Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan metode demonstrasi.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPSSISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

Disusun oleh :

Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Proses pembelajaran membutuhkan metode belajar yang inovatif atau metode yang membuat siswa aktif. Peneliti tidak menemukan penggunaan metode belajar yang membuat siswa aktifsaat melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Kintelan dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuanmeningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama 1 siklus. Dalam penelitian tersebut peneliti menerapkan metode demonstrasi langsung. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dan rubrik penilaian.

Hasil analisis data mengindikasikan adanya peningkatan motivasi maupun hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan.


(2)

INCREASING THE MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT GRADE III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SOCIAL SCIENCE USING DEMONSTRATION

METHODS.

Name : Prima Yunita Student number : 091134046

Sanata Dharma University 2013

Learning process need an innovative learning methods. It will make students active. The researcher did not find indicate the innovative learning methods being used when doing an observation in 3rd grade of Kanisius Kintelan Elementary School. Based that observation, the researcher was interested to do research on social science subject motivation and learning resulted from using demonstration methods. This research that is increasing the student’s motivation and learning on social subject.

The research was a classroom action research. Which was aimed was done in one cycle. In the first cycle, the researcher applied a direct demonstration methods. Researcher use questioner to measure student’s learning motivation and evaluation tasks and assessment rubric to measure the result of learning.

The results of data analysis revealed that students motivation and learning increase. This be concluded that demonstration method can increase the motivation and learning result of 3rd students of Kanisius Kintelan Elementary School.


(3)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Prima Yunita (091134046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Prima Yunita (091134046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(5)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

Disusun oleh: Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Telah disetujui oleh : Pembimbing 1

(Catur Rismiati, Ed. D.) Yogyakarta, 14 Oktober 2013

Pembimbing 2


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

Dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Telah dipertanggungjawabkan di depan penguji Pada tanggal 27 November 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Gregorius Ari Nugrahanta, S. J., S. S., B. S. T., M. A. ___________ Sekertaris : Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. ___________ Anggota 1 : Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. ___________

Anggota 2 : Eny Winarti, M. Hum., Ph. D ___________

Anggota 3 : Rusmawan, S. Pd., M. Pd. ___________

Yogyakarta, 27 November 2013


(7)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 November 2013 Penulis


(8)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH DEMI KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Demi mengembangkan ilmu pemgetahuan, saya memberikan karya ilmiah ini kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma :

“PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

beserta perangkat bila diperlukan (bila ada). Dengan demikian perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan di internet dan media lain demi kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 27 November 2013

Yang menyatakan


(9)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bagi manusia banyak hal yang tidak mungkin,

namun jika kita bekerja dalam Tuhan semuanya

itu akan

menjadi mungkin.”

“Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan

mudah bila dikerjakan tanpa keengganan.”

“Seberat apapun beban masalah yang kamu hadapi

saat ini, percayalah bahwa semua itu tidak akan

melebihi kemampuanmu untuk menyelesaikannya.”

Setiap apa saja yang saya tulis dalam skripsi ini,

saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus

Kedua Orang Tuaku

Adikku tercinta

Teman-temanku

Semua orang yang mendukungku


(10)

vii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

Disusun oleh : Nama: Prima Yunita

NIM: 091134046 Universitas Sanata Dharma

2013

Proses pembelajaran membutuhkan metode belajar yang inovatif atau metode yang membuat siswa aktif. Peneliti tidak menemukan penggunaan metode belajar yang membuat siswa aktif saat melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Kintelan dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuanmeningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama 1 siklus. Dalam penelitian tersebut peneliti menerapkan metode demonstrasi langsung. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dan rubrik penilaian.

Hasil analisis data mengindikasikan adanya peningkatan motivasi maupun hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan.


(11)

viii

ABSTRACT

INCREASING THE MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT GRADE III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SOCIAL SCIENCE USING DEMONSTRATION

METHODS.

Name : Prima Yunita Sanata Dharma University

2013

Learning process need an innovative learning methods. It will make students active. The researcher did not find indicate the innovative learning methods being used when doing an observation in 3rd grade of Kanisius Kintelan Elementary School. Based that observation, the researcher was interested to do research on social science subject motivation and learning resulted from using demonstration methods. This research that is increasing the student’s motivation and learning on social subject.

The research was a classroom action research. Which was aimed was done in one cycle. In the first cycle, the researcher applied a direct demonstration methods. Researcher use questioner to measure student’s learning motivation and evaluation tasks and assessment rubric to measure the result of learning.

The results of data analysis revealed that students motivation and learning increase. This be concluded that demonstration method can increase the motivation and learning result of 3rd students of Kanisius Kintelan Elementary School.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus, karena hanya karena lindunganNya dan penyertaanNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak ada penyertaan dari-Nya. Selain itu saya juga bersyukur dalam penyusunan skripsi ini tidak ada halangan berat yang membuat saya berhenti untuk menyelesaiknnya.

Skripsi yang berjudul : Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi, disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini juga tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.J., M.A. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Eny Winarti, S. Pd., M. Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang selalau membantu peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang ada di Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang membekali peneliti selama kuliah.

6. Ibu Marciana Sarwi S. Pd. Sekalu kepala sekolah SD Kanisius Kintelan yang memberikan ijin melakukan penelitian serta membimbing peneliti selama melakukan penelitian

7. Ibu Hartini S. Pd. Selaku guru kelas III SD Kanisius Kintelan yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian.


(13)

8. Seluruh siswa kelas III SD Kanisius Kintelan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian peneliti.

9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Suwasdi dan Ibu Mugirah yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Adikku tercinta Rikha Novandari yang tidak pernah lelah membantu dan memberikan dukungan terhadap peneliti.

11.Orang terdekatku, yang selalu memotivasi dan mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-temanku yang tidak pernah lelah memberikan masukan terhadap peneliti.

13.Teman-teman kelas C angkatan 2009 pagi.

14.Pihak-pihak lain yang tidak peneliti ketahui namun memberikan sumbagan terhadap skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kesalahan yang peneliti lakukan baik penulis sengaja maupun tidak peneliti sengaja, hal ini terjadi karena tidak ada orang yang sempurna dalam melakukan suatu hal. Untuk itu peneliti dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna.

Yogyakarta, 27 November 2013

Peneliti


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Batasan Pengertian ... 7

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 8

2.1 KajianTeori ... 8

2.1.1Motivasi Belajar ... 8

2.1.2 Hasil Belajar ... 11

2.1.3 Teori Perkembangan Kognitif ... 17

2.1.4 Metode Demonstrasi ... 18

2.1.5 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 20

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 22


(15)

2.3 Kerangka Berfikir... 25

2.4 Hipotesis Tindakan... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.3 Rencana Tindakan ... 28

3.4 Indikator Keberhasilan ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Instrumen Penelitian... 35

3.7 Instrumen Pengumpulan Data ... 37

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

3.9 Teknik Analisis Data ... 52

3.10 Jadwal Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.2 Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90

5.3 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 96


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 24

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ... 27

Gambar 4.1 Grafik Ketercapaian Motivasi Siswa... 74

Gambar 4.2 Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 76


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 33

Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Pengumpulan data ... 37

Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas... 40

Tabel 3.4 Hasil Validitas dan Penilaian Silabus ... 41

Tabel 3.5 Hasil Validitas dan Penilaian RPP ... 43

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Divalidasi ... 44

Tabel 3.7 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda ... 46

Tabel 3.8 Hasil Validitas Soal Isian Singkat ... 46

Tabel 3.9 KIsi-kisi Soal Evaluasi ... 49

Tabel 3.10 Kriteria Kesukaran Item ... 50

Tabel 3.11 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Pilihan Ganda ... 50

Tabel 3.12 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Isian Singkat ... 51

Tabel 3.13 Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal Evaluasi ... 52

Tabel 3.14 Acuan PAP 1 ... 54

Tabel 3.15 Penghitungan Indikator 1 ... 55

Tabel 3.16 Kriteria PAP I Untuk Indikator 1 ... 55

Tabel 3.17 Penghitungan Indikator 2 ... 56

Tabel 3.18 Kriteria PAP I Untuk Indikator 2 ... 56

Tabel 3.19 Penghitungan Indikator 3 ... 57

Tabel 3.20 Kriteria PAP I Untuk Indikator 3 ... 57

Tabel 3.21 Pensekoran Soal Evaluasi ... 58

Tabel 3.22 Pembobotan Nilai Evaluasi ... 59

Tabel 3.23 Jadwal Penelitian... 60

Tabel 4.1 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 70


(18)

Tabel 4.2 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 71

Tabel 4.3 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 72

Tabel 4.4 Hasil Keseluruhan Indikator Motivasi ... 73

Tabel 4.5 Hasil Akhir Hasil Belajar Siswa ... 75

Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ... 77


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 96

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 98

Lampiran 3 Instrumen Pembelajaran Sebelum Divalidasi ... 100

Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran Setelah Divalidasi ... 113

Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 137

Lampiran 6 Contoh-contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 140

Lampiran 7 Contoh Rubrik Penilaian Afektif dan Psikomotorik... 157

Lampiran 8 Hasil Hitungan Indeks Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas ... 163

Lampiran 9 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 201

Lampiran 10 Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal ... 211

Lampiran 11 Hasil Kuesioner Motivasi Kondisi Awal ... 213

Lampiran 12 Hasil Belajar Siswa ... 217

Lampiran 13 Hasil Motivasi Belajar Siswa ... 221


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdapat enam hal yang akan dijelaskan oleh peneliti. Enam hal tersebut diantaranya adalah latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1.Latar Belakang Masalah

Di Indonesia ini sangat diperlukan orang-orang yang berpendidikan guna memajukan mutu pendidikan di Indonesia. Seperti yang diungkapan oleh Suparno (dalam Sukardjo, 2009 : 8) bahwa pendidikan di Indonesia diibaratkan sebagai mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang berada di jalan bebas hambatan, dengan kata lain bahwa pendidikan Indonesia ini di satu sisi mengalami masalah yang berat sedangkan di sisi lain memiliki tantangan di jaman yang modern ini. Maka dari itu, dalam dunia pendidikan diperlukan cara untuk menghadapi tantangan jaman modern ini, baik dengan menggunakan strategi, metode, ataupun teknik belajar yang tepat. Uno (2008 : 7) mengatakan bahwa pemilihan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Rosdijati (2010 : 90) mengemukakan bahwa untuk membantu siswa memahami materi pelajaran maka diperlukan model pembelajaran yang PAKEM. Pembelajaran yang PAKEM dapat membantu guru menciptakan pembelajaran yang variatif dan tidak membuat siswa bosan (Rosdijati, 2010 : 90). Dengan digunakannya metode-metode yang variatif, siswa mampu mengembangkan daya


(21)

berpikir kritis, kreatif, imajinatif, dan lebih aktif. Sukarjo (2009 :14) mengatakan tujuan pendidikan yang tertulis dalam UU Sisdiknas no. 22 tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang dapat memajukan negara, dan dapat menjadi generasi muda yang bermutu.

Siswa diharapkan mampu memiliki karakter seperti yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional di atas. Siswa mampu mencerminkan sikap-sikap yang baik dalam kehidupannya serta siswa mampu menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkannya. Selain itu dengan terwujudnya tujuan pendidikan nasional dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menghasilkan manusia yang bermutu. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa manusia itu akan dididik dari tingkatan paling rendah (Taman Kanak-kanak/TK) sampai tingkatan paling tinggi (Perguruan Tinggi).

Selama manusia mengalami proses pendidikan, diharapkan manusia mendapat layanan pendidikan yang baik. Layanan pendidikan yang diharapkan seperti siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan mendapatkan pengetahuan (Sukardjo, 2009 : 83). Layanan pendidikan yang diharapkan manusia tersebut tidak ditemukan di kelas III SD Kanisius Kintelan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di kelas III SD Kanisius Kintelan menjelaskan bahwa 5 siswa sulit memahami maksud sebuah pertanyaan terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang menuntut siswa untuk mempunyai kemampuan menghafal, terbukti Lima siswa tersebut memiliki nilai dibawah 50, (komunikasi pribadi, 25 Oktober 2012). Guru kelas III SD Kanisius Kintelan tersebut berusaha menggunakan cara mengajar yang inovatif. Namun


(22)

cara yang digunakan oleh guru masih belum efektif untuk meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa. Selain itu, untuk memudahkan guru kelas mengontrol kondisi siswa, guru kelas membagi kelas menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, dari yang mudah mengerti, cukup, dan sulit mengerti. Dengan pembagian seperti ini guru akan lebih mudah mendampingi siswa-siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar.

Dalam observasi 25 Oktober 2012, pembelajaran di kelas nampak ada 40% dari 24 siswa kurang memiliki keingginan untuk belajar IPS, contohnya siswa tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku pelajaran dan lain-lain. Hal lain yang nampak adalah 30% dari 24 siswa kurang memiliki keuletan dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut terlihat saat guru memberikan tugas siswa tidak dengan segera menyelesaikannya. Dalam belajar, siswa juga terlihat tidak mempunyai semangat untuk berusaha dan berhasil dalam belajar. Saat proses pembelajaran dikelas, terlihat seorang siswa saat diberi pertanyaan oleh guru tidak bisa menjawab, namun siswa itu hanya diam dan terlihat binggung. Lalu guru melemparkan pertanyaan kepada siswa yang lain, dan siswa itu juga, hanya diam dan bingung. Setelah itu guru mulai memancing agar siswa tersebut bisa menjawab, namun tetap saja siswa itu terlihat bingung. Dari hal yang dipaparkan diatas terlihat bahwa motivasi di kelas tersebut kurang baik. Data lain diperoleh dari hasil pretest motivasi yang dilakukan sebelum dilakukannya penelitian untuk indikator 1 yaitu siswa memiliki keingginan belajar hanya terdapat 9 siswa dari 24 dengan persentase 37,50%, untuk indikator 2 yaitu siswa memiliki keuletan dalam menyelesaikan tugas terdapat 10 siswa dari 24 siswa dengan persentase 41,66%,


(23)

dan untuk indikator 3 yaitu siswa memiliki tujuan belajar terdapat 8 siswa dari 24 siswa dengan persentase 33,3% (lihat lampiran 11 hal 210).

Selain observasi yang dilakukan dikelas, peneliti juga melakukan observasi dokumen nilai. Peneliti melakukan observasi dokumen nilai pada tanggal 2 November 2012 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas KKM dalam UTS yang dilakukan sekolah adalah 62,5% atau sekitar 15 anak, dengan rata-rata kelas 68,54. Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa masih ada 33,5% siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa, agar hasil belajar siswa yang melampaui KKM bertambah.

Berdasarkan bukti-bukti di atas, siswa kelas III SD Kanisius Kintelan perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya. Hal yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya dengan menggunakan metode-metode belajar yang lebih inovatif dan bisa merangsang siswa untuk berpikir kritis dan juga kreatif. Menurut Simamora (2009 : 54) metode-metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran yaitu, metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode simulasi, metode demonstrasi. Metode-metode tersebut merupakan metode yang cukup baik untuk digunakan dalam sebuah pembelajaran, namun peneliti akan fokus pada penggunaan metode demonstrasi dalam penelitiannya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan, metode demonstrasi merupakan metode yang efektif dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, dalam metode demonstrasi penyajian materi dilakukan dengan menghadirkan bendanya langsung (Simamora, 29 : 54).


(24)

Dengan demikian untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan, peneliti akan menggunakan metode demonstrasi. Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran telah terbukti mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, seperti penelitian dilakukan oleh Ervinasari (2011) membuktikan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Muhammadiyah Kemadang. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul penelitian peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi.

1.2.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti hanya membatasi penelitiannya pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi.

1.3.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, secara umum masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius Kintelan tahun ajaran 2012/2013?

1.3.2. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius Kintelan tahun ajaran 2012/2013?


(25)

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti mempunyai tujuan yang diharapkan :

1.4.1. Meningkatkan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi tahun ajaran 2012/2013.

1.4.2. Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi tahun ajaran 2012/2013.

1.5.Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas, diharapk;an hasil penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:

1.5.1. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru tentang metode-metode baru yang inovatif dan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS.

1.5.2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan alternatif pembelajaran IPS.

1.5.3. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat membantu siswa dengan mudah memahami materi IPS dengan menggunakan metode demonstrasi. 1.5.4. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti untuk

mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selain itu peneliti juga akan mendapat informasi baru penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran.


(26)

1.6.Batasan Pengertian

1.6.1. Motivasi belajar adalah dorongan intrinsik dan ekstrinsik dalam diri anak untuk berhasil dalam belajar.

1.6.2. Hasil belajar adalah suatu komponen dalam pembelajaran dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pembelajar

1.6.3. Metode demonstrasi adalah sebuah cara menyapaikan materi dengan cara memperagakan barang, kejadian, dan urutan dalam suatu kejadian baik dilakukan langsung maupun tidak langsung.


(27)

8

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Bagian tinjauan literatur terdpat empat hal yang dijelaskan oleh peneliti. Empat hal tersebut diantaranya kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, hipotesis tindakan.

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Motivasi Belajar

Uno (2007 : 23) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan dua hal yang saling berpengaruh. Motivasi tersebut timbul karena faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perubahan tingkah lakunya. Selain itu Siregar (2011 : 51) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan penggerak psikis dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar serta menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Dengan demikian, motivasi belajar merupakan suatu hal yang mempengaruhi psikis siswa atau mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar.

2.1.1.1. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran

Uno (2007 : 27 – 29) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan sebuah alat bantu bagi seseorang dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Di bawah ini terdapat peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yaitu : 1) peranan motivasi dalam menentukan penguatan belajar, peranan ini dapat diartikan sebagai suatu cara


(28)

untuk mengingatkan tentang pelajaran yang sudah berlalu dan masih dibutuhkan saat itu, 2) peranan motivasi memperjelas tujuan belajar, peranan ini dapat diartikan sebagai suatu cara untuk memperjelas tujuan belajar yang mengaitkan pada belajar bermakna. Dapat dijelaskan bahwa orang yang termotivasi akan terus-menerus belajar hal-hal yang ingin dia tekuni dan juga bermanfaat, 3) motivasi menentukan ketekunan belajar, seseorang yang sudah termotivasi, maka orang itu akan terus menerus belajar dengan baik dan tekun, dengan harapan dapat memperoleh hasil yang baik.

2.1.1.2. Cara memotivasi yang dapat dilakukan di dalam kelas

Fudyartanto (2002 : 290 – 294) memberikan beberapa teknik untuk memotivasi siswa di dalam kelas, yaitu : 1) memakai prinsip senang dan tidak senang, 2) memakai hadiah dan hukuman, 3) level aspirasi, 4) memakai kompetisi dan kerjasama, 5) pemakaian hasil belajar sebagai umpan balik, 6) memakai pujian dan celaan, 7) guru menciptakan hal-hal baru dalam mengajar, 8) menyiapkan tujuan belajar, 9) tidak menggunakan prosedur-prosedur yang menekan siswa, 10) menggunakan contoh-contoh yang hidup, model-model yang menarik, 11) mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari sebelas cara memotivasi siswa yang dapat dilakuan oleh guru diatas dapat peneliti gunakan dalam melakukan penelitian terhadap siswa kelas III di SD Kanisius Kintelan.

2.1.1.3. Indikator Motivasi

Berdasarkan penjelasan tentang pengertian, peranan motivasi dan cara untuk memotivasi siswa, penulis akhirnya menentukan indikator-indikator motivasi.


(29)

Indikator-indikator tersebut ditentukan berdasarkan pendapat beberapa ahli seperti di bawah ini.

Seseorang dapat dikatakan termotivasi, jika seseorang tersebut memiliki daya dorong dari dalam dirinya. Daya dorong tersebut dapat bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Uno (2007 : 23) mengatakan ada beberapa indikator motivasi belajar yaitu: adanya hasrat dan keingginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif. Aritonang (2008: 14) berpendapat lain bahwa motivasi belajar siswa meliputi 1) ketekunan dalam belajar, 2) ulet dalam menghadapi kesulitan, 3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar dan 4) partisipasi dalam belajar.

Sardiman dalam Herline (2009: 81) menjelaskan beberapa indikator motivasi belajar sebagai berikut: 1) tekun menghadapi tugas, hal ini terlihat saat siswa dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama serta tidak akan berhenti sebelum menyelesaikannya, 2) ulet menghadapi kesulitan, akan terlihat saat siswa mampu menghadapi kesulitan, tidak mudah putus asa dan selalu berjuang dalam menghadapi kesulitannya, 3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah seperti siswa memiliki minat terhadap belajar yaitu untuk mempelajari sesuatu sampai mengerti, 4) lebih senang bekerja mandiri, dalam hal ini siswa yang memiliki motivasi itu tidak selalu bekerja secara mandiri, namun dilain sisi orang yang memiliki motivasi itu dapat belajar bersama dan tidak individual, 5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, Siswa yang memiliki motivasi akan


(30)

merasa bosan jika proses pembelajaran di kelas dilakukan secara rutin tanpa adanya pergantian cara belajar atau dapat dikatakan menggunakan pembelajaran yang kurang inovatif dan dilakukan secara terus menerus, 6) dapat mempertahankan pendapatnya, siswa yang sudah termotivasi dan merasa yakin terhadap sesuatu maka ia akan selalu mempertahankan pendapatnya, 7) tidak mudah melepas hal yang diyakini itu, seorang siswa yang termotivasi maka ia akan mempertahankan pendapatnya dan tidak akan mudah melepas sesuatu yang dianggap benar. 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal, Siswa yang termotivasi ini akan lebih suka mencari tahu sesuatu yang baru serta senang memecahkan masalah dengan cara-cara tertentu baik berdiskusi bersama teman, mencari sumber lain dan bekerjasama dengan teman untuk menyelesaikan tugas. Dari paparan indikator-indikator yang ungkapkan oleh para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan beberapa indikator yang akan digunakan dalam penelitiannya seperti : memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas, memiliki tujuan belajar.

2.1.2. Hasil Belajar

Peneliti akan membahas beberapa hal dalam sub-bab hasil belajar seperti, pengertian hasil belajar dan taksonomi hasil belajar.

2.1.2.1. Pengertian hasil belajar

Purwanto (2009 : 38) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Tujuan pendidikan bersifat ideal, tetapi hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar adalah bentuk realisasi dari tujuan pendidikan. Sehingga hasil belajar dapat diukur


(31)

berdasarkan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Pendapat lain diungkapkan oleh Sudjana (2009 : 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa tersebut mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Purwanto (2009 : 39) menjelaskan bahwa dalam belajar pasti akan menimbulkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat terjadi dengan melakukan proses pembelajaran. Untuk memudahkan cara memahami dan mengukur perubahan perilaku siswa maka perilaku jiwa manusia dibagi menjadi 3 domain atau ranah yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai setelah pembelajaran dapat berupa hasil utama pengajaran ataupun hasil pengiring pengajaran. Hasil utama pengajaran adalah hasil yang didapat sesuai dengan apa yang direncanakan, sedangkan hasil sampingan pengajaran adalah hasil diluar apa yang telah direncanakan.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu komponen dalam pembelajaran dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pembelajar. Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hasil belajar itu bisa berupa perubahan perilaku dalam diri anak yang mencakup 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Widoyoko (2009 : 29) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti dapat melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan meningkatkan kualitas sistem penilaiannya. Djemari dalam Widoyoko (2009 : 29) berpendapat bahwa


(32)

kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menggunakan strategi belajar yang baik dan mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Menurut Sudjana (2009 : 9) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar harus dilakukan senantiasa atau setiap saat terjadi proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar yang berkesinambungan akan memberikan hasil penlilaian yang teratur.

2.1.2.2. Taksonomi Hasil Belajar

Purwanto (2009 : 50-51) mengungkapkan taksonomi hasil belajar ada 3 yaitu, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan menerima stimulus eksternal, penyimpanan dan pengolahan data di otak hingga penggunaan kembali hasil olahan data untuk menyelesaikan masalah. Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal, karena perubahan perilaku kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Para ahli seperti Bloom megklasifikasikan tingkatan dalam ranah kognitif, diantaranya : hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), evaluasi (evaluation).

Tarlinton, Anderson dan Krathwohl (dalam Supratiknya, 2012 : 8 ) merevisi taksonomi hasil belajar kognitif miliknya Bloom, yaitu : menghilangkan tahap kelima yaitu sintesis, kemudian mengeser tahap keenam evaluasi dan menambahkan tahap mencipta menjadi tahap keenam. Selain itu dalam revisi


(33)

Anderson dan Krathwohl juga mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.

Krathwohl dalam Purwanto (2009 : 51 - 52) membagi hasil belajar afektif menjadi 5 tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Penerimaan adalah kesedian memberikan perhatian pada rangsangan yang datang. Partisipasi adalah kesedian memberikan respon dengan bentuk partisipasi. Penilaian adalah kesedian menentukan pilihan sebauh nilai untuk rangsangan. Organisasi adalah kesediaan mengelompokkan nilai-nilai yang dipilih sebagai pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai adalah menjadikan pengelompokan nilai bukan hanya sekedar menjadi pedoman tetapi sebagai bagian dalam diri individu tersebut.

Supratiknya (2012 : 12 - 14) mengacu pada taksonomi tahap afektif milik Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi ini mengelompokan emosi aau perasaan siswa terhadap penggalaman belajar mereka baik di dalam maupun di luar kelas, atau cara siswa menanggapi orang, benda, atau situasi dengan menggunakan perasaan. Tahapan taksonomi hasil belajar afektif tersebut meliputi : menginternalisasi nilai-nilai, mengorganisaasikan nilai-nilai, memberikan nilai atau memandang bernilai, memberikan respon terhadap fenomena tertentu, menerima fenomena tertentu.

Harrow dalam Purwanto (2009 : 52 - 53) membagi hasil belajar psikomotorik menjadi 6, yaitu : gerak refleks, gerak fundamental, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Sedangkan menurut Simpson dalam Purwanto (2009) membagi hasil belajar


(34)

psikomotorik menjadi 6, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

Taksonomi ranah psikomotor mencakup kemampuan menggunakan aneka keterampilan motor, koordinasi, dan gerakan fisik. Pengembangan keterampilan ini harus dilakukan praktik atau latihan, dan hasilnya dapat diukur dari peningkatan kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, atau teknik dalam melaksanakan tugas atau aktivitas motor tertentu. Taksonomi ranah psikomotorik ini hanya bisa dikembangkan oleh timnya Bloom secara terbatas, karena tim Bloom tidak memiliki pengalaman mengajarkan ranah keterampilan psikomotorik ini. Namun, ada ahli lain yang lebih ahli di binang ini, yaitu Simpson. Simpson mengembangkan taksonomi ranah psikomotorik yang mencakup tujuh kategori untuk menuntaskan gagasan Bloom dan kawan-kawan (Supratiknya, 2012 : 7 - 23). Taksonomi tujuan pengajaran ranah kognitif menurut Simpson yaitu : mampu menghasilkan gerakan baru, mampu beradaptasi, mampu melakukan respon kompleks secara lancar, mampu melaksanakan respon secara mekanik, mampu melakukan respon tertentu dengan bimbingan guru, memiliki kesiapan untuk bertindak, mampu mempresepsikan.

Dari kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki taksonomi hasil belajar yang sama. Isi taksonomi hasil belajar mereka juga hampir mirip, namun ada beberapa hal yang berbeda. Seperti pada ranah kognitif dalam Purwanto tidak ada tahapan mencipta namun, dalam Supratiknya ada tahapan mencipta dan menghilangkan tahap sintesis.


(35)

2.1.2.3. Prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar

Sudijono (2011 : 31) berpendapat bahwa suatu pelaksanaan evaluasi hasil belajar akan terlaksana dengan baik dan akan berhasil harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini : 1) prinsip keseluruhan, 2) prinsip kesinambungan, 3) prinsip obyektivitas. Prinsip keseluruhan merupakan suatu pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara meyeluruh mencakup aspek-aspek yang dapat mengambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku siswa. Aspek-aspek yang harus diperhatikan bukan hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik. Dalam prinsip kesinambungan merupakan pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara teratur dan sambung-menyambung. Dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara teratur, terencana, dan terjadwal, maka dimungkinkan evaluator (guru) dapat menperoleh data untuk mengetahui dan memantau perkembangan siswa. Selain kedua prinsip di atas juga dijelaskan prinsip yang ketiga yaitu prinsip obyektivitas. Prinsip obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subyektif. Prinsip ketiga ini sangat penting dan harus teliti dalam pelaksanaannya, karena jika sampai terselip faktor-faktor yang bersifat subyektif, akan merusak keaslian evaluasi hasil belajar tersebut.

2.1.2.4. Ciri-ciri evaluasi hasil belajar

Sudijono (2011 : 33 – 48) berpendapat bahwa evaluasi belajar merupakan suatu bidang kegiatan, maka dari itu evaluasi hasil belajar memiliki ciri-ciri khas dan yang membedakan dari bidang kegiatan yang lain. Ciri pertama, pengukuran


(36)

hasil belajar dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua, penilaian evaluasi hasil belajar siswa pada umumnya menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif atau menggunakan angka-angka. Ciri ketiga, kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap. Unit-unit yang tetap tersebut diguanakan berdasarkan pada teori yang menyatakan populasi peserta didik bersifat heterogen, sehingga jika digambarkan dalam kurva akan terlukis dalam bentuk kurva normal. Ciri keempat, prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu akan bersifat relatif, dimana hasilnya tidak akan selalu sama atau tetap. Ciri kelima, dalam kegiatan evaluasi hasil belajar akan sering terjadi kekeliruan (error).

2.1.3. Teori Perkembagan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif milik Jean Piaget. Teori perkembangan Piaget dikelompokkan dalam beberapa tahapan, diantaranya tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Tahapan-tahapan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak dapat dipisahkan. Urutan tahapan juga tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahapan sesudahnya mengambarkan terbentuknya tahapan sebelumnya (Suparno, 2012 : 24-25).

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti akan menggunakan metode demonstrasi sebagai cara untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Peneliti menentukan metode demonstrasi sebagai cara atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dengan sebelumnya menempatkan siswa yang akan digunakan sebagai subyek penelitian dalam tahap


(37)

perkembangan yang sesuai. Sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, siswa kelas III termasuk dalam tahapan operasi konkret, karena umurnya yang masih sekitar 7 -11 tahun ( Suparno, 2012 : 69).

Suparno (2012 : 69) menjelaskan bahwa tahapan operasi konkret dapat dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang bersifat logis. Tahap operasi konkret juga ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa yang dilihat mata atau nyata. Selain itu pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah, karena anak sudah dapat berpikir seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan anak mampu menyimpulkan. Namun demikian, pemikiran-pemikiran yang logis hanya dapat diterapkan pada benda-benda yang konkret, belum pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak (Suparno, 2012 : 86).

2.1.4. Metode Demonstrasi

2.1.4.1. Pengertian Metode Demonstrasi

Demonstrasi dapat diartikan sebagai peragaan, sedangkan metode merupakan suatu cara. Syah dalam Simamora (2009 : 57) menjelaskan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar dengan memperagakan suatu benda, aturan, kejadian dan urutan menggunakan sesuatu, baik secara langsung maupun dengan menggunakan media tertentu. Hal serupa juga diungkapkan oleh Djamarah dalam Simamora (2009 : 57) yaitu metode demonstrasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperagakan suatu proses atau cara kerja suatu benda berkenaan dengan suatu bahan ajar. Demonstrasi tidak selalu harus dilakukan oleh guru. Antar siswa juga perlu melakukannya sendiri, terutama


(38)

percobaan yang mudah dan tidak memerlukan suatu keterampilan yang tinggi dan khusus (Jasmadi, 2010 :19). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah sebuah cara menyampaikan materi dengan cara memperagakan barang, kejadian, dan urutan dalam suatu kejadian baik dilakukan langsung maupun tidak langsung.

Dalam penelitian ini peneliti memilih metode demonstrasi sebagai cara atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pemilihan metode demonstrasi sebagai cara atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar juga didasarkan pada tahap perkembangan operasi konkret. Hal ini didukung bahwa siswa kelas III masih masuk dalam tahapan operasi konkret, dimana siswa akan lebih mudah memahami materi yang disajikan dengan benda nyata atau konkret. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti memberikan contoh kegiatan jual beli secara langsung dengan menggunakan metode demonstarsi.

2.1.4.2. Kelebihan metode demonstrasi

Sanjaya (2006 : 150) berpendapat bahwa kelebihan metode demonstrasi meliputi beberapa hal yaitu 1) perhatian siswa akan tertuju pada hal-hal yang dianggap penting dan perlu dipahami oleh siswa. Sehingga para siswa dapat menangkap maksud dari pengajar, 2) siswa mendapat persepsi yang jelas, karena siswa dapat melihat secara langsung, 3) siswa akan mendapat pengalaman praktik guna mengembangkan pengalaman dan keterampilannya, 4) pertanyaan siswa akan terjawab langsung selama proses demonstrasi. Selain itu Djamarah dalam Simamora (2009 : 57) berpendapat lain bahwa kelebihan metode demonstrasi


(39)

diantara yaitu membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu kegiatan, memudahkan pemahaman terhadap suatu penjelasan, dan membantu memperbaiki kesalahan yang terjadi saat kegiatan ceramah dengan melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebebarnya.

2.1.4.3. Kelemahan metode demonstrasi

Sanjaya (2006 : 151) berpendapat bahwa kekurangan metode demonstrasi, diantaranya 1) demonstrasi akan menjadi metode yang kurang tepat apabila alat-alat yang didemonstrasikan tidak memadai atau tidak sesuai kebutuhan, 2) menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan tidak dapat menjadikan aktivitas itu sebagai pengalaman yang berharga, 3) tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

2.1.5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.5.1. Hakikat IPS

Para ahli yang mengemukakan bahwa sifat-sifat kemanusian itu dipelajari. Seperti yang diungkapkan oleh Perry & Seidler dalam Suradisastra, dkk (1992 : 6) bahwa proses belajar terhadap sifat-sifat manusia itu berasal sejak manusia masih muda atau kanak-kanak. Proses tersebut didapat dari interaksi antara anak dengan orang dewasa.

Dengan adanya pembahasan tentang manusia, IPS mengenalkan kepada peserta didik untuk hidup bertanggungjawab sosial. Manusia akan menyadari bahwa dalam hidup pasti ada permasalahan-permasalahan sosial yang datang.


(40)

Dari pembahasan diatas telah nampak bahwa IPS merupakan suatu kajian yang mempelajari manusia dan dunia.

IPS mempunyai tujuan yang berkesesuaian yaitu mengupayakan manusia menjadi warga yang baik. Namun untuk menjadi warga yang baik itu terlalu luas. Maka dengan demikian Barr, Barth dan Shermis dalam Suradisastra (1992 : 7) menunjukan bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu tidak hanya merupakan suatu pemikiran, melainkan ada tiga tradisi dalam IPS, tradisi tersebut adalah 1) pewarisan budaya yang bersifat indoktrinatif dalam menyajikan bahan belajar. Indoktrinatif adalah semua pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam kondisi belajar yang tidak kritis, 2) tradisi ilmu sosial itu penurunan dari salah satu Ilmu Sosial. Jadi IPS dalan tradisi ini bersifat reduktif, 3) inkuiri reflektif yang didasarkan pada pemikiran reflektif dari Jhon Dewey. Dalam hal ini kewargaan tercermin dari kemampuannya untuk memecahkan masalah dalam suasana lingkungan yang melandaskan diri pada nilai. Bukan masalah baik atau buruk, namun tentang bagaimana cara menelaah nilai dengan tepat.

Berdasarkan bahasan di atas nampak sangat jelas bahwa IPS mencakup hal yang luas, namun cakupan itu tak seluas Ilmu Sosial. Suradisastra (1992 : 8) mengungkapkan bahwa Ilmu sosial mengacu pada keseluruhan kehidupan interpersonal siswa, yang meliputi pengajaran sosial siswa baik di rumah, sekolah dan masyarakat. Melihat dari hal diatas, IPS hanya merupakan salah satu wahana pengajaran yang memberikan sumbangan kepada Ilmu Sosial


(41)

Tujuan pengajaran IPS harus diturunkan dari tujuan pendidikan nasional. Untuk mengkonkretkan tujuan pengajaran IPS kita perlu melihat tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam ranah kognitif : pembelajaran IPS bukan hanya meliputi hafalan yang perlu dihafalkan oleh siswa, melainkan berisi cara mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif. Dalam ranah afektif : siswa diharapkan mampu berkiprah yang benar dalam hidup. Menurut Preston & Herman dalam Suradisastra (1992 : 9) mengemukakan hal penting dalam tujuan afektif, yaitu nilai dan sikap terhadap pengetahuan dan juga nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan. Dalam ranah psikomotorik : tujuan keterampilan yang dapat diraih dalam pengajaran IPS adalah keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan nilai serta sikap.

Supriya (2009 : 194) mengemukakan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS diantaranya : 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majenuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

2.2. Penelitian Yang Relevan

Sundari (2009) melakukan penelitian terhadap siswa kelas III A3 SD Tarakanita 1 Bumijo pada semester II tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini


(42)

meneliti tentang peningkatkan kemampuan siswa untuk mengenal pecahan sederhana dengan menggunakan metode demonstrasi. Peneliti ini dilakukan selama 2 minggu dengan 2 siklus dan setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Dalam siklus satu dilakukan metode demonstrasi terbimbing dan mendapat hasil yang baik, namun kurang melibatkan siswa penuh dalam demonstrasi. Dalam siklus dua dilakukan metode demonstrasi mandiri. Hasil penelitiannya adalah kemampuan siswa dalam mengenal pecahan sederhana meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi. Untuk itu, penelitian ini relevan untuk digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang akan peneliti lakukan.

Erfinasari (2012) melakukan penelitian terhadap siswa kelas I di SD Muhamadiyah Kemadang dalam mata pelajaran IPA tentang materi energi. Penelitian ini menerapkan metode dmonstrasi dalam pembelajarn guna meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, dimana siklus pertama dilakukan selama 1 minggu sedangkan siklus 2 juga dilakukan selama 1 minggu. Hasil dari penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa dalam materi energi meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi. Dengan demikian penelitian ini relevan untuk digunakan referensi dalam penelitian yang akan peneliti lakukan.

Pramunindya (2011) melakukan penelitian terhadap siswa kelas V SD Negeri Daratan dalam mata pelajaran IPA tentang sifat cahaya. Penelitian ini menerapkan metode demonstrasi eksperimen. Penelitian yang dilakukan Pramunindya dilakukan dalam 2 siklus, siklus pertama dilakukan 3 kali pertemuan dan siklus


(43)

kedua dilakukan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Daratan dengan menggunakan metode demonstrasi eksperimen. Dengan demikian penelitian ini relevan untuk digunakan peneliti sebagai referensi dalam melakukan penelitian.

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Sundari

- Variabel penelitian : kemampuan siswa untuk memahami materi pecahan sederhana.

- Treatment : metode demonstrasi - Hasil penelitian : ada peningkatan

kemampuan siswa memahami materi pecahan sederhana.

Penelitian oleh Erfinasari

- Variabel penelitian : keaktifan dan

hasil belajar.

- Treatment : metode demonstrasi - Hasil penelitian : ada peningkatan

keaktifan dan hasil belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti Variabel : motivasi dan hasil belajar

Treatment : metode demonstrasi

Penelitian oleh Pramunindya

- Variabel penelitian : hasil belajar.

- Treatment : metode demonstrasi eksperimen

- Hasil penelitian : ada peningkatan hasil belajar.

- Hasil penelitian : ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar.


(44)

2.3. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan jenis pembelajaran yang mengutamakan hafalan. Materi dalam pelajaran IPS banyak yang harus dihafal oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam kenyataannya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, namun kadang guru mengombinasikan dengan metode yang inovatif. Penggunaan metode yang inovatif tersebut belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPS kelas III SD Kanisius Kintelan.

Penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPS, diharapkan mampu membantu siswa dalam memahami materi. Selain itu penggunaan metode demonstrasi dalam belajar akan membantu meningkatkan motivasinya dalam belajar IPS. Metode demonstrasi selain bisa membuat siswa termotivasi, juga dapat membuat siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, materi yang tersampaikan melalui pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi tersebut dapat membekas dipikiran siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi selain dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, juga dapat menarik perhatian siswa terhadap materi atau bahkan terhadap mata pelajaran IPS.

2.4. Hipotesis Tindakan


(45)

a. Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dalam belajar, metode demonstrasi digunakan melalui pengamatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran yang belangsung. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa menjadi termotivasi untuk belajar dan antusias dalam mengikuti pelajaran.

b. Selain itu metode demonstrasi juga digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan, melalui kegiatan observasi terhadap demonstrasi kegiatan jual beli secara langsung. Kegiatan yang dilakukan ini dapat membantu siswa memahami materi secara tidak sengaja dan materi yang disampaikan akan mudah dimengerti oleh siswa.


(46)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan saya gunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Muslich (2012 : 6) Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang wajib dan harus bisa dilakukan oleh setiap guru, karena dalam kegiatan pembelajaran guru pasti akan menemukan-menemukan permasalahan. Permasalahan-permasalahan itu dapat diselesaikan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang reflektif yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan 1 siklus. Satu siklus dilakukan selama 1 minggu dengan tiga jam pelajaran di setiap pertemuan.


(47)

Penelitian ini akan dilakukan dalam 1 siklus. Menurut Taniredja, 2010) langkah-langkah dalam proses penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart yang akan dilakukan oleh guru meliputi perencanaan, tindakan,

observasi/pengamatan, refleksi.

3.2. Setting Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah SD Kanisius Kintelan yang beralamat di Jalan Ireda no. 18 Yogyakarta.

3.2.2. Obyek Penelitian

Penelitian ini akan meneliti tentang motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas III.

3.2.3. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan, pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas III ada 24 anak, dengan 12 laki-laki dan 12 perempuan.

3.3.Rencana Tindakan

Penelitian dilaksanakan dalam 1 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan setiap pertemuan 3 jam pelajaran (3 JP), alokasi waktu setiap 1 jam pertemuan adalah 40 menit. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah :


(48)

3.3.1. Persiapan

Tahapan perencanaan merupakan tahapan awal yang akan dilakukan sebelum melakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan perencanaan diantaranya:

1. Permintaan Ijin kepada Kepala Sekolah

Permintaan ijin dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan disetujui oleh Kepala Sekolah. Selain permintaan ijin kepada Kepala Sekolah, peneliti juga melakukan permintaan ijin kepada guru kelas III SD K Kintelan.

2. Wawancara

Wawancara terhadap guru kelas III dimaksudkan untuk mengetahui kondisi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS. selain melakukan wawancara dengan guru peneliti juga melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung.

3. Indentifikasi Masalah

Setelah di lakukan wawancara dan observasi kegiatan belajar mengajar, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas III SD Kanisius Kintelan, merumuskan masalah dan selanjutnya dapat ditindaklanjuti.

4. Pengkajian Materi

Pengkajian materi dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian.


(49)

3.3.2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Penelitian ini menggunakan model PTK Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4 langkah dalam setiap siklusnya. Empat langkah tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan dari empat langkah tersebut yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini :

Siklus 1

1. perencanaan

Setelah peneliti mengetahui masalah dan merumuskan masalahanya, maka peneliti menyusunan rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan dalam 1 siklus. Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan instrumen perangkat pembelajaran seperti, Silabus, RPP, LKS, penyusunan soal evaluasi. Selain itu peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian motivasi belajar siswa dengan membuat kuesioner motivasi belajar siswa. Setelah peneliti selesai menyusun instrumen perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, peneliti meminta bantuan dosen, kepala sekolah dan guru untuk memvalidasi instrumen tersebut.

2. Pelaksanaan/tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini, guru kelas III yang melakukan kegiatan belajar mengajar dibantu oleh peneliti. Pada pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam 3 jam pelajaran, setiap jam pelajaran memiliki alokasi waktu 40 menit.


(50)

Pada pertemuan pertama, guru memperlihatkan siswa demonstrasi langsung kegiatan jual beli. Demonstrasi langsung kegiatan jual beli dilakukan oleh pedagang di kantin sekolah. Selain siswa diajak melihat demonstrasi langsung kegiatan jual beli, siswa juga diajarkan untuk melakukan wawancara terhadap pedagang tersebut. Setelah kegiatan tersebut guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil dari kelompoknya.

Pertemuan kedua, guru mengajarkan siswa untuk melakukan kegiatan demonstrasi mandiri. Kegiatan demonstrasi mandiri ini merupakan kegaiatan yang mengikutsertakan siswa dalam melakukan kegiatan demonstrasi. Demonstrasi mandiri mencakup kegiatan siswa untuk melakukan kegitaan jual beli. Tugas dari masing-masing kelompok adalah melakukan kegiatan jual beli dan juga melakukan observasi terhadap kelompok yang lain. Setelah selesai kegiatan jual beli, siswa diminta menceritakan kegiatan apa saja yang mereka lakukan dan kesulitan yang dialami. Di akhir pelajaran guru melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan 24 soal yang dibagi menjadi dua yaitu 14 soal pilihan ganda dan 10 soal isian singkat.

3. Observasi

Observasi kegiatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara kegiatan belajar mengajar dengan pencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, observasi juga digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa


(51)

selama kegiatan berlangsung, mencatat semua kejadian selama proses berlangsug. Dalam kegiatan observasi, peneliti juga menggunakan rubrik untuk mengukur aspek afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu observasi dilakukan guna membantu peneliti untuk merefleksikan kegiatan penelitiannya.

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi, peneliti melakukan analisis-analisis hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Analisis tersebut meliputi hal-hal berikut yaitu mengevaluasi penemuan selama proses pembelajaran berlangsung, menganalisis data yang diperoleh selama proses pembelajaran, menarik kesimpulan atas peningkatan hasil belajar siswa dalam siklus 1. Hasil refleksi siklus 1 digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa seperti dan jika hasil siklus 1 belum mencapai target maka akan dilanjutkan dengan siklus 2.

3.4.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan suatu paparan data dari data awal, target yang harus dicapai dari suatu penelitian dan hasil dari suatu penelitian (data akhir). Kondisi awal dan target yang diharapkan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut:


(52)

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan

Indikator Deskripsi Kondisi

awal Target Instrumen

MOTIVASI 1. Memiliki

keinginan belajar

Jumlah siswa yang

mendapatkan skor motivasi minimal cukup memiliki keinginan belajar dibagi jumlah seluruh siswa x 100%

37,5% 45%

Non Tes 2. Ulet

menghadapi tugas

Jumlah siswa yang

mendapatkan skor motivasi minimal cukup ulet dalam menghadapi tugas dibagi jumlah seluruh siswa x 100%

41,66% 55%

3. Memiliki tujuan belajar

Jumlah siswa yang

mendapatkan skor motivasi minimal cukup memiliki tujuan belajar dibagi jumlah seluruh siswa x 100%

33,33% 40%

HASIL BELAJAR 1. Jumlah siswa

yang lulus

KKM

Jumlah siswa yang memiliki nilai minimal 65 dibagi jumlah seluruh siswa dikali 100%.

60% 65%

Tes 2. Rata-rata kelas Rata-rata kelas menjadi

meningkat 71,67 72,5

Kondisi awal dari variabel motivasi diperoleh dari hasil rata-rata dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan hasil pretes dengan menggunakan angket. Sedangkan untuk variabel kedua data awal diperoleh dari hasil nilai ujian tengah semester.


(53)

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan berbagai setting, sumber dan cara (Sugiyono, 2010 : 308). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik penggumpulan data dengan observasi, wawancara, kuisioner dan tes.

3.5.1. Observasi

Sudijono (2011 : 76) menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu alat pengumpulan data, dimana peneliti mencatat semua kejadian yang terjadi selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi. Penggunaan teknik pengumpulan data observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Penggunaan teknik pengumpulan data observasi dilakukan dengan mencatat siswa yang bertanya, siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, dan lain sebagainya.

3.5.2. Wawancara

Sudijono (2011 : 82) menjelaskan bahwa wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah dan tujuan yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini selain peneliti menggunakan teknik penggumpulan data dengan observasi, peneliti juga menggunakan wawancara sebagai penggumpulan data sekunder, karena wawancara hanya dilakukan untuk melengkapi data saja.


(54)

3.5.3. Kuesioner (angket)

Sudijono (2011 : 84) menjelaskan bahwa kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan item-item pernyataan secara tertulis. Selain kedua teknik pengumpulan data diatas, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket. Angket digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa, sebelum dilakukannya pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai.

3.5.4. Tes

Goodenough dalam Sudijono (2011 : 67) menjelaskan bahwa tes merupakan serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan tujuan untuk membandingkan kecakapam mereka satu persatu. Tes berfungsi mengukur kemampuan siswa dan mengukur keberhasilan suatu program pembelajaran. Penggunaan tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

3.6.Instrumen Penelitian

Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa instrument penelitian merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengumpulkan data penelitian yang sebaik mungkin. Untuk itu instrumen penelitian juga harus mempunyai kualitas yang baik pula. Instrumen penelitian yang baik itu, sebaiknya diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian dimaksudkan untuk mengetahui keabsahan dan kelayakan suatu instrumen penelitian. Dalam


(55)

penelitian ini peneliti akan menggunakan 2 jenis instrumen penelitian, yaitu non tes dan tes.

Instrumen penelitian non tes, peneliti menggunakan angket motivasi. Angket motivasi itu mengacu pada indikator motivasi. Angket motivasi tersebut digunakan sebagai pengumpulan data untuk mengukur motivasi siswa dalam belajar IPS. Dalam angket motivasi peneliti menggunakan bentuk emoticon yang memiliki skor, skor disusun berdasarkan skala likert. Skala likert merupakan skala yang mengukur obyek penelitian (Sudijono, 2011 : 85). Masidjo (2010 : 67) brpendapat bahwa penilaian terhadap sikap siswa menggunakan angka yang menunjukkan mutu sikap siswa tersebut. Untuk mutu yang baik sekali diberikan nilai 5 (lima), dan yang sangat kurang diberika nilai 1 (satu). Dalam skala nilai ini nilai 3 tidak digunakan karena nilai 3 merupakan nilai netral, dan kebanyakan siswa memilih nilai aman (netral).

Untuk instrumen tes, peneliti menggunakan jenis tes tertulis. Kusumah (2007 : 78) dalam tes tertulis terdapat beberapa bentuk seperti pilihan ganda, isian singkat, dan uraian. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan bentuk pilihan ganda dan isian singkat. Tes yang dibuat mengacu pada indikator yang sesuai dengan materi kegiatan jual beli. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

3.7. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.


(56)

Tabel 3.2 Variabel Penelitian Dan Pengumpulan Data No. Variabel Kriteria Jenis

Penelitian Instrumen Penelitain Teknik pengumpulan data

1 Motivasi Motivasi belajar siswa yang akan diukur terdiri dari 3 indikator: 1. Memiliki keinginan belajar 2. Ulet menghadapi tugas 3. Memiliki tujuan belajar

Non Tes Lembar

kuesioner

Penyebaran keusioner

2 Hasil Belajar

1. Presentase jumlah siswa yang mencapai KKM

2. Rata-rata kelas

Tes dan non tes Tes tertulis (pilihan ganda dan isian singkat) dan rubrik penilaian afektif dan psikomotorik Dokumentasi berupa tes soal evaluasi dan penilaian aspek afektif dan psikomotorik.


(57)

berdasarkan tabel 3.3, dapat diketahui bahwa peneliti akan melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas III dalam mata pelajaran IPS. peneliti mengukur motivasi dengan menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 20 pernyataan yang mencakup 3 indikator motivasi, yaitu memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas dan memiliki tujuan belajar. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dengan jumlah soal 14 pilihan ganda dan 10 isian singkat. Selain itu peneliti juga melakukan penilaian aspek afektif dan psikomotorik.

3.8. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik instrumen penelitian digunakan untuk mengukur hasil penelitian yang akan dilakukan (Purwanto, 2011:114-115). Berikut penjelasan tentang validitas dan reliabilitas intrumen.

3.8.1. Validitas

Sudjana (2009 : 12) menjelaskan bahwa validitas berkaitan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai. Widoyoko (2009 : 128) berpendapat lain bahwa sebuah instrumen penelitian dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada banyak validitas instrumen, namun dalam penelitian ini peneliti mengunakan 3 jenis validitas yaitu validitas isi , validitas konstruk dan validitas empiris. Sudjana (2009 : 14) mengungkapkan bahwa validitas isi merupakan suatu jenis validitas yang digunakan untuk


(58)

mengungkapkan isi suatu konsep. Validitas isi dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya atau profesional (expert judgment) diantaranya dosen ahli, kepala sekolah dan guru. Widoyoko (2009 : 129) mengungkapkan bahwa validitas konstruk merupakan validitas yang digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian dapat mengukur setiap aspek berpikir seperti yang dituliskan dalam tujuan pembelajaran. Validitas konstruk juga dilakukan oleh ahli bidang studi (expert judgment). Sedangkan validitas empiris dilakukan pengujian kepada sejumlah siswa.

3.8.2. Reliabilitas

Widoyoko (2009 : 144) menjelaskan bahwa reliabilitas berasal dari kata

reliabel atau dapat dipercaya. Suatu alat penilaian dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil penilaian yang sama atau konsisten. Hasil penilaian yang sama bukan berarti memberikan hasil skor yang sama. Seperti contoh jika siswa A mendapat skor di bawah siswa B, maka jika dilakukan tes ulang skor siswa A akan tetap berada di bawah skor siswa B. Sudjana (2009 : 16) berpendapat lain bahwa reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang akan dinilai. Dengan kata lain alat penilaian tersebut bila digunakan di waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang sama. Untuk menentukan reliabilitas suatu instrumen memerlukan kriteria penilaian. Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 3.3.


(59)

Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0, 91-1, 00

0, 71-0, 90 0, 41-0, 70 0, 21-0, 40 Negatif-0, 20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

Sangat Rendah

3.8.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.8.3.1. Uji Validitas instrumen pembelajaran

Dalam penelitian ini dilakukan validitas pada instrumen pembelajaran diantaranya silabus, RPP, dan soal evaluasi. Untuk mengukur validitas instrumen ada 3 jenis validitas yang digunakan oleh peneliti yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas tampilan. Validitas ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan kurikulum.

Pada validitas isi dan konstruk peneliti melakukan validasi instrumen pembelajaran kepada ahli (expert judgment) dalam hal ini dosen bidang studi mata pelajaran IPS (validator 1), hal ini dimaksudkan agar hasil validasi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain validasi yang dilakukan oleh ahli, peneliti juga melakukan validasi kepada kepala sekolah (validator 2) dan juga guru (validator 3). Validasi kepada kepala sekolah dan juga guru dimaksudkan untuk menyesuaikan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti dengan perangkat pembelajaran yang digunakan oleh sekolah tersebut.

Validitas isi dan validitas konstruk dilakukan oleh ahli dengan menggunakan instrumen validitas design. Instrument validitas design tersebut dibagi menjadi 2


(60)

bagian yaitu penilaian silabus dan penilaian RPP. Skor pada setiap komponen penilaian menggunakan skala likert. Skor dalam skala likert terdiri dari 1 dengan kriteria “sangat tidak baik”, skor 2 dengan kriteria “tidak baik”, skor 3 dengan kriteria “cukup baik”, skor 4 dengan kriteria “baik”, dan skor 5 dengan kriteria “sangat baik”. Dalam penilaian untuk setiap komponen dalam silabus, RPP, dan LKS, peneliti tidak mengikutsertakan skor 3 karena dianggap skor netral tau bisa dianggap ragu-ragu.

Komponen penelitian untuk penilaian silabus mencakup 1) kelengkapan unsur-unsur silabus, 2) kesesuaian antara SK, KD dan indikator, 3) kesesuaian kegiatan belajar, 4) kesesuaian alokasi waktu dengan materi dan kegiatan pembelajaran, 5) tingkat kecakupan sumber belajar, 6) kesesuaian teknik yang digunakan dengan indikator, 7) Penilaian untuk perangkat pembelajaran silabus dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Validitas dan Penilaian Silabus Validator

Skor untuk pernyataan

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4,33

2 4 4 4 4 4 4 5 - - 4,14

3 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4,33

Total skor 12 13 12 12 14 13 13 9 8 12,8


(61)

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa masing-masing validator memberikan skor 4 dan 5. Penilaian ini dapat dilihat pada lampiran 9 hal 202. Validator 1 memberikan nilai 4 dan 5 untuk setiap pernyataan. Validator 2 memberikan nilai 4 pada setiap pernyataan kecuali pernyataan no 7. Validator 2 hanya melakukan penilaian sampai pernyataan no 7 karena saat peneliti meminta validator 2 melakukan penilaian terhadap silabus, peneliti belum melakukan revisi sehingga jumlah item pernyataan hanya 7. Sedangkan untuk validator 3 memberikan skor 4 atau 5 pada setiap pernyataan. Hasil rata-rata dari penilaian silabus ini menunjukan rata-rata antara 4 sampai 5. Dengan demikian, peneliti tidak akan melakukan revisi terhadap silabus.

Komponen penilaian RPP mencakup 1) kelengkapan unsur-unsur RPP, 2) kesesuaian antara standar kompetensi dan kompetensi dasar, 3) kesesuaian indikator pencapaian kompetensi dengan SK dan KD, 4) kesesuaian rumusan tujuan pembelajaran dengan indikator, 5) kesesuaian antara materi ajar dengan SK dan KD, 6) ketepatan pemilihan model atau metode, 7) tingkat kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan indikator, 8) penilaian yang dilakukan dapat mencerminkan indikator yang digunakan, 9) tingkat kecukupan sumber belajar yang digunakan, 10) ketepatan pemilihan media, 11) lembar kerja siswa dengan kegiatan pembelajaran, 12) kesesuaian materi ajar dengan materi pokok, 13) kelengkapan instrumen penilaian, 14) penggunaan bahasa Indonesia dan tata tulis baku. Penilaian perangkat pembelajaran RPP dapat dilihat pada tabel 3.5.


(62)

3.5Hasil Validitas dan Penilaian RPP Vali

dator

Skor untuk Pernyataan

Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22

1 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 - - - - - - - 4

3 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4,18

Total 13 13 12 13 13 12 12 14 12 12 12 13 13 12 9 9 8 9 9 9 8 12,18

Rata2 4,3 4,3 4 4,3 4,3 4 4 4,6 4 4 4 4,3 4,3 4 4,5 4,5 4 4,5 4,5 4,5 4 4,06

Berdasarkan tabel 3.5 tentang hasil validitas dan penilaian RPP terlihat para ahli memberikan nilai 4 atau 5 untuk setiap itemnya. Validator 1 dan validator 3 memberikan skor 4 atau 5, sedangkan validator 2 memberikan semua pernyataan skor 4. Untuk validator 2 hanya memberikan penilaian sampai pada item 14 karena saat peneliti meminta validator 2 memberikan penilaian RPP lembar penilaian belum direvisi oleh peneliti. Penilaiannya dapat dilihat pada lampiran 9 hal 202.

Selain melakukan validitas isi dan konstruk, peneliti juga melakukan validitas tampilan. Validitas tampilan dilakukan terhadap soal evaluasi dan dilakukan oleh dua orang siswa kelas IV. Hal ini dilakukan oleh peneliti karena siswa kelas IV sudah pernah menerima materi yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil validitas tampilan yang dilakukan oleh Fa, siswa ini mengatakan “soal ini mudah dipahami bu, kalimatnya juga tidak terlalu panjang.” Sedangkan siswa kedua yaitu Dim, “ini soalnya menurut saya mudah

dikerjakan, hanya ada beberapa pertanyaan yang membinggungkan bu.”


(63)

memperlihatkan bahwa soal evaluasi mudah dipahami oleh siswa, hanya saja perlu diperbaiki kata-katanya.

3.8.3.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Soal

Uji Validitas Empiris terhadap instrumen soal dilakukan pada siswa kelas IV di SD K Kintelan yang berjumlah 36 siswa. Peneliti melakukan uji validitas soal evaluasi terhadap siswa kelas IV karena dengan pertimbangan siswa kelas IV sudah pernah menerima materi kelas IV yang akan diteliti. Pada tabel 3.6 akan dipaparkan kisi-kisi soal evaluasi yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan 10 soal isian singkat.

Tabel 3.6 Kisi-kisi soal evaluasi sebelum divalidasi

Indikator

No Soal Pilihan

Ganda

No Soal

Isian Jumlah a. Menyebutkan 3 jenis kegiatan jual beli. 3, 4 1, 5, 9 5

b. Menjelaskan pengertian jual beli. 1, 10, 11,

15 2 5

c. Menjelaskan 3 manfaat berjual beli. 7 7 2

d. Memberikan 2 contoh tempat berjual beli

2, 5, 9, 12, 14

3, 4, 8,

10 9

e. Membedakan kegiatan jual beli di

masyarakat dan di sekolah 6, 8, 13 6 4

Jumlah 15 10 25

Kisi-kisi soal dalam tabel 3.6 terdapat 5 indikator yang disesuaikan dengan materi kegiatan jual beli. Pada soal pilihan ganda terdiri dari 15 soal dan pada isian singkat terdapat 10 soal, sehingga jumlah soal sebelum di uji validitas dan reliabilitasnnya ada 25 soal.

Peneliti melakukan penghitungan skor uji validitas soal evaluasi dengan menggunkan penghitungan product moment secara manual dengan bantuan


(64)

microsoft excel. Sugiyono (2010 : 253) berpendapat bahwa untuk menentukan soal valid atau tidak valid soal tersebut harus dihitung korelasinya. Menghitung korelasi suatu soal bisa menggunakan penghitungan product moment. Setelah itu hasil perhitungan di bandingkan dengan r tabel dengan signifikansi 5%. Cara menentukan r tabel yaitu dengan melihat jumlah responden. Soal dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel. Perhitungan untuk menentukan korelasi antar soal dapat dilihat pada tabel 3.8.

Rumus menghitung korelasi product moment :

r

xy =

√ Keterangan :

= koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua variable lain yang dikorelasikan

= jumlah perkalian antara x dengan y = kuadrat dari x

= kuadrat dari y

Hasil uji validitas soal evaluasi dengan menggunakan rumus diatas dapat dilihat hasilnya pada tabel 3.7 untuk pilihan ganda dan 3.8 untuk soal isian singkat.


(1)

Guru sedang menjelaskan kegiatan yang akan

dilaksanakan.

Siswa membuat pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara dengan pedagang.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa

yang belum jelas untuk bertanya.


(2)

Siswa mendiskusikan hasil wawancara.

Siswa melakukan wawancara di kantin SD.

Siswa melakukan wawancara di kantin TK.


(3)

Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa mempresentasikan hasil


(4)

Siswa melakukan kegiatan jual beli.

Siswa menjual berbagai macam makanan dan

minuman.

Ada beberapa siswa yang membeli makanan.


(5)

Siswa saling tawar menawar. Siswa membuat laporan penjualan dan pembelian. Siswa asik melakukan kegiatan


(6)

233

Nama

: Prima Yunita

Tempat, tanggal lahir

: Gunungkidul, 5 Juni 1990

Umur

: 23 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: RT 6/12 Gadungsari, Wonosari

Kec. Wonosari, Gunungkidul,

Yogyakarta

Nama Orang tua

: Suwasdi/Mugirah

Agama

: Kristen

No. HP

: 085 643 738 741

Status

: Belum Menikah

RIWAYAT PENDIDIKAN

1.

1996

2002

SD BOPKRI Wonosari

2.

2002

2006

SMP 1 Wonosari

3.

2006

2009

SMA Dominikus Wonosari

4.

2009

2013

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar