Mekanisme Tide gauge Data pasang surut

Pengolahan dan analisis data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2008, proses pengolahan awal di Laboratorium Pusat Pemantauan Pasang Surut Indonesia, Bakosurtanal selanjutnya dilakukan pengolahan data di Laboratorium Oseanografi, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

3.2. Penentuan data penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data pasang surut perairan Indonesia pada tahun 2007 yang diperoleh dari stasiun pasang surut yang dioperasikan oleh Bakosurtanal yang terkonsentrasi di stasiun Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap dan Benoa. Data tersebut diperoleh dari Laboratorium Pusat Pemantauan Pasang Surut Indonesia, Bakosurtanal.

3.2.1. Mekanisme Tide gauge

Perekamanan data pasang surut dalam penelitian ini menggunakan tide gauge yang mana tersebar di semua lokasi stasiun yang dikaji. Tide gauge mempunyai tiga sensor utama yaitu encoder sensor pelampung, sensor pressure gauge dan radar gauge serta satu sensor tambahan yaitu Switch. Sensor pelampung bekerja berdasarkan prinsip kontak langsung terhadap naik turunnya permukaan laut melalui pelampung dan gerakan ini direkam dalam bentuk digital. Sensor pressure gauge bekerja berdasarkan prinsip dari rumus P= ρ g h dimana P = tekanan Pa, ρ = densitas air laut kgm 3 , g = gravitasi ms 2 , h= tinggi muka air laut m dengan meningkatnya tekanan maka tinggi muka laut akan meninggi, sedangkan sensor radar gauge bekerja berdasarkan prinsip pemantulan gelombang radar. Switch berfungsi untuk validasi data, pada saat muka laut naik atau turun dan melewati Switch, maka waktu saat muka laut lewat Switch tersebut akan dikirim ke data logger. Adapun software komunikasi yang digunakan untuk menerima data tinggi muka laut dari data logger adalah Satlink Communicator. Data tinggi muka laut dikirim setiap 15 menit sekali ke satelit meteosat, data tinggi muka laut ini kemudian dapat diakses melalui GTS Global Telecomunication Satellite receiver. GTS receiver ini hanya dimiliki oleh BMG Badan Meteorologi Geofisika yang merupakan anggota dari WMO World Meteorogycal Organization , sehingga di Indonesia data tinggi muka laut ini hanya dapat diakses langsung oleh BMG dan selebihnya dapat diakses di internet. Juga dilengkapi dengan dua receiver GPS untuk sinkronisasi waktu sensor dari data logger tehadap waktu GPS yang presisi.

3.2.2. Data pasang surut

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa, data pasang surut yang terekam di setiap stasiun pasang surut yang dikaji diperoleh dari hasil perekaman alat pasang surut tide gauge, data tersebut direkam dengan interval satu jam sekali dengan satuan mm milimeter. Periode data pasang surut yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 2. Periode perekaman data pasang surut di stasiun-stasiun pasang surut yang dikaji No Nama Stasiun Periode Perekaman 1. Sabang Januari 2007 – Desember 2007

2. Sibolga