commit to user 1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di daerah tropis seperti Indonesia, nyamuk merupakan serangga yang sering mengganggu kehidupan manusia. Nyamuk juga dapat menyebarkan
penyakit seperti malaria, demam berdarah dengue dan filariasis. Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat lebih cenderung menggunakan insektisida
Blondine dan Yuniarti, 2001. Di seluruh dunia, terdapat 4 tipe produk insektisida rumah tangga yang paling sering digunakan, yaitu aerosol, obat
nyamuk bakar, obat nyamuk elektrik cair, dan obat nyamuk elektrik padat, yang digunakan sebanyak miliaran buah setiap tahunnya WHO, 1998.
Obat nyamuk bakar adalah anti nyamuk pilihan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah WHO, 1998. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 7 miliar
obat nyamuk bakar terjual setiap tahunnya Krieger, et al., 2003. Saat dinyalakan, obat nyamuk bakar akan menghasilkan asap yang dapat
terhirup. Asap tersebut mengandung sejumlah besar partikel submikrometer yaitu fine particles partikel dengan diameter 2,5 µm atau PM
2,5
Liu, et al., 2003 dan polutan dalam bentuk gas, seperti karbon dioksida CO
2
, karbon monoksida CO, NO
2
, NO, NH
3
Nahsihah dalam Wahyono, 2006. Partikel submikrometer di atas dihasilkan melalui pembakaran tidak lengkap obat
nyamuk dan dapat mencapai saluran pernafasan bagian bawah Lukwa dan Chandiwana, 1998.
1
commit to user 2
Particulate Matter PM
2,5
dalam asap obat nyamuk bakar adalah salah satu komponen penting yang berpengaruh terhadap kesehatan Zaini, 2008.
PM
2,5
yang dihasilkan dari pembakaran satu obat nyamuk bakar sama dengan menyalakan 75-137 rokok Liu, et al., 2003. PM terbukti dapat meningkatkan
hiperesponsivitas jalan nafas dan menyebabkan penurunan fungsi paru Brashier, et al., 2009. Menurut Dubois dan Dautrebande dalam Arden Pope,
et al.2003 pada orang sehat, Fine PM dapat menyebabkan bronkospasme jika terhirup. Pembakaran asap obat nyamuk bakar juga menghasilkan
formaldehyde kurang lebih sama banyaknya dengan membakar 51 batang rokok. Formaldehyde dapat menganggu keseimbangan mukosiliar clearance,
yang mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan nafas Black, et al., dalam Lin, Krishnaswamy, Chi.2008.
Arus Puncak Ekspirasi APE merupakan jumlah aliran udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu setelah inspirasi
maksimum terlebih dahulu Jain, et al., 1998. Persentase nilai APE 80 dari nilai APE prediksi merupakan pertanda telah terjadi obstruksi pada
saluran nafas terutama pada saluran nafas besar Chan, 2006. Pengukuran dengan peak flow meter merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana
PDPI, 2006 yang dapat mendeteksi secara dini adanya penurunan fungsi paru Siregar, 2008. Karena pengulangan pengukuran yang mudah, biaya
murah, dan memakai alat pengukur peak flow meter yang mudah dibawa membuat pemeriksaan ini ideal untuk pengawasan obtruksi jalan nafas
Jain, et al.,1998.
commit to user 3
Salah satu kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah perokok, berdasarkan data susenas 1995 dan 2001, prevalensi merokok laki-laki umur
15 tahun ke atas yang tinggal di desa adalah sebesar 67,0, sedangkan prevalensi merokok wanita umur 15 tahun ke atas di desa hanya sebesar 1,5
. Oleh karena itu, pada penelitian ini, sampel yang dipakai adalah wanita. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu
mempelajarinya melalui penelitian klinis dengan judul perbedaan persentase nilai Arus Puncak Ekspirasi APE pada wanita yang terpapar dan tidak
terpapar asap obat nyamuk bakar di Bekonang Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah