III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap Provinsi Sumatera Selatan dengan pertimbangan bahwa Sumatera Selatan merupakan salah satu Provinsi yang mengalami
pemekaran. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto PDRB kabupatenkota Provinsi Sumatera Selatan
dari tahun 1993-2005. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Jakarta serta data sekunder yang mendukung lainnya.
3.3. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan alat analisis shift share untuk mengetahui bagaimana perkembangan sektor di kabupatenkota di Sumatera Selatan
jika dibandingkan saat sebelum dan setelah pemekaran wilayah serta apakah kabupatenkota tersebut tumbuh progresif atau tidak progresif saat sebelum dan setelah
pemekaran wilayah.
3.3.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan dan Laju Pertumbuhan PDRB KabupatenKota Sumatera Selatan
Analisis PDRB digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB sektor ke i di kabupatenkota ke j dan perubahan PDRB dari sektor ke i di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun awal dan tahun akhir analisis. Analisa terbagi atas laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan, laju pertumbuhan ekonomi sektoral Provinsi
Sumatera Selatan R
i
, laju pertumbuhan ekonomi sektoral kabupatenkota Sumatera Selatan r
i
. 1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan
Menggunakan rumus: LPPDRB
t
= PDRB
t
– PDRB
t-1
x 100 PDRB
t-1
dimana: LPPDRB
t
= Laju pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t PDRB
t-1
= angka PDRB pada tahun ke-t PDRB
t-1
= angka PDRB pada tahun ke t-1 2. Nilai R
i
R
i
merupakan selisih antara PDRB Provinsi Sumatera Selatan dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan PDRB Provinsi Sumatera Selatan sektor i pada tahun dasar
analisis dibagi PDRB Provinsi Sumatera Selatan sektor i pada tahun dasar analisis. Rumusnya adalah sebagai berikut:
i i
i i
Y Y
Y R
− =
dimana:
i
Y
= PDRB Provinsi SUMSEL dari sektor i pada tahun akhir analisis,
i
Y
= PDRB Provinsi SUMSEL dari sektor i pada tahun awal analisis 3. Nilai r
i
ri merupakan selisih antara PDRB KotaKabupaten Sumatera Selatan dari sektor
i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis dengan PDRB kotaKabupaten Sumatera
Selatan dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis dibagi PDRB kotakabupaten Sumatera Selatan sektor ke i pada wilayah ke j pada tahun dasar
analisis. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:
ij ij
ij i
y y
y r
− =
dimana:
ij
y
= PDRB kotakabupaten SUMSEL sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis,
ij
y
= PDRB kotakabupaten SUMSEL sektor i pada wilayah ke j pada tahun awal analisis.
3.3.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengidentifikasi perubahan produksi suatu wilayah pada tahun awal dengan tahun akhir analisis.
Komponen pertumbuhan wilayah terdiri dari KomponenPertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW
1. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Komponen
PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir,
perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan proporsional
dapat dirumuskan sebagai berikut: PP
ij
=R
i-
R
a
y
ij
. dimana:
PP
ij
= Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j, y
ij
= PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun awal analisis R
i
-R
a
= Perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional.
Apabila PP
ij
0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya lambat. Sedangkan apabila PP
ij
0 menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya cepat.
2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam
suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana
sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dirumuskan sebagai berikut:
PPW
ij
= r
i
-R
i
y
ij
dimana: PPW
ij
= komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah ke j, y
ij
= PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun awal analisis
r
i
-R
i
= persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh
pertumbuhan pangsa wilayah. Apabila PPW
ij
0, maka sektor i pada wilayah ke j tidak dapat bersaing dengan baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya, sedangkan apabila PPW
ij
0, maka wilayah ke j mempunyai daya saing yang baik untuk perkembangan sektor ke i
bila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
3 .3.3. Analisis Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih
Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang
ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP
j
dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW
j
. Data-data yang dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplot persentase perubahan komponen
pertumbuhan proporsional PP dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW kedalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen pertumbuhan proporsional PP diletakkan
pada sumbu horizontal sebagai basis, sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat. Profil pertumbuhan PDRB
disajikan pada Gambar 3 berikut ini.
PPW Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadaran II
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB
Sumber Budiharsono 2001
a. Kuadran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, sektor tersebut juga dapat
bersaing dengan sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain. Karena pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya tergolong dalam pertumbuhan yang cepat, maka
wilayah yang bersangkutan juga merupakan wilayah yang progresif maju. b.
Kuadaran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing
dengan sektor perekonomian dari daerah lain. c.
Kuadran III menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan sektor perekonomian yang lambat dan tidak mampu
bersaing dengan wilayah lain. Jadi wilayah tersebut tergolong pada wilayah yang memiliki pertumbuhan yang lambat.
d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah
memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain.
Pada kuadran II dan IV terdapat garis diagonal yang memotong kedua daerah tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah merupakan
wilayah yang progresif, sedangkan dibawah garis diagonal berarti suatu wilyah yang pertumbuhannya lambat.
Berdasarkan nilai persen PP
j
dan PPW
j
, maka dapat diidentifikasi pertumbuhan suatu sektor atau suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua komponen tersebut
PP
j
dan PPW
j
apabila dijumlahkan akan didapat nilai pergeseran bersih PB
j
yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah. PB
j
dapat dirumuskan sebagai berikut: PB
j
= PP
j
+ PPW
j
dimana: PB
j
= pergeseran bersih wilayah ke j
PP
j
= komponen pertumbuhan proporsional dari seluruh sektor untuk wilayah ke j
PPW
j
= komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari seluruh sektor untuk wilayah ke j
Apabila PB
j
≥ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut masuk kedalam pertumbuhan progresif, sedangkan apabila PB
j
≤ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk dalam pertumbuhan yang lambat.
Analisis pertumbuhan ekonomi kabupatenkota dengan menggunakan analisis shift share
dapat dipermudah dengan menggunakan software komputer, program Microsoft Excel
. Hasil perhitungan tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi atau menganalisa pertumbuhan ekonomi kabupatenkota yang ada di
Sumatera Selatan.
3.4. Konsep dan Definisi Operasional 3.4.1. Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB
Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu perencanaan yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan
keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data-
data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat dimonitor dan
dievaluasi hasil-hasilnya. Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup Kabupaten dan
kota adalah Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB Kabupaten kota menurut lapangan usaha Industrial Origin.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun. PDRB
atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedang PDRB atas dasar harga konstan
menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar yaitu tahun 1993. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan
untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk
menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu :
1. Jika ditinjau dari sisi produksi disebut Produksi Regional, merupakan jumlah nilai
tambah produk yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dimaksud secara garis
besar menjadi sembilan sektor yaitu 1 Sektor pertanian; 2 sektor pertambangan dan penggalian; 3 sektor industri pengolahan; 4 sektor listrik, gas dan air bersih;
5 sektor konstruksibangunan; 6 sektor perdagangan, hotel dan restoran; 7 sektor pengangkutan dan komunikasi; 8 sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; 9 sektor jasa-jasa. 2.
Jika ditinjau dari sisi pendapatan disebut Pendapatan Regional, merupakan jumlah nilai tambah produk yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki
penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
3. Jika ditinjau dari segi pengeluaran disebut pengeluaran regional, merupakan jumlah
pengeluaran konsumsi atau komponen permintaan akhir yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, pemerintah dengan pembentukan modal tetap
domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto suatu daerah dalam dalam jangka waktu tertentu.
PDRB di suatu daerahwilayah lebih menunjukkan pada besaran produksi suatu daerah, bukan pendapatan yang sebenarnya diterima oleh penduduk di daerah yang
bersangkutan. Walaupun demikian PDRB merupakan data yang paling representatif dalam menunjukan pendapatan dibandingkan dengan data-data yang lainnya. Pada
penelitian ini, data PDRB inilah yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi kabupatenkota yang tumbuh di Sumatera Selatan. Data yang digunakan yaitu
data PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 dari masing-masing kabupatenkota yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan, karena keterbatasan data yang di peroleh
dan pada tahun dasar 1993 situasi dan kondisi perekonomian pada skala nasional maupun regional cukup normal dan memadai.
IV. GAMBARAN UMUM
Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya diatur dalam Undang-undang Nomor 25
tahun 1959 tentang pembentukan daerah tingkat I Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Selatan termasuk provinsi yang mempunyai kekayaan sumberdaya alam yang sangat
potensial dan bervariasi jenisnya antara lain, potensi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan hasil-hasilnya, hasil perikanan sungai, pertambangan
minyak bumi, gas, batu bara dan pariwisata.
4.1. Wilayah Administrasi Pemerintahan
Provinsi Sumatera Selatan, yang secara yuridis formal dibentuk dengan Undang- undang nomor 25 tahun 1959 tentang pembentukan daerah tingkat I Sumatera Selatan
semula terdiri dari delapan kabupaten dan dua kota yaitu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Bangka,
Belitung, dan Kota Palembang, Pangkal Pinang. Namun terjadi perubahan stastus administrasi pemerintahan berdasarkan Undang-undang nomor 27 tahun 2001 tentang
pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Seiring dengan otonomi daerah Provinsi Sumatera Selatan kembali terjadi pemekaran dengan peningkatan status kota
administrasi menjadi kota. Sehingga wilayah admninistrasi pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan menjadi sepuluh kabupaten dan empat kota, diantara sepuluh
kabupaten yaitu, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Palembang, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Utara, Ogan
Komering Ulu Selatan, Ogan Ilir, Prabumulih, Pagar Alam dan Lubuk Linggau.