80 6.6 berdasarkan perbandingan tangkapan bulan Juni terhadap tangkapan satu
tahun atau 8 atau 112, jika tiap bulan diasumsikan sama dalam satu tahun. Penutupan pada bulan Juni memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang cukup
untuk dipanen pada bulan Juli dan selanjutnya. Disamping itu penutupan musim satu bulan adalah berarti mengurangi effort dalam fishing days maksimal sebesar
8.
4.6 Skenario Pengelolaan Perikanan Udang di L. Arafura
Berdasarkan pembahasan kondisi perikanan udang di Laut Arafura sebagaimana dijelaskan diatas, skenario pengelolaan ke depan dianalisis dalam
tiga alternatif, yaitu pengaturan kuota penangkapan, pengurangan jumlah kapal dan pengaturan musim penangkapan. Pengaturan jumlah kapal berdasarkan
pertimbangan GT dan umur kapal serta pengaturan musim penangkapan masuk dalam kategori pengendalian input. Sasaran yang diharapkan dari tiga alternatif
tersebut adalah pengurangan overcapacity dan diperolehnya rente ekonomi yang optimal.
4.6.1 Incentive blocking instruments IBI v.s. Incentive adjusting instruments IAI
Model bioekonomi yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap instrumen pengelolaan yang tergolong dalam IBI
maupun IAI sebagaimana Tabel 2. Beberapa introduksi kebijakan pengelolaan yang dilakukan DKP terkait dengan pengenaan pungutan masuk dalam IAI
dalam bentuk PHP pungutan hasil perikanan, menimbulkan dampak resistensi yang tinggi dan ditunjukan dengan unjuk rasa di berbagai tempat untuk meminta
keringanan dan pembebasan, meskipun pada akhirnya kebijakan tersebut berjalan. Pengenaan PHP yang merupakan IAI dengan besaran relatif kecil yaitu 2.5 dari
81 produktivitas tangkapan berdampak positif bagi pemasukan kepada negara dan
mampu mengerem sedikit laju peningkatan effort. Sementara itu, kebijakan pengelolaan perikanan dengan IBI, antara lain
pembatasan alat
tangkap, telah
mendorong nelayan
melakukan terobosanmodifikasi terhadap alat tangkap dan cara pengoperasiannya. Sebagai
contoh adalah larangan penggunaan trawl dimodifikasi dengan lampara dasar dan cantrang. Hal ini berarti bahwa pada jangka menengah dan panjang IBI tidak akan
efektif, namun tetap efektif untuk jangka pendek sampai menengah maksimum lima tahun.
Membandingkan pengelolaan perikanan udang di Indonesia menggunakan IBI dan IAI, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek sampai menengah lima
tahun dapat diterapkan instrumen kebijakan dengan IBI dan pada jangka panjang diterapkan instrumen kebijakan IAI. Oleh sebab itu, untuk kepentingan jangka
pendek sampai dengan lima tahun dengan sasaran untk mengurangi overcapacity dan inefisiensi, skenario pengelolaan perikanan udang di Laut Arafura mencakup
pengaturan kuota penangkapan secara agregat agregate quotas, pengurangan jumlah kapal dan pengaturan musim penangkapan.
4.6.2 Pengaturan kuota penangkapan secara agregat
Skenario pengelolaan perikanan secara agregat dilakukan dengan menetapkan TAC total allowbale catch
atau kuota. Secara teoritis, kuota akan mengurangi terjadinya race for fish sehingga effort akan dialokasikan secara lebih efisien.
Apablia digunakan kurva yield effort dan variabel stok sebagaimana telah dihitung sebelumnya, maka kurva produksi lestari dengan kuota PLK dan
produksi lestari tanpa kuota PLTK terlihat dalam Tabel 11 dan Gambar 30.
82 Dalam perhitungan tersebut, besarnya N diasumsikan = 250 kapal jumlah rata-
rata kapal dari data series tahunan, x = 16861,67 merupakan x optimal pada kondisi MEY, sedangkan parameter lainnya q,K,r,c,p tetap sama dengan
pembahasan sebelumnya. Tabel 11 menunjukan perbandingan antara tiga kondisi, yaitu PLTK, PLK 5
dan PLK 10. Untuk mengetahui seberapa prosentase penerapan kuota agar diperoleh manfaat paling besar, maka diperbandingkan penerapan kuota 5 dan
10 terhadap kondisi tanpa kuota produksi aktual.
Tabel 11. Dampak penerapan kuota terhadap produksi lestari dan rente
Tanpa Kuota Kuota 5
Kuota 10 Tahun
Prod aktual
Prod. Lestari
Rente Prod. Lestari
Rente Prod. Lestari
Rente
1986 4.981
7826,352 226.391,12
11934,31617 391563,2586
11306,33844 370960,9376
1987 4.113
6403,282 193.001,38
6272,58829 205810,4594
5942,49188 194980,0621
1988 8.368
9924,667 237.139,10
12760,05484 418653,3425
12088,63782 396626,1258
1989 8.683
9538,251 247.281,40
13240,25761 434407,2626
12543,57941 411551,4421
1990 11.562
9996,752 214.430,11
17628,72445 578374,2082
16701,21150 547947,1478
1991 10.703
9997,661 214.795,15
16319,43053 535422,7153
15460,78277 507254,3016
1992 9.076
9698,104 245.511,60
13839,35461 454061,582
13111,16141 430172,0383
1993 6.443
9766,490 244.059,60
9825,27877 322370,5318
9308,25654 305407,9121
1994 6.551
9792,157 243.353,32
9989,94040 327772,7755
9464,25508 310525,971
1995 9.114
9883,008 239.753,74
13897,28179 455961,9661
13166,04142 431972,4729
1996 8.155
10002,726 217.294,00
12435,34099 408000,4609
11781,00589 386533,5617
1997 10.914
9787,315 180.237,95
16641,04469 545973,3628
15765,48060 517250,1189
1998 10.367
9770,832 178.351,28
15807,27798 518621,3069
14975,56896 491336,453
1999 10.169
8864,244 243.965,00
15505,46881 508720,2598
14689,63491 481956,0973
2000 10.235
7327,264 215.520,58
15606,07228 512020,6267
14784,94663 485082,8986
2001 9.046
8157,934 232.909,19
13793,62253 452561,2747
13067,83500 428750,6388
2002 14.097
8947,804 244.906,02
21492,18334 705110,9459
20361,48355 668020,191
2003 12.374
9367,860 247.638,43
18866,31658 618972,833
17873,71295 586410,993
Rata- rata
9169,595 225918,832
14214,142 466354,398
13466,246 441818,854
83 Pada saat produksi aktual dikurangi 5 artinya kapasitas produksi penangkapan
dibatasi dengan dikurangi 5, terjadi peningkatan produksi lestari sebesar 55 dan tambahan rente sebesar 106,4 . Apabila produksi aktual dikurangi 10,
terjadi penambahan produksi lestari sebesar 46,85 dan tambahan rente sebesar 95,56.
Perbandingan penerapan kuota sebesar 5 dan 10 dapat divisualisasikan ke dalam Gambar 30 berikut.
0,00000 5000,00000
10000,00000 15000,00000
20000,00000 25000,00000
1985 1990
1995 2000
2005
Tahun P
ro d
u k
s i
L e
s ta
ri to
n
PLK5 PLK10
Plaktual Poly. PLK5
Gambar 30. Trajektori produksi lestari dengan dan tanpa kuota
Sebagaimana terlihat pada Gambar di atas, secara agregat penerapan kuota dapat meningkatkan produksi lestari udang di L. Arafura. Terjadi fluktuasi
produksi lestari dalam kondisi penerapan kuota, disebabkan karena teradinya fluktuasi pada tingkat input effort. Oleh karena adanya hubungan linear antara
effort yang digunakan dengan kuota yang diterapkan, maka fluktuasi kuota juga
akan mengikuti fluktuasi effort tersebut. Namun demikinan dari tren yang terlihat
84 pada kurva diatas menunjukan adanya kecenderungan produksi lestari yang
meningkat manakala kuota diterapkan. Gambar dan perhitungan di atas menunjukan bahwa pembatasan kuota paling optimal adalah mengurangi produksi
penangkapan sebesar 5.
4.6.3 Pengurangan jumlah kapal