Hukuman tersebut adalah salah satu contoh bahwa murobbi dan murobbiyah dalam komunitas pengajian X memiliki otoritas yang tinggi dalam mencarikan jodoh
untuk mutarobbi dan mutarobbiyah-nya.
2.4 Kajian Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang meneliti tentang penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah tanpa pacaran
ta’aruf dilakukan juga oleh Donna pada tahun 2009.
Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa dalam proses menuju perkawinan, pacaran merupakan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya termasuk masyarakat yang beragama Islam dalam mengenal dan memilih calon pasangan.
Penelitian milik Donna adalah tentang penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah tanpa proses pacaran
ta’aruf menunjukkan bahwa subjek dan pasangan memiliki penyesuaian yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari
kehidupan keluarganya yang harmonis dan cukup bahagia serta tidak ada masalah yang terlalu rumit.
Hal tersebut dapat dilihat dari alasan subjek mengenai keputusannya untuk menikah dikarenakan adanya kecocokan dan persamaan minat serta adanya
konsep pasangan ideal antara satu sama lain, yaitu keimanan, pengajian, serta proses menikah yang mereka pilih.
Hal ini berdasarkan pada sikap subjek dan pasangan yang selalu mengedepankan ajaran agama dalam kehidupan individu suami istri maupun
dalam kehidupan perkawinan mereka, untuk saling menerima dan mensyukuri atas apa yang mereka dapat, suami istri juga telah mengetahui tugas dan
kewajibannya dalam kehidupan perkawinan. Hal ini juga yang diterapkan subjek bersama pasangannya sehingga kehidupan pernikahan mereka berjalan dengan
baik, karena dengan diterapkanya hal tersebut mereka dapat lebih saling menerima, menghargai satu sama lain.
Kekurangan penelitian milik Donna tersebut adalah tidak mencantumkan secara spesifik masalah yang sering terjadi pada pasangan yang menikah dengan cara
ta’aruf dan dinamika pasangan dalam melakukan penyesuaian satu sama lain dalam
memahami dan menerima kekurangan pasangan. Sedangkan penelitian milik Sarjono tentang penyesuaian pernikahan pada
pasangan yang melakukan pacaran dan ta’aruf 2010 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penyesuaian perkawinan yang sangat besar pada pasangan yang menikah dengan pacaran dengan pasangan yang menikah dengan
ta’aruf. Hal tersebut karena proses yang dijalani pada masa pra-pernikahan sangat berpengaruh pada penyesuaian
perkawinan yang mereka jalani. Selain itu dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah dengan pacaran lebih baik
dibandingkan dengan penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah dengan cara
ta’aruf.
Berdasarkan penelitian milik Donna tahun 2009 yang mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah dengan cara
ta’aruf tidak mengalami masalah yang cukup rumit dan baik suami maupun istri dapat
menyesuaikan diri dengan baik sedangkan penelitian milik Sarjono tahun 2010 memberikan hasil yang berbeda yaitu terdapat perbedaan penyesuaian perkawinan
yang sangat besar pada pasangan yang menikah dengan pacaran dengan pasangan yang menikah dengan
ta’aruf. Berdasarkan hasil penelitian dari Donna tahun 2009 dan Sarjono tahun 2010
yang memberikan hasil yang berbeda, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah dengan cara
ta’aruf “Studi kasus pasangan Komunitas Pengajian X yang taat pada otoritas murobbi
dengan usia istri lebih tua dari suami Persiapan yang terbatas untuk menuju pada perkawinan dan masa pacaran yang
singkat terjadi dialami oleh pasangan pada komunitas pengajian X sehingga hal tersebut membutuhkan upaya yang keras bagi keduanya untuk melakukan
penyesuaian dalam rumah tangga mereka. Pasangan yang menikah dengan cara
ta’aruf mengalami banyak kesulitan dalam melakukan penyesuain diri karena pasangan tersebut belum banyak
mengetahui dan mengerti tentang satu sama lainnya, sehingga baik suami maupun istri harus saling memahami satu sama lain serta menjalin komunikasi yang efektif
agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara keduanya.
Peneliti juga mengambil pasangan narasumber yang memiliki usia perkawinan pada periode awal karena tantangan pada periode awal perkawinan adalah masa-masa
perjuangan untuk memperoleh kebahagiaan dan kemapanan Hassan dalam Anjani, 2006 : 2
2.5 Kerangka Berpikir