10
c Bagaimana fungsi
dan peranan
Majelis Pengawas
Daerah terhadap
pemanggilan Notaris pada pemeriksaan perkara pidana ? 2.
Analisis Hukum Terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu Studi Kasus Di Kota Medan, oleh : Yusnani 057011100.
Permasalahan : a Bagaimana
pertanggungjawaban Notaris
terhadap akta
otentik yang
mengandung keterangan palsu ? b Bagaimana sanksi yang diberikan kepada penghadap yang memberikan
keterangan palsu dalam akta otentik ? c Bagaimana akibat hukumnya terhadap akta otentik yang mengandung
keterangan palsu ?
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Konsep teori menurut M. Solly Lubis ialah : “ Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun
permasalahan problem yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan
masukan eksternal bagi peneliti ”.
6
6
M. Solly Lubis I, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80.
Universitas Sumatera Utara
11
Pengertian teori itu sendiri adalah serangkaian proposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan
suatu penjelasan atas suatu gejala. Jadi teori adalah seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep
yang sudah didefinisikan dan saling berhubungan antar variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu
variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.
7
Sedangkan fungsi teori dalam penelitian adalah untuk mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan
dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang
dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
8
Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai preskripsi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
9
Lalu lintas hukum dalam kehidupan bermasyarakat menimbulkan suatu tuntutan akan adanya kepastian hubungan-hubungan antar subjek hukum, terlebih
pada masyarakat yang sedang membangun. Keberadaan Notaris senantiasa diperlukan
7
Maria S.W. Sumardjono, Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal. 12-13 dan Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta,
1989, hal. 19.
8
M. Solly Lubis I, Op Cit, hal. 17.
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 35.
Universitas Sumatera Utara
12
masyarakat yang memerlukan jasanya di bidang hukum. Notaris sebagai pejabat umum harus dapat selalu mengikuti perkembangan hukum sehingga dalam
memberikan jasanya kepada masyarakat, Notaris dapat membantu memberikan jalan keluar yang dibenarkan oleh hukum kepada masyarakat yang membutuhkan jasanya.
Teori hukum yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teori tentang tanggung jawab hukum oleh Hans Kelsen. Satu konsep yang berhubungan dengan
konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia
memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.
10
Teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan antara tanggung jawab Notaris yang berkaitan dengan kewenangan Notaris berdasarkan
UUJN yang berada dalam bidang hukum perdata. Kewenangan ini salah satunya adalah menciptakan alat bukti yang dapat memberikan kepastian hukum bagi para
pihak, kemudian
menjadi suatu
delik atau
perbuatan yang
harus dipertanggungjawabkan secara pidana.
11
Profesi Notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani
kepentingan umum dan inti tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik
10
Hans Kelsen Alih Bahasa oleh Somardi, General Theory of Law State , Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik,
Jakarta, BEE Media Indonesia, 2007, hal. 81, dikutip dari Agustining, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik Yang Dibuat Dan Berindikasi Perbuatan Pidana, Tesis, Fakultas Pascasarjana
Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 36.
11
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
13
hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris.
Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Memiliki integritas moral yang mantap; 2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri;
3. Sadar akan batas-batas kewenangannya; 4. Tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan uang.
12
Jabatan yang dipangku Notaris adalah jabatan kepercayaan dan justru oleh karena itu seseorang bersedia mempercayakan sesuatu kepadanya. Sebagai seorang
kepercayaan, Notaris
berkewajiban untuk
merahasiakan semua
apa yang
diberitahukan kepadanya selaku Notaris.
13
Kewajiban merahasiakan dapat dilakukan dengan upaya penuntutan hak ingkar, yang merupakan pengecualian terhadap
ketentuan dalam Pasal 1909 KUHPerdata bahwa setiap orang yang dipanggil sebagai saksi wajib memberikan kesaksian di muka pengadilan.
Selain itu juga, Notaris dalam melaksanakan jabatannya dituntut untuk dapat memenuhi dan mentaati ketentuan-ketentuan sebagaimana telah diatur dalam UUJN.
Akta otentik yang dibuat oleh di hadapan Notaris diharapkan mampu menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Untuk mencapai tujuan tersebut
12
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2003, hal. 93.
13
G.H.S. Lumban Tobing, Op Cit, hal. 117.
Universitas Sumatera Utara
14
diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris, agar Notaris tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ditentukan dalam UUJN.
Pengawasan terhadap Notaris berdasarkan Pasal 67 ayat 1 UUJN dilakukan oleh Menteri, untuk selanjutnya dibentuk suatu Majelis Pengawas. Majelis Pengawas
adalah suatu
badan yang
mempunyai kewenangan
dan kewajiban
untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Notaris, sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.02.PR.08.10
Tahun 2004
tentang Tata
Cara Pengangkatan
Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan
Majelis Pengawasan Notaris. Pengawasan meliputi perilaku dan pelaksanaan jabatan Notaris sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 67 ayat 3 UUJN.
Menurut Herlien Budiono, dalam lalu lintas hubungan-hubungan hukum privat, Notaris menikmati kewenangan eksklusif untuk membuat akta-akta otentik.
14
Terhadap akta otentik tersebut diberikan kekuatan bukti yang kuat dalam perkara- perkara perdata, sehingga Notaris yang secara khusus berwenang membuat akta-akta
otentik demikian menempati kedudukan yang penting dalam kehidupan hukum.
15
Akta yang dibuat oleh Notaris dapat merupakan suatu akta yang memuat akta yang menguraikan secara otentik sesuatu yang dilakukan atau suatu keadaan yang
dilihat oleh pembuat akta itu, yakni Notaris itu sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris. Akan tetapi akta Notaris dapat juga berisikan suatu cerita
14
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 257.
15
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
15
dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di hadapan Notaris, artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris
dalam melaksanakan jabatannya dan untuk keperluan tersebut pihak lain itu sengaja datang di hadapan Notaris, agar keterangan atau perbuatannya itu dituangkan oleh
Notaris ke dalam suatu akta otentik. Berdasarkan uraian di atas, akta Notaris dapat dibedakan atas 2 dua bentuk,
yaitu: a. Akta yang dibuat oleh door enn notaris atau yang dinamakan “akta relaas” atau
“akta pejabat” ambtelijke akten. Akta jenis ini di antaranya akta berita acara rapat pemegang saham perseroan terbatas, akta pendaftaran atau inventarisasi
harta peninggalan dan akta berita acara penarikan undian.
16
b. Akta yang dibuat di hadapan Notaris atau yang dinamakan “akta partij” partij aktan. Akta jenis ini di antaranya akta jual beli, akta sewa menyewa, akta
perjanjian kredit dan sebagainya.
17
Akta Notaris merupakan perjanjian para pihak yang mengikat mereka membuatnya, oleh karena itu syarat-syarat sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi.
Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian, ada syarat subjektif yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek yang mengadakan atau membuat
perjanjian, yang terdiri dari kata sepakat dan cakap bertindak untuk melakukan suatu perbuatan hukum, dan syarat objektif yaitu syarat yang berkaitan dengan perjanjian
16
G.H.S. Lumban Tobing, Op Cit, hal. 51-52.
17
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
16
itu sendiri atau berkaitan dengan objek yang dijadikan perbuatan hukum oleh para pihak, yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang tidak dilarang.
18
Dalam hukum perjanjian ada akibat hukum tertentu jika syarat subjektif dan syarat objektif tidak dipenuhi. Jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian
dapat dibatalkan vernietigbaar sepanjang ada permintaan oleh orang-orang tertentu atau yang berkepentingan. Pembatalan karena ada permintaan dari pihak yang
berkepentingan, seperti orang tua, wali atau pengampu disebut pembatalan yang relative atau tidak mutlak. Pembatalan relatif ini dibagi 2 dua yaitu :
19
a. Pembatalan atas kekuatan sendiri, maka atas permintaan orang tertentu dengan mengajukan gugatan atau perlawanan, agar hakim menyatakan batal nietig
verklaard suatu perjanjian. Contohnya jika tidak dipenuhi syarat subjektif Pasal 1446 KUHPerdata.
b. Pembatalan oleh hakim, dengan putusan membatalkan suatu perjanjian dengan mengajukan gugatan. Contohnya Pasal 1449 KUHPerdata. Syarat subjektif ini
senantiasa dibayangi
ancaman untuk
dibatalkan oleh
para pihak
yang berkepentingan dari orang tua, wali atau pengampu. Agar ancaman seperti itu
tidak terjadi, maka dapat dimintakan penegasan dari mereka yang berkepentingan, bahwa perjanjian tersebut akan tetap berlaku dan mengikat para pihak. Jika syarat
18
Suatu persetujuan tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, maka persetujuan tersebut tidak mempunyai kekuatan Pasal 1335 KUHPerdata. Jika tidak
dinyatakan suatu sebab, tetapi ada sebab yang halal tidak dilarang, ataupun jika ada suatu sebab lain, daripada yang dinyatakan, maka persetujuan tetap sah Pasal 1336 KUHPerdata.
19
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bale Bandung “Sumur Bandung”, Bandung, 1989, hal. 121.
Universitas Sumatera Utara
17
objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum nietig, tanpa perlu ada permintaan dari para pihak, dengan demikian perjanjian dianggap tidak
pernah ada dan tidak mengikat siapapun. Perjanjian yang batal mutlak dapat juga terjadi, jika suatu perjanjian yang dibuat tidak dipenuhi, padahal aturan hukum
sudah menentukan untuk perbuatan hukum tersebut harus dibuat dengan cara yang sudah ditentukan atau berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum,
karena perjanjian sudah dianggap tidak ada, maka sudah tidak ada dasar lagi bagi para pihak untuk saling menuntut atau menggugat dengan cara dan bentuk
apapun.
20
Misalnya jika suatu perjanjian wajib dibuat dengan akta Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, tapi ternyata tidak dilakukan, maka
perbuatan hukum atau perjanjian tersebut batal demi hukum. Syarat sahnya perjanjian tersebut diwujudkan dalam akta Notaris. Syarat
subjektif dicantumkan dalam awal akta, dan syarat objektif dicantumkan dalam badan akta sebagai isi akta. Isi akta merupakan perwujudan dari Pasal 1338 KUHPerdata
mengenai kebebasan berkontrak
21
dan memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada para pihak mengenai perjanjian yang dibuatnya. Dengan demikian jika
dalam awal akta, terutama syarat-syarat para pihak yang menghadap Notaris tidak memenuhi syarat subjektif, maka atas permintaan orang tertentu akta tersebut dapat
20
Jika perjanjian sudah tidak memenuhi syarat objektif, ternyata masih ada yang mengajukan gugatan atau tuntutan atas hal tersebut, maka hakim diwajibkan karena jabatannya, menyatakan bahwa
tidak pernah ada suatu perjanjian atau perikatan, R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 22.
21
Pasal 1337 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
18
dibatalkan.
22
Jika dalam isi akta tidak memenuhi syarat objektif, maka akta tersebut batal demi hukum.
23
Oleh karena Pasal 38 ayat 3 huruf a UUJN telah menentukan bahwa syarat subjektif dan syarat objektif bagian dari badan akta, maka timbul
kerancuan, antara akta yang dapat dibatalkan dengan akta yang batal demi hukum, sehingga jika diajukan untuk membatalkan akta Notaris karena tidak memenuhi
syarat subjektif, maka dianggap membatalkan seluruh badan akta, termasuk membatalkan syarat objektif. Syarat subjektif ditempatkan sebagai bagian dari awal
akta, dengan alasan meskipun pembatalan dengan cara gugatan dari orang-orang tertentu, maka isi akta yang berisi syarat objektif tetap mengikat para pihak, hal ini
berbeda jika syarat objektif tidak dipenuhi, maka akta dianggap tidak pernah ada.
24
Akta Notaris wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh undang- undang hal ini merupakan salah satu karakter akta Notaris. Meskipun ada
ketidaktepatan dalam Pasal 38 ayat 3 huruf a UUJN yang telah menempatkan syarat subjektif dan syarat objektif sebagai bagian dari badan akta, maka kerangka akta
Notaris harus menempatkan kembali syarat subjektif dan syarat objektif akta Notaris
22
Akta Notaris yang dapat dibatalkan berarti akta tersebut termasuk ex nunc, yang berarti perbuatan dan akibat dari akta tersebut dianggap ada sampai saat dilakukan pembatalan. Habib Adjie,
Sekilas Dunia Notaris PPAT Indonesia Kumpulan Tulisan, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung, 2009, hal. 39.
23
Akta Notaris yang batal demi hukum berarti akta tersebut termasuk ex tunc, yang berarti perbuatan dan akibat dari akta tersebut dianggap tidak pernah ada inexistence. Ibid.
24
Meskipun pada dasarnya akibat dari perjanjian yang tidak memenuhi syarat objektif dianggap perjanjian tidak pernah ada, hal ini bisa berjalan jika objek perjanjian, berupa bendabarang
secara natura masih ada pada mereka yang bersangkutan, sehingga keadaan bias dikembalikan seperti semula dan diterima oleh para pihak dan para pihak tidak mempermasalahkannya, tapi jika ternyata
benda atau barang tersebut telah mengalami perubahan atau telah beralih kepada pihak lain, hal semacam itu sangat sulit untuk dilakukan atau untuk dikembalikan seperti semula. Jika terjadi seperti
ini, maka atas permohonan para pihak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan, dan hakim dapat memutuskan dan menentukan keadaan seperti itu. Ibid.
Universitas Sumatera Utara
19
yang sesuai dengan makna dari suatu perjanjian dapat dibatalkan dan batal demi hukum, oleh karena itu kerangka akta notaris harus terdiri dari :
1. Kepala atau awal akta, yang memuat : a.
judul akta; b.
nomor akta; c.
pukul, hari, tanggal, bulan dan tahun; dan d.
nama lengkap dan tempat kedudukan notaris, dan wilayah jabatan Notaris
25
; e.
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap danatau orang yang
mereka wakili; f.
keterangan mengenai kedudukan bertindak menghadap; g.
nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
2. Badan akta yang memuat kehendak dan keinginan dari para pihak yang berkepentingan yang diterangkan atau dinyatakan di hadapan Notaris atau
keterangan-keterangan dari Notaris mengenai hal-hal yang disaksikannya atas permintaan yang bersangkutan.
3. Penutup atau akhir akta, yang memuat :
25
Notaris berkedudukan di daerah Kabupaten atau Kota Pasal 18 ayat 1 UUJN, dan mempunyai wilayah jabatan provinsi dari tempat kedudukannya Pasal 18 ayat 2 UUJN.
Universitas Sumatera Utara
20
a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat 1 huruf l atau Pasal 16 ayat 7; b.
uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta bila ada;
c. nama lengkap, tempat kedudukan dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta, dan d.
uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa
penambahan, pencoretan, atau penggantian. Akta Notaris sebagai alat bukti agar mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna, jika seluruh ketentuan prosedur atau tata cara pembuatan akta dipenuhi. Jika ada prosedur yang tidak dipenuhi, dan prosedur yang tidak dipenuhi tersebut
dapat dibuktikan, maka akta tersebut dengan proses pengadilan dapat dinyatakan sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
Jika sudah berkedudukan seperti itu, maka nilai pembuktiannya diserahkan kepada Hakim.
2. Landasan Konsepsional