penggunaan sumber daya, memperluas permintaan pasar dan menciptakan lapangan pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan
utama Ekonomi hijau.
5. Penutup
Konflik kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan merupakan hal yang selalu mengiringi dalam
pemanfaatan Common Pool Resources CPR
15
. Hal ini tidak terlepas dari perbedaan sudut pandang terhadap hutan, ada
sebagian masyarakat yang berpandangan bahwa hutan harus tunduk terhadap manusia dan boleh untuk terus-menerus
dieksploitasi antroposentrisme.
Paradigma lain
yang berkembang adalah bahwa alam merupakan suatu entitas yang
harus diperlakukan secara bijak dan harus berharmonisasi dengan manusia ekosentrisme. Bagaimanapun konteks
pengelolaan dan
perlindungan terhadap
alam maupun
bagaimana produk-produk forum internasional seperti Green economy tercipta, telah saatnya penyelamatan terhadap
lingkungan dilakukan
tanpa harus
menunggu adanya
bantuanhibah dari negara lain. Pemerintah perlu melakukan suatu kebijakan alternatif
untuk perlindungan
dan pelestarian
lingkungan seperti
moratorium dan rehabilitasi, konservasi dan berbagai strategi lainnya harus segera dijalankan. Meskipun pada kenyataannya
keterlibatan atau bantuan pihak asing masih sangat besar. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah saja sebagai policy maker, akan tetapi perlu sinergitas dari berbagai pihak guna tercapainya tujuan Ekonomi
hijau itu sendiri baik oleh kalangan ilmuwan, swasta, perbankan serta masyarakat sipil itu sendiri. Sumbangan berupa pemikiran
ataupun inovasi teknologi ramah lingkungan, tepat guna, serta memiliki nilai ekonomis dapat dilakukan oleh kalangan ilmuwan
atau peneliti. Selanjutnya, pihak swasta dapat berperan dalam memanfaatkan hasil pemikiran maupun inovasi ramah dari
peneliti dengan melakukan produksi massal teknologi-teknologi
15
CPR merupakan sumberdaya yang memberikan manfaat bagi sekelompok orang namun manfaat tersebut akan berkurang ketika setiap individu
mementingkan kepentingannya sendiri dan melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut sehingga melahirkan kelangkaan sumberdaya tragedy of
the commons
ramah lingkungan tersebut untuk ditawarkan ke masyarakat umum. Selain itu, dengan adanya Corporate social responsibility
CSR
16
dari pihak swasta dapat menunjang kelestarian lingkungan. Pihak perbankan pun dapat turut serta melakukan
Green economy dengan turut mempertimbangkan untuk memasukkan faktor yang kemungkinan dapat merusak alam
dalam penilaian kelayakan usaha, selain itu penerapan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk usaha ataupun konsumsi barang
yang tidak ramah lingkungan dan sebaliknya. Masyarakat sipil perlu mengkampanyekan pentingnya penerapan Ekonomi hijau
dalam kegiatan sehari-hari sehingga berperilaku ramah terhadap lingkungan sekitar Budimanta, 2011. Dengan demikian,
perubahan perilaku yang berawal dari penyadaran mental atau green mentality
17
ini diharapkan dapat mendorong low-carbon development
18
. Secara sederhana, kedaulatan dalam konteks ini
mencakup tiga pilar, yakni: tata kelola, tata kuasa dan tata manfaat. Pilar-pilar inilah sebagai tonggak yang perlu dikuatkan
dan diintegrasikan secara nasional guna mendapat posisi tawar yang kuat pada mekanisme global. Setiap elemen harus
digerakkan melalui integrasi dan sinergi antar sektoral. Problem lingkungan tidak boleh lagi diserahkan kepada skema pasar
untuk menyelesaikannya. Kita perlu meyakini bahwa kedaulatan dapat menjadi basis yang kuat untuk mengawal pembangunan
yang ramah lingkungan. Hal ini tentu juga perlu ditunjang oleh kesadaran bahwa lingkungan memiliki makna yang besar bagi
16
CSR merupakan tanggung jawab organisasi terhadap dampak dari keputusan dan kegiatannya pada masyarakat serta lingkungan melalui perilaku transparan
yang etis dan sejalan dengan pembangunan berkelanjutan serta kesejahteraan masyarakat; memperhitungkan harapan para pemangku kepentingan, sesuai
dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku internasional yang terintegrasi dalam keseluruhan organisasi Hohnen, 2007:4
17
Green mentality atau mentalitas keberlanjutan merupakan sikap mental dan kepedulian masyarakat, termasuk para pengambil keputusan, dalam menyikapi
kemunduran lingkungan akibat pembangunan Noegroho, 2013:14.
18
Strategi pembangunan rendah emisi low emission development strategy- LEDS yang juga dikenal sebagai pembangunan rendah karbon dimana
pembangunan yang hasil emisi gas rumah kacanya sangat rendah. Pembangunan rendah karbon ini dilihat sebagai model yang dapat mencegah
terjadinya “boom-bust economy” yaitu jatuhnya suatu daerah ataupun Negara akibat dari makin terkurasnya sumberdaya alam.
kelangsungan hidup bangsa. Jika ini dapat terinternalisasi pada semua elemen dalam negara, maka apapun konsepnya
kelestarian lingkungan tetap akan terjaga, bukan bergantung pada andil asing tetapi oleh komitmen kita bersama.
Daftar Pustaka
Anonim. tanpa
tahun. Pengelolaan
Hutan Bersama
Masyarakat : Kolaborasi antara Masyarakat Desa Hutan dengan Perum Perhutani dalam Pengelolaan
Sumberdaya Hutan di Jawa. LPF Project. Uni Eropa, CIRAD, CIFOR, Fakultas Kehutanan UGM dan Perhutani
Awang, San Afri, dkk. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH. CIRAD, CIFOR dan
FKHR UGM
Awang, San Afri. tanpa tahun. Sejarah pemikiran pengelolaan hutan di Indonesia.
Budimanta, Arif. 2011. Ekonomi hijau : Apa yang perlu kita lakukan?.
[http:www.bappenas.go.idget-file- servernode 11524], Diakses pada 1 Maret 2013.
Buizer, Marleen Bas Art. Forest, Discourses, Institutions : A discursive-institutional analysis of global forest
governance. Forest Policy Economics Journal 2009, 11:340-347.
Djajadiningrat, Surna Tjahja, Yeni Hendriani, Melia Femiola.
2011. Ekonomi Hijau Green Economy. Rekayasa Sains. Bandung.