26
2.5.1 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja Lembur
Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah produktifitas
kerja sehingga dapat mempercepat wktu pelaksanaan suatu kegiatan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan
dengan metode jam kerja lembur adalah: a.
Waktu kerja normal adalah 8 jam 08.00 – 17.00, sedangkan lembur dilakukan setelah waktu kerja normal.
b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 3 tiga jam per
hari dan 14 jam per minggu, tidak termasuk waktu kerja lembur yang dilakukan pada hari istirahat mingguan atau pada hari libur resmi. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Pasal 78 ayat 1 huruf b UU No. 13 Th. 2003, Pasal 3 ayat 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
KEP. 102 MEN VI 2004 c.
Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 102 MEN VI 2004 pasal 11
diperhitungkan sebagai berikut : Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1, 5
satu setengah kali upah satu jam.Dapat dirumuskan sebagai berikut: -
Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 dua kali upah satu jam.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : -
Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1, 5 satu setengah kali upah satu jam.
Dapat dirumuskan sebagai berikut: -
Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 dua kali upah satu jam.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
27 a.
Jam pertama = Jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah sejam normal
2.1 b.
Jam kedua = Jam kerja lembur pertama x 2 x upah sejam normal
2.2 c.
Biaya lembur per hari = Jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah sejam normal + Jam kerja lembur pertama x 2 x
upah sejam normal 2.3
2.5.2 Produktifitas Kerja Lembur
Tepat waktu atau tidaknya suatu proyek dapat diselesaikan dan sangat dipengaruhi oleh produktifitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara rata-rata dapat
diperkirakan berapa jumlah tenaga kerja tersebut dapat langsung dipekerjakan. Ini disebabkan terdapatnya kegiatan-kegiatan yang baru bisa dikerjakan jika pekerjaan
pendahulunya telah selesai dilaksanakan. Demikian juga fluktuasi tenaga kerja yang besar membuat pengaturan tenaga kerja yang tidak efisien, terutama untuk
masalah mobilitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja lapangan dan dapat dikelompokkan menjadi :
- Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu
- Supervise, perencanaan, dan koordinasi
- Komposisi kelompok kerja
- Kerja lembur
- Ukuran besar proyek
- Kurva Pengalaman Learning Curve
- Pekerjaan langsung versus subkontraktor
- Kepadatan tenaga kerja
Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang telah
dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi untuk plesteran. Sedangkan imputnya merupakan jumlah sumber daya yang dipergunakan
seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan salah satu faktor
penentu produktivitas.