Analisis Kuantitatif .1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Magnesium dan Timbal

menunjukkan adanya magnesium. Reaksi dengan larutan dithizon 0,005 pada pH 8,5, lapisan kloroform akan memberikan warna merah tua yang menunjukkan adanya ion timbal pada sampel. Namun analisa untuk ion timbal pada sampel tidak memberikan adanya perubahan warna. Hal ini disebabkan karena kadar ion timbal pada sampel yang terlalu kecil atau tidak ada sama sekali sehingga tidak dapat terdeteksi dengan analisis kualitatif. Hasil absorbansi dengan spektrofotometer serapan atom menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang kalsium yaitu 422,7 nm dan magnesium 285,2 nm. Hal ini turut membuktikan bahwa dengan reaksi warna maupun reaksi kristal menunjukkan bahwa sampel mengandung atom kalsium, dan magnesium. Namun, hasil absorbansi dengan spektrofotometer serapan atom untuk ion timbal pada panjang gelombang 283,3 nm menunjukkan hasil negatif. Hasil ini disebabkan karena tidak adanya ion timbal dalam sampel. 4.2 Analisis Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Magnesium dan Timbal Kurva kalibrasi kalsium, magnesium dan timbal diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar kalsium, magnesium dan timbal pada panjang gelombang 422,7 nm, 285,2 nm dan 283,3 nm. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kalsium, magnesium dan timbal diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0455X – 0,001057 untuk kalsium, Y = 0,4555X + 0,01152 untuk magnesium dan Y = 0,00002136X – 0,0000286 untuk timbal. Perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 5, 6 dan 7. Kurva kalibrasi larutan standar kalsium, magnesium, dan timbal dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 3. Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kalsium Ca Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Magnesium Mg Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal Pb A bs or ba ns i Konsentrasi ppm Konsentrasi ppm A bs or ba ns i Konsentrasi ppb A bs or ba ns i Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi r kalsium sebesar 0,9994, magnesium sebesar 0,9987 dan timbal sebesar 0,9960. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X dan Y Ermer dan Miller, 2005.

4.2.2 Kadar Kalsium, Magnesium, dan Timbal dalam Sampel

Hasil analisis kadar kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Lampiran 8. Contoh perhitungan kadar sampel dapat dilihat dalam Lampiran 9 dan perhitungan statistik kadar kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Kadar kalsium, magnesium, dan timbal seluruh sampel dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Kadar Kalsium, Magnesium dan Timbal dalam Sampel No. Sampel Kadar Kalsium mgl Kadar Magnesium mgl Kadar Timbal ngml 1. Aqua 40,8789 ± 0,2868 14,7650 ± 0,1143 - 2. Amoz 30,6852 ± 0,2971 19,9454 ± 0,1531 - 3. Air Minum Isi Ulang I 11,6847 ± 0,0998 6,9720 ± 0,0759 - 4. Air Minum Isi Ulang II 25,6405 ± 0,2033 12,9050 ± 0,0865 - Keterangan : Kadar rata-rata dari 6 kali pengulangan sampel Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar mineral yang paling tinggi adalah kadar kalsium, diikuti oleh kadar magnesium dan kadar timbal negatif. Menurut World Health Organization, kadar minimum kalsium 20 mgl dan kadar optimumnya 40-80 mgl, sedangkan kadar minimum magnesium 10 mgl dan kadar optimumnya 20-30 mgl dalam air minum Kozisek, 2005. Sedangkan menurut Meskes RI, kadar maksimal kalsium yang dianjurkan dalam air minum adalah 75 mgl dan kadar maksimal magnesium yang dianjurkan adalah 30 mgl. Jadi kadar kalsium dan magnesium dalam Aqua, Amoz dan Air Minum Isi Ulang II masih memenuhi persyaratan karena mencapai batas minimum yang dianjurkan World Health Organization dan batas maksimal yang dianjurkan Meskes RI, tetapi kadar kalsium dan magnesium dalam Air Minum Isi Ulang I tidak memenuhi persyaratan karena kadarnya masih jauh dibawah kadar yang dianjurkan. Jadi, berdasarkan penelitian yang dilakukan dan dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kadar kalsium dan magnesium dalam air mineral lebih tinggi dibandingkan kadar kalsium dan magnesium dalam air minum isi ulang. Menurut BSN 2006, kadar maksimal timbal yang diperbolehkan dalam air minum 0,005 mgl sesuai persyaratan SNI 01-3553-2006, sedangkan kadar timbal dari keempat sampel negatif. Jadi, keempat sampel air minum memenuhi persyaratan SNI dan aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung timbal. Kandungan mineral dalam air minum sangat mempengaruhi penyerapan zat esensial dan zat non-esensial. Jika kandungan kalsium dan magnesium dalam air minum tinggi, maka pada saat air minum tersebut dikonsumsi, maka tubuh akan menyerap kalsium dan magnesium sedangkan zat non-esensial seperti timbal akan diekskresi dari tubuh. Namun, apabila kandungan kalsium dan magnesium dalam air minum rendah, maka pada saat air minum tersebut dikonsumsi bersama dengan makanan yang mengandung timbal, tubuh akan menyerap timbal dari makanan ataupun sayuran yang dikonsumsi dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan Fox, 1990.

4.2.3 Analisis Data Secara Statistik

Kadar kalsium dalam semua jenis air mineral dalam kemasan maupun air minum isi ulang berbeda secara signifikan, dengan probabilitas 0,000, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Perbedaan dibuktikan dengan pengujian beda nilai rata-rata kadar pada Lampiran 12. Kadar magnesium semua jenis air mineral dalam kemasan maupun air minum isi ulang berbeda secara signifikan, dengan probabilitas 0,000, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Perbedaan dibuktikan dengan pengujian beda nilai rata-rata kadar pada Lampiran 13.

4.2.4 Validasi Metode

Validasi dilakukan pada air mineral dalam kemasan. Validasi metode dilakukan untuk memastikan bahwa metode yang digunakan telah sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan. Beberapa parameter analisis yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil validasi metode yang baik adalah batas deteksi, batas kuantitasi, kecermatan accuracy, dan keseksamaan precision Harmita, 2004. Hasil uji validasi dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Data Hasil Uji Perolehan Kembali pada Air Mineral dalam Kemasan No. Mineral Konsentrasi dalam sampel sebelum penambahan baku mcgml Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan mcgml Konsentrasi setelah penambahan baku mcgml Recovery 1. Kalsium 40,8789 6 46,4762 93,29 2. Magnesium 14,7650 4 18,9137 103,72 Keterangan : Kadar rata-rata 6 kali pengulangan sampel Tabel 8. Data Hasil Uji Validasi Pemeriksaan Mineral pada Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang No. Mineral Simpangan Baku SD Simpangan Baku Relatif RSD Batas Deteksi Batas Kuantitasi 1. Kalsium 0,19599 0,4217 0,0442 mcgml 0,1472 mcgml 2. Magnesium 0,27957 1,4781 0,0631 mcgml 0,2105 mcgml 3. Timbal - - 2,2584 ngml 7,5281 ngml Keterangan : Kadar rata-rata 6 kali pengulangan sampel Dari Tabel 8 dapat dilihat batas deteksi dan batas kuantitasi yang dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Perhitungan batas deteksi dan kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 14. Batas deteksi dan batas kuantitasi kalsium yang diperoleh dari penelitian ini berturut-turut adalah 0,0442 mcgml dan 0,1472 mcgml. Batas deteksi dan batas kuantitasi magnesium yang yang diperoleh dari penelitian ini berturut-turut adalah 0,0631 mcgml dan 0,2105 mcgml. Sedangkan batas deteksi dan batas kuantitasi timbal yang diperoleh dari penelitian ini berturut-turut adalah 2,2584 ngml dan 7,5281 ngml. Kadar kalsium dan magnesium keempat sampel berada di atas batas deteksi dan batas kuantitasi, sehingga metode kedua logam ini memenuhi kriteria baik. Sedangkan untuk kadar timbal keempat sampel berada jauh di bawah batas deteksi dan batas kuantitasi, sehingga kadar timbal tidak terdeteksi oleh alat, dan metode tidak memenuhi kriteria yang cukup baik. Akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali recovery untuk kandungan kalsium pada air mineral dalam kemasan adalah 93,28 dan untuk kandungan magnesium adalah 103,72. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang cukup baik pada saat pemeriksaan kadar kalsium dan magnesium dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali recovery ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, rata-rata hasil perolehan kembali recovery berada pada rentang 80-120 Ermer dan Miller, 2005. Menurut Harmita 2004, nilai simpangan baku relatif RSD untuk analit dengan kadar part per million ppm adalah tidak lebih dari 16 dan untuk analit dengan kadar part per billion ppb RSDnya adalah tidak lebih dari 32. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan simpangan baku relatif yang masih baik, yaitu 16 dan 32. Maka dapat dinyatakan bahwa proses pengujian yang dilakukan cukup cermat dan seksama.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan