Tabel 1 Data dan Instrumen Tabel 2 Kisi-kisi Penyusunan Soal Tabel 3 Hasil Pretes Tabel 4 Hasil Postes Tabel 5 Hasil Peningkatan Pembelajaran Arti kata pembelajaran Keunggulan

xvi DAFTAR TABEL

a. Tabel 1 Data dan Instrumen

b. Tabel 2 Kisi-kisi Penyusunan Soal

c. Tabel 3 Hasil Pretes

d. Tabel 4 Hasil Postes

e. Tabel 5 Hasil Peningkatan Pembelajaran

f. Tabel 6 Menguji Perbedaan Skor Pretes dan Protes

xvii DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran 1 RPP

B. Lampiran 2

LKs C. Lampiran 3 Soal Pretes dan Postes D. Lampiran 4 Kunci Jawaban soal Pretes dan Postes E. Lampiran 5 LKS yang Sudah Terisi Siswa F. Lampiran 6 Pekerjaan Siswa yang Sudah Dikoreksi G. Lampiran 7 Foto Kegiatan Belajar Siswa H. Lampiran 8 Surat Izin Telah melakukan Penelitian 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP yang beragam dan mengacu pada setandar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiyayaan dan penilaian pendidikan. Sedangkan pengembangan kurikulum disusun guna untuk dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk: a belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b belajar untuk memahami dan menghayati, c belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, d belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan e belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan Soehendro Bambang 2006:4. Namun semuanya itu dapat terlaksana berdasarkan kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah dengan demikian, daerah dan atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar Soehendro Bambang 2006:4. Dalam setiap mata pelajaran guru juga memiliki kewenangan dalam mengajarkan mata pelajaran seperti halnya dalam Pendidikan IPA yang merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam Iskandar, 2001:2. Melalui alam kita dapat mengenal dan memahami kejadian- kejadian yang ada di alam ini. Pembelajaran IPA juga merupakan ilmu pengetahuan alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Pembelajaran IPA bukan merupakan ilmu pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tatapi juga merupakan suatu penemuan. Pembelajaran IPA di SD seharusnya memberikan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. badan standar nasional pendidikan SK-KD 206:184 Selain itu siswa juga diajarkan untuk mengenal dirinya sendiri, alam semesta dan juga lingkungan disekitar siswa, serta teknologi. Maka diharapkan siswa sejak dini dapat mengenal dan memahami lingkungan yang ada di sekitar. Dengan lingkungan kita dapat mengenalkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan apalagi siswa mampu menemukan permasalahan mereka sendiri dari setiap pembelajaran yang mereka pelajari. Mereka pasti tidak akan merasa bosan dan menjadikan pembelajaran yang bervariasi dalam pengalaman belajar. Dalam proses belajar juga siswa mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan pemahaman dan pengalaman belajar yang bermakan. Namun pada kenyataan yang ada, guru terkadang kurang memperhatikan atau memanfaatkan alam untuk menerapkan pembelajaran didalam kelas, guru hanya terpaku pada buku dan siswa hanya diberi gambaran secara umum tanpa mengetahui apa penyebab dari permasalahan yang dihadapi. Siswa jarang sekali melakukan praktek langsung, guru juga hanya menggunakan metode ceramah dan juga diskusi saja. Sehingga juga berdampak pada nilai siswa yang kurang mencapai nilai yang sudah ditetapkan sekolah atau KKM 6,5. Padahal dalam pembelajaran banyak metode digunakan yang bisa membuat siswa dapat memperoleh pengetahuan dengan baik. Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan salah satu metode dalam mengajar yaitu dengan menggunakan metode inkuiri dimana dalam pemebelajaran siswa diharapkan dapat memperoleh pencapaian hasil belajar tentang perubahan lingkungan fisik, karena dalam metode inkuiri siswa diajarkan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dan siswa diajarkan untuk belajar secara aktif dan menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga siswa tidak mudah bosan.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada standar kompetensi 10. : Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Serta pada kompetensi dasar 10.1 : Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.

C. Rumusan Masalah

Apakah pembelajaran IPA pada materi penyebab perubahan lingkungan fisik dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing efektif dalam pencapaian hasil belajar siswa.

D. Batasan Pengertian

1. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh oleh anak setelah melalui kegiatan belajar menurut Abdurahman 1999 dalam buku Asep Jihat 2008:14, yang dinyatakan dengan skor hasil ulangan. 2. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar diri kita. 3. Metode inkuiri terbimbing merupakan metode pembelajara dimana siswa mencari permasalahan dan berusaha untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ada. Dengan bantuan guru siswa mengajukan pertanyaan- pertantaan kemudian siswa mencari jawaban pertanyaan yang mereka ajukan.

E. Pemecahan Masalah

Seperti yang telah terurai pada latar belakang dan tertulis pada rumusan masalah maka dalam penelitian ini diharapkan dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing siswa memperoleh pengalaman belajar dengan terlibat aktif dalam belajar, karena dalam proses belajar siswa dapat menenukan permasalahan yang diberikan kepada siswa. Sehingga dapat mencapai hasil belajar secara optimal.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: efektifitas Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I tentang penyebab perubahan lingkungan fisik.

G. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang salah satu cara untuk pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran penyebab perubahan lingkungan fisik. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti sendiri, merupakan pengalaman berharga untuk menerapkan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA, sehingga dapat diterapkan pada materi pokok yang lain. b. Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu alat peraga pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, dan di kelas yang berbeda. c. Untuk perpustakaan sekolah, laporan penelitian dapat menambah satu bacaan yang dimanfaatkan untuk teman-teman, guru, serta memilih metode pembelajaran yang berbeda. d. Sebagai calon guru diharapkan dapat mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, sehingga dapat diterapkan pada waktu mengajar. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif menurut Syah dalam Asep Jihat 2008:1. Dalam pengertian yang luas, Anita e. Woolfolk dalam Tri Krismoko 2008:5 menegaskan bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu. Arby dan Syahrun Mendefinisikan bahwa belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan atau perilaku dan pribadi. Sedangkan menurut Syamsudin belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku sebagai hasil pengalaman. Belajar menurut Hilgrat dalam Wens Tanlain, 2007:6-7 merumuskan bahwa belajar adalah proses dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Belajar merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh tiap individu atau tiap orang dan menjadi tanggungannya. Rumusan Hilgrat menegaskan dua hal mengenai belajar yaitu; i. Kegiatan yang bersifat latihan dan yang bersifat praktek:latihan dengan anggota badan sehingga menjadi trampil dan praktek menerapkan pengetahuan; dan ii. Perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan yang menampak dalam tingkah laku. Menurut Witting dalam Asep Jihat 2008:1-3 belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahapan. a. Tahapan acuisition yaitu tahapan perolehan informasi. b. Tahapan storage yaitu tahapan menyimpan informasi. c. Tahapan retrieval yaitu tahapan pendekatan kembali informasi Syah,2003 dalam buku Asep Jihat 2008:1-2. Slamet 2003 merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan, perilaku atau kepribadian. Mungkin juga dapat bersifat pengurangan atau reduksi pengetahuan, perilaku atau kepribadian yang tidak dikehendaki.

2. Ciri-ciri Belajar

Menurut Hamalik dalam buku Asep Jihat 2008:3 Ciri-ciri belajar yaitu: a. proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampui. b. melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu c. bermakna bagi kehidupan tertentu d. bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan e. dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan f. dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual g. berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta didik h. proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui setatus dan kemajuannya i. kesatuan fungsional dari berbagai prosedur j. hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah k. dibawah bimbingan yang meransang dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan l. hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan m. dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik n. lamban laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda o. bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.

3. Karakteristik Perubahan dalam Belajar

a. Perubahan yang terjadi harus bertujuan intensional Perubahan yang terjadi disengaja atau disadari oleh seseorang yang sedang belajar. Perubahan yang terjadi bukan bersifat kebetulan. b. Perubahan bersifat positif Artinya bahwa perubahan itu menjadi lebih baik sebagaimana yang dikehendaki, sesuai dengan kriteria yang telah disetujui, baik oleh siswa, maupun guru tuntutan masyarakat dan kurikulum. c. Perubahan merupakan hasil dari pengalaman Perubahan ini mengacu pada interaksi antara individu dan orang lain lingkungan, sedang perubahan yang terjadi disebabkan oleh kematangan, bukanlah dikatakan sebagai belajar. Misalnya anak-anak dari waktu ke waktu menjadi lebih tinggi dan besar. d. Perubahan bersifat efektif Perubahan ini berarti bahwa belajar itu menghasilkan perubahan yang berarti secara fungsional baik untuk pemecahan masalah akademik ujian, tes maupun persoalan kehidupan sehari- hari bagi kelangsungan hidup individu.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar menurut Abdurahman, dalam Asep Jihat 2008:14-21. Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah domain hasil belajar, yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan prilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, efektif dan psikomotoris dari proses belajar yang di lakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar juga dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: a. Pengetahuan tentang fakta b. Pengetahuan tentang prosedural c. Pengetahuan tentang konsep d. Pengetahuan tentang perinsip Keterampilan juga terdiri dari empat kategori: a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik c. Keterampilan bereaksi atau bersikap d. Keterampilan berinteraksi Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang di lakukannya menurut Juliah dalam Asep Jihat 2008:15. Sedangkan menurut Hamalik Hasil-hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas Menurut Sudjana 2004 dalam Asep Jihad 2008:15 berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menurut Usman 2001, dalam Asep Jihat 2008 16-17. menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang di kelompokan ke dalam tiga katagori, yakni domain kognitif, efektif, dan psikomotor. a. Domain kognitif 1 Pengetahuan knowledge: Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting. 2 Pemahaman comprehension: Penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara singkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan. 3 Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru 4 Analisa: Kemampuan anak dalam memisah-misah breakdown terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan di antara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir. 5 Sintesa: Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari anahlisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkanmenempatkan bagian-bagian atau elemen satubersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren. 6 Evaluasi: Kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan, masalah, metode, materi dan lain-lain. b. Domain kemampuan sikap effective 1 Menerima atau memperhatikan: Jenjang pertama ini meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi atau phenomena tertentu atau suatu stimulasi dan kesadaran yang merupakan prilaku kognitif. Kata–kata yang dapat dipakai: dengar, liat, raba, cium, rasa, pandang, pilih, kontrol, waspada, hindari, suka, perhatian. 2 Merespon: Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat di dalamnya. Kata–kata yang dapat dipakai: persetujuan, minat, reaksi, membantu, menolong, partisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai, gemar, cinta, puas, menikmati. 3 Penghargaan: Dalam jenjang ini perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatnya pada suatu pandangan atau ide tertentu. Kata–kata yang dapat dipakai: mengakui dengan tulus, mengidentifikasi diri, mempercayai, menyatukan diri, menginginkan, menghendaki, beritikad, mencitakan ambisi, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban, tanggung jawab, yakin, pasrah. 4 Mengorganisasikan: Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku. Kata–kata yang dapat dipakai: menimbang-nimbang, menjalin, mengkristalisasikan mengindentifikasikan, menyusun sistem, menyelaraskan, mengimbangkan membentuk filsafat hidup. 5 Mempribadi mewatak: Internalisasi, nilai-nilai telah mendapat tempat pada diri individu, organisir kedalam suatu sisitem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku. Kata–kata yang dapat dipakai: bersifat obyektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya diri, kepribadian. c. Ranah psikomotrik 1 Menirukan: Anak didik suatu action yang dapat diamati observable, maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistem otot-ototnya dan di tuntun oleh dorongan kata hari untuk menirukan Kata–kata yang dapat dipakai: menirukan, pengulangan, coba, lakukan, ketetapan hati, mau, minat bergairah. 2 Manipulasi: dia mulai dapat membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih action yang di perlukan dan mulai memiliki keterampilan dalam memanipulasi. Kata–kata yang dapat dipakai: ikuti petunjuk, tetapkan mencoba-coba, mengutakatik, perbaikan tindakan. 3 Keseksamaan precisio: Kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam memproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata–kata yang dapat dipakai: lakukan kembali, kerjakan kembali, hasilkan, kontrol, teliti. 4 Artikulasi articulation: Anak didik telah mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutansikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda. Kata–kata yang dapat dipakai: lakukan secara harmonis, lakukan secara unit. 5 Naturalisi: Anak telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action yang urut. Keterampilan penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan action tersebut ditampilkan dengan pengeluaran energi yang minimum.

C. Metode Pembelajaran

1. Pembelajaran

a. Arti kata pembelajaran

Kata “ pembelajaran Instruction” digunakan di indonesia sekitar tahun 1980-an. Menurut Arief S. Sadiman dalam Wens Tanlain 2007: 24 padanan kata atau sinonim dari pembelajaran dalam bahasa inggris adalah intruction, sebab mengandung makna adanya tuntunan belajar yang jauh lebih luas dari pada pengajaran teaching. Pembelajaran dilakukan bukan hanya sekedar memuat peristiwa-peristiwa yang dirancang oleh guru pengajar, pelatih, pembimbing, tetapi memuat pula peristiwa-peristiwa yang mungkin ditemui siswa dan mempuyai pengaruh langsung bagi siswa. Menurut Carter V. Good 1959, dalam Wens Tanlain 2007: 24 Pembelajaran adalah tindakan mengatur kegiatan-kegiatan, bahan ajar, peralatan dan pedoman untuk memperlancar belajar, baik dalam situasi formal maupun dalam situasi informal. Menurut Gagne Briggs dalam Wens Tanlain 2007: 24 pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran insrtuction merupakan petunjuk verbal dan atau non verbal yang diberikan oleh guru atau oleh perancang pengajaran individual untuk digunakan oleh siswa dalam meneruskan belajarnya.

b. Macam- macam pembelajaran

1 Macam-macam pembelajaran dapat dilihat dari penggunaannya dalam pengajaran biasa dan pengajaran individual atau pengajran tutorial. 2 Macam-macam pembelajaran dapat dilihat dari bahan yang dipelajari: a Jika bahan belajar adalah pengetahuan hasil pengalaman orang lain seperti pada umumnya bahan mata pelajaran,maka digunakan pembelajaran yang mengikuti saluran-saluran belajar seperti yang dikemukakan Gagne. b Jika bahan belajar merupakan perubahan tingkah laku orang lain maka digunakan pembelajaran dengan menggunakan model. c Jika bahan belajar memecahkan masalah yang dialami maka digunakan bahan belajar pemecahan masalah. 3 Macam-macam pembelajaran tiap mata pelajaran; mempelajari sendiri dan perorangan independent and individual study, kelompok kecil siswa small group, laboratorium laboratory baik perorangan maupun kelompok, kelompok kelas large groupinteraksi antara guru dan siswa labih sedikit namun alangkah baiknya banyak waktu untuk belajar dalam kelompok berlatih Bush and Allen dalam Wens Tanlain 2007:26

2. Metode mengajar

Metode mengajar merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar. Dalam metode mengajar terdapat beberapa metode yang digunakan diantaranya metode diskusi, ceramah, ekspositori, tanya jawab, dan inkuiri. a. Metode diskusi Metode diskusi adalah aktivitas pembelajaran dimana orang- orang mengadakan pembicaraan untuk membagi informasi tentang topik atau masalah atau mencari jawaban yang memungkinkan, atau untuk pemecahan masalah. b. Metode ceramah adalah metode yang sering digunakan oleh guru untuk menyampaikan memberikan informasi secara lisan terhadap siswa dalam ruangan tertentu dan siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. c. Metode ekspositori adalah metode yang hampir sama dengan metode ceramah namun pada metode ekspositori guru memberikan informasi hanya pada saat-saat tertentu yang diperlukan siswa misalnya pada awal pembelajaran atau untuk topik yang baru. d. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah metode mengajar dan tes lisan didasarkan atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dan disusun oleh guru yang harus dijawab oleh siswa. e. Metode inkuiri Metode inkuiri adalah cara belajar dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ada.

D. Pembelajaran Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Karena dalam setiap melakukan belajar pada hakekatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala pontensi yang dimiliki oleh setiap individu secara optimal. Belajar biasanya hanya sekedar menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan namun tidak memiliki makna tersendiri dalam pengetahuan yang diperoleh. Tetapi bagaimana pengetahuan yang diperoleh itu dapat memiliki makna untuk siswa dalam proses berpikir. Teori belajar lain yang mendasari SPI strategi pembelajaran inkuiri adalah teori belajar kontrukstifistik. Yang dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu akan bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa itu sendiri. Sejak kecil, siswa selalu memiliki rasa ingin tahu dan ingin selalu mengembangkan pengetahuan yang talah dimiliki dengan struktur kognitifnya. Pengetahuan yang mereka peroleh mereka akan berusaha untuk selalu memperbaharui dan di ubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Maka sebagai tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akmodasi.

1. Ciri-ciri utama metode pembelajaran inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sedangkan proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan dengan tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi ini juga sering dinamakan strategi heuristik yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Wina Sanjaya. 2006:196. 1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Pada proses Pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran, namun siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri self belief. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri. Adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental. Strategi pembelajaran inkuiri diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran namun diharapkan siswa dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

2. Prinsip-prinsip penggunaan metode pembelajaran inkuiri

SPI Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang mengembangkan perkembangan intelektual anak, menurut Piaget perkembangan mental anak itu dipengaruhi oleh empat faktor yaitu maturation, phisikal, eksperience, social eksperience dan equilibration. Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. phisikal, eksperience, adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas atau daya pikir. Gerakan- gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide. Social eksperience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain melalui pengalaman sosial, aspek pengalaman sosial anak yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Karena mereka memperoleh melalui diskusi, dan argumentasi dengan orang lain. Kedua melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egocentric-nya, disini anak akan mempunyai rasa kesadaran bahwa adanya perbedaan pada dirinya. Sehingga dengan demikian dapat membantu atau bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental seperti sikap kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral, dan lain-lain. Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah: a. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dalam strategi pembelajaran dalam inkuiri adalah hasil belajar berorintasi pada proses belajar juga berorientasi pada proses belajar. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” itu melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang harus ditemukan. b. Prinsip interaksi Dalam proses belajar mengajar berarti proses interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa dan interaksi anatara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran dalam proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Sebagai guru harus mampu berinteraksi dengan seluruh siswa, karena terkadang guru hanya terpaku pada siswa yang aktif terutama yang pandai berbicara, namun ada sebagian siswa tidak mampu untuk berinteraksi dengan guru, maka sebagai guru harus mampu melihat, dan memperhatikan setiap siswa agar mereka mampu untuk berinteraksi dengan guru secara baik. c. Prinsip bertanya Dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran strategi inkuiri guru berperan sebagai penanya. Tujuan guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa merupakan suatu proses berpikir. Untuk itu sebagai guru harus mempunyai beberapa jenis atau teknik bertanya yang dugunakan walau hanya digunakan sekedar untuk meminta perhatian siswa, apakah itu untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji kemampuan siswa. d. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya sekedar untuk mengingat fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir learning how to tink yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. e. Belajar adalah proses mencoba sebagi kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu anak diberi kesempatan untuk mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagi hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Sedangkan tugas guru dalah memberikan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

3. Langkah-langkah pelaksanaan metode Inkuiri

Menurut Wina Sanjaya 2006:199 ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode inkuiri yaitu: a. Orientasi Orientasi merupakan langkah untuk menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang responsive yang dapat menarik keingintahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Dalam tahap ini, guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan siswa dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : - Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. - Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. - Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Dalam rangka memberikan motivasi dalam belajar. b. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah mengajar siswa untuk menghadapi persoalan yang mengandung teka-teki dan siswa didorong untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari teka-teki tersebut. Dalam merumuskan masalah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu masalah harus dirumuskan sendiri oleh siswa, masalah yang dikaji merupakan masalah yang mengandung teka-teki dan harus dipecahkan. c. Mengajukan hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Potensi berfikir dimulai dari kemampuan individu untuk menebak berhipotesis dari suatu permasalahan. Salah satu cara yang dilakuan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak berhipoteis pada anak adalah dengan mengjaukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara dari masalah yang dikaji. Beberapa hal yang harus dikaji dalam merumuskan masalah - Masalah hendaknya dirumuskan soleh siswa - Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabanya pasti. - Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melaui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. d. Mengumpulkan data Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan data membutuhkan ketekunan dan kemampuan dalam berfikir. Dalam tahap ini guru berperan dalam mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji hipotesis Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Pada tahap ini kebenaran jawaban akan diuji melalui data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. f. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan merupakan puncak dari proses belajar. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, guru harus mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

4. Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri

Metode inkuiri merupakan metode yang banyak dianjurkan dalam pembelajaran karena memiliki banyak keunggulan dan juga memiliki kelemahan.

a. Keunggulan

a Mengembangkan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. b Memberi ruang pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c Sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d Metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

b. Kelemahan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE INKUIRI Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Tentang Perubahan Wujud Benda Melalui Metode Inkuiri Bagi Siswa Kelas IV SDN I Ngemplak Tahun 2013/2014.

0 0 14

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 7 277

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI.

0 7 277

Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan metode demonstrasi.

0 1 252

Efektivitas pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I tentang penyebab perubahan lingkungan fisik melalui metode inkuiri semester genap tahun pelajaran 2009/2010.

0 0 147

Efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar pada siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.

0 0 163

Efektivitas pembelajaran IPA pada materi pokok proses pembentukan tanah karena pelapukan pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I melalui metode inkuiri terbimibing dalam hal pencapaian hasil belajar - USD Repository

0 1 137

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV A SD KANISIUS PUGERAN PADA MATERI BENDA TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG DALAM HAL PENCAPAIAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20092010

0 0 133

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DALAM MATERI KERUSAKAN LINGKUNGAN DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS IV SD NEGERI SAYIDAN YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 1 151

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20102011

0 2 95