Flood Early Warning System Development at Garang River Semarang Using SMS and Web Based on Information Technology

(1)

INFORMASI BERBASIS SMS DAN WEB

JAKA WINDARTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

(3)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis pada IPB


(4)

ABSTRACT

JAKA WINDARTA. Flood Early Warning System Development at Garang River Semarang Using SMS and Web Based on Information Technology.

Under Supervision of HIDAYAT PAWITAN, I DEWA MADE SUBRATA, M JANUAR J PURWANTO, and SURIPIN

One of the large rivers flowing in the center of Semarang City is Garang River with watershed area about 203 km2and having characteristics such as high flood discharge and flash flood. The flash flood on January 25th 1990 caused more than 45 people died and goods loss was estimated to be 8.5 billion rupiahs. In this research, a flood early warning system is made, in which an automatic rainfall recorder (ARR) was placed in upstream of Garang River at sub district Gunungpati and an automatic water level recorder (AWLR) was placed in Simongan weir. To receive rainfall and water level data, a computer as server that is placed in Semarang government office. This also functions for sending flood status of Garang River (prepared/caution/careful) to flood attendants and stake holders. Beside that, artificial neural network (ANN) is used to predict water level in Garang River where the input are rainfall in upstream river for 1, 2, 3, 4 or 5 days before the occasion and the water level in the downstream for 3 hours before the occasion. The output is water level in downstream of Garang River for next 2 hours. This system is integrated with information technology that is SMS (Short Message Services) and Web so that the flood early warning can be accessed anywhere as long as communication network is available. The result of research, time for sending data of rainfall and water level telemetry system is less than 10 minutes, while information system that is built to give flood early warning information is less than 10 minutes. Consequently it fulfill in which the time to receive the information less than time when flood happened that is 2 hours. The result of optimum predicting during the ANN training is model 4 with 20 neurons; speed training 0.9 and momentum 0.3 which the input rainfall are four days before the occasion and the water level are 3 hours before the occasion having MSE 0.0046. Finally, the results of survey to flood attendants and staffs from government show that 86 % of the respondent that they absolutely need the flood early warning system.

Key words: Garang River, short message services, artificial neural network, flood early warning.


(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul ”Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang dengan Teknologi Informasi Berbasis SMS dan Web”, adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bogor, Februari 2009

JAKA WINDARTA P062040111


(6)

RINGKASAN

JAKA WINDARTA. 2009. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang dengan Teknologi Informasi Berbasis SMS dan Web Dibimbing oleh HIDAYAT PAWITAN, I DEWA MADE SUBRATA, M. YANUAR J. PURWANTO dan SURIPIN.

Penelitian dengan judul Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang dengan Teknologi Informasi Berbasis SMS dan Internet ini dilakukan pada bulan Desember 2006 sampai dengan Juni 2008 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang Semarang. Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan sistem peringatan dini banjir di Kali Garang Semarang dengan memanfaatkan teknolgi SMS dan internet dan diharapkan menjadi model sistem peringatan dini banjir kota lain yang padat penduduk.

Salah satu sungai besar yang mengalir di tengah Kota Semarang adalah Kali Garang. Kali Garang dengan luas DAS 203 km2 dicirikan oleh debit aliran banjir yang besar dan datangnya cepat (flash flood). Kali Garang mempunyai pola meranting, dengan demikian banyak anak-anak sungainya. Anak sungai yang utama yaitu Sungai Kreo dan Sungai Kripik, dengan panjang aliran Kali Garang dari hulu sampai ke hilir kurang lebih 35 km.

Adanya pemukiman penduduk yang padat di sekitar Kali Garang sehingga banjir yang terjadi mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik harta maupun nyawa. Pada tanggal 25 Januari 1990 terjadi banjir bandang yang mengakibatkan lebih dari 45 orang meninggal dan kerugian harta benda yang begitu besar. Kerugian total ditaksir mencapai 8,5 milyar rupiah. Daerah yang mengalami kerugian terbesar meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Semarang Selatan. Ketinggian genangan/banjir di dua kecamatan tersebut mencapai 3 meter selama 3 sampai 5 jam.

Dalam penelitian ini dipasang satu alat pengukur curah hujan otomatis atau Automatic Rainfall Recorder (ARR) di hulu Kali Garang, tepatnya di Kecamatan Gunungpati dan satu alat pengukur tinggi muka air otomatis atau Autimatic Water Level Recorder(AWLR) yang dipasang di Bendung Simongan untuk mencatat tinggi muka air. Selain itu dibuat pula suatu sistem prediksi banjir dengan menggunakan model Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di mana sebagai masukan adalah curah hujan di hulu (Gunungngpati) dan tinggi muka air di hilir (Bendung Simongan), dan sebagai luaran adalah tinggi muka air di hilir untuk 2 jam ke depan.

Pembuatan peralatan telemetri curah hujan dan tinggi muka air berbasis SMS ini diawali pada awal tahun 2007 dengan memulai pembuatan prototype di Laboratorium Teknik Elektro Undip. Dalam kurun waktu bulan Januari 2007 s/d Januari 2008 dilakukan penyempurnaan hardware dan software antara lain yaitu perubahan sistem mikrokontroler yang digunakan diubah dari prosessor AT89S51 ke seri ATmega. Selain itu juga penggunaaan modem untuk pengiriman data dengan SMS yang sebelumnya menggunakan handphone. Penggantian handphone ke Modem agar lebih handal dalam sistem komunikasi dan juga peningkatan fasilitas softwareyaitu dapat mengirim data jika ada yang meminta data.

Untuk melihat ‘time response’banjir Kali Garang, digunakan data banjir tanggal 25 Desember 2006. Dari catatan data tinggi muka air di Bendung Simongan oleh Subdin PU Pengairan Kota Semarang dan catatan data curah hujan di Stasiun Gunungpati dari peralatan pengukur hujan milik BPTP Jateng menunjukkan bahwa


(7)

Garang mempunyai respon banjir yang cepat. Untuk itu diperlukan peralatan sistem peringatan dini banjir yang cepat pula.

Dalam uji coba peralatan telemetri ini dilakukan pengamatan perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan SMS untuk mengirim data curah hujan dan tinggi muka air ke server komputer. Dari hasil pengamatan pada bulan Januari s/d April 2008 didapat perbedaan maksimum waktu pengiriman dan penerimaan data adalah kurang dari 10 menit. Dalam uji coba sistem informasi banjir Kali Garang ini adalah dengan cara menaikkan sensor tinggi muka air sehingga melampaui batas normal tinggi muka air sungai (waspada/siaga/awas) sehingga server komputer akan mengirim informasi waspada/siaga/awas ke petugas via SMS. Dari hasil uji coba, di dapat perbedaan waktu10 menit untuk pengiriman data dari lapangan ke server dan 10 menit untuk pengiriman sistem informasi banjir dari server ke petugas dengan SMS. Sehingga jika dijumlahkan waktu maksimum yang diperlukan sistem peringatan dini banjir ini adalah 20 menit. Hal ini masih memenuhi syarat jika dibandingkan respon banjir Kali Garang yang berkisar antara 2 -3 jam.

Kendala yang dihadapi dalam penelitian sistem peringatan dini ini adalah sarana infrastruktur seperti belum tersedianya fasilitas pasokan listrik yang 24 jam untuk menunjang keperluan server komputer. Hal ini penting mengingat sistem peringatan dini banjir ini tidak dapat bekerja jika tidak ada fasilitas listrik. Sehingga jika terjadi gangguan pasokan listrik akan mengakibatkan keterlambatan penerimaan data dan mengakibatkan sistem informasi banjir juga akan mengalami keterlambatan.

Dalam melakukan prediksi tinggi muka air Kali Garang, data yang diperlukan pada Jaringan Syaraf Tiruan ini antara lain data untuk pelatihan dan data untuk pengujian. Data untuk pelatihan dan data untuk pengujian adalah berupa data tinggi air dan data curah hujan dalam jangka waktu tertentu. Data yang digunakan pada proses pelatihan adalah data tinggi air dan curah hujan selama 3 bulan yaitu pada bulan Januari sampai Maret 2008. Data masukan berupa curah hujan dan tinggi muka air dengan selang waktu 30 menit sehingga jumlah datanya adalah 4.320 data tinggi air dan 4.320 data curah hujan. Data untuk pengujian adalah data curah hujan dan tinggi muka air bulan April 2008.

Untuk mencari model JST yang paling optimum, maka dilakukan perlakuan model JST yaitu dengan menggunakan masukan curah hujan yang berbeda-beda meliputi data masukan curah hujan 1, 2, 3, 4 atau 5 hari sebelumnya dengan bentuk data curah hujan per ½ jam dan tinggi muka air 3 jam sebelumnya dengan bentuk data tinggi muka air per ½ jam pula. Dari hasil pengujian didapat hasil yang paling optimum yaitu model 4 dengan data masukan curah hujan 4 hari ke belakang dengan jumlah neuron 20, laju pembelajaran 0,9 dan momentum 0,3 didapat MSE sebesar 0,0046.

Dari hasil survey ke petugas banjir dan staf instansi terkait terhadap keperluan peralatan peringatan dini banjir terlihat bahwa persepsi petugas terhadap keperluan alat tersebut 86,7% sangat memerlukan dan sisanya 13,3% menjawab memerlukan. Dari 20 responden wakil masyarakat didapat 90% responden sangat mengharapkan SMS informasi banjir ini dapat dikirim ke wakil masyarakat dan 5% menjawab diperlukan. Hanya 5% responden yang menjawab SMS informasi banjir tidak diperlukan dikirim ke masyarakat.

Dengan ditetapkannya UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka landasan hukum untuk sistem peringatan dini banjir ini menjadi lebih jelas dimana


(8)

lembaga yang menjadi koordinator dalam sistem peringatan dini bencana dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang, baik secara teknis maupun administratip dan dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam bentuk pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini. Karena BPBD untuk Propinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang belum terbentuk maka pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini banjir ini masih dilakukan oleh Dinas PU Kota Semarang.

Dalam menghadapi bencana banjir, maka pemberdayaan masyarakat sangatlah penting. Hal ini dikarenakan penanganan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Saat ini organisasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat di Kali Garang belum terbentuk. Untuk itu perlu segera dibentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) Kali Garang mengingat banyaknya penduduk yang bermukim di sekitar Kali Garang sehingga perlu persiapan yang lebih baik dalam menangani bencana. Hal ini juga disebabkan Kali Garang mempunyai respon banjir yang cepat sehingga masyarakat dapat langsung ikut terlibat jika terjadi banjir di Kali Garang.

Untuk Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Berbasis SMS dan Web, biaya operasional untuk pulsa dan listrik selama satu tahun diperlukan dana Rp 3.976.000,-Sehingga biaya operasional rata rata untuk setiap bulan adalah sekitar Rp 331.400,-. Jika biaya pemeliharaan setiap bulan diperlukan Rp 1.000.000,- yaitu untuk membayar satu orang pegawai untuk melakukan pemeliharaan, maka biaya operasional dan pemeliharan (OP) untuk sistem peringatan dini banjir ini adalah sebesar Rp 1.331.400,-per bulan.


(9)

INFORMASI BERBASIS SMS DAN WEB

JAKA WINDARTA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(10)

Judul Disertasi : Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang dengan Teknologi Informasi Berbasis SMS dan Web Nama : Jaka Windarta

NIM : P062040111

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc. Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr

Ketua Anggota

Dr.Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S. Dr. Ir. Suripin, M.Eng.

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H Sutjahjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


(11)

(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan Disertasi ini. Tema yang dipilih adalah Pengembangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Semarang dengan Teknologi SMS (Short Message Services) dan Web.

Disertasi ini merupakan hasil penelitian yang ditujukan untuk mengembangkan sistem peringatan dini banjir dengan menggunakan teknologi SMS dan Web dan telah diterapkan di Kali Garang Semarang. Penelitian ini juga merupakan babak baru dalam melakukan pengembanagn peralatan dari sistem manual ke dalam sistem otomatisasi baik segi pengambilan data curah hujan dan tinggi muka air secaraon line .

Dalam melakukan penelitian prediksi banjir digunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST), di mana metode ini untuk memprediksi besaran tinggi muka air dengan masukan adalah curah hujan di hulu dan keluaran tinggi muka air di hilir. Selain itu dilakukan integrasi antar prediksi banjir dengan sistem informasi banjir secarareal timedengan menggunakan sistem SMS

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Hidayat Pawitan M.Sc, Bapak Dr. Ir. I Dewa Made Subrata M.Agr, Bapak Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto MS dan Bapak Dr. Ir. Suripin M.Eng sebagai Tim Komisi Pembimbing yang telah memberikan kontribusi dalam bentuk saran pemikiran dan bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan Disertasi ini. Kepada Prof. Dr. Surjono H. Sutjahjo MS selaku Ketua Program Studi PSL saya ucapkan terima kasih atas perhatian dan waktunya dalam memberikan dorongan dan semangat kepada saya. Pada kesempatan ini saya sampaikan juga ucapan terima kasih kepada jajaran Pemerintah Kota Semarang dan Balai PSDA Jragung Tuntang yang telah banyak membantu dalam penyediaan dana dan tempat untuk melaksanakan penelitian.

Khususnya kepada isteri saya dr. Agustinawati Ulfah Sp.A yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doanya, serta kepada anak saya Azra Zaqi Pratama dan Nabila Hasna Pratiwi atas pengertian terkuranginya waktu kebersamaan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini dari awal sampai akhir saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Yuli Cristyiono, ST.MT dan Sumardi, ST.MT staf pengajar Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Undip yang telah membantu dalam bidang perangkat lunak. Sdr Purwatmo dan Herry Darma yang telah membantu dalam pelaksanaaan penelitian di lapangan. Juga semua staf Jurusan Teknik Elektro Undip dan semua pihak atas bantuan dan perhatiannya dalam penyelesaian Disertasi ini.

Sebagai sebuah Disertasi, tentunya diharapkan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Disertasi ini. Semoga bimbingan, saran, dan masukan yang diberikan dengan ikhlas membuahkan sebuah karya ilmiah yang bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia khususnya bagi Pemerintah Kota Semarang dan masyarakat Kota Semarang.

Bogor, Februari 2009 Jaka Windarta


(13)

Penulis dilahirkan di Solo Jawa Tengah pada tanggal 26 Mei 1964 dari ayah Drs. Suhardi dan ibu Suwarni. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung, lulus dan memperoleh gelar Sarjana pada tahun 1988. Penulis menyelesaikan pendidikan magister (S2) Jurusan Teknik Elektro ITB pada tahun 1995. Penulis menempuh pendidikan Doktor (S3) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor sejak 2004.

Riwayat pekerjaan penulis yaitu sebagai Staf Pengajar di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang, sejak tahun 1989 hingga sekarang. Penulis juga pernah bekerja sebagai staf pengajar Politeknik Negeri Bandung pada tahun 1998 s/d 2000. Bekerja sebagai staf konsultan PLN selama tahun 1995 sampai dengan 2002. Staf maintenance pada PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper Sumatera Selatan tahun 2003. Staf maintenance pada PT. Batamtex di Ungaran Semarang tahun 2004.

Sejak tahun 2006 sampai sekarang, penulis sebagai anggota tim FFWS (Flood Forecasting and Warning System) Departemen PU mewakili Undip. Penulis juga melakukan penelitian tentang peringatan dini banjir berbasis SMS dan Web di beberapa lokasi yaitu Kota Semarang, Bengawan Solo, Balai Sungai Puslitbang SDA Departemen PU di Solo, serta BBWS Pompengan Jeneberang SDA I Provinsi Sulawesi Tenggara.

Karya Ilmiah dengan judul Flood Early Warning System Develop at Garang River Semarang using Information Technology Base on SMS and Web telah disajikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) di Pelembang, Sumatera Selatan pada 21-23 Agustus 2008. Artikel lain yang berjudul Model Prediksi Tinggi muka Air Kali Garang Semarang dengan Jaringan Syaraf Tiruan telah diterbitkan pada Jurnal Majalah Teknik Vol 29 No 3 bulan Desember 2008. Saat ini penulis mempunyai jabatan fungsional Lektor Kepala / IV A pada Fakultas Teknik Undip Semarang.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Kerangka Pemikiran ... 1.6 Kebaruan ... II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir dan Mitigasi Bencana Banjir... 2.2 Sistem Peringatan Dini Banjir... 2.3 Sejarah Sistem Peringatan Dini Banjir di Indonesia ... 2.4 Teknologi Informasi ... 2.4.1 Short Message Service (SMS)... 2.4.2 Internet ... 2.4.3 World Wide Web... 2.5 Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis SMS dan Internet ... 2.5.1 Sistem Telemetri Curah Hujan dan Tinggi Muka Air Berbasis SMS ... . 2.5.2 Pengukuran Curah Hujan ... 2.5.3 Pengukuran Tinggi Muka Air... 2.5.4 Model Prakiraan Banjir ... 2.6 Jaringan Syaraf Tiruan ... 2.6.1 Pelatihan ... 2.6.2 Jaringan Syaraf Tiruan dengan Perambatan – Balik

(Backpropagation) ... 2.7 Konsep Penanggulangan Bencana ... 2.8 Penanggulangan Bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 ... III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ... 3.2 Bahan dan Alat ... 3.3 Tahapan Penelitian... 3.4 Metode Penelitian ... 3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 3.4.2 Metode Jaringan Syaraf Tiruan untuk Prediksi Tinggi Muka Air Sungai ... 3.4.3 Disain Sistem Telemetri Curah Hujan dan Tinggi Muka Air . 3.4.4 Analisa Peringatan Dini Banjir ... 3.4.5 Validasi Sistem Peringatan Dini Banjir ... 3.4.6 Sosialisasi dan Survey ... IV. KONDISI DAN PENGELOLAAN DAS GARANG

4.1 Kondisi Umum DAS Garang dan Kali Garang... iv ix xii 1 6 7 8 8 11 12 14 17 19 19 21 22 22 24 26 27 28 30 33 34 36 38 41 41 41 44 44 44 47 48 49 49 50


(15)

4.2 Sistem Jaringan Hidrometri DAS Garang... 4.2.1 Pemantauan Debit atau Tinggi Muka Air ... 4.2.2 Pemantauan Curah Hujan ... 4.3 Bendung Simongan ... 4.4 Rencana Pengelolaan DAS Garang ... 4.4.1 Mitigasi Bencana Banjir Kali Garang Secara Struktur... 4.4.2 Mitigasi Bencana Banjir Kali Garang Secara non Struktur .. V. PERANCANGAN SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR KALI GARANG

BERBASIS SMS DAN WEB

5.1 Gambaran Umum Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Berbasis SMS dan Web... 5.2 Perancangan Disain Sub Sistem Telemetri Tinggi Muka Air dan

Curah Hujan Kali Garang Berbasis SMS ... 5.2.1 Blok Diagram Sistem Keseluruhan Telemetri Tinggi Muka

Air dan Curah Hujan... 5.2.2 Perangkat Keras Tinggi Muka Air dan Curah Hujan ... 5.2.3 Perangkat Lunak Sistem Telemetri Tinggi Muka Air dan

Curah Hujan... 5.3 Perancangan Perangkat Lunak Telemetri dan Sistem Informasi

Banjir ... 5.4 Perancangan Sub Sistem Prediksi Banjir Kali Garang dengan

Jaringan Syaraf Tiruan ... 5.4.1 Ukuran Jaringan (Network Size)... 5.4.2 Parameter Laju Pembelajaran (α) ... 5.4.3 Parameter Momentum (μ) ... 5.4.4 Perancangan Senarai Program Jarinagn Syaraf Tiruan ... 5.5 Perancangan Sub Sistem Informasi Banjir Kali Garang Berbasis

SMS dan Web ... 5.6 Pemasangan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Berbasis

SMS dan Web ... 5.6.1 Pemasangan Peralatan Telemetri Curah Hujan di

Gunungpati ... 5.6.2 Pemasangan Peralatan Telemetri Tinggi Muka Air di

Bendung Simongan ... 5.6.3 Pemasangan Sistem Informasi Banjir Kali Garang Berbasis

SMS dan Web ...

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Pengujian Sub Sistem Telemetri Curah Hujan dan Tinggi Muka Air 6.1.1 Pengujian Telemetri Curah Hujan... 6.1.2 Pengujian Telemetri Tinggi Muka Air Kali Garang ... 6.1.3 Pencatatan Data Telemetri Curah Hujan dan Tinggi Muka

Air ... 6.1.4 Pengujian Sistem Telemetri Curah Hujan dan Tinggi Muka

Air Kali Garang Secara Keseluruhan ... 6.2 Hasil Pencatatan Sistem Telemetri Curah Hujan dan Tinggi Muka

Air ... 6.3 Pengujian Sub Sistem Prediksi Banjir Kali Garang ... 6.3.1 Visualisasi Sistem Prediksi Tinggi Muka Air Kali Garang

dengan Jaringan Syaraf Tiruan ... 6.3.2 Pemodelan Jaringan syaraf Tiruan ... 6.3.3 Hasil Pelatihan untuk 5 Model JST ...

52 52 54 55 57 58 60 64 66 66 68 72 75 75 76 77 78 78 80 81 81 82 83 84 84 86 87 90 91 95 98 99 100


(16)

iii

6.3.4 Pengaruh Jumlah Neuron ... 6.3.5 Pengaruh Perubahan Laju Pembelajaran ... 6.3.6 Pengaruh Perubahan Momentum ... 6.3.5 Hasil Pengujian 5 model JST... 6.4 Hasil Pengujian Sub Sistem Informasi Banjir ... 6.4.1 Hasil Pengujian Pengiriman Data dengan Menggunakan

Sistem SMS untuk Peringatan Dini Banjir... 6.4.2 Pengujian sistem informasi Banjir berbasis Web ... 6.4.3 Integrasi SIstem Telemetri,Sistem Prediksi dan Sistem

Informasi Banjir ... 6.5 Sistem Penanggulangan Bencana Banjir Kali Garang ... 6.6 Sistem Penanggulangan Bencana Banjir Kali Garang Berbasis

Masyarakat... 6.7 Sosialisasi Sistem Peringatan Dini Banjir berbasis SMS dan Web .. 6.7.1 Persepsi Petugas Banjir dan Staf Instansi Pemda Terhadap

Peralatan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang ... 6.7.2 Persepsi Masyarakat terhadap peralatan Sistem Peringatan

Dini Banjir Kali Garang ... 6.8 Pengaruh pembangunan Waduk Jatibarang terhadap Peringatan

Dini Banjir Kali Garang ... 6.9 Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang Secara Terpadu ... 6.10 Analisa Biaya Operasi dan Pemeliharaan ... VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... 7.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ... 102 104 105 107 112 112 115 117 118 121 124 126 128 131 132 133

135 137

139


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Peta Kota Semarang... Gambar 2 Kerangka pemikiran sistem peringatan dini banjir ... Gambar 3 Konfigurasi sistem telemetri curah hujan dan tinggi muka

air menggunakan radio ... Gambar 4 Stasiun telemetri curah hujan dengan sistem radio di

Jatisrono (Hulu Bengawan Solo) yang sudah tidak berfungsi lagi... Gambar 5 Arsitektur dasar jaringan SMS... Gambar 6 Sistem peringatan dini banjir berbasis SMS dan Web ... Gambar 7 Sistem telemetri curah hujan atau tinggi muka air dengan

SMS... Gambar 8 Alat penakar hujan manual... Gambar 9 (a) Alat penakar hujan otomatis jenistipping bucketdan (b) pencatat curah hujan otomatis ... Gambar 10 (a) Pengukuran tinggi muka air sungai denganpeil scale,

(b) Mekanik otomatis dan (c) Elektronik datalogger... Gambar 11 Struktur neuron jaringan syaraf ... Gambar 12 Jaringan Syaraf Tiruan sederhana ... Gambar 13 Arsitektur jaringan syaraf tiruan dengan perambatan balik .. Gambar 14 Siklus pengelolaan bencana ... Gambar 15 Siklus penanganan bencana ... Gambar 16 Tahapan Penelitian ... Gambar 17 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan yang dipakai ... Gambar 18 Contoh bentuk data curah hujan selama 4 hari sebelumya

dan data tinggi muka air tiga jam sebelumnya dalam Jaringan Syaraf Tiruan... Gambar 19 Peta dan penggunaan lahan di DAS Garang ... Gambar 20 Lokasi penempatan AWLR dan ARR di DAS Garang ... Gambar 21 Foto Bangunan AWLR yang dikelola oleh Dinas PSDA

Jawa Tengah ...

4 10

17

18 21 24

25 26

27

28 31 32 35 37 38 43 46

47 51 53


(18)

v

Gambar 22 Foto Stasiun AWLR dan ARR yang dikelola oleh

Departemen Pertanian ... Gambar 23 Grafik antara h (head)dengan debit untuk Bendung

Simongan... Gambar 24 Bendung Simongan dilihat dari sisi hilir ... Gambar 25 Denah lokasi pekerjaan JatibarangDam, River

Improvement for West Floodway/Garang River dan Urban Drainage System Improvement... Gambar 26 Manfaat dari rencana pekerjaanFlood Control , Urban

Drainage and Water Resources Development... Gambar 27 Bentuk sumur resapan untuk kawasan hulu... Gambar 28 Bentuk tampungan air untuk kawasan hilir... Gambar 29 Sistem peringatan dini banjir Kali Garang berbasis SMS

dan Web ... Gambar 30 Blok diagram sistem telemetri tinggi muka air dan curah

hujan... Gambar 31 Sensor tinggi muka air ... Gambar 32 Penakar hujan jenistipping bucket... Gambar 33 Posisireed switchterhadap magnet... Gambar 34 Skematik lengkap sistem telemetri curah hujan dan tinggi

muka air ... Gambar 35 Modem GSM Wavecom ... Gambar 36 Diagram alir sistem telemetri curah hujan dan tinggi muka

air dengan SMS ... Gambar 37 Diagram alir perangkat lunak telemetri ... Gambar 38 Diagram alir perancangan Jaringan Syaraf Tiruan ... Gambar 39 Arsitektur JST perambatan-balik peramalan tinggi

permukaan air dengan 1 lapis tersembunyi dengan n lapisan tersembunyi maksimum 50 ... Gambar 40 Prosedur pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan ... Gambar 41 Sub Sistem Informasi Banjir Kali Garang berbasis SMS dan

Web ... Gambar 42 Foto peralatan telemetri curah hujan di Gunungpati ... Gambar 43 Foto-foto peralatan telemetri tinggi muka air dipasang di

Bendung Simongan ...

55 56 57 58 59 62 62 65 67 68 69 70 71 71 73 75 76 77 79 80 82 83


(19)

Gambar 44 Tampilan utama perangkat lunak telemetri curah hujan dan tinggi muka air... Gambar 45 Tampilan setting untuk pengiriman data yang dari

lapangan ke komputer server... Gambar 46 Grafik jumlah data dalam % untuk (a) curah hujan dan (b)

TMA dengan jeda kurang dari 5 menit dan 5 s/d 10 menit . Gambar 47 Perubahan tinggi muka air Kali Garang dari normal ke

waspada, siaga, atau awas untuk Bulan Januari 2008 ... Gambar 48 Perubahan tinggi muka air Kali Garang dari normal ke

waspada, siaga, atau awas untuk Bulan Februari 2008 ... Gambar 49 Perubahan tinggi muka air Kali Garang dari normal ke

waspada, siaga, atau awas untuk Bulan Maret 2008... Gambar 50 Hidrograf Kali Garang pada tahun 1993 oleh JICA... Gambar 51 Grafik curah hujan di Gunungpati dan tinggi muka air di

Bendung Simongan pada tanggal 25 Desember 2006 ... Gambar 52 Tampilan software prediksi tinggi muka air Kali Garang ... Gambar 53 Contoh struktur data masukan dan aristektur JST untuk

model satu ... Gambar 54 Tampilan hasil pelatihan untuk jumlah neuron 20 laju

pembelajaran 0,5 momentum 0, 3 ... Gambar 55 Grafik antara target dan prediksi pada saat pelatihan

dengan laju pembelajaran 0,9 dan momentum 0.5 serta data masukan curah hujan 4 hari sebelumnya ... Gambar 56 Hasil pelatihan model 3 untuk jumlah neuron 30, Laju

pembelajaran 0,9 dan momentum 0,5 dengan diperlukan waktu pelatihan 4 jam 15 menit... Gambar 57 Hasil pelatihan model 3 untuk jumlah neuron 30, Laju

pembelajaran 0,9 dan momentum 0,5 dengan diperlukan waktu pelatihan 3 jam 13 menit... Gambar 58 Hasil pelatihan untuk jumlah neuron 20, Laju pembelajaran

0,9 dan momentum 0,5 dengan diperlukan waktu

pelatihan 3 jam 13 menit ... Gambar 59 Hasil pelatihan untuk jumlah neuron 20, Laju pembelajaran

0,5 dan momentum 0,5 dengan diperlukan waktu

pelatihan 3 jam 20 menit ...

91

91

92

93

94

94 96

97

99

100

101

103

104

104


(20)

vii

Gambar 60 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk model 1D ... Gambar 61 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

Model 2E... Gambar 62 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

Model 3D ... Gambar 63 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

Model 4B... Gambar 64 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

Model 5D ... Gambar 65 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

model 1D data masukan CH(t) s/d CH(t-24 jam) dengan 20

neuron laju pembelajaran 0,5; momentum 0,3 ... Gambar 66 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

model 2E data masukan CH(t) s/d CH(t-48 jam) dengan 30

neuron laju pembelajaran 0,9; momentum 0,5... Gambar 67 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk

model 3D data masukan CH(t) s/d CH(t-72 jam) dengan 20

neuron laju pembelajaran 0,5; momentum 0,3... Gambar 68 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk model data masukan CH(t)s/d CH(t-96 jam)dengan 20 neuron

laju pembelajaran 0,9; momentum 0,3... Gambar 69 Grafik hasil pengujian antara target dan prediksi untuk data

masukan CH(t)s/d CH(t-120 jam)dengan 20 neuron laju

pembelajaran 0,9; momentum 0,5...

Gambar 70 Tampilan tulisan yang diterima di HP pada kejadian banjir sebenarnya ... Gambar 71 Tampilan daftar nama dan no HP yang akan dikirim status

Kali Garang berubah dari normal ke waspada/siaga/awas .. Gambar 72 Tampilan web site sistem peringatan dini banjir di

www.semarang.go.id ... Gambar 73 Tampilan web site sistem peringatan dini banjir Kali Garang

Gambar 74 Sistem Jaringan Internet di Pemkot Semarang ... Gambar 75 Sistem jaringan internet yang seharusnya di Pemkot

Semarang ...

109

109

109

110

110

111

111

111

112

112

113

115

115 116 116


(21)

Gambar 76 Tampilan simulasi sistem peringatan dini banjir yang telah terintegrasi terhadap sub sistem telemetri, sub sistem prediksi dan sub sistem informasi banjir ... Gambar 77 (a). Susunan organisasi penanggulangan bencana

sebelum UU No. 24 Tahun 2007 ... (b). Susunan organisasi penanggulangan bencana setelah UU No. 24 Tahun 2007 ... Gambar 78 Susunan SATLAK PBP Kota Semarang dan Kelompok

Masyarakat Penanggulangan Bencana untuk bencana banjir Kali Garang ... Gambar 79 Usulan Struktur organisasi KMPB di sekitar Kali Garang

berdasarkan panduan umum penanganan bencana

berbasis masyarakat ... Gambar 80 Diagram lingkaran persentase persepsi petugas terhadap

(a) pertanyaan P1dan (b) Pertanyaan P2...

Gambar 81 Diagram lingkaran persentase persepsi petugas banjir terhadap (a) pertanyaan P3dan (b) pertanyaan P4...

Gambar 82 Diagram lingkaran persentase persepsi wakil masyarakat terhadap (a) pertanyaan P1dan (b) Pertanyaan P2...

Gambar 83 Diagram lingkaran persentase persepsi wakil masyarakat terhadap (a) pertanyaan P3dan (b) Pertanyaan P4...

Gambar 84 Sistem peringatan dini banjir Kali Garang secara terpadu...

118

119

119

120

124

127

127

130

130 132


(22)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Lokasi dan kerugian bencana banjir selama 5 tahun terakhir di Indonesia ... Tabel 2 Contoh klasifikasi bahaya banjir dan durasi pelaporan... Tabel 3 Pengelompokan data primer untuk model Jaringan Syaraf Tiruan ... Tabel 4 Klasifikasi status banjir terhadap tinggi muka air di Bendung Simongan... Tabel 5 Lokasi AWLR ... Tabel 6 Lokasi ARR di DAS Garang ... Tabel 7 Hubungan antara tinggi limpas bendung (m) dan debit (m3/dtk) ... Tabel 8 Kejadian penting banjir Kota Semarang ... Tabel 9 Perubahan tata guna lahan sekitar hulu Kali. Garang, Kali Kripik dan Kreo ... Tabel 10 Pencegahan Banjir Secara Non Struktur daerah hulu dan hilir DAS Kali Garang... Tabel 11 Item-item perubahan dalam pemasangan peralatan telemetri... Tabel 12 Hasil perhitungan penakar hujan otomatis untuk diameter 16 cm... Tabel 13 Hasil pengetesan dengan menumpahkan air ke curah hujan secara manual dan otomatis ... Tabel 14 Perbandingan hasil pengetesan curah hujan secara manual dan otomatis ... Tabel 15 Hasil uji coba pembacaan tinggi muka air secara manual dengan pembacaan peralatan telemetri tinggi muka air Kali Garang pada tanggal 3 Januari 2008 ... Tabel 16 Contoh perbedaan waktu pengiriman data curah hujan dari tinggi muka air dari lapangan dengan waktu penerimaan data di server komputer tanggal 30 Januari 2008 ...

2 23

45

48 52 54

55 56

61

63 81

84

85

86

86


(23)

Tabel 17 Tertundanya penerimaan data tinggi muka air dan curah hujan di server komputer akibat padamnya pasokan listrik PLN tanggal 30 Januari 2008... Tabel 18 Hasil perbedaan antara waktu pengiriman dan penerimaan SMS untuk sistem telemetri curah hujan dan tinggi muka air .. Tabel 19 Hasil pencatatan waktu perubahan dari kondisi normal ke siaga, waspada, atau awas pada bulan Januari s/d Maret 2008 Tabel 20 Data curah hujan di Gunungpati dan tinggi muka air di Bendung Simongan pada tanggal 25 Desember 2006 ... Tabel 21 Struktur data masukan pada Jaringan Syaraf Tiruan ... Tabel 22 Hasil pelatihan JST untuk ke lima model... Tabel 23 Perbandingan MSE untuk momentum 0,5 dengan jumlah neuron 20 dan 30... Tabel 24 Pengaruh perubahan laju pembelajaran terhadap MSE untuk Neuron 20 dan Momentum 0,5... Tabel 25 Perbandingan MSE pelatihan tehadap perubahan momentum 0,5 dan 0,3 untuk neuron 20, laju pemnbelajaran 0,9 untuk ke lima model ... Tabel 26 Hasil pengujian JST dengan masukan data curah hujan bervariasi ... Tabel 27 Hasil pengujian perbedaan waktu antara pengiriman SMS dan penerimaan pada beberapa operator ... Tabel 28 Contoh beberapa orang yang akan menerima SMS jika Kali Garang meningkat statusnya ... Tabel 29 Daerah rawan benacana banjir bandang di sekitar Kali Garang Tabel 30 Aspek penyebab banjir di sekitar Kali Garang ... Tabel 31 Aspek partisipasi masyarakat... Tabel 32 Hasil survey persepsi petugas dan staf instansi terkait

terhadap peralatan sistem peringatan dini

banjir Kali Garang ... Tabel 33 Perhitungan skor pertanyaan untuk responden staf/petugas banjir... Tabel 34 Hasil survey persepsi wakil masyarakat terhadap peralatan sistem peringatan dini banjir Kali Garang ...

89

92

95

97 100 102

103

105

106

108

113

114 120 122 122

126

128


(24)

xi

Tabel 35 Perhitungan skor pertanyaan untuk responden wakil masyarakat ... Tabel 36 Perhitungan biaya operasional peralatan Sistem Peringatan Dini Banjir Kali Garang berbasis SMS dan Web Selama Satu Tahun ...

131


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Algoritma Jaringan Saraf Tiruan ... Lampiran II A Peta genangan pada saat banjir tanggal 25 januari 2005 .... Lampiran II B Kapasitas Kali Garang dari muara sungai hingga Bendung Simongan... Lampiran III Data curah hujan di Gunung Pati periode Januari-Maret 2008... Lampiran IV Hasil pengujian JST untuk model 4 B dengan jumlah neuron 20; laju pembelajaran 0,9; momentum 0,3... Lampiran VA Lembar kuisioner untuk untuk petugas banjir dan instansi terkait ... Lampiran VB Lembar kuisioner untuk wakil masyarakat... Lampiran VC Perhitungan skor untuk petugas banjir/instansi ... Lampiran VD Perhitungan skor untuk wakil masyarakat ... Lampiran VI Kegiatan sosialisasi sistem peringatan dini banjir Kali Garang dengan teknologi informasi berbasis SMS dan Web ... Lampiran VII Hasil pencatatan Kondisi Kali Garang pada bulan Januari Maret 2008 ...

145 150

151

152

154

158 158 159 159

160 161


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, idealnya memadukan perimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (WCED 1987), keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan menjadi kunci yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan pembangunan.

Bencana banjir dan kekeringan merupakan salah satu akibat negatif dari tidak adanya keseimbangan antara pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan. Banjir dan kekeringan cenderung meningkat dari tahun ke tahun baik secara kuantitas dan waktu kejadian maupun secara kualitas. Banjir tidak hanya berupa air saja tetapi juga membawa lumpur, sedimen, limbah, dan lain lain. Banjir tidak hanya disebabkan oleh faktor alam saja (curah hujan yang tinggi, kondisi topografi, penutup lahan) namun juga sebagai akibat ulah dan aktivitas manusia dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan alam.

Intervensi manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah yang sebelumnya jarang terjadi. Maraknya kejadian bencana akhir-akhir ini seperti tanah longsor, banjir, kekeringan dan sebagainya merupakan indikator tidak optimalnya pengelolaan sumber daya dalam Daerah Aliran Sungai (Kodoatie R dan Rustam S, 2008)

Fenomena banjir musim hujan dan kekeringan musim kemarau yang sering terjadi akhir-akhir ini merupakan indikator hidrologis buruknya kondisi suatu Daerah Alira Sungai (DAS). Fenomena ini terjadi akibat terganggunya keseimbangan daur hidrologi yang ditandai dengan ekstrimnya salah satu komponen daur hidrologi yakni aliran permukaan (run-off) akibat menurunnya kapasitas infiltrasi tanah. Air hujan yang jatuh di permukaan tanah lebih banyak


(27)

yang menajdi aliran permukaan dibandingkan dengan air yang masuk dan tersimpan di dalam tanah (Maryono A, 2003).

Beberapa kejadian banjir di tahun 2006 antara lain: banjir bandang disertai tanah longsor yang menewaskan lebih dari 250 orang pada tanggal 20 Juni 2006 di Sinjai Sulawesi Selatan; di Trenggalek yang menewaskan lebih dari 30 orang pada bulan April 2006; di Jember yang menewaskan 62 orang dan ratusan rumah rusak; serta banjir di pantura (Demak, Semarang, Kendal, dan Indramayu) yang mengakibatkan kerugian milyaran rupiah akibat ribuan rumah dan ribuah hektar sawah terendam serta 4 orang meninggal dunia. Banjir pantura tanggal 28 Januari 2006 ini juga mengakibatkan transportasi darat lewat pantura (dari arah Kendal ke Semarang serta dari Semarang ke Jawa Timur) lumpuh total selama 2 hari seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Lokasi dan kerugian bencana banjir selama 5 tahun terakhir di Indonesia

Sumber : disarikan dari berbagai sumber

NO LOKASI DAN TAHUN KEJADIAN BANJIR BESAR KERUGIAN

1 Banjir Bandang di Kec Panti, Jember , 2 Januari 2006

60 orang tewas, ratussan rumah rusak.

2 Banjir di Pantura (Pati, Kudus, Demak,

Semarang, Kendal, Cirebon, Indramayu), 28 Januari 2006

Ribuan hektar sawah

terendam dan ribuan rumah terendam

3 Banjir Bandang di Malang dan Jombang, Feb

2006

Ratusan rumah rusak

4 Banjir Bandang di Pati, Maret 2006 Ratusan rumah rusak

5 Banjir Bandang di Sumber Manjing, Malang,

2004

3 orang tewas, ratusan

rumah rusak

6 Banjir di Blitar Selatan, 2004. 16 Orang tewas dan puluhan

rumah rusak

7 Bajir Bandang di Bukit Lawang, Bohorok, 3

November 2003

92 orang tewas, 154 orang hilang

8 Banjir bandang di Langkat, Sumatra utara, 7 Oktober 2003

600 rumah terendam,

puluhan rumah rusak dan ratusan hektar sawah rusak

9 Banjir Bandang di Malang, 22 – 23 November

2003

3 orang tewas dan 400

rumah tergenang (150 rusak) 10 Banjir dan tanah longsor di Ende, NTT, 29 Maret

2003

42 orang tewas dan ratusan rumah hancur

11 Banjir di Pacet, Mojokerto, 2002 24 orang tewas

12 Banjir di Jakarta, Feb 2002 Kerugian ditaksir mencapai


(28)

3

Seperti halnya kota-kota pantai lainnya di Indonesia, Semarang menghadapi permasalahan laten berupa banjir, baik banjir musiman yang datang setiap musim hujan, maupun banjir harian akibat rob. Banjir seakan sudah menyatu dengan kota Semarang, sehingga mendapat julukan “Kota Banjir“ bahkan telah diabadikan dalam sebuah lagu yang cukup terkenal yaitu “Semarang Kaline Banjir“.

Berbagai usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan banjir, baik yang berupa studi, seminar, diskusi, di samping kegiatan fisik sarana penanggulangan banjir, sudah tak terhitung jumlahnya. Usaha tersebut sudah dimulai sejak jaman Belanda, yaitu dibangunnya Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat sekitar awal abad 19. Namun keadaan tak teratasi, banjir masih saja terus terjadi, khususnya pada musim hujan. Bahkan dikatakan makin meningkat, baik luasan maupun sebarannya (BAPPEDA Kota Semarang, 2008).

Kota Semarang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah, secara geografis terletak pada 110o50‘ Bujur Timur dan 6o50’ – 7o10’ Lintang Selatan. Kota Semarang memiliki luas wilayah 373,70 km2. Secara administratif, kota Semarang terbagi atas 16 wilayah kecamatan dan 177 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan Mijen seluas 57,55 km2, kecamatan Gunungpati seluas 52,63 km2. Sedangkan kecamatan yang terkecil wilayahnya adalah kecamatan Semarang Tengah seluas 5,14 km2.

Secara topografi kota Semarang terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0 - 5%, sedangkan di bagian selatan merupakan daerah dataran tinggi dan perbukitan dengan kemiringan bervariasi antara 5 -40%. Wilayah kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 - 348 m dpl (di atas permukaan laut). Tantangan yang dihadapi adalah menjaga keseimbangan kota atas dan kota bawah dalam satu kesatuan ekologis.

Salah satu sungai besar yang mengalir di tengah kota Semarang adalah Kali Garang. Kali Garang dengan luas DAS 203 km 2 dicirikan oleh debit aliran banjir yang besar dan datangnya cepat (flash flood). Kali Garang mempunyai pola meranting, dengan demikian banyak anak-anak sungainya. Anak sungai yang utama yaitu Sungai Kreo dan Sungai Kripik, dengan panjang aliran Kali Garang dari hulu sampai ke hilir kurang lebih 35 km (Gambar 1).


(29)

Gambar 1 Peta Kota Semarang.

Kali Garang yang terletak di bagian barat kota Semarang, semula mempunyai muara yang disebut Kali Semarang. Dengan adanya perkembangan kota, beban Kali Semarang menjadi berat, sementara upaya normalisasi sudah tidak memungkinkan. Maka pada abad ke 19, dibangunlah Banjir Kanal Barat mulai dari Simongan lurus ke utara langsung menuju laut. Banjir Kanal Barat merupakan terusan dari Kali Garang yang bersumber di Gunung Ungaran.

Adanya pemukiman penduduk yang padat di sekitar Kali Garang sehingga banjir yang terjadi mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik harta maupun nyawa. Pada tanggal 25 Januari 1990 terjadi banjir bandang yang mengakibatkan lebih dari 45 orang meninggal dan kerugian harta benda yang begitu besar. Kerugian total ditaksir mencapai 8,5 milyar rupiah. Daerah yang mengalami kerugian terbesar meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Semarang Selatan. Ketinggian genangan/banjir di dua kecamatan tersebut mencapai 3 meter selama 3 sampai 5 jam (JICA, 2000)

Kali Garang Kali Kripik


(30)

5

Dalam upaya mengurangi bencana banjir, aspek pengendalian banjir adalah sangat penting. Secara umum, pengendalian banjir dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu upaya struktur dan non struktur. Upaya struktur antara lain pembangunan waduk, floodway, perbaikan alur sungai, retardasi (waduk alam). Dalam upaya pengendalian banjir, selain melalui upaya struktur dengan membangun bangunan prasarana pengairan pengendali banjir, perlu juga dikembangkan upaya non struktur antara lainFlood Planning Zooningdan Flood Forecasting and Warning System (FFWS) atau Sistem Prediksi dan Peringatan Dini Banjir yang meliputi kegiatan prediksi (memperkirakan) besaran dan kapan akan terjadi banjir sekaligus pemberitahuan kepada masyarakat kemungkinan akan terjadinya. Kejadian banjir dapat diantisipasi dengan menggunakan sistem peringatan dini banjir .

Sistem peringatan dini datangnya banjir kepada masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai peralatan komunikasi seperti radio, telepon, televisi, dll. Dalam Undang Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa pengendalian banjir/daya rusak air menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, pengelola SDA dan masyarakat (Kodatie dan Rustam S, 2008). Sehingga di dalam pelaksanaan tersebut di atas seluruh komponen ikut berpartisipasi baik dalam koordinasi maupun penyampaian informasi. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat seperti SMS (Short Message Services) dan Web, maka informasi tentang peringatan dini banjir dapat disampaikan dan diterima dengan cepat.

Metode yang digunakan dalam prakiraan debit banjir dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu model matematis/konseptual dan model black-box (Anwar, 2006). Prakiraan debit banjir secara konseptual adalah dengan memperhitungkan semua aspek daur hidrologi yang ada dalam suatu DAS. Metode ini mempunyai banyak kendala di antaranya sulitnya mendapatkan data di lapangan, seperti tata guna lahan, evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, interflow, dan lain lain. Sedangkan sistem prediksi banjir dalam peringatan dini banjir dengan menggunakan data curah hujan dan debit antara lain menggunakan metodeARIMA (Auto Regresive Integrated Moving Average) dan ANN (Artifical Neural Network) atau lebih dikenal Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Dengan adanya perkembangan teknologi informasi seperti SMS dan Web, memungkinkan integrasi antara model sistem prediksi banjir dan teknologi informasi. Dengan adanya integrasi tersebut, diharapkan infomasi tentang peringatan dini banjir dapat diterima masyarakat secara cepat dan akurat.


(31)

Dalam penanganan bencana, paradigma yang sedang dikembangkan adalah paradigma pengurangan resiko. Pendekatan ini merupakan perpaduan dari sudut pandang teknis dan ilmiah dengan perhatian kepada faktor faktor sosial, ekonomi, dan politik dalam perencanaan pengurangan bencana. Dalam hal ini penanganan bencana bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan menekankan resiko terjadinya bencana. Hal penting dalam pendekatan ini adalah memandang masyarakat sebagai subyek dan bukan sebagai obyek penanganan bencana dalam proses pembangunan. Untuk itu sangat diperlukan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana termasuk penanggulangan bencana banjir. Sehingga dalam penanggulangan bencana banjir Kali Garang, maka konsep Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) perlu dikembangkan (Yayasan IDEP, 2005)

Dalam penelitian ini dikembangkan suatu sistem peringatan dini banjir, yaitu prediksi banjir dengan menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan yang diintegrasikan dengan peralatan teknologi informasi seperti SMS dan Web sehingga peringatan dini tersebut dapat diakses di manapun selama ada jaringan komunikasi. Selain itu dilakukan analisa tentang persepsi petugas banjir dan wakil masyarakat sekitar Kali Garang terhadap efektifitas serta manfaat peralatan sistem peringatan dini banjir dengan melakukan survey langsung ke petugas banjir dan wakil masyarakat .

1.2 Perumusan Masalah

Pemantauan aliran sungai umumnya dilakukan dengan pemantauan elevasi muka air sungai secara manual (dengan papan duga) atau secara otomatis dengan AWLR (Automatic Water Level Recorder). Saat ini, elevasi permukaan air di sepanjang Kali Garang diukur secara mekanik dengan AWLR dan manual di lokasi Bendung Simongan. Nilai elevasi permukaan air diketahui dari hasil penggambaran grafik berdasarkan perubahan permukaan air atau dengan operator melihat langsung level di lokasi pengukuran dengan membaca papan duga. Setelah itu operator akan mencatat dan menentukan apakah level tersebut telah berada pada batas aman, batas pengawasan atau batas bahaya. Jika pada batas tidak aman maka operator akan menghubungi instansi terkait melalui media komunikasi seperti kentongan, telepon, atau radio HT secara manual.


(32)

7

Kondisi diatas adalah kondisi umum yang terjadi saat ini. Dari kondisi tersebut maka kecepatan, ketepatan dan sistem penyampaian pesan terutama pada saat elevasi permukaan air diatas ketinggian normal menjadi memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki secara umum adalah :

• Belum ada pencatatan secara real time

• Pengukuran ketinggian permukaan air sungai dilakukan secara manual atau mekanik

• Operator harus ke lapangan untuk pencatatan dan pengawasan

• Ketinggian air diatas normal hanya dapat diketahui saat operator berada ditempat pengukuran

• Ketergantungan tinggi pada kedisiplinan operator atau petugas banjir

• Sistem penyampaian dan penyimpanan data manual

Saat ini sistem pengukuran tinggi muka air secara otomatis dengan sistem telemetri belum diterapkan di Kali Garang. Sehingga sistem peringatan dini banjir secara otomatis belum dapat diterapkan. Dengan adanya kelemahan kelemahan sistem peringatan dini banjir secara manual maka diperlukan sistem peringatan dini banjir secara otomatis yang dapat memberikan informasi banjir ke petugas banjir atau masyarakat sekitar Kali Garang.

Kali Garang yang mempunyai karakteristik debit banjir yang cepat memerlukan sistem peringatan dini banjir yang cepat. Sistem peringatan dini banjir ini akan sangat membantu mengurangi besarnya kerugian akibat banjir. Permasalahan adalah sejauh mana sistem peringatan dini banjir yang paling tepat dalam mengantisipasi akan adanya banjir. Selain itu, metode prediksi banjir yang bagaimanakah dan peralatan yang bagaimanakah yang dapat mendukung sistem peringatan dini banjir yang akurat.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi banjir dan peringatan dini banjir berbasis SMS dan Web dan diharapkan dapat memberi nilai tambah (added value) yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan pemerintah dalam penanganan bencana banjir. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan sistem perangkat keras dan lunak telemetri hidrologi Kali Garang berbasis SMS.


(33)

2) Mengembangkan sistem perangkat lunak prediksi banjir Kali Garang dengan model Jaringan Syaraf Tiruan.

3) Membangun sistem informasi peringatan dini banjir Kali Garang berbasis SMS dan Web.

4) Mengintegrasikan telemetri hidrologi, prediksi tinggi muka air sungai dan sistem informasi peringatan dini banjir ke dalam suatu sistem Flood Forecasting and Warning System (FFWS) atau sistem prediksi dan peringatan dini banjir.

5) Melakukan analisis tentang persepsi petugas banjir dan masyarakat tentang fungsi dan efektifitas peralatan peringatan dini banjir yang dikembangkan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1) Untuk memberikan informasi secara dini prakiraan akan terjadinya banjir pada penduduk disekitar Kali Garang sehingga masyarakat dapat melakukan upaya penyelamatan sebelum kejadian banjir .

2) Untuk memberikan informasi secara dini prakiraan akan terjadinya banjir kepada instansi pemerintah sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan banjir.

3) Sistem peringatan dini yang secara otomatis ini diharapkan dapat dijadikan model peringatan dini banjir untuk daerah perkotaan lain yang padat penduduk.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perkotaan yang merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Urbanisasi yang terjadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia akhir-akhir ini menambah beban daerah perkotaan menjadi lebih berat. Kebutuhan akan lahan, baik untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian meningkat sehingga lahan yang berfungsi sebagai retensi dan resapan menurun, akibatnya aliran permukaan bertambah besar. Perubahan lahan dari hutan menjadi daerah terbangun juga meningkatkan erosi. Material yang tererosi terbawa serta ke sungai dan menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai. Perubahan tata guna


(34)

9

lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran dan menyebabkan banjir.

Penanggulangan banjir secara struktur (normalisasi sungai, pembuatan polder, waduk, dll) sebenarnya tidaklah cukup. Pendekatan non struktur dengan melakukan prediksi dan peringatan dini menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak kerugian banjir, apalagi untuk menghadapi banjir bandang yang datangnya secara tiba tiba.

Melalui sistem prediksi dan peringatan dini banjir ini, banjir dapat diketahui beberapa jam sebelum menggenangi suatu wilayah. Dengan demikian para petugas pintu/pompa dapat bersiap siap untuk mengoperasikan infrastruktur yang telah ada untuk mengurangi besarnya genangan dan dampak akibat adanya banjir yang akan datang serta memberikan waktu kepada penduduk untuk menyelamatkan diri dan mengamankan harta benda.

Metode yang sering dipergunakan dalam pengembangan sistem peringatan dini banjir suatu DAS yang mempunyai data curah hujan dan debit sungai adalah model kotak hitam (black-box). Model kotak hitam dipergunakan untuk mengubah data curah hujan menjadi debit sungai tanpa memperhitungkan sifat bio fisik DAS dan tanpa memperhitungkan proses yang terjadi dalam perubahan tersebut. Salah satu contoh model kotak hitam adalah Jaringan Syaraf Tiruan. Model inilah yang akan dipakai dalam pemilihan prediksi debit banjir/tinggi muka air. Model JST memerlukan data curah hujan dan tinggi muka air untuk beberapa periode sebelumnya sebagai pembelajaran dan membangun JST.

Peringatan dini yang merupakan pemberitaan hasil pemantauan dan akuisisi data curah hujan dan aliran sungai (tinggi muka air/debit), perlu disampaikan dengan baik kepada masyarakat luas, utamanya di daerah rawan banjir. Pemberitahuan kepada organisasi penanggulangan bencana alam tidak boleh terlupakan. Pada saat ini khususnya di luar negeri telah ada peralatan hidrometri berbasis komputer.

Sistem prediksi banjir dan peringatan dini perlu ditunjang oleh suatu perangkat lunak (software) untuk memprediksi besar dan waktu terjadinya banjir serta perangkat keras (hardware) untuk dapat memantau dan mengirimkan data di lapangan secara tepat. Pembentukan sistem prediksi ini selanjutnya mengarah pada sistem peringatan dini yang akan memberikan peringatan akan datangnya banjir dalam periode waktu tertentu sebelum banjir datang.

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi akan sangat membantu dalam hal penyampaian informasi sistem peringatan dini banjir.


(35)

Selain itu dengan adanya perangkat teknologi informasi yang berbasis Web dan SMS, informasi peringatan dini banjir tersebut dapat diakses di manapun selama jaringan telekomunikasi tersebut ada. Gambar 2 menunjukkan kerangka pemikiran sistem peringatan dini banjir secara lengkap.

Gambar 2 Kerangka pemikiran sistem peringatan dini banjir

Hujan di DAS Garang

Time responseinformasi banjir <Time responsebanjir, peringatan dini banjir berhasil Time responseinformasi banjir >Time responsebanjir, peringatan dini banjirgagal

Data curah hujan Data TMA

DAS Garang

Telemetri Curah Hujan

Studi korelasi curah hujan dan TMA

dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Tiruan

Aliran Permukaan

Kalibrasi dan Verifikasi Model

Tingkat kesalahan memenuhi syarat

Model Prediksi Banjir dengan JST

Banjir

Informasi Peringatan Dini Banjir dengan

SMS dan Web Ya

Time Response

Banjir

Time Response Informasi

Banjir

Aman

Tidak

Telemetri TMA

Kondisi Tinggi Muka Air Sungai

(TMA)

Waspada SIaga Awas

Waspada Siaga Awas Aman


(36)

11

Mengingat pentingnya informasi bahaya banjir terutama informasi ketinggian permukaan air sungai dan menjawab tuntutan masyarakat akan penyediaan informasi yang tepat, real time dan akurat, maka upaya pematauan yang dilakukan secara manual saat ini belum dapat secara optimal menjawab tuntutan di atas. Oleh sebab itu monitoring yang dilakukan saat ini perlu ditingkatkan kinerjanya dengan tujuan menyediakan dan memberitahukan informasi penting mengenai ketinggian (elevasi) permukaan air sungai secepat, seakurat dan se-real time mungkin, dan hal ini dapat diwujudkan dengan suatu pemantaun secara otomatis. Sistem ini akan menunjang dan sangat dibutuhkan dalam pembangunan sistem prediksi banjir dan peringatan dini.

1.6 Kebaruan

Kebaruan dalam Disertasi ini mencakup dua hal yang terpenting yaitu dari segi pendekatan dan segi hasil. Dari segi pendekatan yaitu metode yang digunakan dalam prediksi banjir adalah metode Jaringan Syaraf Tiruan dan diintegrasikan dengan sistem informasi banjir secara real time. Sedangkan dari segi hasil adalah sistem peringatan dini banjir ini telah diimplementasikan secara nyata di lapangan dan dilakukan evaluasi dari kinerja sistem peringatan dini banjir sehingga akan diketahui apakah hasil implementasi sistem peringatan dini banjir di lapangan akan berhasil atau tidak.


(37)

2.1 Pengertian Banjir dan Mitigasi Bencana Banjir

Difinisi Banjir (flood) Menurut Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage (ICID) dalam Siswoko(2002) adalah “ A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual; also the inundation of flow land that may result thereform. A body of water, rising, swelling and overflowing the land not usually thus covered. Also deluge; a freshet. Definisi lain banjir adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan(run-off extremes) di mana tinggi muka air sungai atau debit melebihi suatu batas batas yang ditetapkan untuk kepentingan tertentu (Harto, 1993).

Secara umum terdapat tiga istilah pengertian banjir yang dikaitkan dengan sungai di masyarakat (Isnugoroho, 2002) yaitu :

 Suatu sungai dikatakan banjir apabila terjadi peningkatan debit aliran yang relatif besar, pengertian ini biasa digunakan oleh para petugas hidrologi dan masyarakat umum/awam setempat.

 Suatu sungai dikatakan banjir apabila aliran air melimpas keluar alur sungai, pengertian ini biasa dipakai oleh instansi pengelola sungai/pengendali banjir.

 Suatu sungai dikatakan banjir apabila aliran air melimpas ke luar alur sungai dan menimbulkan gangguan terhadap manusia. Pengertian ini biasa digunakan oleh media dalam kaitannya dengan informasi bencana banjir.

Dilihat dari bentuk kejadian banjir dapat dikategorikan banjir bandang dan banjir menggenang. Banjir bandang adalah luapan air yang datangnya secara tiba tiba dan menimbulkan kerusakan akibat kecepatan arus air. Sedangkan banjir genangan yang biasanya terjadi di hilir dan dataran rendah, adalah banjir yang menimbulkan kerusakan/gangguan akibat genangan air. Peristiwa terjadinya bencana banjir melibatkan dua fenomena yaitu: kejadian banjir dan keberadaan manusia dan harta benda di daerah kejadian. Dengan demikian, jika terjadi luapan/genangan air yang mengganggu kehidupan manusia (melanda manusia dan harta benda) maka terjadilah bencana.


(38)

13

Penyebab banjir dapat dikategorikan dalam tiga faktor, yaitu kondisi alam yang bersifat statis ataupun dinamis. Kegiatan manusia yang bersifat dinamis serta sarana dan prasarana yang ada. Faktor alam seperti perubahan iklim global dan regional akibat efek rumah kaca/pemanasan global yang mempengaruhi iklim lokal. Faktor manusia antara lain perubahan tata ruang DAS (Daerah Aliran Sungai), pemanfaatan sungai/saluran sebagai tempat buangan sampah, faktor sarana–prasarana antara lain: minimmya sarana pengendali banjir seperti saluran, kanal, polder, waduk, pompa air, pintu air, dan lain lain (Siswoko, 2002)

Mitigasi bencana adalah upaya manusia untuk menurunkan dampak yang lebih buruk dari suatu kejadian bencana. Kerugian dapat diminimalkan dengan usaha mitigasi dan dapat menekan kerugian jiwa maupun harta benda. Karena bencana yang disebabkan oleh alam, oleh karena manusia maupun oleh keduanya tidak tidak dapat dicegah. Maka upaya mitigasi menjadi kegiatan yang paling efektif dalam hal penanggulangan bencana dan kerugian harus ditekan sekecil mungkin.

Upaya mitigasi dapat dilakukan berbagai cara baik struktural maupun non struktural yang masing-masing harus dilakukan secara simultan. Struktural menyangkut pembangunan fisik dalam upaya menaggulangi dampak bencana. Sedangkan non struktural menyangkut perundang-undangan, peraturan, pemasyarakatan, maupun sosialisasi dengan berbagai media.

Upaya struktur dalam menangani masalah bahaya banjir adalah upaya teknis yang bertujuan melancarkan dan mencegah adanya luapan air sungai atau terjadinya genangan air di daerah-daerah titik rawan banjir, antara lain :

a. Pembangunan tanggul-tanggul di pinggir sungai pada titik-titik daerah rawan banjir. Tujuannya adalah mencegah meluapnya air pada tingkat ketinggian tertentu ke daerah rawan banjir.

b. Pembangunan kanal-kanal yang bertujuan menurunkan tingkat ketinggian air di daerah aliran sungai dengan menambah dan mengalihkan arah aliran sungai.

c. Pembangunan bendungan, bertujuan menampung air di daerah aliran sungai pada tempat yang aman sehingga dapat mengendalikan debit air pada daerah aliran sungai berikutnya.

d. Pembangunan polder, bertujuan untuk mengumpulkan dan memindahkan air dari tempat yang mempunyai elevasi rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan pompanisasi


(39)

e. Pelurusan sungai, bertujuan untk melancarkan dan mempercepat aliran sungai mencapai muara.

Upaya struktur yang dijelaskan di atas adalah upaya teknis yang sifatnya permanen, sehingga untuk mendapatkan hasil maksimal harus didukung dengan peran serta masyarakat maupun peraturan-peraturan yang mengarah tercapainya sasaran program tersebut. Upaya yang bersifat non struktur menyangkut penyesuaian dan pengaturan kegiatan manusia sehingga didapatkan berfungsinya program program yang dilakukan dengan cara struktural. Upaya non strukural dalam mitigasi bencana banjir meliputi :

a. Konservasi dan penghutanan kembali di daerah hulu. b. Pengaturan penggunaan lahan di dataran banjir. c. Penerapan batas sempadan sungai.

d. Sistem Peringatan Dini Banjir (Flood Forecasting and Early Warning System).

e. Peran serta masyarakat dalam mengelola sungai.

Menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Penelitian tentang sistem peringatan dini di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat setelah terjadinya bencana tsunami tahun 2004. Pemerintah Indonesia melakukan penelitian tentang sistem peringatan dini bencana tsunami mulai tahun 2006 dalam hal ini dilakukan oleh beberapa instansi seperti ITB, LIPI, BPPT, BMG, Bakosurtanal serta beberapa partner dari luar negeri membuat sistem peringatan dini tsunami untuk daerah Aceh dan Jawa Barat yang dikenal dengan nama Indonesian Tsunami Early Warning System (INA-TEWS) (Wahab, 2008). Sedangkan penelitian sistem peringatan dini banjir mulai banyak dilakukan setelah kejadian banjir di Jakarta tahun 2006.

2.2. Sistem Peringatan Dini Banjir

Definisi sistem peringatan dini secara khusus misalnya untuk sistem peringatan dini banjir adalah suatu pemberitahuan hasil pemantauan dan akuisisi data curah hujan dan aliran sungai kepada masyarakat luas, utamanya pada daerah rawan banjir (Legonoet al., 2002).


(40)

15

Sistem peringatan dini banjir (flood early warning system) sebagai salah satu upaya non struktur pengendalian bencana banjir merupakan satu elemen utama dalam mengurangi resiko bencana. Sistem ini dapat mengurangi kerugian jiwa maupun harta benda terjadinya bencana. Khusus untuk bencana banjir, sistem peringatan dini datangnya banjir pada prinsipnya dimaksudkan supaya masyarakat yang bermukim di daerah rawan banjir baik di hulu maupun di hilir suatu DAS, dapat memperoleh informasi lebih awal tentang besaran banjir yang mungkin terjadi dan agar waktu evakuasi korban memadai sehingga resiko yang ditimbulkan dapat diminimalkan.

Sistem peringatan dini datangnya banjir di Indonesia sangat penting, karena intensitas dan keragaman hujan menurut ruang dan waktu sangat tinggi sehingga banjir dapat terjadi secara tiba-tiba atau yang dikenal dengan banjir bandang. Selain itu hujan besar biasanya terjadi pada sore sampai malam hari sehingga debit puncak umumnya pada malam hari.

Dari beberapa kejadian banjir, hampir sebagian besar banjir di Indonesia tidak dapat diantisipasi karena belum tersedianya sistem peringatan dini datangnya banjir. Akibatnya, penanganan banjir lebih ditekankan pada rehabilitasi pasca banjir yang tentunya memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang sangat besar karena korban cenderung meningkat dengan adanya efek pascabanjir.

Penelitian sistem peringatan dini banjir lebih banyak dilakukan oleh organisasi peneliti seperti LIPI , BPPT serta beberapa perguruan tinggi secara sendiri sendiri. Penelitian sistem peringatan dini banjir masih terfokus pada sistem telemetri atau prediksi banjir secara terpisah. Sehingga penelitian tentang prediksi banjir lebih sering belum teintegrasi dengan sistem telemetri dan peringatan dini dan prediksi banjir.

Prediksi banjir dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa model antara lain model ARIMA dan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Penelitian tentang prediksi banjir dengan ARIMA dilakukan oleh Anwar (2006) untuk DAS Cimanuk. Penerapan aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan untuk prediksi lebih banyak digunakan untuk menghitung prediksi debit harian (bukan debit sesaat). Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan data curah hujan dalam bentuk jam-jaman. Margiantoro (2003) melakukan perhitungan debit rata rata harian dengan JST untuk Kali Cikapundung dengan menggunakan data curah hujan harian. Setiawan dan Rudiyanto (2004) melakukan penelitian tentang perhitungan


(41)

prediksi rata rata aliran sungai di DAS Cidanau dengan menggunakan curah hujan harian.

Penelitian Sistem peringatan dini banjir yang terintegrasi antara telemetri dan sistem prediksi mulai dilakukan pada tahun 2006 seiring dengan perkembangan sistem telemetri dengan SMS seperti yang dilakukan oleh Kanbua dan Cham (2008) di Negara Thailand.

Sedangkan penelitian prediksi banjir dengan menggunakan satelit atau radar lebih banyak dilakukan oleh negara negara maju di Eropa dan Amerika. Penelitian dengan satelit atapun radar lebih banyak diterapkan untuk perdiksi banjir dengan DAS yang luas. Adranaet al.,(2008) melakukan penelitain sistem peringatan dini banjir dengan menggunakan satelit dengan luas DAS hingga 1000 km2. Penelitian tentang sistem peringatan dini banjir Sungai Mekong juga telah dilakukan dengan menggunakan satelit (Begkhuntod, 2007)

Penelitian sistem peringatan dini banjir secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu dengan menggunakan data curah hujan atau lebih dikenal dengan sistem peringatan dini banjir dengan sistem bawah. Sedangkan sistem peringatan dini banjir dengan melihat adanya awan dengan menggunakan radar cuaca lebih dikenal dengan sistem peringatan dini banjir sistem atas.

Hasil sistem peringatan dini banjir akan sangat baik jika dapat dilakukan penggabungan antara sistem peringatan dini dengan menggunakan radar cuaca dan sistem peringatan dini banjir dengan menggunakan sistem telemetri curah hujan (sistem bawah). Untuk sistem perdiksi banjir dengan luas DAS yang kecil, lebih cocok dengan menggunakan data curah hujan atau lebih dikenal sistem perdiksi bawah. Untuk sistem peringatan dini banjir dengan satelit di Indonesia mulai dilakukan pada tahun 2007 oleh BPPT, BMG dan LAPAN dengan program yang disebut program “Harimau” atau Hydrometeorological Array for Intraseasonal variation Monsoon Automonitoring (Fadli, 2007). Program ini direncanakan hingga tahun 2010 bekerja sama dengan pihak peneliti dari Universitas Kyoto dan Universitas Hokaido.

Sistem peringatan dini banjir untuk negara berkembang mulai dilakukan oleh Basha dan Daniele pada Januari 2004 di Honduras. Dimana pernah terjadi banjir besar pada tahun 1998 di Sungai Aguan timur laut Honduras yang menyebabkan 5000 orang meninggal dunia dan 8000 orang hilang (Basha dan Daniele, 2007).


(42)

17

2.3. Sejarah Sistem Peringatan Dini Banjir di Indonesia

Sistem peringatan dini banjir secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem peringatan dini banjir secara konvensional (non teknologi) dan dengan menggunakan teknologi. Sistem peringatan dini banjir secara konvensinal adalah seperti penggunaan kentongan untuk menyebarkan informasi banjir ke masyarakat. Sedangkan sistem peringatan dini banjir secara non konvensional adalah dengan menggunakan teknologi untuk penyampaian informasinya seperti dengan radio, HP, ataupun lainnya yang berbasis teknologi.

Sistem peringatan dini banjir secara non konvensional di Indonesia dimuali pada tahun 70an yaitu pada saat pembangunan Bendungan Karangkates di Kabupaten Malang dan Bendungan Gajah Mungkur di Wonogiri tahun. Sistem peringatan dini yang terpasang di bendungan tersebut berawal dari pemasangan sistem telemetri dengan menggunakan media gelombang radio untuk mengirimkan data curah hujan ataupun tinggi muka air.

Komponen sistem telemetri yang dibangun dibuat dari produk luar negeri seperti produk JRC (Japan Radio Communication) dari Jepang. Secara umum sistem konfigurasi telemetri yang dibangun terdiri dari master station, monitoring station, repeater station, water level station danrain gauge station seperti terlihat pada Gambar 3.

Sumber :Ministry of Construction Japan(1980)

Gambar 3 Konfigurasi sistem telemetri curah hujan dan tinggi muka air menggunakan radio.


(43)

Pada tahun 1986 dibangunlah Waduk Kedungombo yang juga dilengkapi dengan menggunakan sistem telemetri curah hujan dan tinggi muka air dengan menggunakan sistem radio. Dalam perjalanannya sistem telemetri dengan menggunakan radio mengalami banyak permasalahan sehingga banyak peralatan yang tidak dapat bekerja. Hingga saat ini peralatan sistem telemetri yang menggunakan radio yang masih berjalan adalah di lokasi Proyek Wilayah Sungai Brantas yang saat ini dikelola PT Jasa Tirta I.

Permasalahan yang menjadi penyebab gagalnya sistem peralatan telemetri dengan menggunakan radio antara lain:

a) Hampir semua komponen berasal dari luar negeri sehingga jika terjadi kerusakan di setiap komponen harus mendatangkan dari luar negeri. b) Sumber daya manusia untuk menangani peralatan dengan teknologi

tersebut belum siap sehingga jika terjadi kerusakan harus mendatangkan orang dari luar negeri.

c) Permasalahan Operasi dan Pemeliharaan (OP) peralatan dimana harga komponen yang mahal sehingga membebani biaya operasional dan perawatan.

Pada lokasi Bendungan Serbaguna Gajah Mungkur dan Bendungan Kedungombo semua peralatan telemetri yang menggunakan sistem radio sudah tidak ada yang berfungsi lagi dimana hanya bertahan dalam waktu 3 tahun sejak dioperasikan. Gambar 4 menunjukkan salah satu stasiun telemetri curah hujan di Jatisrono yang sudah tidak berfungsi lagi.

Gambar 4 Stasiun telemetri curah hujan dengan sistem radio di Jatisrono (Hulu Bengawan Solo) yang sudah tidak berfungsi lagi.


(44)

19

Dengan adanya permasalah permasalah sistem peringatan dini bencana banjir tersebut, maka pada tanggal 31 Mei 2006 Departemen Pekerjaan Umum mengeluarkan SK Menteri PU No 238A/KPTS/M/2006, tentang Pembentukan Team Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Alam Banjir dimana dalam SK tersebut terlibat unsur Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Puslitbang SDA) Departemen PU, Dirjen Pos dan Telekomunikasi, Perguruan Tinggi (Undip dan ITS), dan PT Inti Bandung selaku Industri. Disebutkan bahwa untuk mengembangkan sistem telemetri dan peringatan dini banjir dengan didukung oleh produk dalam negeri. Dalam perjalannya, team Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Alam Banjir ini lebih menekankan sistem telemetri dan peringatan dini berbasis GSM dengan beberapa keuntungan teknologi GMS antara lain :

 Peralatan yang digunakan lebih simpel dan murah dimana untuk pengiriman data jarak yang jauh (lebih dari 30 km) tidak memerlukan repeater.

 Komponen yang digunakan mudah didapat di dalam negeri.

2.4. Teknologi Informasi

Istilah Teknologi Informasi atau IT (Information Technology) adalah bagian dari mata rantai panjang panjang dari perkembangan istilah dalam dunia Sistem Informasi (SI). Istilah TI memang lebih banyak merujuk pada teknologi yang digunakan dalam mengolah informasi, namun pada dasarnya merupakan bagian dari sistem informasi itu sendiri. TI lebih mudah dipahami secara umum sebagai pengolahan informasi yang berbasis teknologi komputer yang tengah berkembang pesat.

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, maka implementasi teknologi informasi dalam sistem peringatan dini banjir seperti SMS dan Web turut serta digunakan terutama dalam penyampaian informasi dan pengiriman data curah hujan atau tinggi muka air.

2.4.1. Short Message Services (SMS)

Short Message Services (SMS) merupakan layanan yang banyak diaplikasikan pada layanan komunikasi nirkabel. Data yang dikirimkan berbentuk alfanumerik. Yakni kode karakter teks ASCII (American Standard Code for Information Interchange) yang dapat dibaca.


(45)

SMS pertama kali diperkenalkan di benua Eropa pada era tahun 1991 bersamaan dengan teknologi komunikasi tanpa kabel yaitu, Global System for Mobile Communication (GSM). Pengiriman SMS pertama kali dilakukan pada bulan Desember 1992 yang dilakukan dari sebuah PC (Personal Computer) ke telepon bergerak (mobile) dalam jaringan GSM milik Vodafone, Inggris. Dengan segera, perkembangannya merambah benua Amerika yang dipelopori oleh beberapa operator komunikasi antara lain Bell South Mobility, PrimeCo. dan lain-lain. Kini cara mengirimkan SMS bervariasi, ada yang menggunakan AMPS, GSM, dan CDMA (Code Division Multiple Acces).

Dalam sistem SMS, mekanisme utama yang dilakukan dalam sistem adalah mengirimkan pesan singkat dari satu terminal pelanggan ke terminal pelanggan yang dituju. Pengiriman pesan singkat antar terminal ini dapat terjadi karena adanya Message Center (MC) atau yang disebut juga Short Message Service Center (SMSC). Tugas perangkat SMSC ini adalah menyimpan dan mengirimkan (store-and-forward) pesan singkat. Untuk melakukan tugas tersebut, SMSC melakukan pencarian rute tujuan akhir dari pesan singkat. SMSC biasanya didesain untuk menangani pesan singkat dari berbagai sumber seperti Voice Mail System (VMS), Web-based Messaging, Email Integration, External Short Messaging Entities (ESME) dan lain-lain. Untuk jaringan komunikasi seperti Home Location Register (HLR) dan Mobile Switching Center (MSC), SMSC biasanya menggunakanSignal Transfer Point(STP).

Karakteristik SMS bersifat out-of-band data dengan lebar-bidang (bandwith) yang kecil. Dengan karakteristik ini, pengiriman data yang pendek dapat dilakukan dengan efisiensi tinggi. Pada mulanya SMS didesain untuk menggantikan layanan paging. Dengan menyediakan layanan yang serupa yang bersifat dua arah dengan disertai pemberitahuan.

Layanan SMS dibangun dari berbagai elemen yang saling terkait yang memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Entitas dalam jaringan SMS disebut juga elemen jaringan SMS. Secara umum arsitektur sistem SMS dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Elemen utama dalam jaringan SMS adalah SMSC, yang di dalamnya terdapat berbagai proses pengolahan pesan singkat. Prinsip kerja sebuah SMSC adalah simpan dan teruskan. Dengan prinsip ini, seluruh pesan singkat yang masuk akan langsung ditampung tanpa melihat status tujuan apakah ada atau


(46)

21

tidak. Penyampaian ke tujuan akan dilakukan kemudian dengan terlebih dahulu mengidentifikasi tujuan.

Sumber : Khang B (2002)

Gambar 5 Arsitektur dasar jaringan SMS.

Dari Gambar 5 dapat dilihat SMSC mempunyai dua buah antarmuka ke Mobile Switching Center (MSC) yang menghubungkan SMSC ke jaringan tanpa kabel dan yang kedua antarmuka ke jaringan IP yang menghubungkan SMSC dengan entitas-entitas penyedia layanan SMS khusus yang disebut juga ESME. Pada arsitektur dasar, koneksi dan komunikasi antara SMSC dan MSC menggunakan sebuah protokol dalam jaringan telepon bergerak yaitu Signaling System 7 (SS7), sedangkan protokol komunikasi yang digunakan pada level aplikasi untuk menghubungkan SMSC dengan ESME adalah Short Message Peer-to-Peer Protocol(SMPP).

2.4.2. Internet

Internet adalah sekumpulan jaringan komputer yang menggunakan protokol TCP (Transmission Control Protocol ) atau IP (Internet Protocol ) yang saling terhubung, sehingga pengguna pada suatu jaringan dapat menggunakan layanan yang disediakan oleh TCP/IP untuk mencapai jaringan lain. Pada awalnya internet merupakan suatu jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika, melalui proyek ARPA (Advance Research Project Agency) yang disebut ARPANET.

Jaringan IP

Jaringan Nirkabel

ESME

ESME

ESME

SMPP

SS7

MSC SMSC


(47)

ARPANET dibentuk secara khusus di empat universitas besar di Amerika, yaitu Stanford Research Institute, University of California di Santa Barbara, University of California di Los Angeles dan University of Utah. ARPANET akhirnya diperkenalkan secara umum pada tahun 1972.

Dengan berakhirnya perang dingin antara Amerika dan Uni Sovyet, seluruh jaringan yang tercakup pada ARPANET diubah menjadi TCP/IP dan selanjutnya menjadi cikal bakal dari internet

Protokol jaringan pada ARPANET menggunakan teknologi baru yang disebut Packet Switching. Dengan teknik tersebut, data komputer dikirim dan diterima melalui satu saluran, sehingga dengan menggunakan media komunikasi kabel data dapat disalurkan melalui beberapa tempat yang berbeda yang selanjutnya disalurkan ke beberapa pemakai (McLeod 2001).

2.4.3. World Wide Web (WWW)

Web adalah jaringan informasi yang menggunakan protokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) dan dapat diakses melalui suatu interface sederhana dan mudah digunakan. Selain HTTP, protokol yang sangat penting dalam penggunaan internet adalah FTP (File Transfer Protocol).

Informasi dalam jaringan biasanya disajikan dalam format Hypertext yang tersimpan pada berbagai server diseluruh dunia. HTML (Hyper Text Markup Language) sebagai bahasa halaman halaman Web dapat menampilkan citra, text, multimedia, dan menyediakan instruksi bagi pengguna untuk mengatur penampilan suatu dokumen dan hubungan satu dokumen dengan dokumen lain. Masing-masing text, citra dan komponen lain pada halaman HTML, memiliki spesifik yang disebut sebagai URL (Uniform Resource Locator) yang memudahkan pengaksesan dan pencarian informasi di Web (McLeod 2001) 2.5. Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis SMS dan Internet

Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis SMS dan Web pada prinsipnya adalah data curah hujan yang tercatat di hulu secara otomatis dapat dikirim ke sisi hilir. Dari data curah hujan yang didapat di hulu, dengan menggunakan model prediksi tinggi muka air di hilir, akan didapat prakiraan tinggi muka air yang akan terjadi di hilir. Dari hasil prediksi debit tersebut, akan dikategorikan apakah akan masuk dalam kategori normal, waspada, siaga atau awas. Selain itu informasi kondisi tinggi muka air dan curah hujan dapat pula diakses melalui Website. Kondisi tinggi muka air yang terkirim juga dapat dijadikan informasi


(1)

2)

Apakah

peralatan

tersebut

diperlukan dalam penanganan

banjir d Kali Garang ?

1. Sangat

diperlukan

2. Diperlukan

3. Tidak

Diperlukan

3)

Apakah

peralatan

tersebut

membantu dalam menyebarkan

informasi banjir ?

1. Sangat

membantu

2. Membantu

3. Tidak

membantu

4)

Apakah sistem SMS nformasi

banjir Kali Garang perlu dikirim

ke masyarakat ?

1. Sangat perlu

2. Perlu

3. Tidak Perlu

Lampiran V B :

Lembar Kuisiner untuk Wakil Masyarakat

“ SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR KALI GARANG BERBASIS SMS DAN Web “

Bentuk Pertanyaan

Skor 3

Skor 2

Skor 1

1.

Apakah

anda

mengetahui

peralatan sistem peringatan dini

banjir yang dipasang di Kali

Garang ?

1. Sangat

mengetahui

2. Mengetahui

3. Tidak

Mengetahui

2.

Apakah

peralatan

sistem

peringatan dini banjir tersebut

diperlukan ?

1. Sangat

diperlukan

2. Diperlukan

3. Tidak

Diperlukan

3.

Apakah SMS sistem informasi

banjir

perlu

dikirim

ke

masyarakat ?

1. Sangat

diperlukan

2. Diperlukan

3. Tidak

Diperlukan

4.

Apakah

sistem

peralatan

peringatan dini banjir secara

konvensional (kentongan) masih

diperlukan ?

1.

Sangat

diperlukan

2. Diperlukan

3. Tidak

Diperlukan


(2)

(3)

Jumlah skor untuk jawaban terendah ( tidak mengetahui ): 15 x 1 = 15

Berdasarkan data

jumlah responden 15, maka untuk pertanyaan P1

terletak pada daerah sangat mengetahui. Karena 43/ 45 = 95,5% sehingga

dapat disimpulkan bahwa petugas banjir sangat mengetahui adanaya peralatan

sistem peringatan dini banjir Kali Garang. Dengan cara yang sama, didapat hasil

untuk pertanyaan 2,3 dan 4

LAMPIRAN V.D

Berdasarkan data hasil pengisian 20 responden, dapat dhitung skor

untuk pertanyaan P1 dengan dengan cara:

Jumlah skor untuk menjawab sangat mengetahui : 16 x 3 = 48

Jumlah skor untuk menjawab mengetahui :

3 x 2 = 6

Jumlah skor untuk tidak mengetahui :

1 x 1 = 1

Jumlah

55

Jumlah skor untuk jawaban tertinggi ( sangat mengetahui ): 20 x 3 = 60

Jumlah skor untuk jawaban terendah ( tidak mengetahui ): 20 x 1 = 20

Berdasarkan data jumlah responden 20 maka untuk pertanyaan P1, terletak

pada daerah sangat mengetahui. Karena 55/ 60 = 91,6 % terletak pada daerah

sangat mengetahui. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Wakil masyarakat Kali

Garang sangat mengetahui adanaya peralatan sistem peringatan dini banjir Kali

Garang. Dengan cara yang sama, didapat hasil perhitungan skor untuk

pertanyaan 2,3 dan 4


(4)

LAMPIRAN VI : BENTUK – BENTUK KEGIATAN SOSIALISASI

KEGIATAN SOSIALISASI

SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR KALI GARANG

DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI BERBASIS SMS DAN WEB

1. Sosialisasi

di Pemkot Semarang tanggal 29 Januari 2007 dengan

peserta wakil masyarakat dan instansi terkait dan dihadiri oleh 89 peserta

2. Kunjungan Staf PSDA dan Balai PSDA Jragung Tuntang serta Komisi

Pembimbng tanggal 19 Februari 2007 ke Lokasi pemasangan AWLR di

Bendung Simongan

3. Sosialisasi di Pemkot Semarang tanggal 31 Januari 2008 dengan peserta

wakil masyarakat dan instansi terkait dan dihadiri oleh 47 peserta.

4. Sosialisasi lewat TV Pro pada bulan Maret 2008

5. Sosialisasi lewat media masa Koran/Majalah antara lain:

Majalah Tempo tanggal 24 Desember 2006 dengan judul ” Alarm

Banjir dari Ponsel “.

Koran Kompas tanggal 30 Januari 2007 dengan judul ” Peringatan

Dini Banjir Diterapkan ”.

Koran Jawa Pos tanggal 30 Januari 2008 dengan judul ” Kali Garang

Dipasang Pendeteksi Banjir ”.

Koran

Wawasan

Semarang

11

Oktober

2007

dengan

judul

”Pendeteksi Banjir Lewat SMS ”.

Koran Suara Merdeka Semarang tanggal 2 Februari 2008 dengan

judul ” SMS Banjir Ibarat Kentongan ”.


(5)

Waspada Waspada Waspada

2008-01-04 09:30:00 4,81 Siaga 2008-02-29 14:30:00 4,50 Waspada 2008-03-02 18:30:00 4,53 Waspada

2008-01-04 09:35:00 4,81 Siaga 2008-02-29 14:35:00 4,53 Waspada 2008-03-02 18:35:00 4,52 Waspada

2008-01-04 09:40:00 4,82 Siaga 2008-02-29 14:40:00 4,52 Waspada 2008-03-02 18:40:00 4,49 Waspada

2008-01-04 09:45:00 4,88 Siaga 2008-02-29 14:45:00 4,56 Waspada 2008-03-02 18:45:00 4,48 Waspada

2008-01-04 09:50:00 4,86 Siaga 2008-02-29 14:50:00 4,51 Waspada 2008-03-02 18:50:00 4,46 Waspada

2008-01-04 09:55:00 4,83 Siaga 2008-02-29 14:55:00 4,47 Waspada 2008-03-02 18:55:00 4,46 Waspada

2008-01-04 10:00:00 4,78 Waspada 2008-02-29 15:00:00 4,50 Waspada 2008-03-02 19:00:00 4,44 Waspada

2008-01-04 10:05:00 4,78 Waspada 2008-02-29 15:05:00 4,46 Waspada 2008-03-02 19:05:00 4,44 Waspada

2008-01-04 10:10:00 4,83 Siaga 2008-02-29 15:10:00 4,47 Waspada 2008-03-02 19:10:00 4,42 Waspada

2008-01-04 10:15:00 4,80 Siaga 2008-02-29 15:15:00 4,46 Waspada 2008-03-02 19:20:00 4,40 Waspada

2008-01-04 10:20:00 4,75 Waspada 2008-02-29 15:20:00 4,43 Waspada 2008-03-13 16:10:00 4,42 Waspada

2008-01-04 10:25:00 4,71 Waspada 2008-02-29 15:25:00 4,40 Waspada 2008-03-13 16:15:00 4,44 Waspada

2008-01-04 10:30:00 4,61 Waspada 2008-03-13 16:20:00 4,42 Waspada

2008-01-04 10:35:00 4,78 Waspada 2008-03-13 16:25:00 4,40 Waspada

2008-01-04 10:40:00 4,83 Siaga 2008-03-17 16:00:00 4,42 Waspada

2008-01-04 10:45:00 4,67 Waspada 2008-03-17 16:05:00 4,42 Waspada

2008-01-04 10:50:00 4,66 Waspada 2008-03-17 16:10:00 4,42 Waspada

2008-01-04 10:55:00 4,62 Waspada 2008-03-17 16:15:00 4,41 Waspada

2008-01-04 11:00:00 4,56 Waspada

2008-01-04 11:05:00 4,57 Waspada

2008-01-04 11:10:00 4,47 Waspada

2008-01-04 11:15:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:20:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:25:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:30:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:35:00 4,42 Waspada

2008-01-04 11:40:00 4,40 Waspada

2008-01-04 11:45:00 4,41 Waspada

2008-01-18 20:15:00 4,40 Waspada

2008-01-18 20:25:00 4,40 Waspada

2008-01-18 20:30:00 4,41 Waspada

2008-01-18 20:35:00 4,45 Waspada

2008-01-30 18:15:00 4,81 Siaga

2008-01-30 18:20:00 4,83 Siaga

2008-01-30 18:25:00 4,86 Siaga

2008-01-30 18:30:00 4,89 Waspada

2008-01-30 18:35:00 4,90 Waspada

2008-01-30 18:40:00 4,99 Waspada

2008-01-30 18:45:00 5,06 Waspada

2008-01-30 18:50:00 5,13 Waspada

2008-01-30 18:55:00 5,14 Waspada

2008-01-30 19:00:00 5,17 Waspada

2008-01-30 19:05:00 5,23 Awas

2008-01-30 19:10:00 5,26 Awas

2008-01-30 19:15:00 5,28 Awas

2008-01-04 08:30:00 4,68 Waspada

2008-01-04 08:35:00 4,70 Waspada


(6)

WAKTU TMA STATUS WAKTU TMA STATUS WAKTU TMA STATUS MARET

HASIL PENCATATAN KONDISI KALI GARANG PADA BULAN JANUARI - MARET 2008

JANUARI FEBRUARI

2008-01-04 08:45:00 4,76 Waspada

2008-01-04 08:50:00 4,76 Waspada

2008-01-04 08:55:00 4,81 Waspada

2008-01-04 09:00:00 4,81 Waspada

2008-01-04 09:05:00 4,70 Waspada

2008-01-04 09:10:00 4,71 Waspada

2008-01-04 09:15:00 4,76 Waspada

2008-01-04 09:20:00 4,76 Waspada

2008-01-04 09:25:00 4,79 Waspada

2008-01-04 09:30:00 4,81 Siaga

2008-01-04 09:35:00 4,81 Siaga

2008-01-04 09:40:00 4,82 Siaga

2008-01-04 09:45:00 4,88 Siaga

2008-01-04 09:50:00 4,86 Siaga

2008-01-04 09:55:00 4,83 Siaga

2008-01-04 10:00:00 4,78 Waspada

2008-01-04 10:05:00 4,78 Waspada

2008-01-04 10:10:00 4,83 Siaga

2008-01-04 10:15:00 4,80 Siaga

2008-01-04 10:20:00 4,75 Waspada

2008-01-04 10:25:00 4,71 Waspada

2008-01-04 10:30:00 4,61 Waspada

2008-01-04 10:35:00 4,78 Waspada

2008-01-04 10:40:00 4,83 Siaga

2008-01-04 10:45:00 4,67 Waspada

2008-01-04 10:50:00 4,66 Waspada

2008-01-04 10:55:00 4,62 Waspada

2008-01-04 11:00:00 4,56 Waspada

2008-01-04 11:05:00 4,57 Waspada

2008-01-04 11:10:00 4,47 Waspada

2008-01-04 11:15:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:20:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:25:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:30:00 4,45 Waspada

2008-01-04 11:35:00 4,42 Waspada

2008-01-04 11:40:00 4,40 Waspada

2008-01-04 11:45:00 4,41 Waspada