Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Dalam Chen et al. 2004 disebutkan bahwa peraturan mengenai rotasi auditor dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas audit berdasarkan pada asumsi bahwa semakin lama hubungan antara auditor dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor. Namun dari segi kompetensi adanya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas audit. Ketika auditor harus menghadapi SKPD baru sebagai kliennya, maka akan diperlukan lebih banyak waktu baginya untuk mempelajari terlebih dahulu klien barunya daripada ketika auditor melanjutkan penugasan dari klien terdahulunya. Hal inilah yang membuat kualitas audit semakin meningkat karena adanya peningkatan kompetensi auditor yang diperoleh seiring dengan semakin lamanya jangka waktu penugasan auditor. Oleh karena itu, adanya rotasi dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap kualitas audit tergantung pada mana yang lebih dominan antara pengaruh dari kenaikan independensi atau pengaruh dari penurunan kompetensi. Beberapa penelitian masih menemukan hasil yang berbeda-beda mengenai dampak rotasi dan pembatasan jangka waktu penugasan auditor terhadap kualitas laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai efektivitas dari aturan yang mewajibkan rotasi di Indonesia. Kurangnya independensi auditor dinyatakan sebagai salah satu penyebab utama berkurangnya kualitas audit. Kritik ini memotivasi munculnya perubahan regulasi di Amerika Serikat dengan adanya Sarbanes Oxley SOX Act tahun 2002. Sebelumnya, profesi akuntan publik melakukan self-regulation, setelah keluarnya SOX 2002, dilakukan direct-regulation oleh pihak yang independen yaitu PCAOB Public Company Accounting Oversight Board. Selain itu untuk menjaga independensi akuntan publik, di dalam SOX juga diatur mengenai kewajiban melakukan rotasi akuntan publik AP setiap 5 tahun. Rotasi Auditor atau objek pemeriksaan diperkirakan akan memengaruhi independensi auditor internal inspektorat, karena lamanya hubungan auditor dengan auditan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas audit yang dilaksanakan. Artinya untuk menjaga kualitas audit Inspektorat, perlu adanya kebijakan pengaturan tentang rotasi auditor internal atau rotasi dari objek pemeriksaan. Dengan demikian diharapkan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor-auditor inspektorat bisa meningkat atau paling tidak bisa dipertahankan. Beberapa penelitian mengenai pengaruh rotasi auditor terhadap kualitas audit menunjukkan hasil yang berbeda, ada yang mendukung dan ada juga yang tidak mendukung tentang pengaruh rotasi auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Penelitian Mgbame, et al. 2012 membuktikan bahwa audit tenure berhubungan negatif dengan kualitas audit, sementara Blandon and Bosch 2013 menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa audit tenure dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak independensi auditor, sehingga dapat menurunkan kualitas audit. Dalam penelitian ini mendukung adanya rotasi audit yang bisa menjaga independensi auditor dan dapat meningkatkan kualitas audit. Rolling atau rotasi staff dan auditor internal Inspektorat sendiri terkadang kurang diperhatikan. Sebagian besar staff sudah berada pada satu bidang selama bertahun-tahun tanpa pernah mengalami rotasi antar bidang. Berdasarkan pengamatan dilapangan saat melaksanakan audit, penulis melihat bahwa selain rotasi audit, ada hal lain yang sangat berpengaruh terhadap kualitas audit yang dilaksanakan, yaitu kompetensi dari auditor. Standar umum pertama Ikatan Akuntansi Indonesia IAI, 2011 menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain, termasuk bisnis dan keuangan, tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing, jika tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang auditing. Menurut Arens, et al.2012, auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Dalam Tuanakotta 2011, kompetensi merupakan keahlian auditor yang diperoleh dari pengetahuan, pengalaman dan pelatihan. Dimana setiap auditor harus memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, apakah ada pengaruh kompetensi auditor dan kebijakan rotasi auditor internal Inspektorat terhadap kualitas audit inspektorat yang dihasilkan, apakah hasilnya sama dengan penelitian sebelumnya, yang meneliti tentang pengaruh rotasi auditor dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Tabel 1.1 Data temuan keuangan tahunan dan rotasi auditor kabupatenkota tahun 2011 – 2015 Tahun Jumlah Temuan Rp Melakukan Rotasi Auditor atau Tidak Tahun Jumlah Temuan Rp Melakukan Rotasi Auditor atau Tidak Lampung Selatan Pesawaran 2011 110.960.359 Rotasi 2011 156.885.403 Tidak Rotasi 2012 101.264.091 Tidak Rotasi 2012 213.261.600 Rotasi 2013 372.993.954 Rotasi 2013 205.571.509 Tidak Rotasi 2014 114.066.200 Tidak Rotasi 2014 420.410.233 Rotasi 2015 447.922.083 Rotasi 2015 292.240.950 Tidak Rotasi Lampung Tengah Pringsewu 2011 528.824.142 Rotasi 2011 292.240.950 Rotasi 2012 472.281.500 Tidak Rotasi 2012 473.281.505 Tidak Rotasi 2013 381.493.122 Tidak Rotasi 2013 513.672.262 Rotasi 2014 437.132.752 Rotasi 2014 342.051.281 Tidak Rotasi 2015 511.672.200 Rotasi 2015 507.622.578 Rotasi Lampung Utara Kota Bandar Lampung 2011 861.672.931 Rotasi 2011 36.241.945 Rotasi 2012 191.046.927 Tidak Rotasi 2012 13.645.522 Tidak Rotasi 2013 247.358.684 Rotasi 2013 24.300.858 Rotasi 2014 111.830.225 Tidak Rotasi 2014 33.905.107 Rotasi 2015 452.390.951 Rotasi 2015 49.571.887 Rotasi Lampung Barat Kota Metro 2011 24.094.981 Rotasi 2011 66.439.154 Tidak Rotasi 2012 16.724.752 Tidak Rotasi 2012 85.518.889 Rotasi 2013 18.702.850 Rotasi 2013 75.837.137 Tidak Rotasi 2014 58.564.243 Rotasi 2014 25.476.345 Tidak Rotasi 2015 61.879.940 Rotasi 2015 32.925.468 Rotasi Lampung Timur Inspektorat Provinsi 2011 28.423.655.500 Rotasi 2011 671.189.739 Rotasi 2012 26.139.469.126 Tidak Rotasi 2012 306.527.789 Tidak Rotasi 2013 29.628.324.686 Rotasi 2013 169.721.776 Tidak Rotasi 2014 42.939.414.898 Rotasi 2014 597.998.883 Rotasi 2015 10.247.720.988 Tidak Rotasi 2015 115.968.099 Tidak Rotasi Tulang Bawang Barat 2011 34.225.000 Tidak Rotasi 2012 654.482.800 Rotasi 2013 878.064.456 Rotasi 2014 999.586.697 Rotasi 2015 49.901.947 Tidak Rotasi Keterangan: Jumlah Temuan = adalah jumlah temuan tahunan pada masing-masing tahun pengamatan. Rotasi Auditor = yaitu apakah dilakukan rotasi auditor terhadap auditee atau objek pemeriksaan dari tahun sebelumnya. Sumber: Data diperoleh dari bagian perencanaan Inspektorat KabupatenKota tahun 2011 – 2015. Seperti terlihat pada tabel, jumlah temuan cenderung meningkat pada tahun dimana rotasi auditor atau auditan dilakukan, demikian juga sebaliknya jumlah temuan cenderung menurun pada tahun dimana tidak dilakukan rotasi auditor dari tahun sebelumnya. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa belum ada keseragaman InspektoratKota di Provinsi Lampung dalam melakukan rotasi auditor. Hal tersebut karena belum adanya peraturan dan regulasi yang mewajibkan tentang pelaksanaan rotasi auditor di lingkungan Inspektorat KabupatenKota. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kombinasi variabel-variabel independen penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk menganalisa bagaimana pengaruh kompetensi auditor dan kebijakan rotasi internal Inspektorat. Penelitian mengenai kompetensi auditor dan kebijakan rotasi auditor internal Inspektorat ini penting agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor inspektorat. Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini diberi judul “PENGARUH KOMPETENSI DAN ROTASI AUDITOR INTERNAL INSPEKTORAT TERHADAP KUALITAS AUDIT INSPEKTORAT KABUPATENKOTA DI PROPINSI LAMPUNG”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh kompetensi auditor internal Inspektorat terhadap kualitas audit. 2. Seberapa besar pengaruh kebijakan rotasi auditor internal Inspektorat terhadap kualitas audit.

1.3 Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan penelitian yang ingin didapat yaitu: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh kebijakan rotasi auditor internal Inspektorat terhadap kualitas audit. 2. Untuk menguji secara empiris kompetensi auditor internal Inspektorat terhadap kualitas audit.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini mencoba untuk memberikan hasil empiris tentang pengaruh kompetensi auditor dan kebijakan rotasi auditor internal Inspektorat terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor internal Inspektorat. 2. Memberikan masukan kepada para pemegang kebijakan akan pentingnya regulasi tentang kebijakan rotasi auditor internal inspektorat untuk menjaga kualitas audit yang dilakukan. 3. Bagi akademisi, penelitian dapat menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian akuntansi sektor publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Pikir

Audit internal merupakan bagian dari suatu organisasi yang integral, yang menjalankan fungsinya berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan dan memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan kontribusi kepada pihak manajemen organisasi dan pemeriksa ekstern. Menurut Boynton dalam Rohman, 2007, fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian auditor internal pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah . Audit internal membantu dalam tercapainya good governance dalam sistem pemerintahan. Fungsi audit sebagai salah satu penyeimbang dalam pelaksanaan APBD memberikan kontribusi dalam pembinaan terhadap SKPD di lingkungan Pemerintah daerah.

2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory

Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling 1976 dan Ng 1978 dalam Kharismatuti 2012 mencoba menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajemen selaku agen dan pemilik serta entitas lain dalam kontrak misal kreditur selaku prinsipal. Prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktifitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggung jawaban dari agen manajemen. Berdasarkan laporan tersebut, prinsipal dapat menilai kinerja manajemen. Namun yang sering terjadi adalah kecenderungan manajemen untuk melakukan tindakan yang membuat laporannya kelihatan baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Untuk mengurangi atau meminimalkan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dan membuat laporan keuangan yang dibuat manajemen lebih dapat dipercaya, maka diperlukan pengujian dan pengawasan, dalam hal itu pengawasan pada sektor pemerintahan dilakukan oleh auditor yang ada dalam Inspektorat kabupatenkota.

2.1.2. Audit Internal Sektor Publik

Menurut Mulyadi 2002 audit internal sektor publik adalah audit yang dilakukan di lingkungan organisasilembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa publik public goods and services, yaitu barang dan jasa yang dibutuhkan oleh khalayak ramai atau masyarakat pada umumnya, seperti jalan raya, rumah, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pertahanan dan keamanan, penerangan, dsb.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PADA AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP PRAKTIK PENGURANGAN KUALITAS AUDIT

0 29 123

EVALUASI KESESUAIAN STANDAR AUDIT TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT KINERJA DI INSPEKTORAT KABUPATEN PASER (STUDI KASUS BERDASARKAN PELAKSANAAN AUDIT KINERJA DI INSPEKTORAT KABUPATEN PASER)

2 58 15

PENGARUH ROTASI AUDIT DAN AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 82 23

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

2 48 68

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN MORAL DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP PERILAKU ETIS AUDITOR INSPEKTORAT (Studi Pada Inspektorat Provinsi Jawa Tengah)

4 40 148

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA AUDITOR INTERN PADA INSPEKTORAT KABUPATENKOTA DI PROVINSI ACEH

0 6 10

PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH DI PROVINSI LAMPUNG

1 0 13

PENGARUH TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER, KOMPETENSI AUDITOR, INDEPENDENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

1 2 10

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, DAN KETIDAKJELASAN PERAN TEHADAP KINERJA AUDITOR PADA INSPEKTORAT PROVINSI NTB

0 1 10

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, KOMITMEN ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA DENGAN TINDAKAN SUPERVISI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS

0 2 16