14 sehingga persiapan sumber daya selalu dalam keadaan siap pakai
dan bisa dilaksanakan setepat-tepatnya. f
Batasan Pada tahap ini diinventarisasikan batasan-batasan yang tidak
boleh dilanggar, baik mengenai waktu maupun distribusi penggunaan sumber daya.
g Levelling
Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul akibat tidak sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang
berlaku. 2.
Pemakaian Bila pembuatan telah selesai, maka model telah jadi tersebut dipakai
pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara
pelaporan secara kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan kegiatan atau dalam bentuk relative atau prosentase, dan berdasarkan jangka
waktunya secara komulatif atau periodic. 3.
Perbaikan Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada
saat pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses perbaikan hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaannya hanya
terdapat pada ruang lingkup masing-masing. Tahap perbaikan mempunyai ruang lingkup yang terbatas karena tidak seluruhnya
kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan yang mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh
perubahan tersebut. Proses menyusun jaringan kerja ini dilakukan secara berulang-ulang
sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Serta dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang analitis,
maka pelaksana dan pimpinan proyek mendapat gambaran dan pengertian yang lebih jelas dan mendalam tentang persoalan-persoalan mengelola proyek yang akan
dihadapi dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan yang
15 realistis. Suatu jaringan kerja yang tersusun dengan benar akan memberikan
gambaran dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi yang efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek.
Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by exeption, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasika kegiatan-
kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20 total kegiatan
proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat memberikan prioritas perhatian Soeharto, 1997.
Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat digambarkan sebagai seperti pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja Sumber : Soeharto, 1997
Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya menjadi komponen-komponen kegiatan
Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing pekerjaan
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutan logika ketergantungan menjadi jaringan kerja
Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu penyelesaian proyek
Meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya
16
2.2.3 Penyusunan Network Planning dengan Metode Preseden Diagram
Metode diagram preseden Precenden Diagram Method PDM merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanyamenggunakan satu
jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram
adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON Activity On Node. Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node
yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa yaitu awal dan akhir.
Kotak-kotak segi empat dalam metode preseden diagram seperti gambar 2.2, dibagi menjadi ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik
dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas
kegiatan nomor dan nama, dan terkadang pula dicantumkan progres pelaksanaan kegiatan yang dapat mempermudah dalam memonitor.
Nomor Urut ES
ID Durasi
EF LS
Tanggal Mulai Tanggal
LF
Nomor dan Nama Kegiatan Tgl. mulai : ESLS
Kurun waktu : D Tgl. Selesai
Float total : F Progres Penyelesaian
Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM Sumber : Soeharto, 1997
Keterangan : -
Nama Kegiatan : Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi
kegiatan
17 -
ID : Nomor identitas kegiatan kerja
- Durasi
: Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan -
Earliest Start ES : Waktu mulai paling cepat
- Latest Start LS
: Waktu mulai paling lambat -
Earliest Finish EF : Waktu selesai paling cepat -
Latest Start LS : Waktu selesai paling lambat
- Total Float
: Tenggang waktu total -
Progres Penyelesaian : Prosentase kemajuan proyek
2.2.4 Konstrain pada Metode Preseden Diagram
Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar
kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung
yaitu ujung awal atau mulai S dan ujung akhir F, maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke awal SS, awal ke akhir SF, dan akhir ke awal FS. Pada
garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului lead atau terlambat tertunda lag. Bila kegiatan i mendahului kegiatan j dan satuan
waktu adalah hari. a.
Konstrain selesai ke mulai FS Konstrain seperti pada gambar 2.3 memberikan penjelasan hubungan
mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SF i-
j = a, yang berarti kegiatan j mulai “a” hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya i selesai. Suatu proyek
konstruksi selalu menging inkan besar angka ”a” sama dengan 0 kecuali
bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya : -
Akibat iklim yang tidak dapat dicegah -
Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen
- Mengurus perizinan
18 Gambar 2.3 Konstrain FS
Sumber : Soeharto, 1997
b. Konstrain mulai ke mulai SS
Konstrain pada gambar 2.4 memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan terdahulu atau SS i-j = b, yang berarti suatu
kegiatan j setelah kegiatan terdahulu i mulai. Besarnya angka b tidak boleh melebihi kurun waktukegiatan terdahulu, karena per definisi b
adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan yang terdahulu. Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih. Konstrain semacam ini terjadi bila
sebelum kegiatan terdahulu selesai 100 maka kegiatan j boleh mulai atau kegiatan j boleh mulai setelah bagian tertentu dari bagian i
selesai.
Gambar 2.4 Konstrain SS Sumber : Soeharto, 1997
c. Konstrain selesai ke selesai FF
Konstrain seperti pada gambar 2.5 memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan terdahulu, atau FF i-j= c yang berarti
suatu kegiatan j selesai setelah c hari kegiatan yang terdahulu i selesai. Besarnya angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu
kegiatan yang bersangkutan j.
Gambar 2.5 Konstrain FF Sumber : Soeharto, 1997
Kegiatan i Kegiatan j
FS i-j = a
Kegiatan i Kegiatan j
SS i-j = b
Kegiatan i Kegiatan j
FF i-j = c