Selain itu dengan adanya perangkat teknologi informasi yang berbasis Web dan SMS, informasi peringatan dini banjir tersebut dapat diakses di manapun selama
jaringan telekomunikasi tersebut ada. Gambar 2 menunjukkan kerangka pemikiran sistem peringatan dini banjir secara lengkap.
Gambar 2 Kerangka pemikiran sistem peringatan dini banjir
Hujan di DAS Garang
Time response informasi banjir Time response banjir, peringatan dini banjir berhasil Time response informasi banjir Time response banjir, peringatan dini banjir
gagal
Data curah hujan Data TMA
DAS Garang Telemetri Curah
Hujan
Studi korelasi curah hujan dan TMA
dengan Jaringan Syaraf Tiruan
Tiruan
Aliran Permukaan
Kalibrasi dan Verifikasi Model
Tingkat kesalahan
memenuhi syarat
Model Prediksi Banjir dengan JST
Banjir
Informasi Peringatan Dini Banjir dengan
SMS dan Web
Ya
Time Response
Banjir
Time Response Informasi
Banjir
Aman
Tida
k Telemetri
TMA
Kondisi Tinggi Muka Air Sungai
TMA
Waspada SIaga
Awas
Waspada Siaga
Awas Aman
Mengingat pentingnya informasi bahaya banjir terutama informasi ketinggian permukaan air sungai dan menjawab tuntutan masyarakat akan
penyediaan informasi yang tepat, real time dan akurat, maka upaya pematauan yang dilakukan secara manual saat ini belum dapat secara optimal menjawab
tuntutan di atas. Oleh sebab itu monitoring yang dilakukan saat ini perlu ditingkatkan kinerjanya dengan tujuan menyediakan dan memberitahukan
informasi penting mengenai ketinggian elevasi permukaan air sungai secepat, seakurat dan se-real time mungkin, dan hal ini dapat diwujudkan dengan suatu
pemantaun secara otomatis. Sistem ini akan menunjang dan sangat dibutuhkan dalam pembangunan sistem prediksi banjir dan peringatan dini.
1.6 Kebaruan
Kebaruan dalam Disertasi ini mencakup dua hal yang terpenting yaitu dari segi pendekatan dan segi hasil. Dari segi pendekatan yaitu metode yang
digunakan dalam prediksi banjir adalah metode Jaringan Syaraf Tiruan dan diintegrasikan dengan sistem informasi banjir secara real time. Sedangkan dari
segi hasil adalah sistem peringatan dini banjir ini telah diimplementasikan secara nyata di lapangan dan dilakukan evaluasi dari kinerja sistem peringatan dini
banjir sehingga akan diketahui apakah hasil implementasi sistem peringatan dini banjir di lapangan akan berhasil atau tidak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Banjir dan Mitigasi Bencana Banjir
Difinisi Banjir flood Menurut Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage ICID dalam Siswoko2002 adalah “ A relatively high
flow or stage in a river, markedly higher than the usual; also the inundation of flow land that may result thereform. A body of water, rising, swelling and
overflowing the land not usually thus covered. Also deluge; a freshet. Definisi lain banjir adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan run-off extremes
di mana tinggi muka air sungai atau debit melebihi suatu batas batas yang ditetapkan untuk kepentingan tertentu Harto, 1993.
Secara umum terdapat tiga istilah pengertian banjir yang dikaitkan dengan sungai di masyarakat Isnugoroho, 2002 yaitu :
Suatu sungai dikatakan banjir apabila terjadi peningkatan debit aliran yang relatif besar, pengertian ini biasa digunakan oleh para petugas
hidrologi dan masyarakat umumawam setempat. Suatu sungai dikatakan banjir apabila aliran air melimpas keluar alur
sungai, pengertian
ini biasa
dipakai oleh
instansi pengelola
sungaipengendali banjir. Suatu sungai dikatakan banjir apabila aliran air melimpas ke luar alur
sungai dan menimbulkan gangguan terhadap manusia. Pengertian ini biasa digunakan oleh media dalam kaitannya dengan informasi bencana
banjir. Dilihat dari bentuk kejadian banjir dapat dikategorikan banjir bandang dan
banjir menggenang. Banjir bandang adalah luapan air yang datangnya secara tiba tiba dan menimbulkan kerusakan akibat kecepatan arus air. Sedangkan
banjir genangan yang biasanya terjadi di hilir dan dataran rendah, adalah banjir yang
menimbulkan kerusakangangguan
akibat genangan
air. Peristiwa
terjadinya bencana banjir melibatkan dua fenomena yaitu: kejadian banjir dan keberadaan manusia dan harta benda di daerah kejadian. Dengan demikian,
jika terjadi luapangenangan air yang mengganggu kehidupan manusia melanda manusia dan harta benda maka terjadilah bencana.
Penyebab banjir dapat dikategorikan dalam tiga faktor, yaitu kondisi alam yang bersifat statis ataupun dinamis. Kegiatan manusia yang bersifat dinamis
serta sarana dan prasarana yang ada. Faktor alam seperti perubahan iklim
global dan
regional akibat
efek rumah
kacapemanasan global
yang mempengaruhi iklim lokal.
Faktor manusia antara lain perubahan tata ruang DAS Daerah Aliran Sungai, pemanfaatan sungaisaluran sebagai tempat
buangan sampah, faktor sarana–prasarana antara lain: minimmya sarana pengendali banjir seperti saluran, kanal, polder, waduk, pompa air, pintu air, dan
lain lain Siswoko, 2002 Mitigasi bencana adalah upaya manusia untuk menurunkan dampak yang
lebih buruk dari suatu kejadian bencana. Kerugian dapat diminimalkan dengan usaha mitigasi dan dapat menekan kerugian jiwa maupun harta benda. Karena
bencana yang disebabkan oleh alam, oleh karena manusia maupun oleh keduanya tidak tidak dapat dicegah.
Maka upaya mitigasi menjadi kegiatan
yang paling efektif dalam hal penanggulangan bencana dan kerugian harus ditekan sekecil mungkin.
Upaya mitigasi dapat dilakukan berbagai cara baik struktural maupun non struktural yang masing-masing harus dilakukan secara simultan. Struktural
menyangkut pembangunan fisik dalam upaya menaggulangi dampak bencana. Sedangkan
non struktural
menyangkut perundang-undangan,
peraturan, pemasyarakatan, maupun sosialisasi dengan berbagai media.
Upaya struktur dalam menangani masalah bahaya banjir adalah upaya teknis yang bertujuan melancarkan dan mencegah adanya luapan air sungai atau
terjadinya genangan air di daerah-daerah titik rawan banjir, antara lain : a. Pembangunan tanggul-tanggul di pinggir sungai pada titik-titik daerah
rawan banjir. Tujuannya adalah mencegah meluapnya air pada tingkat ketinggian tertentu ke daerah rawan banjir.
b. Pembangunan kanal-kanal yang bertujuan menurunkan tingkat ketinggian air di daerah aliran sungai dengan menambah dan mengalihkan arah
aliran sungai. c. Pembangunan bendungan, bertujuan menampung air di daerah aliran
sungai pada tempat yang aman sehingga dapat mengendalikan debit air pada daerah aliran sungai berikutnya.
d. Pembangunan polder, bertujuan untuk mengumpulkan dan memindahkan air dari tempat yang mempunyai elevasi rendah ke tempat yang lebih
tinggi dengan pompanisasi