lingkungan baru sehingga pengertian itu berkembang Suparno, 1997:31.
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, jika seseorang tidak dapat mengasimilasi pengalaman yang baru itu dengan
skema yang telah dipunyai. Dalam keadaan seperti ini, orang itu akan mengadakan akomodasi, yaitu 1 membentuk skema baru yang dapat
cocok dengan rangsangan yang baru atau 2 memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Proses akomodasi ini
akan terus berjalan dalam diri seseorang seperti yang dikatakan oleh Piaget dalam Suparno 1997:32.
Ekuilibration merupakan pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi. Dimana pada proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk
perkembangan kognitif seseorang, dan dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
tersebut.
B. Miskonsepsi
Menurut Lev Vygosky dalam Domi Sarkim, 2009berdasarkan proses konsepsinya, membedakan konsep yang dihasilkan atas dua
jenis yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan adalah hasil generalisasi dan internalisasi pengalaman pribadi sehari-hari.
Konsep spontan tidak diperoleh melalui pembelajaran sistematis sehingga bisa keliru. Konsep ilmiah adalah generalisasi atas
pengalaman manusia yang dibakukan dalam ilmu pengetahuan dan diajarkan melalui pembelajaran yang sistematis sehingga lebih
terjamin kebenarannya Supratiknya dalam Domi Sarkim, 2009. Dapat terjadi bahwa konsep spontan yang dibangun seseorang tidak
lengkap atau bahkan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Gejala ini dikenal sebagai salah konsep misconception.
Seperti yang dikutip oleh Suparno 2005:4-6 ada beberapa pandangan para ahli mengenai apa itu miskonsepsi. Seperti Novak
mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown menjelaskan
bahwa miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine mengemukakan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar
antara konsep-konsep. Fowler menjelaskan miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang
salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Menurut Clement bahwa jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar,
tetapi suatu konsep awal prakonsepsi yang dibawa siswa ke kelas formal. Sedangkan menurut Suparno sendiri 2005:95 miskonsepsi
atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar pada
bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
pandangan yang naif. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang
mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk
oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari Suparno,1997
. Siswa membentuk sendiri
pengetahuannya sehingga tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkontruksi. Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksi, dapat
saja terjadi siswa telah melakukan konstruksi itu sejak awal sebelum mereka mendapatkan pelajaran formal tentang bahan tertentu
Suparno, 2005: 30. Mereka mengkonstruksi sendiri hal itu