ANALISIS DAN PENGUKURAN FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

(1)

ANALISIS DAN PENGUKURAN

FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN

PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

KUSUMA DEWI WARDHANI

0632010008

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR. WB.

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah di berikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS DAN PENGUKURAN FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN

PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.”. Tak ada kata yang pantas

untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-NYA.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Ir. Endang P. W. MMT selaku Dosen Pembimbing I. 5. Ibu Ir. Erlina P. MT selaku Dosen Pembimbing II.


(3)

6. Bapak Ir. Rusindiyanto, MT dan Bapak Ir. Didi Samanhudi, MMT selaku dosen penguji seminar I.

7. Bapak Ir. Didi Samanhudi, MMT dan Bapak Ir. Irwan Soejanto, MT selaku dosen penguji seminar II.

8. Bapak Ir. H. Moch. Tutuk Safirin, MT, Ibu Ir. Endang P. W. MMT dan Bapak Ir. H. Tri Susilo, MM selaku penguji pada Ujian Negara/Lisan.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

10.Bapak Yudi Santoso selaku pembimbing pabrik yang telah membantu memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

11.Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staff PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.

12.Daddy and Mommy, terima kasih atas Do’a, semangat, serta nasehat yang selalu menyertaiku dan untuk keluargaku yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini... Terima kasih banyak...

13.SomeOne special... Thanks a lot for your prayer, advice, always give me a spirit, support and everything... Terima kasih atas semuanya yah... 14.Teman-teman Gobel Community, yang telah menemani dalam suka dan

duka... Terima kasih dukungan dan semangatnya... Ayo kita harus lulus bareng tahun ini... Amin...

15.Buat Niar, terima kasih atas bantuannya dan pinjaman atas buku-bukunya .... Maaf ya, Uwie sering mengganggu dan merepotkan dirimu...


(4)

16.Buat Dina, terima kasih atas semuanya... Atas doa-doamu, bantuan, dukungan dan semangatnya yang selalu kamu berikan pada Uwie... Ayo segera menyusul ya...

17.Semua teman-teman TI khususnya angkatan 2006 paralel A, angkatan 2005-2007, teman-teman 1 kos, and all my friends every where, yang tidak bisa Uwie sebut satu-satu, terima kasih atas dukungannya hingga selesai skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. pada khususnya.

Wassalamualaikum WR. WB.

Surabaya, Mei 2010


(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... iv

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel... x

Daftar Lampiran...xiii

Abstraksi... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..……… 1

1.2 Perumusan Masalah..……… 3

1.3 Batasan Masalah..………. 3

1.4 Tujuan Penelitian..……… 4

1.5 Asumsi...……… 4

1.6 Manfaat Penelitian…...……….. 5

1.7 Sistematika Penulisan…..………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Supply Chain..……….………. 8

2.2 Fleksibilitas………….……….………. 13

2.3 Sistem Fleksibilitas Manufaktur………...…… 13

2.4 Tipe Fleksibilitas Manufakturing...………. 16

2.5 Fleksibilitas Supply Chain...….… 24


(6)

2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain…………...………..……… 35

2.8 Perhitungan Skor GAP………..………….…… 37

2.9 Analitic Hierarchy Process (AHP)……….……….….……. 39

2.10 Program Expert Choice………..……….………... 45

2.11 Skala Servqual………... 46

2.12 Peneliti Terdahulu... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…...……….. 52

3.2 Identifikasi dan Definisi Operational Variabel…..……..……….. 52

3.2.1 Identifikasi Variabel………….………. 52

3.2.2 Definisi Operasional Variabel……….……….. 53

3.3 Metode Pengumpulan Data………....…… 56

3.3.1 Data Primer……….….. 62

3.3.2 Data Sekunder……….….. 57

3.4 Metode Pengolahan Data……..……….……… 57

3.4.1 Pembobotan ketiga Dimensi Parameter-parameter Supply Chain ………….………... 57

3.4.2 Perhitungan GAP... 58

3.4.3 Pemetaan (Mapping) Parameter-parameter Fleksibilitas.... 59

3.4.4 Metode Analisa Data... 59

3.4.5 Kesimpulan Dan Saran……….……….… 59


(7)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data... 67

4.1.1 Penentuan Parameter – parameter Fleksibilitas Supply Chain... 68

4.1.2 Definisi Tiap-Tiap Parameter Yang Terpilih... 71

4.1.3 Data Kuesioner Pembobotan Fleksibilitas Supply Chain... 78

4.14 Penentuan Sampel……… 83

4.2 Pengolahan Data... 84

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas... 84

4.2.2 Data Kuesioner Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain... 86

4.2.3 Analisa Bobot Parameter Fleksibilitas Supply Chain... 88

4.2.4 Analisa Gap Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain... 92

4.2.5 Pembuatan Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Parameter Fleksibilitas Supply Chain……… 94

4.26 Analisa Gap Terbobot dan Prioritas Perbaikan…………. 98

4.2.7 Pembuatan Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Parameter Fleksibilitas Supply Chain………... 102

4.2.8 Pembuatan Peta (Mapping) Kuadran Fleksibilitas…….... 109

4.2.9 Analisa Nilai Tingkat Fleksibilitas Supply Chain………. 115 4.2.10 Pembuatan Grafik Nilai Tingkat Fleksibilitas


(8)

Supply Chain………. 118

4.3 Pembahasan... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 127 5.2 Saran... 128

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 3 Level dari Fleksibilitas 18

Gambar 2.2 Kategori Fleksibilitas Sel dan Sistem 18

Gambar 2.3 Rangkaian Supply Chain 24

Gambar 2.4 Hubungan antara level uncertainty demand dengan level

Fleksibilitas 33

Gambar 2.5 Kuadran Fleksibilitas Supply Chain 36 Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah Pemecahan Masalah 60-61

Gambar 4.1 Bobot Dimensi 89

Gamabr 4.2 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi Utama 94 Gambar 4.3 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi Supplier

System 95

Gambar 4.4 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi Product

Design 96

Gambar 4.5 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi

Production System 97

Gambar 4.6 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi Delivery

System 98

Gambar 4.7 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi

Utama 103

Gambar 4.8 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi


(10)

Gambar 4.9 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi

Product Design 106

Gambar 4.10 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi

Production System 107

Gambar 4.11 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi

Delivery System 109

Gambar 4.12 Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama 111 Gambar 4.13 Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi Supplier System 112 Gambar 4.14 Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi Product Design 113 Gambar 4.15 Fleksibilitas Supply Chain SubDimensi Production System 114 Gambar 4.16 Fleksibilitas Supply Chain SubDimensi Delivery System 115 Gambar 4.17 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama 119 Gambar 4.18 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi

Supplier System 119

Gambar 4.19 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi

Product Design 120

Gambar 4.20 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi

Production System 120

Gambar 4.21 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B Kuesioner Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

Lampiran C Data Kuisioner Kebutuhan dan Kemampuan

Lampiran D Output SPSS Nilai Kebutuhan dan Nilai Kemampuan

Lampiran E Kuisioner Pembobotan Fleksibilitas Supply Chain PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

Lampiran F Data Kuisioner Pembobotan Lampiran G Perhitungan Manual AHP Lampiran H Outpu Expert Choice Lampiran I Tabel r


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain 12

Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Supply Chain 16

Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain 31

Tabel 2.4 Skala Perbandingan Berskala 39

Tabel 2.5 Nilai Random Indeks 44

Tabel 3.1 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain Di PT.

SEMEN GRESIK (PERSERO)Tbk. 54

Tabel 4.1 Parameter Fleksibilitas Supply Chain 68 Tabel 4.2 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain Di PT.

Semen Gresik (Persero) Tbk. 70

Tabel 4.3 Definisi Tiap – Tiap Parameter Yang Terpilih 72 Tabel 4.4 Data Penilaian rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Dimensi

Utama 78

Tabel 4.5 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub

Dimensi Supplier System 79

Tabel 4.6 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub

Dimensi Product Design 80

Tabel 4.7 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub


(13)

Tabel 4.8 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub

Dimensi Delivery System 82

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas 84

Tabel 4.10 Data Nilai Rata –Rata Kebutuhan dan Kemampuan 86 Tabel 4.11 Bobot Dimensi Utama dan Sub Dimensi 90 Tabel 4.12 Nilai Gap Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain 92 Tabel 4.13 Nilai Gap Terbobot dan Prioritas Perbaikan 99 Tabel 4.14 Tabel Analisa kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Dimensi

Utama 103

Tabel 4.15 Tabel Analisa Kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Sub Dimensi

Supplier System 103

Tabel 4.16 Tabel Analisa Kemampuan dan Kebutuhan Terbobot Sub Dimensi

Product Design 105

Tabel 4.17 Tabel Analisa Kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Sub Dimensi

Production System 106

Tabel 4.18 Tabel Analisa Kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Sub Dimensi

Delivery System 107

Tabel 4.19 Hasil Analisa Total Nilai Gap Terbobot dan Tingkat Fleksibilitas

Supply Chain 116

Tabel 4.20 Hasil Analisa Total Nilai Gap Terbobot danTingkat Fleksibilitas

Supply Chain Sub Dimensi 117


(14)

(15)

ABSTRAKSI

Saat ini konsep tentang Supply Chain telah banyak dibicarakan oleh pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier

Sistem, Product Design, Production Sistem, dan Delivery Sistem. Faktor Eksternal

yang didalamnya termasuk supplier dan distributor atau retailer yang merupakan konsumen dari perusahaan juga harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat mendukung tercapainya 2 hal tersebut diatas.

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. adalah pabrik semen yang terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen. Semen utama yang diproduksi adalah Semen Portland Tipe I (OPC). Di samping itu juga memproduksi berbagai tipe khusus dan semen campur (mixed cement), untuk penggunaan yang terbatas dan dalam jumlah yang lebih kecil daripada OPC. Pada saat ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui level fleksibilitas supply chain. Selama ini perusahaan belum melakukan pengukuran kinerja, hanyalah penilaian secara subyektif dan fungsional dari pemimpin bagian tanpa suatu kerangka yang jelas. Pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian fleksibilitas supply chain yang mencakup empat dimensi yaitu Supplier System,

Product Design, Production System, dan Delivery System dengan harapan dapat

diketahui fleksibilitas supply chain yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dan parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. menunjukkan bahwa tingkat fleksibilitas supply chain yang ada di perusahaan secara keseluruhan flesksibel (baik) dimana seluruh dimensi utama mencapai prosentase di atas 85%, secara berurutan prosentase dari yang terkecil hingga terbesar yang yaitu Supplier System 87,98%, Production System 88,07%,

Product Design 89%, dan Delivery System 89,64%.

Kata kunci : Fleksibilitas supply chain, supplier system, product design,

production system, delivery system, efisiensi, level, subyektif,

fungsional  

 

xiv  


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini konsep tentang Supply Chain telah banyak dibicarakan oleh pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier

Sistem, Product Design, Production Sistem, dan Delivery Sistem. Faktor Eksternal

yang didalamnya termasuk supplier dan distributor atau retailer yang merupakan konsumen dari perusahaan juga harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat mendukung tercapainya 2 hal tersebut diatas.

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. adalah pabrik semen yang terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen. Semen utama yang diproduksi adalah Semen Portland Tipe I (OPC). Di samping itu juga memproduksi berbagai tipe khusus dan semen campur (mixed cement), untuk penggunaan yang terbatas dan dalam jumlah yang lebih kecil daripada OPC. Selama ini perusahaan belum melakukan penilaian fleksibilitas supply chain, hanya melakukan penilaian secara subyektif dan fungsional dari pemimpin bagian tanpa suatu kerangka yang jelas. Pengukuran hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total,


(17)

sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di perusahaan yang mencakup empat dimensi yaitu Supplier System, Product Design, Production System, dan

Delivery System masih belum ada sehingga belum dapat menginformasikan

fleksibilitas supply chain secara menyeluruh.

Rantai pengadaan (supply chain) terdiri dari berbagai aspek yang secara langsung maupun tak langsung dapat memenuhi permintaan dari pelanggan, Supply Chain tidak terdiri dari manufaktur dan supplier tetapi juga termasuk di dalamnya transportasi, informasi, warehouse, retailer dan pelanggan itu sendiri. Fleksibilitas lebih menitik beratkan pada kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan fluktuasi yang terjadi pada komponen-komponen dari Supply

Chain yaitu : supplier, distributor dan retailer.

Analisis fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat permintaan yang tidak tetap dan adanya perubahan permintaan yang cukup fluktuatif dari konsumen di tambah dengan banyaknya bahan baku yang diperlukan juga sangat dibutuhkan fleksibilitas perusahaan yang sangat tinggi, untuk mencapainya suatu perusahaan memerlukan dukungan dari seluruh komponen dalam Supply Chain yaitu Fleksibiltas dari supplier, distributor dan retailer.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian fleksibilitas

supply chain yang mencakup empat dimensi yaitu Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery System dengan harapan dapat diketahui


(18)

parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk

1.2.Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang dimunculkan pada penelitian ini adalah : “Berapa tingkat fleksibilitas supply chain di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dan parameter-parameter apa

saja yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki?”.

1.3.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada Supplier System, Product Design, Production

System, dan Delivery System.

2. Penelitian dilakukan pada Intern perusahaan dan tidak melibatkan konsumen. 3. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staff departemen yang mengerti

tentang Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery

System sebagai objek penelitian ini.

4. Tidak dilakukan analisa biaya selama penelitian dan biaya dianggap tetap (tidak berubah).


(19)

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengukur tingkat fleksibilitas supply chain.

2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang diprioritaskan untuk diperbaiki.

1.5.Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan diasumsikan dapat mewakili kinerja perusahaan.

2. Bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan tersedia setiap saat dari supplier dengan kualitas yang dikehendaki oleh perusahaan.

3. Parameter-parameter fleksibilitas supply chain yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.

4. Kondisi manajemen yang menjalankan perusahaan berjalan dengan baik dan konstan untuk strategi produksi, promosi maupun strategi lainnya selama dilakukannya penelitian.

5. Kebijakan pemerintah terutama dalam bidang perekonomian tidak mengalami perubahan dan keadaan ekonomi negara berjalan stabil.


(20)

1.6.Manfaat Penelitian

Dari latar belakang yang telah dibahas diatas, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh manfaat yaitu :

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan mampu mengetahui fleksibilitas supply chain yang lebih terintegrasi, mampu mengetahui nilai pencapaian kinerja supply chain untuk setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka sistem pengukuran supply chain perusahaan.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang pengukuran fleksibilitas supply chain dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai supply

chain.

3. Bagi Universitas

Sebagai bahan pengetahuan di perpustakaan, yang mungkin dapat berguna bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri pada khususnya. Terutama memberikan informasi mengenai fleksibilitas supply chain.


(21)

1.7.Sistematika Penulisan

Didalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yaitu kondisi yang menyebabkan penelitian dilakukan, pokok permasalahan, tujuan penelitian yaitu hasil akhir yang dicapai, batasan masalah yaitu agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, serta sistematika penulisan yang mendiskripsikan isi laporan penelitian ini secara keseluruhan dan singkat.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang mendasari dan mendukung pokok bahasan yang diperlukan penelitian ini yang berhubungan dengan pendekatan AHP. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan referensi di dalam menyelesaikan permasalahan yang ada baik dalam pengolahan data maupun dalam menginterprestasikan hasil dari pengolahan data.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian masalah dalam tugas akhir ini. Dengan adanya urutan-urutan langkah ini diharapkan tercapainya tujuan dari penelitian ini.


(22)

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dan pengolahan terhadap data-data tersebut untuk mencapai tujuan dari penelitian ini.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengolahan data akan didapatkan penyelesaian permasalahan sehingga dapat memberikan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini dan sekaligus saran yang membangun untuk perusahaan yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Supply Chain

Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Rantai ini juga

merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan

mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan

pengadaan atau penyaluran barang tersebut.

Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan

logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern

masing-masing perusahaan, dan pemecahannya di titikberatkan pada pemecahan secara

intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik

dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari

bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan

mata rantai penyediaan barang.

Oleh karena itu, Supply Chain manajemen dapat didefinisikan sebagai

berikut : Supply Chain Manajemen adalah sebuah rangkaian dari pendekatan

untuk mengefisiensi integrasi supplier, manufaktur, gudang dan pasar. Jadi semua

diproduksi dan didistribusikan pada jumlah dan waktu yang tepat agar

meminimalkan biaya dan kebutuhan kepuasan pelayanan (David Sinchi Levi,

2000).

Melihat dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Supply Chain


(24)

merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama,

yaitu :

1. Suppliers; 2. Manufacturer; 3. Ditribution; 4. Retail Outlets; 5. Customers.

Adapun definisi dari supply chain itu sendiri menurut para ahli, antara

lain sebagai berikut :

1. Schroeder

Supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang

menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan

dan pendistribusian kepada konsumen.”

2. Beamon

Supply chain adalah proses manufaktur yang terintegrasi mulai dari bahan

baku yang diproses menjadi produk jadi kemudian didistribusikan ke

konsumen.”

3. Indrajit dan Djokopranoto

“Supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang

produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan

jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai

tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau


(25)

4. Dewan Supply Chain Management Professionals

"Supply Chain Management meliputi perencanaan dan pengelolaan semua

aktivitas yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua

kegiatan pengelolaan logistik.”

5. Schroeder

“Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan kontrol

arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan

konsumen sekarang dan di masa depan.”

6. Simchi-Levi et al

SCM adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi

yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier,

manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat

diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat,

waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.”

Dalam penelitian terdahulu (Setiawan, Dwi, 2005 jurusan teknik industri,

UPN Jatim) juga disebutkan bahwa Supply Chain merupakan mata rantai

perusahaan dalam menerapkan konsep pengadaan barang yaitu mulai suplier

hingga retailer. Selain itu untuk menentukan tingkat kebutuhan dan kemampuan

perusahaan, diperlukan suatu metode yang memuat kinerja perusahaan dalam


(26)

Area cakupan Supply Chain apabila mengacu pada sebuah perusahaan

manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi Supply Chain

adalah :

1. Kegiatan merancang produk baru (product development)

2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)

3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control)

4. Kegiatan melakukan produksi (production)

5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi (distribution)

Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk pembagian

departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering

dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan

fungsinya. Umunya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian

pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa

Inggrisnya bisa disebut purchasing, procurement, atau supply function), bagian

produksi, bagian perencanaan produksi (sering dinamakan bagian production

planning and inventory control, PPIC), dan bagian-bagian pengiriman atau

distribusi barang jadi. Tabel 2.1 menguraikan lebih lanjut beberapa contoh


(27)

Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain

Bagian Cakupan Kegiatan

Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru,

melibatkan supplier, dalam perancangan produk baru

Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier,

melakukan pembelian bahan baku dan komponen,

memonitor supply risk, membina dan memelihara

hubungan dengan supplier.

Perencanaan dan

Pengendalian

Demand planning, peramalan permintaan,

perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan

persediaan

Operasi atau Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kuaitas

Pengiriman atau

Distribusi

Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan

pengiriman, mencari dan memelihara hubungan

dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor

service level di tiap pusat distribusi

Sumber : “ Supply Chain Management", Pujawan,I Nyoman (2005), Penerbit Guna Widya, Jakarta


(28)

2.2. Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat dipertimbangkan sebagai sebuah faktor yang

menentukan dari persaingan dalam peningkatan pesaing di pasar. Fleksibilitas

sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan

semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi.

Fleksibilitas disini akan dijelaskan tentang sistem fleksibilitas menufaktur dan

sistem fleksibilitas Supply Chain.

2.3. Sistem Fleksibilitas Manufaktur

Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah

kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg

berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga

berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan

permintaan yang datang ( Groover 2000 ), Sedangkan menurut Zhang ( 2003 )

Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap

peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa

menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi,

sedangkan fleksibilitas manufaktur di definisikan sebagai kemampuan dari

organisasi untuk memanage sumber daya produksi dan ketidakpastian yang ada

untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas

manufaktur sering kali diidentikkan dengan sistem fleksibel mesin (fleksible


(29)

Menurut Groover (2000) sebuah sistem manufaktur baru dapat dikatakan

Fleksibel jika :

1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses

produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda

berdasarkan sistem.

2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi.

3. Mampu dengan cepat mengubah set up.

Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual

maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi

dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannyalah yang memungkinkan

untuk difleksibilitaskan.

Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur

harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang

dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur

otomatis.

1. Part Variety Test

Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat

memproses part dengan style yang berbeda-beda yang tidak berada pada

sekumpulan model.

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Machine Fleksibility,


(30)

2. Schedule Change Test

Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur siap

menerima perubahan pada jadwal produksi dan merubah kuantitas benda atau

produksi.

Tipe Fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Mix Fleksibilitas, Volume

Fleksibilitas, Expansion.

3. Error Recovery Test.

Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur mampu

merecover peralatan-peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan

membreak down nya, sehingga produksi secara umum tidak terganggu.

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Routing Fleksibilitas

4. New Part Test

Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat

mengidentifikasikan produk yang mempunyai desain yang baru yang belum

ada sebelumnya kedalam produk yang telah ada dilantai produksi dengan

baik, tipe fleksibilitas yang telah ada di lantai dengan baik.

Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Product Fleksibility.

Terhadap beberapa tipe fleksibilitas manufacturing, suarez et al (1996)

dan Beamon (1999) membagi menjadi Aframe work yaitu : Mix Fleksibilitas, di

bawah ini akan disebutkan beberapa tipe fleksibilitas, dan definisi dari


(31)

2.4 Tipe Fleksibilitas Manufakturing

Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Manufakturing Tipe Fleksibilitas Definisi Faktor-faktor yang mempengaruhi Fleksibilitas Mesin

Kemampuan untuk menyesuaikan dengan mesin (Stasiun kerja)pada system dengan operasi produksi,dalam jumlah besar,semakin besar range operasi dan bentuk benda, maka semakin besar fleksibilitas mesin.

Waktu Set up atau waktu untuk change over kemampuan dalam banyak bidang yang dimiliki oleh para pekerja.

Fleksibilitas Produksi

Range / keseluruhan dari bentuk part yang bisa diproduksi pada system

Fleksibilitas mesin dari individual system kerja range dari fleksibilitas mesin dari keseluruhan system kerja yang ada pada system.

Fleksibilitas Campuran

Kemampuan untuk mengubah campuran produk dimana pada saat yang sama sehingga menangani kualitas produk secara keseluruhan, sehingga produk part yang sama hanya berbeda pada proporsinya saja.

Kesamaan bagi pada pencampuran Relative Work yang didalam nya mengandung waktu yang digunakan untuk memproduksi.

Fleksibilitas Volume

Kemampuan untuk mengakomodasikan produksi part yang tinggi dan merendahkan kuantitas total pada produksi, memberikan invers tatap pada system.

Peralatan yang umum, tingkat performasi produksi dari manual tenaga kerja, sejumlah investasi pada peralatan produksi.


(32)

Fleksibilitas Biaya

Kemampuan dari system yang bisa ekspansikan untuk menambah kuantitas total produksi.

Biaya penambahan Stasiun kerja Kemampuan dimana lay out bisa diperluas, tipe dari system perpindahan tambahan yang digunakan, kemampuan untuk melakukan tambahan pada tenaga kerja yang dilatih.

Sumber : “Assessing supply chain flexibility: a conceptual framework and case study", Pujawan, I Nyoman (2004), Int. J. Integrated Supply Management, Vol. 1, No. 1, pp.79–97


(33)

Volume Volume

1 2 or 3 4 or more Number of 1 2 or 3 4 or more Number of

Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas

(Sumber : Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Groover, P. Mikell (2000), , Prentice Hall International, Inc.)

(Sumber : Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Groover, P. Mikell (2000), , Prentice Hall International, Inc.)

Costumer satisfaction Volume Fleksibility Mix Fleksibility Fleksibilitas Manufakturing Capability Machine Fleksibility Labor Fleksibility

Material Handling Fleksibility Routing Fleksibility Fleksibilitas Manufakturing Competence Fleksibilitas Manufacturi ng system

Fleksibilitas Manufacturi ng Cell Single Machine Cell H2a H1a H1b H2b

Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem

Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of Operations

Management, 173-191

Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of Operations

Management, 173-191

Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas

manufaktur dangan customer satisfaction.

Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas

manufaktur dangan customer satisfaction.


(34)

Keterangan :

H1a : Hipotesis Ia , Fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak

positif secara signifikan terhadap volume fleksibility.

H1b : Hipotesis 1b fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak

positif secara signifikan terhadap mix fleksibility.

H2a : Hipotesis 2a, Volume fleksibility mempunyai dampak positif terhadap

costumer satisfaction.

H2b : Hipotesis 2b mix fleksibility mempunyai dampak positif tehadap costumer

satisfaction.

Keuntungan dari fleksibilitas manufaktur (Groover 2000) :

a. Menambah Utilisasi mesin

b. Berkurangnya mesin yang membutuhkan perbaikan.

c. Mengurangi kebutuhan Factory floor space.

d. Lebih mudah untuk melakukan perubahan,

e. Mengurangi kebutuhan inventory

f. Mengurangi lead time manufacturing.

g. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja langsung dan meningkatkan produktivitas

tenaga kerja.


(35)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa fleksibilitas tidak hanya

tersusun dari single variable, namun merupakan suatu multi-dimensi banyak teori

yang menyatakan dimensi-dimensi (type) apa saja yang menyusun fleksibilitas

manufaktur seperti dikutip oleh Duclos, yaitu teori Browne Dubois, et al (1984)

membagi fleksibilitas manufaktur menjadi 8 dimensi, Sethi dan Sethi (1990) 11

dimensi, Vokurka dan O’leary-kelly (2000) 15 dimensi, dan masih banyak lagi.

Menurut Tsourveloudis dan Phillpis (2000), terdapat 9 dimensi atau type, yaitu :

1. Fleksibilitas Mesin

Merupakan kemampuan membuat perubahan diantara operasi-operasi yang

memproduksi beberapa produk diukur dari jumlah operasi dan waktu yang

dibutuhkan untuk berpindah dari satu operasi ke operasi yang lain.

Parameter yang digunakan :

a. Setup atau chargeover time

Yaitu berhubungan dengan variasi persiapan seperti peralatan, positioning

part dan release, perubahan software dan lain-lain.

b. Versatility

Yaitu variasi operasi yng mampu dilakukan untuk mesin

c. Adjustability

Yaitu berhubungan dengan ukuran ruang kerja dan dimensi yang dapat

ditangani mesin.


(36)

2. Fleksibilitas Routing

Merupakan kemampuan sistem untuk memproduksi part dengan

menggunakan beberapa alternatif rute dan dibagi menjadi beberapa rute

professional, dan mesin cadangan untuk mengatasi terjadinya breakdown.

Parameter yang digunakan :

a. OperationCommonality

Merupakan jumlah operasi yang mampu dilakukan oleh sekelompok mesin

secara bersamaan untuk memproduksi satu set part.

b. Substitutability

Merupakan kemampuan sistem untuk mengatur kembali rute dan schedule

secara efektif pada saat terjadi kegagalan.

3. Fleksibilitas Material Handling System

Merupakan kemampuan sistem transportasi untuk memindah beberapa jenis

part dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien.

Parameter yang digunakan :

a. Faktor Rerouting

Kemampuan material handling yang mengubah jalur perpindahan secara

otomatis atau hanya dengan sedikit setup delay dan biaya.

b. Variasi Lead

Batasan yang dimiliki oleh MHS mulai dari volume dimensi dan berat

untuk dapat memindahkan bawaannya yang ada, seperti work places,


(37)

c. Kecepatan Transfer

Fleksibilitas dari transportasi

4. Fleksibilitas Produk

Merupakan kemampuan dalam mengubah part ini dalam rangka produksi baru

secara kwantitatif dapat diukur melalui waktu dan cost yang diperlukan untuk

setiap perubahan yang terjadi.

Parameter yang digunakan :

a. Variasi Part

Jumlah produk baru pada sistem manufaktur yang mampu diproduksi

tanpa adanya tambahan investor namun cukup dengan menggunakan

mesin yang telah ada saat ini.

b. ChargeoverPart

Menggambarkan kemampuan untuk menampung variasi yang menjadi

tuntutan pasar.

c. PartCommonality

Namun merupakan jumlah part yang sama, diassembly untuk

menghasilkan produk final. Hal ini juga menunjukkan kamampuan untuk

membuat produk baru dengan cepat dan ekonomis, dan juga

mengindikasikan perbedaan antara dua part.

5. Fleksibilitas Operasi

Merupakan kemudahan mengubah urutan operasi dari proses produksi. Dapat

diukur dengan mengatur jumlah urutan proses yang berbeda yang dapat


(38)

6. Fleksibilitas Proses

Merupakan kemampuan sistem manufaktur untuk memproduksi beberapa

jenis part tanpa melakukan konfigurasi ulang.

Parameter yang digunakan :

a. SetTipe Part

b. SetupCost

7. Fleksibilitas Volume

Merupakan kemampuan sistem untuk mengubah volume produksi dan tetap

mampu beroperasi untuk mencapai keuntungan.

Parameter yang digunakan adalah RangeVolume

8. Fleksibilitas Ekspansi

Merupakan kemampuan sistem disusun dalam bentuk model-model dan

melakukan perluasan.

Parameter yang digunakan :

a. Modularity Index

Merepresentasikan kemudahan dalam menambah mesin-mesin pada sistem

produksi tanpa melakukan effort dan perubahan yang signifikan.

b. Kemampuan Ekspansi

Kemampuan untuk menambah kapasitas tanpa harus membutuhkan waktu


(39)

9. Fleksibilitas Labour

Merupakan kemudahan untuk menempatkan personel pada suatu departemen

yang dapat dicapai dengan adanya multi-trained off, sehingga mampu

melakukan berbagai macam tugas.

a. TrainningLevel

b. JobRotation

2.5 Fleksibilitas Supply Chain

Supply Manufacturing Distribution Customer

Gambar 2.3 Rangkaian Supply Chain

(Sumber : beamon, B. M. (1999) Measuring Supply Chain Performance, International Journal Of Operation and Production Management).


(40)

Keterangan :

Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan

pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini

bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,

subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan

suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga suppliers’suppliers atau

sub-suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi

suppliers’suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.

Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan ranatai kedua, yaitu manufacture. Hubungan

dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan

penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan

jadi yang berada di pihak suppliers, manufavturer,dan tempat transit merupakan

target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%,

bahkan lebih, dapat diperoleh inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan

menggunakan konsep suppliers partnering misalnya, penghematan ini dapat

diperoleh.

Distribution

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus

disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan


(41)

ditempuh oleh sebagaian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui

gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar

dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam

jumlah yang lebih kecil kepad retailers atau pengecer.

Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung

kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang

termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko

koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir

melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini

merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi,

yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real

user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply

baru betul-betul berhanti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai


(42)

Rantai penyediaan (Supply Chain) terdiri dari berbagai aspek yang secara

langsung maupun tak langsung dapat memenuhi permintaan dari pelanggan,

Supply Chain tidak terdiri dari manufaktur dan supplier tetapi juga termasuk di

dalamnya transportasi, informasi, warehouse, retailer dan pelanggan itu sendiri.

Fleksibilitas di titik beratkan pada kemampuan mengalokasikan fluktuasi

yang terjadi pada komponen-komponen dari Supply Chain yaitu : supplier,

distributor dan konsumen.

Pengukuran fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk

mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan

dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi.

Menurut Beamon (1999) Supply Chain adalah sebuah proses yang

terintegrasi dimana didalamnya bahan baku dikenai proses manufaktur untuk

dijadikan produk akhir, kemudian dikirimkan kepada konsumen (baik itu melalui

distribusi, retail, ataupun keduanya).

Dari pemahaman inilah berkembang sebuah ide untuk menganalisa

tentang Supply Chain lebih jauh termasuk dalam hal ini melakukan pengukuran

terhadap Fleksibilitas Supply Chain tersebut.

Penyelesaian tentang Fleksibilitas dalam sistem Manufakturing diatas

sangat berhubungan dengan Fleksibilitas yang ada pada Supply Chain hal ini

dikarenakan fleksibilitas manufakturing mempunyai peranan yang sangat penting

dalam internal perusahaan sedangkan Supply Chain sendiri juga berpengaruh pada

internal perusahaan, sehingga pengaruh Fleksibilitas Manufakturing terhadap

Fleksibilitas dalam Supply Chain sangat luas dibandingkan dengan Fleksibilitas


(43)

dalam Supply Chain itu sendiri. Fleksibilitas SupplyChain dapat digunakan untuk

menganalisa terhadap kemampuan system secara keseluruhan untuk menghandel

fluktuatif yang bisa terjadi pada volume dan jadwal dari supplier, pabrik dan

konsumen yang merupakan rangkaian dari pada Supply Chain itu sendiri.

Fleksibilitas Supply Chain sangat memegang peranan penting dalam

keberhasilan Supply Chain itu sendiri, terlebih lagi pada perusahaan yang

mempunyai kondisi ketidak pastian yang sangat tinggi.

Fleksibilitas merupakan tanggung jawab setiap elemen yang berada

dalam Supply Chain, baik itu internal perusahaan, yakni departemen-departemen

yang ada dalam perusahaan maupun eksternal perusahaan mulai dari supplier,

distributor, retailer termasuk disini pihak yang membantu dalam penyediaan

informasi.

Komponen – komponen dari fleksibilitas yang mempengaruhi pada

aktivitas dalam Supply Chain, termasuk di dalamnya fleksibilitas untuk

memperoleh informasi mengenai permintaan dan selanjutnya digunakan sebagai

pertukaran informasi antar organisasi yang ada dalam Supply Chain tersebut.

Menurut Garavelli (2003) fleksibilitas dalam suatu Supply Chain sangat

kompleks dan terdiri dari multi dimensi konsep dan sangat sulit untuk diringkas.

Namun satu hal yang perlu ditekankan pada fleksibilitas dalam suatu Supply

Chain haruslah mempunyai kemampuan untuk merespon perubahan yang terjadi

baik itu perubahan yang datang dari dalam perusahaan sebaik dengan perubahan


(44)

Menurut Duklos et al (2001) enam komponen fleksibilitas Supply Chain

telah diidentifikasikan berdasarkan fleksibilitas manufacturing yang telah dibahas

sebelumnya, yaitu :

1. Production System Fleksibility

Kemampuan untuk menyusun modal dan operasi-operasi untuk melakukan

respon dari kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen (perubahan produk,

volume) pada setiap titik dalam Supply Chain.

2. Market Fleksibility

Kemampuan untuk dapat melakukan produksi sesuai pesanan dan mampu

membangun hubungan dekat dengan konsumen dan melibatkan mereka

(konsumen) dalam design dan melakukan modifikasi produksi baru maupun

produksi yang telah ada.

3. Logistik Fleksibility

Kemampuan melakukan perubahan dalam penerimaan dan delivery produksi

baik dari pihak supplier maupun konsumen dengan pengeluaran biaya yang

seefektif mungkin ( perubahan lokasi konsumen, globalisasi dan penundaan).

4. Supply Fleksibility

Kemampuan untuk mengatasi perubahan permintaan supply, seiring dengan


(45)

5. Organizazional Fleksibility

Kemampuan untuk menggalang tenaga kerja ahli untuk kebutuhan Supply

Chain dalam menentukan permintaan dari konsumen.

6. Information Fleksibility

Kemampuan untuk menyusun struktur system informasi sesuai dengan

dinamika perubahan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka

untuk memenuhi permintaan dari konsumen.

Penggambaran Fleksibilitas suatu Supply Chain pada dasarnya haruslah

meliputi secara keseluruhan dari pada sistem yang ada dalam Supply Chain itu

sendiri, yaitu dimulai dari Supplier sampai dengan konsumen, dimensi-dimensi

fleksibilitas yang ada dalam suatu Supply Chain haruslah mampu mencerminkan

seluruh elemen tersebut.

Kemudian model dan karakteristik tersebut dikembangkan oleh Swafort

yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun

mencakup keseluruhan elemen dalam Supply Chain, dimensi-dimensi itu adalah:

Sourcing, produck, development, production, delivery.

Sourcing adalah penilaian yang diberikan pada kemampuan yang di

miliki dalam hal pengadaan bahan baku dan berkaitan dengan supplier system.

Product development merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan yang

dimiliki untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan terhadap

adanya produk baru yang disebut juga sebagai produk design. Production adalah

penilaian yang diberikan atas kemampuan dari dalam perusahaan, yang pada


(46)

dikenal dengan production system. Delivery merupakan penilaian yang diberikan

atas kemampuan untuk hal yang berhubungan langsung dengan konsumen untuk

delivery system.

Penjelasan yang lebih lanjut dan untuk memudahkan melakukan

penilaian (assessment) terhadap fleksibilitas yang telah disebutkan diatas

diuraikan menjadi parameter-parameter yang lebih spesifik, seperti dapat dilihat

pada tabel 2.3 yang secara umum dapat dipakai untuk melakukan penilaian

terhadap target Fleksibilitas Supply Chain

Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain

No. Deskripsi 1. Supplier System (SS)

1.1 (SS1)

Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk

1.2 (SS2)

Biaya rendah untuk mengalihkan pembelian dari satu pemasok ke yang lainnya

1.3 (SS3)

Sebagian besar pemasok memiliki kemampuan produksi/memasok bermacam-macam tipe produk yang berbeda

1.4 (SS4)

Sebagian besar produk memiliki kapasitas persediaan yang besar

1.5 (SS5)

Sebagian besar pemasok mampu memproduksi produk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat

1.6 (SS6)

Dengan biaya setup yang rendah, sebagian besar pemasok mampu memproduksi dalam jumlah yang kecil

1.7 (SS7)

Memiliki bermacam-macam model transportasi untuk pengiriman produk ke pemasok

1.8 (SS8)

Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada

1.9 (SS9)

Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari pemasok ke perusahaan

1.10 (SS10

)

Pemasok mampu mengirim permintaan yang mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah

2. Product Design (PD) 2.1

(PD1)

Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain

2.2 (PD2)

Dengan biaya rendah, outsourcing kegiatan pengembangan produk dapat dilakukan


(47)

2.3 (PD3)

Tim pengembangan produk memiliki kemampuan mengembangkan beragam produk dengan tipe dan spesifikasi yang berbeda

2.4 (PD4)

Memiliki software dan sumber daya lain untuk mempermudah membuat, memodifikasi, dan mensimulasi desain

2.5 (PD5)

Ketika desain produk melibatkan tim yang jauh lebih besar, ada jaringan untuk mempermudah berkomunikasi, tentang ide, desain dokumen, dsb 2.6

(PD6)

Tim mampu menghasilkan desain yang berbeda dalam jumlah besar

2.7 (PD7)

Ketika desain baru membutuhkan material baru, mudah untuk mendapatkan konfirmasi kemampuan pemasok untuk memasok material baru

3. Production System (PS) 3.1

(PS1)

Ada beragam fasilitas produksi yang terletak di lokasi yang berbeda

3.2 (PS2)

Memiliki kapasitas produksi yang besar sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen yang tinggi

3.3 (PS3)

Ketika total permintaan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas/kemampuan gudang, mudah untuk melakukan outsourcing

3.4 (PS4)

Fluktuasi dalam permintaan dapat diatasi dengan kerja lembur

3.5 (PS5)

Sebagian besar pekerja adalah multi-terampil, sehingga mereka dapat mudah beralih dari satu pekerjaan/tugas lain

3.6 (PS6)

Mesin adalah peralatan mekanik yang berfungsi untuk melakukan pekerjaan sehingga dapat mengolah tugas/pekerjaan yang berbeda

3.7 (PS7)

Mampu mengakomodasi sampai batas waktu tertentu bila ada perubahan dari konsumen

3.8 (PS8)

Waktu setup untuk sebagian besar mesin rendah, sehingga untuk ukuran golongan rendah diproses secara ekonomis

3.9 (PS9)

Ada alternatif jalan yang ditempuh untuk menghasilkan produk

3.10 (PS10

)

Sistem perencanaan produksi mampu merubah jadwal produksi yang sudah ada

3.11 (PS11

)

Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat

4. Delivery System (DS) 4.1

(DS1)

Memiliki model transportasi yang berbeda untuk pengiriman produk ke pelanggan

4.2 (DS2)

Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari perusahaan ke pelanggan

4.3 (DS3)

Jumlah pengiriman sangat kecil, sehingga pengiriman pemesanan ke pelanggan dapat dipenuhi

4.4 (DS4)

Dapat melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang kecil

4.5 (DS5)

Jika ada permintaan mendadak, perusahaan dapat mengirimkan produk dengan memilih model transportasi yang lebih cepat


(48)

4.6 (DS6)

Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan

4.7 (DS7)

Perusahaan merancang jadwal pengiriman lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat

4.8 (DS8)

Biaya rendah untuk merubah jumlah, tipe dan/atau tanggal pengiriman

Sumber : “Assessing supply chain flexibility: a conceptual framework and case study", Pujawan, I Nyoman (2004), Int. J. Integrated Supply Management, Vol. 1, No. 1, pp.79–97

Tingkat fleksibilitas untuk tiap Supply Chain belum tentu sama hal ini

disebabkan pengaruh oleh tingkat ketidak pastian demand yang dialami tiap

supply chain, semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka Supply Chain harus

semakin Fleksibel, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.4 berikut :

Low demand Somewhat Somewhat high demand Uncertainty demand demand uncertainty

certainty uncertainty

1 2 3 4

Semakin Fleksibel

Gambar 2.4 Hubungan antara level uncertainty demand dengan level fleksibilitas


(49)

Keterangan :

1. Low demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.

2. Somewhat demand certainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

sedang dengan tingkat kepastian tinggi.

3. Somewhat demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

sedang dengan tingkat ketidak pastian tinggi.

4. High demand uncertainty

Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang

tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.

2.6 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand

Perbedaan tingkat fleksibilitas pada Supply Chain berarti terjadi

perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak

semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply

chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan

suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor


(50)

Menurut Beamon (1999) keuntungan dari fleksibilitas Supply chain

adalah :

 Mereduksi jumlah backorder yang ada.

 Mereduksi jumlah lost sales.

 Mereduksi jumlah order yang terlambat.

 Menambah kepuasan konsumen.

 Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan Faktor musiman.

 Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi mesin (machine breakdown).

 Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi dari supplier.

 Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi pengiriman.

 Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru

dan pesaing baru.

2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain

Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas

suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment mengenai

seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar

mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter

fleksibilitas supply chain lah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini


(51)

kondisi perusahaan yang sedang diukur fleksibilitas supply chain yang dimilkinya

menurut Pujawan (2002) yang dikutip oleh Eunike (2002), identifikasi kondisi

fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai

berikut :

Low matched Condition III

Unmatched condition

Fleksibility is too low

IV I

Matched condition

Requirement hight II

Unmatched condition Over design system

Gambar 2.5 Kuadran fleksibilitas Supply Chain

(Sumber : Pujawan (2002)) A Coceptual Frame work for Assessing supply chain. Flexibility, ' Proceeding 7)

Kondisi I dan III adalah keadaan yang menunjukkan keadaan seimbang,

yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan fleksibilitas sebanding,

kebutuhan yang tinggi akan mampu memenuhi (I) dan walaupun fleksibilitasnya

rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan akan fleksibilitasnya juga

rendah.

Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan


(52)

fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah

yang dinamakan Overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak

efisien dalam perusahaan dan akan memyebabkan pula banyaknya cost yang akan

terbuang secara sia-sia.

Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini

yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat

fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan terjadinya

Nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya Lost Oppurtunity yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada,

dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat

bersaing dipasar. Selanjutnya dapat diketahui tingkat fleksibilitas Supply Chain

sebagai berikut:

Tbk = x100%

Terbobot Kebutuhan

Nilai Total

Terbobot Kemampuan

Nilai Total

2.8 Perhitungan Skor Gap

Penilaian Fleksibilitas suatu Supply Chain berdasarkan perhitungan yang

merupakan perbedaan antara penilaian terhadap pasangan pernyataan untuk

requirement (kebutuhan) dan kapasitas untuk tiap parameter Fleksibilitas untuk

perhitungan ini perlu adanya suatu skala yang digunakan untuk menunjukkan

kedua kondisi tersebut, skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi

tersebut skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut yang


(53)

Definisi dari setiap skala untuk Kebutuhan adalah:

1. Elemen dan fleksibilitas tidak relevan untuk supply chain tersebut dan tidak

perlu dipertimbangkan.

2. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang rendah.

3. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sedang.

4. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang tinggi.

5. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi.

Definisi dari setiap skala untuk Kemampuan adalah :

1. Supply Chain tidak fleksibel untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.

2. Supply Chain sangat memiliki fleksibel yang rendah untuk elemen fleksibilitas

yang bersangkutan.

3. Supply Chain memiliki fleksibilitas yang sedang untuk elemen fleksibilitas

yang bersangkutan.

4. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang tinggi untuk elemen fleksibilitas

yang bersangkutan.

5. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang sangat tinggi untuk elemen

fleksibilitas yang bersangkutan.

Perhitungan Gap atau skor fleksibilitas untuk setiap pasangan pertanyaan

dihitung sebagai berikut :

Flexibilitas = Requirement Score – Capability Score

Jika hasil pengurangan positif, maka menunjukkan bahwa perlu untuk

dilakukan perbaikan terhadap elemen fleksibilitas yang bersangkutan, sedangkan


(54)

2.9 Analitic Hierarchy Process (AHP)

Pengertian AHP adalah merupakan model pengambilan keputusan yang

dikembangkan oleh Thomas L Saaty yang merupakan suatu model yang

komperhensif dan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan

kualitatif sekaligus.

Model AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap sebagai input

utamanya. AHP menggunakan model hierarkis yang terdiri dari satu tujuan (goal),

kriteria (atau beberapa sub criteria) dan alternatif untuk setiap masalah keputusan

dalam menentukan penelitian diantara alternatif digunakan skala tertentu agar

dapat dihasilkan bobot dari masing-masing alternatif keputusan, skala yang

dipakai dalam perbandingan berpasangan terdiri dari 9 angka yaitu:

Tabel 2.4 Skala Perbandingan Berkala Intensitas

kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar

terhadap tujuan.

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian

sedikit menyokong suatu

elemen dibandingkan elemen

yang lain.


(55)

dari elemen yang lain sangat mendukung satu

elemen dibandingkan dengan

elemen yang lain.

7 Satu elemen jelas lebih mutlak

penting dari elemen yang lain.

Satu elemen yang kuat

didukung dan dominan

terlihat dalam praktek.

9 Satu elemen mutlak lebih penting

dari pada elemen yang lain.

Bukti yang mendukung

elemen yang satu terhadap

elemen lain dan memiliki

tingkat penegasan tertinggi

yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 . Nilai-nilai antara 2 nilai

pertimbangan yang berdekatan

Nilai diberikan bila ada 2

kompromi diantara 2 pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan

aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya Sumber : Pengambilan Keputusan ( bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L,1993.

PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Kelebihan AHP

AHP mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan proses

pengambilan keputusan yang lainnya antara lain adalah sebagai-berikut :

a. Konsistensi

AHP mempunyai kemampuan untuk melacak konsistensi langsung dari


(56)

b. Sintesis

AHP mampu menuntun kepada suatu taksiran yang bersifat menyeluruh

tentang kebaikan setiap alternatif.

c. Pengukuran

AHP mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu skala yang digunakan

untuk mengukur hal yang tidak berwujud dan suatu metode untuk menetapkan

prioritas.

d. Kompleksitas

AHP mempunyai kemampuan untuk memadukan rancangan deduktif dan

rancangan berdasarkan system untuk memecahkan suatu permasalahan yang

kompleks.

e. Kesatuan

AHP mampu memberikan suatu model tunggal yang mudah untuk dimengerti,

luwes untuk digunakan pada aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur.

f. Saling ketergantungan

AHP mampu menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

Salah satu keistimewaan dan keuntungan utama dari AHP yang berbeda

dengan model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat

konsistensi mutlak, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan yang

dibuat oleh manusia sebagian didasari atas logika dan sebagian yang didasari atas


(57)

Langkah-langkah AHP :

Model AHP memiliki pendekatan yang hampir identik dengan model

perilaku politis yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan

menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusan, pada

dasarnya langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarchy yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan subtujuan-subtujuan, criteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif

pada tingkatan criteria yang paling bawah.

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau

criteria yang setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan berdasarkan

judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai target kepentingan

suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement

seluruhnya sebanyak n x [ ( n-1 ) / 2 ] buah , dengan n adalah banyaknya

elemen yang dibandingkan.

5. Menghitung nilai Eigen (Eigen Value) dan menguji konsistensinya,jika tidak

konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulang langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hierarki .

7. Menghitung Vektor Eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan, riil

vector eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini dilakukan untuk

mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat


(58)

8. Memeriksakan konsistensi hierarki jika nilainya lebih besar dari 10%

maka penilaian data Judgement harus diperbaiki.

Untuk mengukur bobot prioritas setiap element dalam matrik

perbandingan maka digunakan operasi matematis berdasarkan operasi matrik dan

vector yang disebut eigenvektor. Eigenvektor adalah sebuah vector yang apabila

dikalikan dengan sebuah bilangan scalar / parameter yang tidak lain adalah eigen

value, persamaannya adalah sebagai berikut :

A ww

Dimana : w = Eigenvektor

 = Eigenvalue

A = Matrik bujur sangkar

Pengukuran konsistensi dalam model AHP dilakukan dalam 2 tahap,

yaitu mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur

konsistensi keseluruhan hierarki suatu matrik, misalnya dengan 3 unsur ( i, j, k )

dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsistensi 100% jika

memenuhi syarat : aijajk= aik

Pengukuran konsistensi dari suatu matrik itu sendiri didasarkan atas suatu

eigen value maksimum dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa

dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari hierarki

konsistensi :

CI = ( maks – n ) / ( n – 1) Dimana : maks = Eigen Value


(59)

n = ukuran matrik

CI = Indek konsistensi

Indek konsistensi tersebut dapat diubah kedalam bentuk rasio konsistensi

dengan membaginya dengan suatu Indeks random, indeks random menyatakan

rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1-10. yang

menunjukkan bahwa semakin besar ukuran matriksnya, makin tinggi tingkat

konsistensi yang dihasilkan.

Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika

judgement numeric diambil secara acak diri skala 1/9, 1/8, …,1, 2,…,9 akan

diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, adapun

nilai indeks random dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.5 Nilai Random Indeks Nilai Random Indeks

Ukuran Matrik Random Indeks

(inkonsisten)

1,2 0,00

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

8 1,41

9 1,45

10 1,49

11 1,51

12 1,48

13 1,56

14 1,57

15 1,59

Sumber : Pengambilan Keputusan (bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L, 1993. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta


(60)

Perbandingan indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random

dapat dituliskan sebagai berikut :

CR = CI / RI

Dimana : CR = rasio konsistensi

CI = indeks konsistensi

RI = indeks random

Untuk model Analitycal Hierarchy Process, matrik dapat diterima jika

rasio konsistensi ( consistency ratio ) ≤ 0,1

2.10 Program Expert Choice

Untuk memudahkan pengolahan data pada proses analytic hierarcy

process maka digunakan software expert choice.

Expert Choice merupakan suatu software yang dipakai untuk melakukan

pembobotan berdasarkan metode analytic hierarchy process, dalam penelitian

tugas akhir ini pembobotan dilakukan dengan menggunakan expert choice agar

proses pembobotan yang dilakukan lebih cepat.

Keuntungan dengan menggunakan software ini adalah :

1. Proses pembobotan dapat dilakukan dengan cepat dari pada dengan proses

manual.

2. Nilai dari responden yang tidak konsisten bisa dicari sehingga hanya perlu

meminta pertimbangan lagi kepada responden untuk nilai-nilai yang tidak


(61)

2.11 Skala Servqual

Konsep Servqual disini digunakan untuk melakukan penelitian terhadap

tingkat fleksibilitas Supply Chain dari perusahaan yang diteliti, kemampuan dari

Supply Chain perusahaan untuk fleksibilitas diidentikkan dengan persepsi,

sedangkan kebutuhan dari Supply Chain perusahaan untuk Fleksibel diidentikkan

dengan harapan skala yang digunakan adalah Skala Likert yaitu 1-5. nilai Gap

didapatkan dengan mengurangi nilai kebutuhan dengan nilai kemampuan. Gap

yang didapatkan akan dikalikan dengan bobot yang berasal dari pengolahan

dengan software Expert Choice untuk menentukan prioritas perbaikan Gap

terbobot suatu criteria, semakin besar nilai Gap terbobot suatu kriteria, berarti

semakin perlu dilakukan perbaikan terhadap kriteria tersebut.

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu perlu dijadikan referensi oleh peneliti, seperti pada

Tugas Akhir yang berikut ini:

1. Eunike, Agustina. Analisis Terhadap Fleksibilitas Suatu Supply Chain (Studi

Kasus PT. Philips Ralin Electronics Surabaya), Tugas Akhir Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2002.

a. Permasalahan : mengenai cara untuk mengukur fleksibilitas supply chain di

PT. Philips Ralin Electronics

b. Hasil penelitian :

1. Dari evaluasi bobot yang diberikan oleh pihak manajemen terhadap


(62)

production system memiliki prioritas yang lebih besar bagi supply chain

Philips, yaitu masing-masing dengan bobot yang sama, sebesar 30.9%,

supplier system diberi bobot 24.10%, dan terakhir product design dengan

bobot 14.2%

2. Kemampuan dari supply chain Philips 87.5% masih dibawah kebutuhan

yang ada, hanya 8.33% saja yang berada pada kondisi ideal, dan 4.17%

yang mampu melebihi kebutuhan yang ada. Berdasarkan evaluasi yang

dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk dapat mencapai tingkat

fleksibilitas yang diinginkan terdapat 37.5% (9 dari 24) parameter

fleksibilitas yang memerlukan prioritas untuk ditingkatkan. Dari

kesembilan parameter tersebut 44.4% berasal dari dimensi supplier

system, ditambah 11.11% berasal dari product design namun juga

berhubungan dengan kemampuan supplier. Ini berarti 50% dari parameter

tersebut berhubungan dengan kemampuan supplier.

3. Dengan mengetahui nilai-nilai requirement dan capability

parameter-parameter fleksibilitas dapat dilakukan perhitungan mengenai tingkat

fleksibilitas dari supply chain Philips yaitu 75.51%, yang dapat diartikan

bahwa kondisi fleksibilitas supply chain Philips adalah cukup baik,

terutama yang berkaitan dengan kemampuan intern, namun demikian

tingkat fleksibilitas menjadi kurang optimal akibat rendahnya fleksibilitas

yang dimiliki oleh pihak supplier. Hal ini nampak pada angka

fleksibilitas masing-masing dimensi tersebut, yaitu delivery system

79.77%, production system 79.67%, product design 73.70%, dan paling


(63)

penyebaran nilai tingkat fleksibilitas yang merata menunjukkan

kemampuan yang hampir sama pada masing-masing dimensi bila

dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, namun berbeda dengan

kondisi dari supplier system, tingkat fleksibilitas yang dimiliki rendah,

dan hal ini berpengaruh pada fleksibilitas supply chain secara

keseluruhan.

2. Aprillianti, Susan. Penilaian Fleksibilitas Supply Chain (Studi Kasus PT.

Philips Ralin Electronics Surabaya), Tugas Akhir Teknik Industri Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2003.

a. Permasalahan : mengenai penilaian fleksibilitas supply chain di PT. Philips

Ralin Electronics dengan menggunakan model yang relatif mudah

b. Hasil penelitian :

1. Perlu adanya penilaian terhadap fleksibilitas supply chain agar PT.

Philips Ralin Electronics mengetahui level fleksibilitas supply chain

perusahaan saat ini

2. Dimensi supply (weight = 0.22) adalah dimensi yang paling tidak

fleksibel, sedangkan dimensi delivery (weight = 0.31) paling fleksibel.

Oleh karena itu dimensi supply merupakan dimensi yang menjadi

prioritas untuk diperbaiki dalam meningkatkan fleksibilitas supply

chain.

3. Sucipto, Wawan. Pengukuran Dan Analisis Fleksibilitas Supply Chain Pada

Divisi General Engineering PT. PAL INDONESIA, Skripsi Teknik Industri


(64)

a. Permasalahan : bagaimana pengukuran fleksibilitas suatu supply chain pada

Divisi General Engineering PT. PAL Indonesia dan apakah hasil

pengukuran terhadap fleksibilitas supply chain tersebut dapat digunakan

untuk mengakomodasi Perubahan-perubahan yang dihadapinya.

b. Hasil penelitian :

1. Tingkat Fleksibilitas Supply Chain pada Divisi General Engineering PT.

PAL Indonesia masih cukup fleksibel dari masing – masing dimensi dan

parameternya sebesar 70,35% sedangkan tingkat Fleksibilitas Supply

Chain Dimensi Utama secara berurutan adalah Product Design 77,5%,

Delivery System 72,20%, Production System 65,90% dan Supplier System

65,80%.

2. Tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Supplier System tertinggi adalah Lead

time suplier 91,7% dan yang terendah adalah Kemudahan menjalankan

sistem penjadwalan 60,80%. Untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi

Product Design tertinggi adalah Menghasilkan desain berkulitas dengan

cepat 85% dan terendah adalah Kemampuan mengkonfirmasikan suplier

untuk menyediakan bahan baku pendukung produk baru 72,10%. Untuk

tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Production System yang tertinggi

adalah Perbaikan mesin yang rusak dengan cepat 72,70%, sedangkan

yang terendah adalah menggunakan beragam urutan proses 60%.

Sedangkan untuk tingkat Fleksibilitas Sub Dimensi Delivery System yang

tertinggi adalah pemenuhan pemintaan berasal dari lebih dari satu

distributor 86,50% dan yang terendah adalah pengiriman dengan


(65)

3. Dari hasil perhitungan tingkat prioritas dapat dilihat prioritas yang harus

diutamakan untuk meningkatkan tingkat fleksibilitas perusahaan adalah

merubah jadwal produksi dengan cepat (Production System) dan prioritas

terakhir adalah perbaikan pada Lead time suplier (Supplier System).

4. Sutaji, Slamet. Analisis dan Pengukuran Terhadap Fleksibilitas Supply Chain

pada PT. Pertiwi Mas Adi Kencana Waru Sidoarjo, Skripsi Teknik Industri

UPN “Veteran” Surabaya, 2008.

a. Permasalahan : Bagaimana Fleksibilitas Supply Chain yang harus dilakukan

PT. Pertiwi Mas Adi Kencana untuk mengatasi fluktuasi yang akan

dihadapi

b. Hasil penelitian :

1. Tingkat Fleksibilitas Supply Chain secara keseluruhan cukup flesksibel.

Tingkat Fleksibilitas Dimensi Utama secara berurutan sebagai berikut :

Delivery System 97.91%, Production System 90.50%, dan Supplier

System 94.32%

2. Secara berurutan prioritas yang harus dilakukan perbaikan beserta usulan

perbaikannya sebagai berikut :

1. Produce various different routing (Production System).

2. Produce various different products (Production System).

3. Delivery urgent request (Supplier System).

4. Use multi modal delivery request (Delivery System).

5. Delivery flexible quantity (Delivery System).

6. Produce or revise production plans/schedule quickly (Production


(66)

7. Tranmit delivery request/information easily and quickly (Delivery

System).

8. Backup supplier (Supplier System).

9. Use multi modal transportation system (Supplier System).


(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perusahaan pada

PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk., yang beralokasi di Jln. Veteran Gresik,

yaitu sebuah pabrik semen yang terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai

jenis semen. Semen utama yang diproduksi adalah Semen Portland Tipe I (OPC).

Di samping itu juga memproduksi berbagai tipe khusus dan semen campur (mixed

cement), untuk penggunaan yang terbatas dan dalam jumlah yang lebih kecil

daripada OPC. Pengambilan data dan penyebaran kuisioner akan diadakan mulai

bulan Januari2010 sampai dengan selesai.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Identifikasi Variabel

Sebelum melakukan penelitian, harus diidentifikasi dulu apa yang akan

diteliti sehingga dapat diketahui apa yang menjadi masalah pada perusahaan.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :

a) Variabel Bebas

Variabel Bebas (Indendent Variable) / Variabel Sebab / Variabel Pengaruh

adalah faktor yang menjadikan pokok permasalahan yang ingin diteliti yaitu


(68)

b) Variabel Terikat

Variabel Tak Bebas (Dependent Variable) / Variabel Akibat / Variabel

Terpengaruh adalah variabel yang besarnya tergantung dari variabel bebas

yang diukur untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh dari variabel

bebas, adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah fleksibilitas supply

chain.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Dengan mengetahui keempat dimensi tersebut diatas maka penelitian ini

dapat dijalankan sesuai dengan definisi operasional yang digunakan. Adapun

definisi operasional dari ketiga dimensi tersebut diatas yaitu:

1. Supplier System adalah sistem analisis supplier baik itu bahan baku maupun

perjanjian pengiriman, waktu lead time.

2. Product Design adalah berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki

perusahaan untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan

terhadap adanya produk baru.

3. Production System adalah berkaitan dengan kemampuan dari dalam

perusahaan termasuk perencanaan dan penjadwalan, perbaikan mesin.

4. Delivery System adalah Berkaitan dengan sistem pengiriman barang yang

dilakukan oleh PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk., untuk memenuhi

permintaan pesanan yang menjadi pertimbangan disini termasuk waktu

pengiriman, alat transportasi yang digunakan, waktu pemesanan hingga


(1)

o

SUB DIMENSI SUPPLIER SYSTEM

 

   

   

     


(2)

o

SUB DIMENSI PRODUCT DESIGN

 

   


(3)

o

SUB DIMENSI PRODUCTION SYSTEM

 

   

   

   


(4)

o

SUB DIMENSI DELIVERY SYSTEM

 

   


(5)

df T r df t r

1 6.3138 0.9877 51 1.6753 0.2284

2 2.9200 0.9000 52 1.6747 0.2262

3 2.3534 0.8054 53 1.6741 0.2241

4 2.1318 0.7293 54 1.6736 0.2221

5 2.0150 0.6694 55 1.6730 0.2201

6 1.9432 0.6215 56 1.6725 0.2181

7 1.8946 0.5822 57 1.6720 0.2162

8 1.8595 0.5494 58 1.6716 0.2144

9 1.8331 0.5214 59 1.6711 0.2126

10 1.8125 0.4973 60 1.6706 0.2108

11 1.7959 0.4762 61 1.6702 0.2091

12 1.7823 0.4575 62 1.6698 0.2075

13 1.7709 0.4409 63 1.6694 0.2058

14 1.7613 0.4259 64 1.6690 0.2042

15 1.7531 0.4124 65 1.6686 0.2027

16 1.7459 0.4000 66 1.6683 0.2012

17 1.7396 0.3887 67 1.6679 0.1997

18 1.7341 0.3783 68 1.6676 0.1982

19 1.7291 0.3687 69 1.6672 0.1968

20 1.7247 0.3598 70 1.6669 0.1954

21 1.7207 0.3515 71 1.6666 0.1940

22 1.7171 0.3438 72 1.6663 0.1927

23 1.7139 0.3365 73 1.6660 0.1914

24 1.7109 0.3297 74 1.6657 0.1901

25 1.7081 0.3233 75 1.6654 0.1888

26 1.7056 0.3172 76 1.6652 0.1876

27 1.7033 0.3115 77 1.6649 0.1864

28 1.7011 0.3061 78 1.6646 0.1852

29 1.6991 0.3009 79 1.6644 0.1841

30 1.6973 0.2960 80 1.6641 0.1829

31 1.6955 0.2913 81 1.6639 0.1818

32 1.6939 0.2869 82 1.6636 0.1807

33 1.6924 0.2826 83 1.6634 0.1796

34 1.6909 0.2785 84 1.6632 0.1786

35 1.6896 0.2746 85 1.6630 0.1775

36 1.6883 0.2709 86 1.6628 0.1765

37 1.6871 0.2673 87 1.6626 0.1755

38 1.6860 0.2638 88 1.6624 0.1745

39 1.6849 0.2605 89 1.6622 0.1735

40 1.6839 0.2573 90 1.6620 0.1726

41 1.6829 0.2542 91 1.6618 0.1716

42 1.6820 0.2512 92 1.6616 0.1707

43 1.6811 0.2483 93 1.6614 0.1698

44 1.6802 0.2455 94 1.6612 0.1689

45 1.6794 0.2429 95 1.6611 0.1680

46 1.6787 0.2403 96 1.6609 0.1671

47 1.6779 0.2377 97 1.6607 0.1663

48 1.6772 0.2353 98 1.6606 0.1654

49 1.6766 0.2329 99 1.6604 0.1646


(6)