Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain

23 Keterangan : 1. Low demand uncertainty Level dimana suatu supply chain perusahaan mengalami permintaan yang rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi. 2. Somewhat certain demand Level dimana suatu supply chain perusahaan mengalami permintaan yang sedang dengan tingkat kepastian tinggi. 3. Somewhat uncertain demand Level dimana suatu supply chain perusahaan mengalami permintaan yang sedang dengan tingkat ketidakpastian tinggi. 4. High demand uncertainty Level dimana suatu supply chain perusahaan mengalami permintaan yang tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.

2.3.2.1 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand

Perbedaan tingkat fleksibilitas pada supply chain berarti terjadi perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor tersebut, dianggap tidak terlalu penting. Menurut Beamon 1999 keuntungan dari fleksibilitas supply chain adalah : • Mereduksi jumlah backorder yang ada. • Mereduksi jumlah lost sales. • Mereduksi jumlah order yang terlambat. 24 • Menambah kepuasan konsumen. • Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan faktor musiman. • Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi mesin machine breakdown. • Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi dari supplier. • Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi pengiriman. • Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru dan pesaing baru .

2.3.2.2 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain

Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment mengenai seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter fleksibilitas supply chain lah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini dengan sebelumnya menyesuaikan parameter-parameter mana sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang diukur fleksibilitas supply chain yang dimilkinya menurut Pujawan 2002 yang dikutip oleh Eunike 2002, identifikasi kondisi fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai berikut : 25 Gambar 2.4 Kuadran fleksibilitas Supply Chain Pada kuadran Pertama dan Ketiga menunjukkan Kondisi yang seimbang, yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki fleksibilitas sebanding. Dimana kebutuhan yang tinggi diimbangi dengan kemampuan yang tinggi pada kuadran I pertama dan kebutuhan yang rendah juga dapat diimbangi dengan kemampuan yang rendah pada kuadran III ketiga. Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan memerlukan penanganan. Kondisi II dapat terjadi pada saat kebutuhan akan fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah yang dinamakan overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak efisien dalam perusahaan dan akan menyebabkan pula banyaknya cost yang akan terbuang secara sia-sia. Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan high II Unmatched condition, Over design system I IV Unmatched condition, Flexibility is too low III low high low capability requirements 26 terjadinya nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya lost oppurtunity yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada, dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat bersaing dipasar. Selanjutnya dapat diketahui tingkat fleksibilitas supply chain sebagai berikut: Tbk = 100 x Terbobot Kebutuhan Nilai Total Terbobot Kemampuan Nilai Total

2.4. Supply Chain Operation Reference SCOR Model

Salah satu metode pengukuran kinerja supply chain yang digunakan adalah SCOR. Model ini telah dikembangkan oleh Supply Chain Council dan dirilis pada tahun 1997. Model ini dikuasakan kepada seluruh industri standar yang digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. Model ini diorganisasikan dalam 4 proses supply chain utama yaitu : Plan, Resource, Make dan Deliver yang memiliki elemen seperti berikut ini : 1. Plan : Perencanaan permintaan bahan baku, kebutuhan akan permintaan, perencanaan inventori, kebutuhan pendistribusian, produksi, serta bahan baku. 2. Source : Infrastruktur dalam melakukan sourcing dan mendapatkan bahan baku. 3. Make : Produksi dan elemen pelaksanaan 4. Delivery : Manajemen pemesanan, manajemen pergudangan dan komponen transportasi instalasi.