang sejahtera namun untuk mencapai semua itu harus
dibarengi dengan usaha-usaha, baik usaha yang berhubungan dengan finansial maupun pelayanan.
Otonomi daerah merupakan salah satu usaha pemerintah pusat untuk memberdayakan daerah. Dengan otonomi ini, daerah diharapkan dapat menggali
potensi yang ada di daerah masing-masing. Ada beberapa kewenangan- kewenangan yang dulunya dikelola oleh pusat namun sekarang dilimpahkan ke
daerah misalnya kewenangan untuk mengelola keuangan daerah. Keuangan daerah merupakan sumber utama untuk pembangunan dan
pemberdayaan daerah. Salah satu sumber keuangan asli daerah yang memiliki potensi besar adalah penerimaan keuangan dari hasil pungutan retribusi daerah.
Dengan retribusi ini pemerintah dapat mengadakan berbagai jenis layanan bagi masyarakat yang menggunakan fasilitas pemerintah baik itu yang berupa barang
maupun jasa. Namun pemerintah juga tidak boleh seenaknya saja memungut retribusi bagi masyarakat.
Untuk itu pemerintah harus menetapkan tentang tarif retribusi itu dan jasa apa yang akan diterima oleh masyarakat dari pungutan retribusi itu. Jika
kedua hal ini berjalan baik maka impian pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnyapun akan terwujud. Seperti misalnya yang dirasakan oleh para
pedagang yang menjadi pengguna jasa pelayanan umum dari pemerintah berupa pelayanan ijin dan pemakaian bangunan pasar maupun penggunaan fasilitas
umum yang ada di pasar. Pedagang harus membayar tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Retribusi Pasar. Namun dari pemungutan retribusi ini pedagang tidak sertamerta atau tidak peduli berapapun biaya yang dikeluarkan, tapi mereka juga menuntut
agar apa yang mereka bayarkan sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu jika ada kesenjangan antara tarif yang ditetapkan
dengan pelayanan yang diberikan maka akan menimbulkan persepsi yang berbeda dari para pedagang sebagai pengguna jasa pelayanan pasar.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Dasar Penelitian