Deskripsi penghayatan spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS BAGI SISWA KELAS VIII DI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA. Judul ini dipilih penulis dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang penghayatan Spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta, supaya sungguh-sungguh memandang doa pertama-tama sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya, sebagai dasar pembentukan karakter dalam pribadi anak di usia SMP. Mereka dapat meresapkan Sabda Allah melalui doa rosario dan sembilan cara doa Santo Dominikus
Ciri-ciri spiritualitas doa Santo Dominikus membangun relasi yang dekat dengan Tuhan dan selalu berdoa di setiap waktu dan di mana pun ia berada. Santo Dominikus selalu meresapkan cinta kasih Allah dalam doa rosario dan sembilan cara doa di mana dan kapan saja. Santo Dominikus senantiasa berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan. Untuk itulah Dominikus mendirikan Ordonya yaitu Ordo Pewarta atau biasa dikenal sebagai Ordo Dominikan, dengan tujuan demi keselamatan jiwa-jiwa umat manusia.
Karakter siswa adalah internalisasi nilai yang menjadi kebiasaan dalam hidup sehari-hari. Persoalan mendasar dari skripsi ini yaitu: bagaimana cara yang dilaksanakan oleh Suster dan Para Guru di SMP Joannes Bosco untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Dalam zaman yang semakin berkembang ini ada kecendrungan anak jaman sekarang lebih sibuk dengan tugas sekolah, main game, jalan-jalan ke mal daripada memberi waktu untuk berdoa. Dari hasil wawancara siswa kelas VIII diperoleh data bahwa sebagian besar Spiritualitas doa Santo Dominikus membentuk mereka untuk senantiasa semangat memulai dari apa yang ada, cinta persaudaraan, semangat belajar, semangat belarasa dan semangat demokrasi. Oleh karena itu penulis menemukan suatu cara untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco melalui “Ziarah”. Menurut penulis program ini cocok agar siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta semakin mendalami pengalaman Allah yang digali dan diendapkan dalam doa, bacaan Kitab Suci dan refleksi guna membentuk pribadi yang memiliki semangat memulai dari apa yang ada, cinta persaudaraan, semangat belajar, semangat belarasa dan semangat demokrasi yang terwujud dalam sikap dan tindakan sehari-hari sehingga terbentuk pribadi yang utuh, cerdas dan cinta kebenaran.
(2)
ix
ABSTRACT
The title of this small thesis is THE DESCIPTION OF THE LIVING OF THE SPIRITUALITY OF PRAYER OF SAINT DOMINIC FOR THE STUDENTS OF GRADE VIII JOANNES BOSCO JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA. This title was chosen by the writer to describe the living of the spirituality of Saint Dominic’s prayer for the eight grader of Joannes Bosco Junior High School’s students, so that they see prayer first of all as a need in their lives, as foundation of building the characters of the students in their age. They can contemplate the word of God in rosary prayer and nine ways of prayers of Saint Dominic.
The characteristics of the spirituality of Saint Dominic’s prayer is building close relation with God and praying always wherever and whenever. Saint Dominic used to absorb God’s love in rosary and nine ways of prayers wherever and whenever. Saint Dominic only spoke with God and about God. It was the reason why he found the Dominican Order which the goal was for the safety of many souls.
The character of the students is the value internalization which becomes daily life’s custom. The basic case of this small thesis is: how is the effort of the nuns and the teachers of Joannes Bosco Junior High School of Yogyakarta to increase the total comprehension of Saint Dominic’s prayer spirituality to help the 8th grade students in taking the time to pray that builds their characters in their daily life and realize it in their attitude and action. The children of this era tend to be busy with school assignments, playing games, and outing to mall, than preparing time for praying. Therefore, the writer offers this small thesis along with an effort to increase the total comprehension of Saint Dominic’s prayer spirituality to help the 8th grade students for their character building by “Trusteeship program”. The writer observes that this is compatible so that the students of Joannes Bosco Junior High School of Yogyakarta deepen their experience of God which is dug and is found inside prayer, Holy bible’s reading, and reflection in order to form the personality which has passion of starting from the existence situation, love of companionship, passion of studying, passion of empathy, and passion of democracy which are materialized in daily attitudes and behaviors so that the rightness’ love, smart, and intact personality will be formed.
(3)
DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DOA
SANTO DOMINIKUS BAGI SISWA KELAS VIII DI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Agnes Sri Antari NIM: 101124045
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kongregasi Suster-suster St. Dominikus di Indonesia Badan Pengurus Yayasan St. Dominikus
Para guru dan suster yang berkarya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta Dan kepada Bapak, Ibu serta adik-adik yang tercinta
(7)
v
MOTTO
“Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”
(Lukas 1:38)
Ia membuat Segala sesuatu indah pada waktunya ” (Pengkotbah 3:11)
(8)
(9)
(10)
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS BAGI SISWA KELAS VIII DI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA. Judul ini dipilih penulis dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang penghayatan Spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta, supaya sungguh-sungguh memandang doa pertama-tama sebagai suatu kebutuhan dalam hidupnya, sebagai dasar pembentukan karakter dalam pribadi anak di usia SMP. Mereka dapat meresapkan Sabda Allah melalui doa rosario dan sembilan cara doa Santo Dominikus
Ciri-ciri spiritualitas doa Santo Dominikus membangun relasi yang dekat dengan Tuhan dan selalu berdoa di setiap waktu dan di mana pun ia berada. Santo Dominikus selalu meresapkan cinta kasih Allah dalam doa rosario dan sembilan cara doa di mana dan kapan saja. Santo Dominikus senantiasa berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan. Untuk itulah Dominikus mendirikan Ordonya yaitu Ordo Pewarta atau biasa dikenal sebagai Ordo Dominikan, dengan tujuan demi keselamatan jiwa-jiwa umat manusia.
Karakter siswa adalah internalisasi nilai yang menjadi kebiasaan dalam hidup sehari-hari. Persoalan mendasar dari skripsi ini yaitu: bagaimana cara yang dilaksanakan oleh Suster dan Para Guru di SMP Joannes Bosco untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Dalam zaman yang semakin berkembang ini ada kecendrungan anak jaman sekarang lebih sibuk dengan tugas sekolah, main game, jalan-jalan ke mal daripada memberi waktu untuk berdoa. Dari hasil wawancara siswa kelas VIII diperoleh data bahwa sebagian besar Spiritualitas doa Santo Dominikus membentuk mereka untuk senantiasa semangat memulai dari apa yang ada, cinta persaudaraan, semangat belajar, semangat belarasa dan semangat demokrasi. Oleh karena itu penulis menemukan suatu cara untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas doa Santo Dominikus bagi siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco melalui “Ziarah”. Menurut penulis program ini cocok agar siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta semakin mendalami pengalaman Allah yang digali dan diendapkan dalam doa, bacaan Kitab Suci dan refleksi guna membentuk pribadi yang memiliki semangat memulai dari apa yang ada, cinta persaudaraan, semangat belajar, semangat belarasa dan semangat demokrasi yang terwujud dalam sikap dan tindakan sehari-hari sehingga terbentuk pribadi yang utuh, cerdas dan cinta kebenaran.
(11)
ix
ABSTRACT
The title of this small thesis is THE DESCIPTION OF THE LIVING OF THE SPIRITUALITY OF PRAYER OF SAINT DOMINIC FOR THE STUDENTS OF GRADE VIII JOANNES BOSCO JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA. This title was chosen by the writer to describe the living of the spirituality of Saint Dominic’s prayer for the eight grader of Joannes Bosco Junior High School’s students, so that they see prayer first of all as a need in their lives, as foundation of building the characters of the students in their age. They can contemplate the word of God in rosary prayer and nine ways of prayers of Saint Dominic.
The characteristics of the spirituality of Saint Dominic’s prayer is building close relation with God and praying always wherever and whenever. Saint Dominic used to absorb God’s love in rosary and nine ways of prayers wherever and whenever. Saint Dominic only spoke with God and about God. It was the reason why he found the Dominican Order which the goal was for the safety of many souls.
The character of the students is the value internalization which becomes daily life’s custom. The basic case of this small thesis is: how is the effort of the nuns and the teachers of Joannes Bosco Junior High School of Yogyakarta to increase the total comprehension of Saint Dominic’s prayer spirituality to help the 8th grade students in taking the time to pray that builds their characters in their daily life and realize it in their attitude and action. The children of this era tend to be busy with school assignments, playing games, and outing to mall, than preparing time for praying. Therefore, the writer offers this small thesis along with an effort to increase the total comprehension of Saint Dominic’s prayer spirituality to help the 8th grade students for their character building by “Trusteeship program”. The writer observes that this is compatible so that the students of Joannes Bosco Junior High School of Yogyakarta deepen their experience of God which is dug and is found inside prayer, Holy bible’s reading, and reflection in order to form the personality which has passion of starting from the existence situation, love of companionship, passion of studying, passion of empathy, and passion of democracy which are materialized in daily attitudes and behaviors so that the rightness’ love, smart, and intact personality will be formed.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS BAGI SISWA KELAS VIII
DI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA ”.
Skripsi ini disusun atas ketertarikan penulis pada kehidupan doa St. Dominikus sebagai pendiri Ordo Pewarta. Penyusunan skripsi ini bukan hanya menambah wawasan, pemahaman penulis mengenai hidup doa St. Dominikus, tetapi diharapkan juga dapat memberi masukan baru bagi Para Guru dan para Suster Dominikanes yang berkarya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta dalam meningkatkan kehidupan doa peserta didik yang membantu perkembangan karakter siswa di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini karena berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang dengan setia memberi motivasim membimbing, mendampingi dan memberi saran yang membangun. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:
(13)
xi
1. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto , S.J., selaku dosen utama pembimbing skripsi yang setia, perhatian dan sabar menuntun, mendampingi, dengan mengembangkan ide dan memberikan sumbangan pemikiran, bersedia meluangkan waktu membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. FX. Dapiyanta, SFK.,M.Pd., selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu sabar dan setia membimbing, memberi semangat dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Y. Kristianto, SFK.,M.Pd., selaku dosen penguji III yang senantiasa
setia dan perhatian dengan memberi motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kaprodi IPPAK-USD, Drs. Heryatno Wono Wulung, S.J.,M.Ed., yang memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dan melakukan penelitian dari awal sampai akhir proses penyusunan skripsi ini.
5. Segenap staf Dosen, pegawai dan karyawan Prodi IPPAK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, menempa pribadi penulis sebagai pendidik dan pewarta dengan memberikan segala perhatian, kebaikan yang penuh persaudaraan.
6. Sr. M. Lusia Kusrini, OP dan Dewan Pemimpin Kongregasi periode 2008-2013 yang telah mendukung dan menyemangati penulis selama studi.
(14)
xii
7. Sr. Anna Marie, OP dan Dewan Pemimpin Kongregasi periode 2013-2018 yang telah mendukung dan menyemangati penulis selama ini.
8. Suster dan Staf Badan Pengurus Yayasan St. Dominikus yang telah mendukung dan memberikan perhatian segala kebaikan kepada penulis selama belajar hingga penulisan skripsi ini.
9. Para suster sekomunitas, di Biara Sta. Katarina Pandega dan di Biara St. Dominikus Maguwoharjo, yang dengan caranya masing-masing setia menemani, mendampingi dan mendukung dengan doa, memberikan perhatian segala kebaikan kepada penulis selama belajar hingga penulisan skripsi ini.
10.Para suster Kongregasi suster-suster St. Dominikus di Indonesia yang telah mendukung dengan doa, perhatian selama penulis belajar sampai akhirnya penulisan skripsi ini.
11.Suster Kepala Yayasan St.Dominikus Kantor Cabang Yogyakarta dan staf Yayasan yang telah mendukung selama penulis mengadakan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
12.Ibu Ag.Nuranisah S.S. Ag selaku kepala Sekolah yang telah mendukung dan memberi ijin penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
13.Bapak/Ibu SMP Joannes Bosco dan Siswa/wi SMP Joannes Bosco yang telah mendukung dan memberikan waktu penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
(15)
(16)
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Permasalahan ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 8
E. Metode Penulisan ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. SPIRITUALITAS DOA ST. DOMINIKUS ... 11
1. Pengertian Spiritualitas Secara Umum ... 11
2. Pengertian Doa ... 13
3. Santo Dominikus ... 17
a. Keluarga dan masa kecil Dominikus ... 17
b. Perwujudan cita-citanya ... 19
(17)
xv
4. Spiritualitas Doa St. Dominikus ... 22
a. Hidup Rohani ... 22
b. Spiritualitas Doa St. Dominikus Bermodelkan Yesus ... 24
c. Melihat Tuhan dalam segala ... 25
d. Cara doa St. Dominikus ... 28
B. PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA ... 33
1. Pengertian Karakter ... 33
2. Mekanisme Pengembangan Karakter ... 34
3. Pengembangan Karakter di Sekolah ... 37
C. PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI SMP JOANNES BOSCO ... 40
1. Sekolah merupakan media memulai dari apa yang ada ... 40
2. Sekolah merupakan media pengembangan cinta persaudaraan 41 3. Sekolah merupakan media pembelajar... 41
4. Sekolah merupakan media pengembangan belarasa ... 42
5. Sekolah merupakan pengembangan demokrasi ... 42
D. SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA ... 43
1. Sejarah Berdirinya SMP Joannes Bosco ... 43
2. Visi dan Misi SMP Joannes Bosco ... 45
3. Tujuan SMP Joannes Bosco ... 47
4. Organisasi dan Administrasi ... 48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 49
A. Metode Penelitian ... 49
B. Jenis Penelitian ... 50
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
D. Responden Penelitian ... 51
(18)
xvi
1. Definisi Konseptual ... 52
2. Definisi Operasional ... 52
a. Spiritualitas Doa St. Dominikus ... 52
b. Karakter siswa di SMP Joannes Bosco Yogyakarta ... 53
3. Fokus Penelitian ... 53
4. Teknik Pengumpulan Data ... 55
a. Wawancara ... 55
b. Observasi ... 56
c. Studi Dokumen ... 57
5. Instrumen Pengumpulan Data ... 57
6. Keabsahan Data ... 58
7. Metode Analisis Data ... 58
a. Reduksi ... 59
b. Penyajian Data ... 59
c. Kesimpulan ... 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 61
A.Laporan Hasil Penelitian ... 61
1. Spiritualitas doa St. Dominikus ... 62
a. Doa Rosario ... 62
b. Sembilan Cara Doa St. Dominikus ... 63
2. Karakter Siswa Kelas VII SMP Joannes Bosco Yogyakarta .. 65
a. Semangat memulai dari apa yang ada ... 65
b. Cinta Persaudaraan ... 68
c. Semangat belajar ... 70
d. Semangat belarasa ... 73
e. Semangat demokrasi... 74
(19)
xvii
B. USULAN PROGRAM MENINGKATKAN SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS BAGI SISWA KELAS VIII
DI SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA ... .... 79
1.Latar Belakang Kegiatan ... 80
2.Alasan Pemilihan Program ... 81
3.Tujuan Pemilihan Program ... 82
4.Langkah-langkah Pelaksanaan Perwalian ... 78
5.Materi Pedoman Perwalian ... 84
BAB V. PENUTUP ... 105
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
LAMPIRAN ... 111
Lampiran 1. Surat Pengantar ... (1)
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... (2)
Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan siswa kelas VIII ... (3)
(20)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Hos : Hosea Kor : Korintus Luk : Lukas Mat : Matius
Mrk : Markus
MZM : Mazmur
Yoh : Yohanes Ydt : Yudit
B. Singkatan Lain
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
MB : Madah Bakti OP : Ordo Pewarta
PPD : Paradigma Pendidikan Dominikan PS : Puji Syukur
Sr : Suster St : Santo
(21)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan budaya dan karakter bangsa akhir-akhir ini menjadi sorotan tajam. Banyak orang mulai gelisah terhadap perilaku kehidupan bangsa (Zainal Aqib, 2012:73). Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata cara upacara budaya dan bahasa. Keanekaragaman ini hendaknya senantiasa dipupuk dan dilestarikan serta dikembangkan. Sehingga usaha ini akan membawa pengaruh terhadap pelestarian nilai–nilai luhur bangsa Indonesia, hal ini dapat ditempuh melalui penanaman nilai di dunia pendidikan. Ironis nilai–nilai luhur bangsa Indonesia yang seharusnya menjadi kekayaan bangsa kini semakin mengalami kekaburan dalam praktik hidup. Salah satu faktor penyebabnya adalah arus globalisasi (Rohinah, 2012:14). Arus globalisasi ini membawa dampak yang sangat besar dan menyeluruh dalam aspek kehidupan, khususnya krisis moralitas yang terjadi pada generasi muda yang notabene adalah generasi penerus bangsa. Situasi ini yang merupakan keprihatinan pendidikan di Indonesia saat ini (Mulyasa, 2008:9).
Ada indikasi kuat mengenai hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa kita, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan, cukup menjadikan keprihatinan bangsa. Oleh karenanya harus ada usaha untuk menjadikan nilai-nilai itu kembali menjadi karakter bangsa dan menjadi
(22)
kebanggaan di hadapan bangsa lain. Salah satu upaya ke arah itu adalah memperbaiki sistem pendidikan dimana menitikberatkan pada pembangunan karakter bangsa. Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan karakter bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang dan negaranya sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban. Pembangunan karakter bangsa merupakan gagasan besar yang dicetuskan para pendiri bangsa karena sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan nuansa kedaerahan yang kental, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter yang holistik sebagai bangsa. Pemerintah, yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan Nasional tiada henti-hentinya melakukan upaya-upaya untuk perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, namun belum semuanya berhasil, terutama menghasilkan insan Indonesia yang berkarakter. Karakter bangsa adalah kulitas perilaku kolektif kebangsaan yang unik baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga (Rohinah, 2012:22-23).
Dewasa ini ada banyak anak- anak yang menganggap rumah hanya sebagai tempat makan dan tidur. Kedua orang tua sibuk dengan urusan mereka masing- masing, sehingga tidak ada waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan anak- anak. Jika berkomunikasi tentang hal- hal yang sehari- hari saja
(23)
sudah kurang, apalagi pembicaraan tentang Tuhan dan iman Katolik. Kurangnya perhatian dari orang tua ini mengakibatkan anak-anak mencari kesenangannya sendiri, asyik dengan dunia mereka sendiri, dan mencari pemenuhan kebutuhan mereka untuk diperhatikan dan dikasihi dengan cara mereka sendiri (Rohinah, 2012:87). Sebagian mungkin mendapatkannya dari permainan game di komputer/ internet, chatting di FB (Face book), BBM (BlackBerry Messenger), nonton TV atau jalan- jalan/ shopping di Mall. Anak-anak dewasa ini berkembang menjadi pribadi yang cenderung individualistik daripada berorientasi komunal dan berinteraksi langsung dengan orang-orang di sekitar mereka. Atau, kesenangan sesaat dan kehidupan hura-hura yang serba instan menjadi pilihan banyak anak muda sekarang ini (Zainal Aqib, 2012:107).
Sekolah sebagai institusi formal yang memiliki tugas penting bukan hanya meningkatkan pengusaan informasi dan teknologi peserta didik, tetapi juga bertugas dalam pembentukan kapasitas bertanggung jawab dan kapasitas pengambilan keputusan yang bijaksana dalam kehidupan (Rohinah, 2012:91). Sekolah melaksanakan peran yang penting di dalam membantu para orang tua mendidik anak-anak mereka. Dalam hal ini, sekolah tidak hanya bertugas untuk membantu pertumbuhan intelektual anak, tetapi juga kemampuan untuk bertindak dengan bijak, memilah hal-hal yang baik dan yang buruk, meneruskan tradisi yang baik dari generasi sebelumnya, dan untuk mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan sesuai dengan profesi mereka di masa datang. Oleh karenanya tujuan dari sekolah adalah tidak hanya mengajar, melainkan juga membentuk karakter anak menjadi pribadi yang utuh. Sekolah tidak hanya harus mengajar mereka
(24)
secara akademis, tetapi juga untuk harus bekerja keras untuk membawa mereka kepada kekudusan. Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa (Zainal Aqib, 2012:160).
Oleh karenanya keberadaan SMP Joannes Bosco yang ada dalam naungan Yayasan Santo Dominikus, sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional turut berperan dalam mengatasi keprihatinan pendidikan di Indonesia saat ini. Untuk itu, Yayasan pendidikan ini mengangkat nilai-nilai kedominikanan sebagai roh dalam penyelenggaraan proses pendidikan dengan dilandasi visi dan misi Yayasan Santo Dominikus. Visi dan misi Yayasan Santo Dominikus merupakan acuan dan pedoman yang khas dalam pengembangan karakter anak pada setiap Satuan Pendidikan dalam jenjang pendidikan yang ada dalam lingkup Yayasan Santo Dominikus (Tim Kurikulum SMP JB, 2013: 3 ).
Adapun Visi Yayasan Santo Dominikus adalah “Pendidikan yang mencerdaskan bagi generasi muda agar menjadi pribadi yang utuh berdasarkan nilai-nilai Kristiani dan secara khusus berdasarkan nilai-nilai spiritual Dominikus”. Visi tersebut dijabarkan dalam misi Yayasan Santo Dominikus, yakni: pertama, mendampingi generasi muda untuk berkembang menjadi pribadi yang cerdas, peka, kreatif dan berinisiatif, serta demokratis; kedua, membudayakan dan meningkatkan semangat belajar bagi semua anggota komunitas; ketiga, mendampingi generasi muda untuk mengembangkan bakat dan potensinya serta berani menegakkan kebenaran; keempat, mengembangkan dan mewujudkan semangat belarasa pada setiap unit kerja; kelima, mengembangkan dan mewujudkan persaudaraan sejati dalam semangat kegembiraan; keenam, mendampingi generasi muda untuk berani mempercayakan diri kepada Tuhan
(25)
sehingga berani bertahan dalam kesulitan, berani berjuang menghadapi tantangan hidup; ketujuh, mengembangkan profesionalitas tenaga kependidikan dan non kependidikan untuk meningkatkan mutu layanan dengan gembira (Tim Kurikulum SMP JB, 2013: 6 ).
Tentu saja misi pembentukan karakter ini tidak hanya diemban dalam spiritualitas melainkan dalam mata pelajaran-pelajaran lain secara bersama-sama. Meskipun demikian, Spiritualitas dapat dijadikan basis yang langsung berhubungan dengan pembinaan karakter siswa. Di samping itu, aktivitas keagamaan di sekolah yang merupakan bagian dari spiritualitas dapat dijadikan sarana untuk membiasakan siswa memiliki karakter mulia. Arah dan tujuan pendidikan nasional kita, seperti diamanatkan oleh UUD 1945, adalah peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik yang dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses pendidikan di Indonesia. Karena itu, pendidikan yang membangun nilai-nilai moral atau karakter di kalangan peserta didik harus selalu mendapatkan perhatian. Pendidikan di tingkat menengah (SMP) merupakan wadah yang sangat penting untuk mempersiapkan sejak dini para generasi penerus yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa kita di masa datang (Oemar Hamalik, 2007:131).
“ Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan ” (Luk 22:40). Doa merupakan unsur penting atau sebagai pusat kehidupan orang beriman secara khusus bagi pengembangan karakter anak SMP Joannes Bosco. Spiritualitas Doa dapat menjadi sarana bagi seseorang untuk berjumpa dengan Allah sebagai seorang Pribadi yang Maha sempurna sehingga dapat menjauhkan diri dari segala
(26)
cobaan di dunia ini. Sebagaimana teladan Santo Dominikus yang senantiasa Berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan dimanapun berada. Namun dalam kenyataannya karena perkembangan jaman untuk memberi waktu dalam berdoa untuk anak jaman sekarang ini tidaklah selalu mudah. Banyak mengalami aneka tantangan dan hambatan. Kadang kehidupan rohani mereka melalui doa kurang diperhatikan, karena tenggelam dalam kesibukan dan aneka kegiatan baik di sekolah maupun kegiatan dil luar kegiatan sekolah.
Melalui tulisan ini menjadi jelas bahwa Spritualitas doa berdasarkan semangat Santo Dominikus perlu digali untuk membantu perkembangan karakter siswa di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap nilai-nilai Kristiani dan semangat Santo Dominikus dalam kehidupan sehari-hari perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk mewujudkan profil lulusan sekolah yang berciri khas Santo Dominikus. Usaha tersebut diwujudkan dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal yang khas Yayasan Santo Dominikus, yaitu Muatan Lokal Kedominikanan. Muatan lokal Kedominikanan ini merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan profil lulusan sekolah Santo Dominikus yaitu menjadi pribadi utuh yang beriman, unggul, cerdas, pembelajar, demokratis, memiliki bela rasa, cinta persaudaraan, dan mampu memulai dari apa yang ada. Aksi atau tindakan nyata yang didasari Semangat Doa Santo Dominikus (Tim Kurikulum SMP JB, 2013:8).
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, maka tulisan ini dimaksudkan untuk mendalami peranan Spiritualitas Doa Santo Dominikus agar dapat menjadi teladan bagi Anak SMP Joannes Bosco guna meningkatkan
(27)
kehidupan doanya sehingga terbentuklah karakter anak yang rajin berdoa dan buah doanya terwujud dalam sikap hidup sehari-hari dengan mengasihi sesama dan menjadi pribadi yang semakin beriman. Untuk itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul: DESKRIPSI PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS BAGI SISWA KELAS VIII DI SMP
JOANNES BOSCO YOGYAKARTA..
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah pokok dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah arti dan penghayatan Spiritualitas doa St.Dominikus?
2. Bagaimana penghayatan Spiritualitas Doa St. Dominikus bagi siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta?
3. Usaha apa saja yang dapat dilaksanakan oleh Suster dan Para Guru di SMP Joannes Bosco untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas doa St.Dominkus agar dapat membantu perkembangan karakter siswa di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk makin memahami arti dan peranan doa dalam Spiritualitas St. Dominikus.
(28)
2. Untuk mengetahui penghayatan Spiritualitas doa St.Dominikus bagi siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
3. Untuk menemukan usaha - usaha guna meningkatkan penghayatan spiritualitas doa St.Dominikus untuk membantu mengembangkan karater Siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dengan adanya penulisan ini nantinya adalah :
1. Untuk memahami arti Spiritualitas doa St. Dominikus sehingga anak SMP Joannes Bosco Yogyakarta makin mengembangkan hidup doa sebagai sumber pokok dalam hidup.
2. Untuk mengetahui penghayatan Spiritualitas doa St.Dominikus dalam membentuk karakter siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui usaha sekolah untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas doa St.Dominikus dalam mengembangkan karakter siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitis. Melalui metode ini penulis akan menggambarkan dan menganalis permasalahan yang ada untuk dicarikan alternatif pemecahan yang tepat. Untuk mendapatkan data yang diperoleh, penulis menggunakan metode penelitian
(29)
kualitatif dengan mengadakan wawancara dengan siswa kelas VIII di SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Untuk mendapatkan analisis yang baik penulis melengkapinya dengan membaca serta studi pustaka. Data-data yang diperoleh nantinya akan dianalisis guna mengetahui seberapa besar peranan spiritualitas doa Santo Dominikus dalam mengembangkan karakter siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini maka penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika Penulisan
Bab II membahas Kajian Pustaka. Dalam bab ini disajikan dalam beberapa bagian yaitu: pengertian tentang Spiritualitas Doa St.Dominikus yang meliputi : pengertian Spiritualitas secara umum dan Pengertian doa. Yang berikut menguraikan tentang Santo Dominikus yang meliputi : Keluarga dan masa kecil Santo Dominikus, perwujudan cita-citanya, Dominikus pendiri Ordo Pengkotbah, Spiritualitas Doa St. Dominikus yang meliputi: hidup rohani, spiritualitas Doa St. Dominikus bermodelkan Yesus, melihat Tuhan dalam segala dan cara doa St. Dominikus. Dan yang selanjutnya menguraikan tentang Pengertian karakter, mekanisme pengembangan karakter, pengembangan karakter di sekolah dan Ciri khas Pengembangan karakter Siswa di SMP Joannes Bosco. Yang keempat
(30)
tentang SMP Joannes Bosco yang meliputi: sejarah berdirinya SMP Joannes Bosco, Visi dan Misi SMP Joannes Bosco, tujuan SMP Joannes Bosco dan organisasi SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
Bab III berisi Metodologi Penelitian yang meliputi: metode penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, Instrumen dan teknik pengumpulan data yang terdiri dari definisi konseptual, definisi operasional dan fokus penilitian dan metode analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan yang meliputi laporan hasil penelitian yang terdiri dari Spiritualitas doa St. Dominikus yakni doa rosario dan sembilan cara doa St. Dominikus dan karakter siswa SMP Joannes Bosco, refleksi hasil penelitian dan usulan program yang membantu meningkatkan Spiritualitas doa St.Dominikus di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
(31)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab II ini berupa kajian pustaka, yang penulis uraikan dalam beberapa bagian yaitu: pengertian tentang Spiritualitas Doa St.Dominikus yang meliputi : pengertian Spiritualitas secara umum dan Pengertian doa. Yang berikut menguraikan tentang Santo Dominikus yang meliputi : Keluarga dan masa kecil Santo Dominikus, perwujudan cita-citanya, Dominikus pendiri Ordo Pengkotbah, Spiritualitas Doa St. Dominikus yang meliputi: hidup rohani, spiritualitas Doa St. Dominikus bermodelkan Yesus, melihat Tuhan dalam segala dan cara doa St. Dominikus. Dan yang selanjutnya menguraikan tentang Pengertian karakter, mekanisme pengembangan karakter, pengembangan karakter di sekolah dan Ciri khas Pengembangan karakter Siswa di SMP Joannes Bosco. Yang keempat tentang SMP Joannes Bosco yang meliputi: sejarah berdirinya SMP Joannes Bosco, Visi dan Misi SMP Joannes Bosco, tujuan SMP Joannes Bosco dan organisasi SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
A. SPIRITUALITAS DOA SANTO DOMINIKUS
1. Pengertian Spiritualitas Secara Umum
Kata spriritualitas berasal dari kata spirit, istilah latinnya ”Spiritus” yang berarti nafas, keteguhan hati, kekuatan, jiwa dan hidup. Istilah ini diturunkan dari
kata benda Yunani “Pneuma”artinya “roh”. Kitab Suci Perjanjian Baru
(32)
(1 Kor 6:2) atau “berasal dari bahasa Roh” (1 Kor 2:10). Oleh karenanya Spiritualitas berarti hidup yang berasal dan berada dalam Roh.
Kata spiritualitas merupakan suatu kata yang bersifat universal karena bisa digunakan oleh semua agama, karena spiritualitas itu sendiri merupakan saripati religius yang ada dibalik ajaran atau aturan-aturan formal agama. Sebaliknya, dalam penghayatan spiritualitas, ajaran atau dogma atau doktrin suatu agama hanyalah menjadi pijakan semata sehingga dogma bukanlah merupakan hal terakhir, melainkan bagaimana seseorang dapat mengalami perjumpaan dengan Yang Ilahi. (Hardawiryana, 2000:12)
Spiritualitas berpusat pada “communio” dengan Allah dalam Yesus Kristus
berkat naungan Roh Kudus. Suatu kesatuan dan persatuan Gereja pada semua jenjangnya. Spiritualitas yang berpedoman pada Warta Gembira Yesus Kristus (Hardawiryana, 2000:15).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Spiritualitas berarti memiliki daya untuk mendorong, memotivasi, menghidupkan dan menumbuhkan akan menjadikan seseorang memiliki keselarasan antara apa yang diimani dan yang dilakukan dalam relasinya dengan sesama dan dunia secara konkrit yang terkait erat dengan Yesus Kristus melalui kehidupan dan karyaNya bukan hanya pengajaranNya. Spiritualitas menunjuk kepada setiap nilai religius atau etis yang dikonkritkan sebagai suatu sikap atau semangat yang nampak dalam tindakan seseorang.
(33)
2. Pengertian Doa
Doa dapat diartikan dalam berbagai macam pengertian, berdasarkan pengalaman pribadi setiap orang. Doa dapat diartikan mengangkat hati, mengarahkan hati pada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa (KWI,1996:194). Selain itu doa juga berarti berpikir dan hidup di hadirat Allah (Suharyo,1992:27). Berbicara tentang doa, Häring (2004:17) berpendapat bahwa doa adalah nafas hidup, ia mengatakan bahwa: Saya berdoa karena saya hidup, manusia dipanggil untuk berdoa agar mendapat kepenuhan hidupnya. Barang siapa tidak berdoa, ia belum hidup dalam kedalaman dan keindahan, karena hidup kita yang diciptakan sesuai/menurut gambar Allah, dibangun di atas hubungan secara sadar. Dalam konteks ini, Häring mengungkapkan pentingnya doa dalam hidup manusia. Doa diartikan sama dengan napas hidup dimana nafas merupakan kebutuhan dan tanda bahwa seseorang memiliki kehidupan. Begitupun dengan doa dalam kehidupan manusia. Bila orang berdoa berarti ia memilki nafas hidup sebagai orang beriman. Orang berdoa berarti ia beriman. Dalam nafas ini, terdapat kehidupan yang mengalir dari pihak Allah kepada manusia dan dari pihak manusia kepada Allah. Napas dan doa sama-sama suatu kebutuhan. Apabila seseorang tidak bernafas lagi berarti ia sudah mati. Karena itu tanpa doa, orang Kristen pun memiliki iman yang mati.
Menurut KGK pasal 2559 “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik”. Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak
(34)
Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Luk 18:9-14). Kerendahan hati
adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa”
(Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis. Itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Berdoa adalah getaran hati suara nurani yang menyapa Allah. Suatu permohonan dan syukur kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Berdoa memang tidak selalu mengalami saat-saat yang mengembirakan. Kadang juga muncul perasaan yang menjenuhkan, sehingga sulit untuk berdoa. Oleh karenanya benar bila dikatakan doa sebagai suatu perjuangan, yang butuh ketekunan, latihan dan kesabaran. Maka doa disebut sebagai suatu rahmat yaitu rahmat yang berasal dari Roh Kudus. Dialah yang membantu kita untuk berdoa bila kita mengalami kesukaran dalam berdoa (Rm 8:26)
Darminta (1982:51-52) secara lebih dalam menguraikan apa yang dimaksud dengan doa. Beliau mengatakan bahwa, berdoa berarti melekatkan diri pada tugas perutusan dari Allah Bapa. Beliau menegaskan lebih lanjut bahwa doa merupakan saat pembukaan hati dan jiwa kepada karya keselamatan, baik kepada rahmat Allah dan kekuatan-Nya. Doa merupakan pergulatan manusia untuk mengalahkan kekuasaan dan kekuatan jahat. Doa membuat manusia untuk masuk secara pribadi dalam pengenalan akan rencana Allah. Dalam hal ini dimunculkan
(35)
adanya kesatuan antara doa dan karya. Doa dapat mengantar orang pada karya perutusan Allah dengan sungguh dan setia. Doa sebagai kekuatan terutama disaat mengalami kesulitan. Dalam doa seseorang semakin mengenali misteri keagungan Allah yang penuh kesabaran, cinta dan setia.
Sedangkan Yohanes Indrakusuma (1981:90) menguraikan bahwa doa ialah memasuki hubungan pribadi dengan Allah dalam iman dan cinta kasih. Hubungan antara manusia dengan Allah bukan buah pikiran manusia melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang terlebih dahulu mencintai manusia, menginginkan supaya manusia dapat menjawab cinta-Nya secara bebas. Allah ingin agar manusia dapat memasuki suau hubungan yang benar-benar pribadi dengan Dia. Dia menghendaki supaya manusia dapat mengenal Dia sungguh-sungguh sehingga hidupnya dipenuhi dengan roh Allah.
Buku Iman Katolik (KWI,1996:194-197) menjelaskan bahwa doa ialah suatu pernyataan iman di hadapan Allah. Doa tidak dilepaskan dari kehidupan sehari-hari yaitu hidup bersama dengan keluarga, hidup bersama dengan masyarakat maupun hidup karya atau pekerjaan yang dilakukannya. Doa merupakan kata cinta seorang anak kepada Bapanya, maka doa dapat timbul dari hati yang susah juga dapat timbul dari jiwa yang gembira. Doa tidak membutuhkan banyak kata, tidak terikat pada waktu maupun tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus meskipun hal tersebut dapat menjadi pendukung dalam doa. Dikatakan juga bahwa hidup Kristiani berarti hidup mengikuti Kristus. Hal ini dimngkinkan kalau hidup kita selalu dibimbing oleh Roh Kudus dan tekun dalam doa. Bagi orang Kristiani doa tiak
(36)
mungkin tanpa Kitab Suci sebaba di dalamnya diwartakan arti yang mendalam dari doa, yaitu karya komunikasi Allah dengan manusia. Dengan demikian doa sebenarnya ialah menghayati dan menhidupi sabda Kitab Suci dalam hubungan pribadi dengan Allah, yang diwujudkan manusia adalah kehendak Allah.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa doa adalah perjumpaan secara pribadi antara Allah dengan manusia yang menjadi kekuatan bagi manusia untuk mengubah dan mengolah diri. Dalam perjumpaan tersebut terjadi komunikasi dan relasi diantara keduanya, karena komunikasi dan relasi ini merupakan hakikat dari doa. Sebagai pencipta, Allah selalu berusaha menyapa manusia terlebih dahulu dan mengajak manusia untuk selalu bersatu dengan-Nya. Sedangkan manusia mempunyai posisi sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah.
Jika demikian, menurut penulis doa bukanlah suatu imajinasi yang berasal dari si pendoa sendiri melainkan suatu kerinduan yang terus menerus mengarahkan hati dalam kesatuan dengan karya penyelamatan Allah yang berkarya dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus. Doa hanya dapat terjadi bila si pendoa mengandalkan gerakan Roh Allah untuk berkarya dalam dirinya, yang dapat membantunya memandang keagungan Allah.
(37)
3. SANTO DOMINIKUS
a. Keluarga dan masa kecil Dominikus
Orang tuanya adalah Donna Juana dan Don Felix de Guzman, yang merupakan keturunan dua keluarga bangsawan, keluarga Aza dan keluarga Guzman. Mereka keluarga yang saleh dan disegani (Tugwel, 1995:4). Don Felix putera dari Rodrigues de Guzman, seorang bangsawan dari Spanyol dan Donna Juana merupakan puteri dari Garcia Garcies de Aza, seorang bangsawan dari Castilia. Dominikus memiliki dua saudara laki-laki, yakni Antonio dan Mannes. Kedua saudara Dominikus juga menjadi imam. Mannes menjadi pengikut Dominikus, menjadi imam dalam Ordo Pewarta (Lambermond, 1969:6).
Dominikus dilahirkan 24 Juni 1170, di Caleruega, sebuah kota kecil di Castilia, tidak jauh dari biara Benedektin. Adapun nama pelindung biara Benedektin adalah Santo Dominikus de Silos yang akhirnya dipakai nama oleh Dominikus de Guzman. Caleruega merupakan tempat cakrawala bergeser, berada di atas sebuah bukit yang dikelilingi oleh dataran. Jika hari cerah gunung-gunung terlihat jelas dari kejauhan, situasi dan suasana seperti itu membentuk Dominikus bertumbuh menjadi seorang pria yang tahu bagaimana mengarahkan pandangannya secara pasti ke tujuannya dan pada saat yang sama menyesuaikan rencana-rencananya dengan ketidakpastian hidup yang mengusik di dunia ini (Tugwell, 1995:5).
Sebelum melahirkan Dominikus, Dona Juanna bermimpi bahwa ada seekor anjing yang membawa obor bernyala berada di pangkuannya. Kemudian anjing itu pergi meninggalkan pangkuaannya dan pergi mengelilingi dunia sambil
(38)
membakar dunia dengan obornya. Dona Juanna bingung akan mimpinya ini akhirnya dia pergi ke Silos dan berdoa di muka patung Santo Abas Dominikus. Kemudian Abas Dominikus yang suci menampakkan diri kepadanya dan mengatakan bahwa Dona Juanna akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi pengkotbah ulung dan menyandang gelar “Reparator Ecclesiae” (Pembaharu Gereja). Pada kenyataannya Dona Juanna melahirkan seorang anak laki-laki dan sebagai kenangan akan peristiwa itu maka bayinya diberi nama Dominikus, sesuai dengan nama Santo Abas Dominikus dari Silos (Lambermond, 1969:7).
Dominikus berkembang di bawah asuhan ibu yang baik. Jika ayahnya Don Felix menceritakan tentang kepahlawanan maka Dona Juanna menceritakan tentang Santo Abas Dominikus dari Silos. Yang jasanya untuk Spanyol dan Gereja lebih besar daripada Cid dan pahlawan lainnya. Dona Juanna sering mengajak Dominikus berdoa di depan patung Santo Abas Dominikus di Silos untuk mohon berkat. Dalam kunjungan tersebut Dona Juanna juga mempersembahkan Dominikus kepada Tuhan. Ada kalanya Dominikus ditinggal di biara untuk beberapa waktu. Di biara tersebut bagi Dominikus kecil merupakan hari yang paling membahagiakan. Dimana Dominikus bisa mengikuti upacara liturgi dan doa dalam biara bersama dengan para biarawan. Selain itu dia juga menikmati bangunan biara dengan serambi yang megah, tiang-tiang yang indah yang pucuknya berhias lukisan-lukisan dan kitab-kitab yang tebal. Hal ini yang mengesan bagi Dominikus, karena pengalaman tersebut timbul pertanyaan dalam
(39)
diri Dominikus “apakah Tuhan menghendaki supaya saya menempuh hidup di
biara?” (Lambermond, 1969:7-8).
b. Perwujudan cita-citanya
Lambermond (1969: 14-16) menjelaskan perjalanan cita-cita St. Dominikus. Pada usia 15 tahun Dominikus menyatakan keinginannya menjadi imam, yang dipilih adalam imam sekulir (imam projo). Pada tahun 1198 Dominikus menempuh pendidikan di Palencia. Uskup Osma, yaitu Martinus de Bazan mengadakan penyelidikan dan memanggil Dominikus ke Osma. Selanjutnya Dominikus menyerahkan diri kepada Katedral Osma untuk pembetukan hidup rohaninya. Pada tahun 1198 itu pula Dominikus ditahbiskan menjadi imam. Dengan rasa haru Dominikus berlutut di depan altar, di tengah-tengah para kanonik. Ia menyadari sungguh-sungguh kewajiban yang melekat pada jabatan imam. Bagi Dominikus menjadi imam berarti nenuntut keutamaan yang luar biasa. Dimana menjadi imam berarti harus bebas dari gila hormat, bijaksana, kuat dan sabar dalam penghinaan. Seorang imam juga mempunyai kewajiban mempertahankan panggilannya, menjalani hidup yang suci dan patut dicontoh. Ia harus bersikap rendah hati, tanpa pamrih, mencintai sesama dan d atas segalanya mengobarkan cinta kepada Kristus.
Dengan haru Dominikus mendengarkan pesan Uskup, yaitu menjadi imam harus mempersembahkan korban, memberkati, memimpin, berkotbah dan mewartakan iman. Untuk itu seorang imam harus mempersiapkan diri dan
(40)
membuat sirinya pantas dengan kearifan surgawi, kesusilaan murni, dan taat para perintah (Lambermond, 1969:13).
c. Dominikus Pendiri Ordo Pengkotbah
Lambermond (1969: 48-49) menjelaskan bahwa pada bulan Oktober 1215 Paus mengundang para Uskup dan Uskup Agung untuk menghadiri konsili ke 12, yaitu Konsili Lateran IV yang akan dibuka pada tanggal 15 November 1215. Fulco uskup Toulouse hadir bersama dengan Dominikus. Selama konsili Dominikus berkenalan dengan uskup-suskup Sapnyo, diantaranya Rodrigo Ximenes, uskup Agung Toledo, pengganti Diego de Acebedo dari Osma.
Tujuan khusus Fulco dan Dominikus ke Roma adalah untuk memohon pengesahan Paus bagi serikat pengkotbah diosesan yang baru yang mereka dirikan di Toulouse. Konsili ini merupakan kesempatan baik bagi Dominikus untuk
memohon pengesahan sebab ada ketentuan Konsili,”karena sering terjadi uskup
tidak bisa berkotbah sendiri untuk umatnya, karena kesibukan, kesehatan, atau luasnya wilayah maka Paus mengizinkan para uskup untuk mengangkat pria-pria untuk menunaikan tugas berkotbah dengan kata-kata dan teladannya, mengajar dan membangkitkan semangat umat. Mereka juga bisa membantu uskup dalam penerimaan sakramen tobat dan lain-lain yang perlu untuk keselamatan jiwa-jiwa” (Lambermond, 1969: 49).
Paus Innosensius III sangat menghargai Fulco dan Dominikus, namun Paus tidak bisa mengabulkan permohonan mereka karena ada ketentuan,
(41)
Regula Ordo yang sudah disahkan oleh Paus”. Dengan alasan ini Paus menasehati Dominikus agar kembali kepada saudara-saudaranya di Toulouse untuk berunding regula apakah yang akan mereka pilih. Pada bulan Februari 1216 Dominikus berada di tengah saudara-saudaranya di Toulouse dan ia menyampaikan kehendak Paus. Perundingan tentang pemilihan regula tidak memakan waktu lama. Mereka memilih Regula St.Agustinus sebagai regula dalam Ordo (Lambermond, 1969: 49-50).
Alasan pemilihan Regula St.Agustinus, menurut Yordanus adalah dengan menerima Regula St.Agustinus berarti tidak menutup kemungkinan untuk memberikan bimbingan rohani dan gagasan tentang kehidupan rohani, bersifat umum dan netral dan dapat dipergunakan sebagai dasar penyususana konstitusi Ordo. Memilih Regula St.Agustinus berarti masuk menjadi Ordo Kanonik Regulir dimana pihak uskup memiliki kewajiban untuk menghubungkan mereka dengan suatu gereja. Fulco memohon Mascaron, Pastor kepala Gereja Katedral Toulouse agar menyerahkan Gereja St.Romanus kepada Dominikus dan
saudara-saudaranya. Akte penyerahan tertanggal 16 Juli 1216:”Hendaknya semua orang,
sekarang dan pada waktu yang akan datang, mengetahui bahwa kami, Mascaron karena rakmat Allah pastor kepala gereja katedral Toulouse telah menerima anjuran dan dorongan bapak uskup Fulco yang terhormat, agar menyerahkan dan memberikan sebagai hibah gereja St.Romanus dengan segala penghasilan kepada
saudara kami, Dominikus, prior dan magister para pengkotbah” (Lambermond,
(42)
Pada musim panas tahun 1216 Paus Innosensius III meninggal dunia. Penggantinya adalah Savalli dan mengambil nama Paus Honorius. Setelah dipilih Paus, ia melanjutkan karya Paus Innosensius III. Oleh karenanya untuk urusan pengesahan Dominikus menghadap Paus Honorius dan langsung mendapat pengesahan secara lisan. Pengesahan tertulis didapatkan pada tanggal 22 Desember 1216. Ditulis dengan tegas dalam surat Paus Honorius bahwa tujuan Ordo Pewarta adalah pengkotbah dan mewartakan sabda Tuhan (Lambermond, 1969: 52).
4. SPIRITUALITAS DOA ST. DOMINIKUS
a. Hidup Rohani
Santo Dominikus mengambil unsur dari hidup kristiani yang dihayati Gereja seluruh dunia. Hidup rohaninya bersumber Kitab Suci, mendasarkan diri pada Perayaan Ekaristi, sakramen-sakramen dan menyatukan prinsip-prinsip askese tradisional serta minum dari sumber-sumber murni mistik barat dan kehidupan dalam biara (Hinnebusch, 2000:1-2). Hidup rohani terbina sejak masa kecilnya. Mengenai kehidupan Doa Santo Dominikus, Yordanus dari Saksonia menceritakan sebagai berikut:
Tuhan memberikan kepadanya anugerah menangis untuk para pendosa, yang malang dan bersusah. Ia membawa penderitaan mareka ke dalam tempat suci hatinya yang penuh belarasa dan mencurahkan cinta kasihnya yang menyala-nyala melalui tetesan air mata. Sepanjang malam ia berdoa. Biasanya ia berdoa kepada Bapa berkali-kali. Doanya yang sering dan khusus adalah untuk memperoleh rahmat cinta sejati yang mendorong ia bekerja untuk keselamatan mereka. Ia berpendapat bahwa ia baru sungguh-sungguh anggota Gereja kalau ia membaktikan diri untuk jiwa, seperti Tuhan Yesus, Penyelamat umat manusia, yang mengurbankan diri seluruhnya untuk keselamatan kita (Hinnebusch, 2000:10)
(43)
Pernyataan ini memberi bukti bahwa Dominikus tidak pernah meninggalkan relasinya yang dekat dengan Yesus. Dominikus beberapa kali mengungkapkan isi
hatinya kepada Tuhan sebagai berikut: “Tuhan, berikanlah kepadaku cinta sejati
dan semangat untuk membawa sesamaku kepada kesucian dan dengan sepenuhnya mengabdikan diriku kepada pertobatan orang-orang berdosa. Dengan demikian aku benar-benar menjadi anggota Tubuh Kristus, yang menyerahkan diri
seutuhnya kepada Bapa untuk menjadi penyelamat manusia” (Lambermond,
1969:16).
Cinta Dominikus kepada Kristus tampak dalam doanya. Menurut Yordanus dari Saksonia, ia mengatakan” Siang harinya diberikan olehnya kepada sesamanya dan malam hari kepada Tuhan. Sepanjang malam ia berdoa di gereja. Bila ia lelah, ia bersandar pada meja altar, bersandar pada Tuhan yang
dilambangkan oleh meja altar itu” (Hinnebusch, 2000:18-19).
Santo Dominikus mengajar frater-fraternya untuk berkontemplasi walaupun dalam perjalanan. Ia berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kita
ingat kepada Penyelamat kita”. Ia sering bernyanyi: “Datanglah Roh Kudus” atau
“Salam Bintang Laut” bila dalam perjalanan (Hinnebusch, 2000:3). Sebagai
imam, Dominikus menampakkan cinta kepada Tuhan dalam perayaan Ekaristi dan Sakramen Mahakudus, dalam pemberian silih, dalam mengikuti Kristus yang bersengsaram dalam kasihnya kepada jiwa-jiwa dan kecakapannya memberi nasehat dan bimbingan, dalam kepercayaannya kepada Penyelenggara Ilahi, dalam cintanya kepada dogma-dogma Gereja (Hinnebusch, 2000:23)
(44)
Dari penjelasan di atas, bagi Dominikus, doa adalah menghadirkan seluruh jiwa dan raga di hadapan Allah. Doa bagaikan menghirup udara yang segar, oleh karenanya ia selalu berdoa di setiap waktu dan dimana pun ia berada. Berdoa saat dalam perjalanan, sebelum berkotbah, senantiasa berdoa siang dan malam baik bersama maupun saat ia sendirian. Maka dapat dikatakan bahwa bagi Dominikus, cintanya kepada Kristus nampak dalam doanya. Sumber kekuatan dalam imamatnya adalah kepercayaan kepada Penyelenggara Ilahi.
b. Spiritualitas Doa St. Dominikus Bermodelkan Yesus
Dalam kehidupannya, Santo Dominikus adalah manusia biasa, yang dijadikan luar biasa oleh Tuhan. Ia terpanggil untuk menjadi seorang yang patut dijadikan teladan kesucian. Bagi para saudara dan saudarinya, Santo Dominikus adalah model seseorang yang berjalan dan berfokus pada jejak Kristus secara mendalam. Segala sesuatu yang positif dalam hidup rohani ordo di bahwa hidup Santo Dominikus, sama seperti segala yang positif dalam hidup Gereja, berawal dari Kristus. Santo Dominikus pun memperkenalkan jalan spiritualitas yang bermodelkan Yesus. Dengan caranya yang khas, para pengikut dan penerus Santo Dominikus diharapkan dapat memahami spiritualitas Yesus yang adalah Tuhan yang menjadi manusia, dengan mengikuti teladan kesucian Bapa Santo Dominikus yang sama sekali adalah manusia. Ia menjadi model dalam menghayati panggilan mistik dan kenabian lewat kontemplasi dan membagikan buah-buah kontemplasi itu lewat pewartaan (Hinnebusch, 2000:14).
(45)
Salah satu contoh peristiwa yang mencerminkan sikap mistikus dan nabi dalam diri Santo Dominikus, yaitu ketika berjalan melewati Perancis Selatan bersama Uskup Diego de Acevedo. Ketika itu, Dominikus menemukan adanya kelompok heretik Albigensian, yang menyesatkan orang banyak dengan ajaran dualismenya. Ajaran Dualisme Albigensian: Memandang badan (fisik) dan ciptaan sebagai sesuatu yang jahat dan jiwa (roh) adalah sesuatu yang baik. Mereka memandang bahwa tujuan penebusan adalah pembebasan jiwa dari daging
dan akhir dari „keadaan campuran‟ yang dibawa oleh kejahatan. Para Albigens
menolak penjelmaan Kristus, sakramen-sakramen dan doktrin tentang neraka, api penyucian, kebangkitan badan; dan percaya bahwa semua benda (materi) itu jahat. Pada tahun 1215, Albigens dinyatakan sesat dalam Konsili Lateran IV, sehingga lembaga gereja memiliki alasan yang sah untuk mengatasi ajaran sesat ini dengan hukum gereja dan inkuisisi (Eddy Kristiyanto, 2007: 47-49).
c. Melihat Tuhan dalam segala
Bagi Santo Dominikus, berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan adalah yang terpenting dalam hidupnya. Ia lebih memilih menjual buku-bukunya dan menggantikannya dengan roti untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Dia tidak ingin hanya belajar dari perkamen mati sementara orang lain mati kelaparan. Dia belajar dan beraksi juga dari yang nyata ia saksikan, terlebih demi keselamatan jiwa-jiwa yang dicintai Tuhan. Berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan bagi Santo Dominikus bukan hanya dilakukan di kapel atau gereja saja,
(46)
melainkan di mana saja ia berada, dengan keheningan batin, ketika berdoa, studi serta ketika sedang berjalan dan beraktivitas (Lambermond, 1969: 19).
Dengan kontemplasi, melalui doa dan studi atau refleksi. Santo Dominikus semakin mengenal kasih dan kehadiran Allah, melalui setiap pengalaman atau peristiwa serta lewat sesama, melihat dengan mata Allah. Dengan kedekatannya pada Tuhan lewat keheningan kontemplasilah ia menimba kekuatan dan semangat untuk mewartakanNya. Doa bukanlah tambahan atau urusan sampingan. Tanpa doa, tidak ada hidup religius. Ini persis seperti kata
pemazmur, “Jika bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah para
pembangun bekerja, jika bukan Tuhan yang menjaga kota, sia-sialah para pengawal berjaga. Berbahagialah orang yang membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang” (Mzm 127: 1, 5).
Santo Dominikus sebagai imam pertama yang menyatukan antara hidup mistik dan hidup kenabian (kontemplatif-aktif) melalui Ordo Pengkotbah yang didirikannya, ordo yang mengikuti hidup doa yang intensif dan melakukan kegiatan-kegiatan apostolik umum. Santo Dominikus yang memperkenalkan untuk menjadi seorang sungguh-sungguh kontemplatif dan sekaligus seorang rasul yang bersemangat (Hinnebusch, 2000: 24).
Santo Dominikus sungguh mengalami perjumpaan dengan Allah yang luar biasa. Dominikus mengalami pengalaman berikut: Santo Petrus dan Santo Paulus mendatangi Santo Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah tongkat penggembalaan, dan Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus
(47)
dan Paulus berkata, “Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah
ditentukan Allah untuk misi pelayanan itu.” (Lambert, 2009: 14)
Kesucian Santo Dominikus luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan benar makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya
berkata, “Ia terus berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja
bagi sesamanya, dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan” (Lambertmond,
1969: 16)
Santo Dominikus selalu menyediakan waktu untuk berbicara dengan Tuhan, di rumah, di biara, di tempat kerja maupun dalam perjalanan. Berbicara dengan Tuhan tidak selalu berarti duduk di ruangan tertutup, berada di ruang doa, di gereja, tetapi di segala tempat dapat digunakan untuk berbicara dengan Tuhan, bahkan dalam mengadakan perjalanan sekali pun. Saat berjalan ke gereja sambil berdoa Rosario. Saat mengadakan perjalanan dengan komunitas dan dimana pun selalu diawali dengan doa Rosario. Tradisi mengatakan bahwa St. Dominikus (1221) adalah Santo yang menyebarkan doa rosario, seperti yang dikenal sampai sekarang ini. Ia berkhotbah tentang rosario ini pada pelayanannya di antara para Albigensian yang tidak mempercayai misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Oleh karena itu, tujuan utama pendarasan doa rosario adalah untuk merenungkan misteri kehidupan Kristus. Selalu ada waktu dan tempat untuk berbicara dengan Tuhan dan untuk memperdalam relasi personal dengan Tuhan. Santo Thomas Aquinas mengungkapkan “Contemplari et Contemplata Aliis Tradere” artinya berkontempalsi dan membagikan kepada orang lain buah kontemplasinya (Hinnebusch, 2000:27).
(48)
d. Cara Doa St. Dominikus
Santo Dominikus dikenal memiliki sembilan cara berdoa yang menarik. Memang, beberapa gerakan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di masa St. Dominikus hidup yang menganggap bahwa tubuh adalah materi yang buruk sedangkan roh atau jiwa adalah sesuatu yang baik. Ajaran Gereja adalah bahwa tubuh dan roh merupakan satu kesatuan yang baik dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Sparough, 2009:73-74). Adapun cara St. Dominikus berdoa adalah sebagai berikut:
1) Membungkuk,
Ketika St. Dominikus menundukkan kepala, ia memikirkan kepala Kristus yang tertunduk di kayu salib. Ia merendahkan dirinya di hadapan Kristus yang dipermalukan pada salib, dan saudara-saudara seordo akan mendengar ia berdoa: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku" (Mat 8:8).
"Aku sangat tertindas, ya TUHAN "(Mazmur 119:107).
“O, Tuhan, Allah, doa orang rendah hati dan lemah lembut selalu
menyenangkan-Mu.” (Ydt 9:16). St. Dominikus mengajarkan saudara-saudara seordonya untuk
merendahkan diri mereka di hadapan Kristus yang tersalib dan untuk merendahkan diri mereka di hadapan Tritunggal Mahakudus ketika mereka mendaraskan doa Kemuliaan.
(49)
2) Telungkup
St. Dominikus berbaring telungkup dengan muka menghadap tanah. Ia mengambil postur ini ketika mengalami kesedihan luar biasa, dan ia menangis. Kadang-kadang terdengar suara cukup keras ketika ia berdoa, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (Luk 18:13). St. Dominikus berdoa dengan seluruh tubuhnya. Beginilah bagaimana St. Dominikus mengajarkan saudara-saudaranya untuk berdoa memohon belas kasih Allah. Ia juga menasihati, "Jika engkau tidak dapat menangisi dosa-dosamu, menangislah bagi dosa-dosa orang lain." Dengan cara ini, St. Dominikus memohon belas kasih Allah bagi semua orang.
3) Melakukan mati raga.
Cara yang ketiga ini dimaksudkan sebagai pertobatan. Cara ini perlu dikaitkan dengan situasi di masa St. Dominikus hidup, sehingga di masa kini, cara ini kurang diterima. Cara doa yang ketiga dilakukan dengan memukulkan kayu atau tongkat pada bahu, sembari membungkuk dan mengucapkan, "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mzm 51) Atau "Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku." (Mzm 130) Pukulan dilakukan dalam upaya pertobatan bagi kesalahan-kesalahan diri sendiri dan orang lain.
(50)
4) Berlutut
Pandangan St. Dominikus tertancap pada salib. Ia berulang-ulang berlutut di hadapan Kristus yang tersalib, kemudian bangun, dan berlutut lagi. Ketika melakukan gerakan ini, St. Dominikus merasakan kepercayaan yang besar dalam belas kasih Allah terhadap dirinya, saudara-saudaranya, dan semua orang berdosa. Kadang-kadang terdengar ia bergumam, "Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku." (Mzm 28:1). Terkadang St.Dominikus berlutut dalam diam dan tampak sukacita besar membuatnya meneteskan air mata. Lalu sekali lagi ia berdiri dan berlutut lagi. Ini menjadi bentuk penyembahan paling intim dan personal bagi St. Dominikus. St. Dominikus, kadang-kadang disebut sebagai "atlit Kristus", berdoa dalam cara yang membebani secara fisik dan disiplin fisik, dan ia berdoa dalam sukacita dan kelincahan.
5) Tangan Terbuka di dada
St. Dominikus berdiri dengan tangan terbuka di hadapannya seperti sedang membaca buku. Dikatakan bahwa ia berdiri dengan posisi demikian seperti sedang membaca keberadaan Allah. Ia sesekali mengatupkan kedua tangannya, pada saat lain ia mengangkat tangannya seperti yang dilakukan seorang imam dalam liturgi. Hal ini tampak seperti Dominikus berdiri sebagai nabi yang berbicara dengan Allah, mendengarkan dalam-dalam jawaban Allah, lalu memikirkan dengan khusyuk apa yang telah dinyatakan kepadanya.
(51)
6) Posisi Salib
St. Dominikus berdiri dengan tangan direntangkan, dalam bentuk salib. Ia berdoa dalam cara ini dalam penantian mukjizat yang akan dilakukan oleh Allah. Cara ini pernah dilakukannya ketika seorang anak dibangkitkan dari kematian. St. Dominikus tampaknya mengerti maksud Allah untuk mendatangkan kehidupan baru dari kematian salib. "Aku menadahkan tanganku kepada-Mu. ... Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN!" (Mzm 143:6,7).
7) Tangan Lurus Terangkat Tinggi
St. Dominikus terlihat berdoa dengan mengangkat tangannya di atas kepala, entah kedua tangan dikatupkan atau sedikit terpisah, seolah-olah akan menerima sesuatu dari surga. Dalam cara ini, St. Dominikus mengakui bahwa semua kebaikan datang dari Allah. Dalam postur ini, St. Dominikus tampak masuk dalam kebahagiaan, dan ketika tersadar, terdengar ia berdoa, "Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus" (Mzm 28:2).
8) Mempelajari Firman
St. Dominikus akan pergi ke tempat yang sunyi dan duduk di depan meja, menandai dirinya dengan tanda salib, dan mulai membaca buku. Segera ia tampak seperti sedang mendiskusikan sesuatu dengan seorang teman; kadang mendengar dengan tenang lalu berdiskusi dan berdebat, lalu tertawa dan
(52)
menangis, lalu membungkuk dan ketika berbicara sambil memukul-mukul dadanya. Seolah-olah St. Dominikus menemukan Allah dari kata-kata yang ia baca.
9) Berjalan-jalan dalam Kesendirian
Ketika St. Dominikus berjalan kaki dari kota ke kota, ia akan mengasingkan diri dari mereka dan berjalan sendiri. Ini adalah waktu meditasi bagi St. Dominikus untuk merenungkan Kitab Suci dan bergaul dengan Roh Kudus. Mengenai perjalanan panjangnya sendirian, ia mengutip Kitab Hosea, "Aku ini akan membujuk dia, dan membawa dia ke padang gurun, dan berbicara menenangkan hatinya " (Hos 2:13)
Dari penjelasan di atas, St. Dominikus menghubungkan penghayatan hidup rohani Ordo dan kegiatan apostolisnya sedemikian sehingga menjadi satu kesatuan; yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Doa dan ulahtapa ditujukan pada dan bermotivasi untuk penyelamatan jiwa-jiwa. Kedekatannya dengan Tuhan yang mendorongnya untuk senantiasa bersemangat dalam melayani saudara-saudarinya dan mewartakan kasih Tuhan kepada sesama. Cinta Dominikus yang mendalam kepada Tuhan, membuatnya peka melihat kebutuhan sesama. Dari sembilan cara Doa Santo Dominikus sebagai persiapan kotbahnya.
(53)
B. PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA
1. Pengertian Karakter
Kata “karakter” berasal dari bahasa Yunani Charassein, yang berarti melukis, menggambar, seperti orang yang melukis kertas memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karater seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Daryanto & Darmiatun, 2013:63-64).
Menurut Zainal Aqib, karakter adalah ciri-ciri yang unik baik dan terpatri dalam diri seseorang yang terlihat dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang terejawantahkan secara konsisten dalam merespon berbagai situasi. Karakter yang baik menerapkan nilai-nilai kebijakan, kemauan berbuat produktif, dan kebermaknaan dalam mengisi kehidupan (Zainal Aqib, 2012: 26).
Menurut Rohinah (2012: 10), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema (2012:12) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter menyangkut moral, yaitu menyangkut ajaran tentang baik buruk yang diterima
(54)
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban; akhlak; budi pekerti; susila. Karakter juga merupakan kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dari perbuatan. Maka karakter baik yang tertanam pada peserta didik akan membuatnya menjadi manusia yang bermoral, yaitu manusia yang berbudi pekerti baik, masih mempunyai pertimbangan yang baik dan buruk sebelum melakukan sesuatu.
Karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
2. Mekanisme Pengembangan Karakter
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin hingga sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh sehingga pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari mereka itulah, fondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun. Fondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. Jika sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu penderitaan. Tetapi, jika kedua orang tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan
(55)
menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa (Setyono, 2006:50).
Unsur terpenting dalam pengembangan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya (Rhonda Byrne, 2007:17). Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius. Tentang pikiran, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) atau pikiran subjektif (Murphy, 2002:6).
Penjelasan Adi W. Gunawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip.
“Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 % dari kemampuan otak. Sedangkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak di
medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam kandungan. Karena itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi
(56)
tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat netral dan sugestif” (Gunawan, 2005: 27-30).
Untuk memahami cara kerja pikiran, kita perlu tahu bahwa pikiran sadar (conscious) adalah pikiran objektif yang berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra sebagai media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. Sedangkan pikiran bawah sadar (subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat membantah. Kerja pikiran bawah sadar menjadi sangat optimal ketika kerja pikiran sadar semakin minimal (Setyono, 2006:38).
Dari penjelasan di atas pengembangan karakter merupakan interaksi antara pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran bawah sadar akan menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui sistem kepercayaan yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran sadar terhadap objek luar yang diamatinya. Karena, pikiran bawah sadar akan terus mengikuti kesan dari pikiran sadar, maka pikiran sadar diibaratkan seperti nahkoda sedangkan pikiran bawah sadar diibaratkan seperti awak kapal yang siap menjalankan perintah, terlepas perintah itu benar atau salah. Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar. Dengan memahami cara kerja pikiran tersebut, kita memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Dengan kemampuan kita dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, kita akan mudah mendapatkan apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan.
(57)
3. Pengembangan Karakter di Sekolah
Menurut Doni Koesoema, pengembangan karakter di sekolah secara
sederhana bisa didefinisikan sebagai, “pemahaman, perawatan, dan pelaksanaan
keutamaan (Practice of virtue). Olehnya itu, pengembangan Karakter di sekolah adalah keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Oleh sebab itu Pengembangan Karakter bersifat liberatif yaitu sebuah usaha dari induvidu baik secara pribadi (melalui pengolahan pengalamannya sendiri), maupun secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas) untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai ( Doni Koesoema ,2007:128).
Pengembangan karakter di sekolah dapat berjalan sebagaimana mestinya, setiap peserta didik bukan hanya berkembang dalam hal perilaku moral atau karakternya saja tetapi berdampak juga pada perkembangan akademisnya. Pernyataan ini didasari pada dua alasan. Pertama, jika program Pengembangan Karakter di sekolah mengembangkan kualitas hubungan antara guru dan anak didik, serta hubungan antara anak didik dengan orang lain, maka secara tidak langsung akan tercipta lingkungan yang baik untuk mengajar dan belajar. Kedua, Pengembangan Karakter juga mengajarkan kepada siswa tentang kemampuan dan
(58)
kebiasaan bekerja keras serta selalu berupaya untuk melakukan yang terbaik dalam proses belajar mereka (Lickona, 2004:25).
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pengembangan Nasional telah ditegaskan bahwa “Pengembangan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Oleh karena itu pemerintah pun telah mencanangkan
Pengembangan Karakter di sekolah namun dalam pelaksanaan masih belum optimal.
Mengenai pelaksanaan pengembangan karakter di sekolah, Doni Koesoema memberikan alternatif dan solusi bagaimana pengembangan karakter di sekolah dijalankan, yakni:
1. Komunikasi keluarga dengan Sekolah, pengembangan dasar merupakan kelanjutan dari pengembangan dalam keluarga. Kerja sama antara sekolah dengan keluarga merupakan hal yang sangat penting. Sekolah tidak mungkin mengembangkan pengembangan karakter tanpa peran aktif orang tua. Kerja sama keduanya diperlukan. Komunikasi sekolah dengan keluarga bisa bermacam-macam. Mulai dari pertemuan orang tua, buletin sekolah, surat edaran, dll. Intinya, segala macam cara dan alat komunikasi dengan orang tua bisa digunakan.
(59)
2. Prinsip Sehat, pengembangan karakter bertujuan membuat anak bertumbuh secara sehat. Setiap program yang dibuat mesti mempertimbangkan kesehatan pertumbuhan anak didik. Kesehatan yang dimaksud adalah kesehatan jasmani, rohani, dan psikologis. Anak-anak mesti diajari bagaimana cara menjaga kesehatan. Mereka perlu mengetahui dan mengenali makanan-makanan sehat di sekitar lingkungan sekolah mereka.
3. Prinsip kegembiraan, program pengembangan karakter di tingkat dasar bertujuan membuat anak gembira. Berbagai macam jenis permainan, dinamika kelompok, serta permainan lain ditujukan agar anak merasakan dan mengalami kegembiraan. Kegembiraan ini tidak bersifat individual, melainkan kegembiraan semua. Program pengembangan karakter yang berhasil membuat semua anak menjadi riang dan gembira.
4. Lembaga adalah sebuah tempat di mana anak menghayati nilai belajar. Memupuk semangat belajar, membuat anak gemar membaca dan bertanya merupakan sasaran setiap sekolah. Membuat anak kerasan dan nyaman di sekolah adalah syarat utama lingkungan belajar yang baik. 5. Prinsip kreatifitas, jangan pernah mematikan kreatifitas siswa. Setiap
anak adalah unik. Juga mereka memiliki motivasi tertentu dalam bertindak. Pendidik perlu memahami motivasi siswa sebelum memberikan penilaian. Memberikan pujian, dukungan, dan semangat bagi setiap anak sangat diperlukan. Kreatifitas anak perlu diapresiasi dan dihargai.
(1)
(23)
7. Semangat Demokrasi
Responden Jawab
1 Saya selalu berupaya untuk mendengarkan teman. Dalam menyampaikan kritik saya berupaya sopan. Saya menghargai pendaapat orang lain dan dengan rendah hati bertanya apabila saya kuraang mengerti maksudnya. Saya kurang aktif menyampaikan ide, gagasaan dan pendapat karena saya lebih mendengarkan dan
melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan bersama. Bila ada keputusan bersama, saya akan menerima dan melaksanakan sebaik – baiknya.
2 Saya selalu berupaya untuk mendengarkan teman. Namun, ketika teman yang saya dengarkan tidak sependapat dengan pemikiran saya, saya jadi malas mendengarkan. Dalam menyampaikan pendapat, saya berupaya sopan. Namun bila lawan bicara mulai menantang, saya akan cuek dan tidak peduli dengan urusan orang lain. Bila ada keputusan bersama, saya akan menerima dan melaksanakan sebaik – baiknya.
3 Mau mendengarkan teman yang sedang mengutarakan pendapat, Sopan dalan menyampaikan kritik. Ya saya menerima dan berani bertanya bila saya belum paham, saya kurang aktif dalam memberikan gagasan. Menerima dan menjalankan keputusan dengan sebaik mungkin.
4 Saat mengerjakan tugas dalam kelompok saya mau mendengarkan teman yang sedang mengutarakan pendapat dan sopan dalam menyampaikan kritikan atau masukkan. Saya menghargai pendapat orang lain dan bertanya apabila kurang paham atau tidak mengerti. Saya terkadang aktif terkadang kurang aktif dalam menyampaikan ide, gagasan, pendapat walau demikian saya menerima dan
menjalankan keputusan yang sudah diputuskan bersama.
5 Aku mendengarkan saat temanku memberikan pendapat,kadang kadang saya memberikan keritik dengan sopan,aku menghargai pendapat orang lain selama itu baik untuk kelompok,saya sering bertanya jika aku belum mengerti,saya aktif dalam memberikan ide serta menerima keputusan dan menjalankan keputusan yang sudah diambil dalam kelompok baik di kelas maupun saat latihan dan akan lomba futtsal
6 Saat kerja dalam kelompok saya berusaha untuk mendengarkan teman sebelum saya berpendapat. Apabila menyampaikan kritikan dengan sopan saya menyampaikannya. Saya menghargai menghargai pendapat orang lain dan bertanya apabila kurang paham dan tidak
(2)
(24)
mengerti. Saya juga aktif menyampaikan ide, gagasan, pendapat, dan solusi serta saya menerima keputusan dan menjalankan keputusan yang sudah diambil/diputuskan bersama terlebih demi kebersamaan kelas.
7 Saya selalu berupaya untuk mendengarkan teman saat mengerjakan tugas dalam kelompok. Namun, ketika teman yang saya dengarkan tidak sependapat dengan pemikiran saya, saya jadi malas mendengarkan. Dalam menyampaikan pendapat, saya berupaya sopan. Namun bila lawan bicara mulai menantang, saya akan cuek dan tidak peduli dengan urusan orang lain. Bila ada keputusan bersama, saya akan menerima dan melaksanakan sebaik – baiknya. 8 Saya selalu berupaya untuk mendengarkan teman saat mengerjakan
tugas dalam kelompok. Apabila menyampaikan kritikan saya dengan sopan menyampaikannya dan saya menghargai pendapat orang lain serta bertanya apabila saya kurang paham. Saya aktif menyampaikan ide, gagasan dan pendapat dan saya menerima keputusan dan menjalankan keputusan yang sudah menjadi kesepakatan bersama terlebih kebersamaan dalam kelas.
9 Saat mengerjakan tugas dalam kelompok saya mendengarkan dengan baik pendapat teman saya. Apabila menyampaikan kritikan saya dengan sopan menyampaikannya, saya pun menghargai pendapat orang lain, untuk bertanya apabila saya kurang paham saya kurang ada keberanian oleh karenannya saya jarang terlibat aktif dalam menyampaikan ide, gagasan dan pendapat namun saya menerima keputusan yang sudah diambil dan mengikutinya. Misalnya latihan seni kelas saya mengikuti latihan sampai saatnya akan tampil.
10 Apabila mengerjakan tugas dalam kelompok saya mendengarkan pendapat teman dan apabila menyampaikan kritikan dengan sopan menyampaikannya. Saya menghargai pendapat orang lain dan bertanya apabila saya kurang paham. Saya aktif dalam menyampaikan ide, gagasan dan pendapat serta saya menerima dan menjalankan keputusan yang sudah diambil bersama.
11 Saya berusaha untuk mendengarkan teman. Saat mengerjakan tugas dalam kelompok. Apabila menyampaikan kritikan dengan sopan menyampaikannya. Saya menghargai pendapat orang lain dan aktif dalam menyampaikan idem gagasan dan pendapat. Apabila ada keputusan bersama, saya menerima dan melaksanakan sebaik – baiknya
12 Saat mengerjakan tugas dalam kelompok saya mendengarkan dengan baik dan menyampaikan kritikan dengan sopan dengan menghargai pendapat orang lain. Saya rada kurang terlibat aktif saat
(3)
(25)
menyampaikan ide dan gagasan namun saya menerima dan melaksanakan yang sudah menjadi keputusan bersama.
13 Apabila mengerjakan tugas dalam kelompok saya berupaya untuk mendengarkan teman. Namun, ketika teman yang saya dengarkan tidak sependapat dengan pemikiran saya, saya jadi malas mendengarkan. Dalam menyampaikan pendapat, saya berupaya sopan. Namun bila lawan bicara mulai menantang, saya akan cuek dan tidak peduli dengan urusan orang lain. Bila ada keputusan bersama, saya menerima dan melaksanakan sebaik – baiknya.
14 Apabila mengerjakan tugas dalam kelompok saya mendengarkan teman sebelum saya berpendapat. Apabila menyaampaikan kritikan saya dengan sopan menyampaikannya. Saya menghargai pendapat oraang lain. Saya terlibat aktig dalam menyampaikan ide, gagasan dan pendapat serta menerima keputusan dan menjalankan keputusan yang sudah diambil atau diputuskan bersama.
15 Saya selalu berupaya untuk mendengarkan teman. Namun, ketika teman yang saya dengarkan tidak sependapat dengan pemikiran saya, saya jadi malas mendengarkan. Dalam menyampaikan pendapat, saya berupaya sopan. Namun bila lawan bicara mulai menantang, saya akan cuek dan tidak peduli dengan urusan orang lain. Bila ada keputusan bersama, saya akan menerima dan melaksanakan sebaik – baiknya.
(4)
(26)
Lampiran 4 Kegiatan Siswa kelas VIII di SMP Jaonnes Bosco Yogyakarta.
1. Berdoa Rosario
(5)
(27)
3. Semangat memulai dari apa yang ada
(6)
(28)
5. Semangat Belajar
6. Semangat Belarasa