menggunakan induk wavelet daubechius 1 level 5. Variabel a5 merupakan turunan terakhir dari induk wavelet daubechius 1 level 5.
Berdasarkan gambar tinggi muka laut di setiap stasiun yang dikaji dalam penelitian ini secara umum memperlihatkan adanya periode tengah tahunan semi
annual , dimana tinggi muka laut mencapai dua kali maksimum dan dua kali
minimum dalam setahun. Pada stasiun Sibolga dan Padang terlihat jelas periode tengah tahunan semi annual yang terjadi pada perubahan muka lautnya, tetapi di
stasiun-stasiun lainnya tidak terlalu jelas.
4.1.1. Variasi muka laut di Sabang
Variasi tinggi muka laut di stasiun Sabang periode Januari 2007 – Desember 2007 disajikan pada Gambar 11. Pada gambar ini dapat dilihat naik
turun perubahan kedudukan muka laut yang terjadi di stasiun Sabang.
Waktu bulan
Gambar 11.Variasi muka laut di Stasiun Sabang dari bulan Januari 2007
sampai dengan Desember 2007 dengan analisis wavelet 1-D
Muka laut tertinggi maksimum di Sabang terjadi sekitar bulan April hingga Mei selanjutnya terjadi pada bulan Agustus dan terjadi lagi pada bulan
November. Periode tengah tahunan di Sabang tidak begitu jelas jika dibandingkan dengan periode tengah tahunan yang terjadi di Sibolga dan Padang.
Variasi muka laut maksimum yang terjadi pada bulan April hingga Mei dan bulan Agustus serta bulan November diduga berhubungan erat dengan
perubahan muka laut yang terjadi di bagian selatan di daerah khatulistiwa. Perubahan muka laut di daerah khatulistiwa diwakili oleh stasiun Sibolga dan
Padang. Menurut Pariwono 1993, mengikuti teori perambatan dan hukum
kekekalan massa conservation of mass, maka peninggian muka laut di perairan pantai barat Sumatera sekitar khatulistiwa akan merambat ke dua arah, selatan dan
utara. Perambatan perubahan muka laut akan berbentuk gelombang. Gelombang ini akan merambat sepanjang pantai Sumatera dari Padang ke arah selatan,
kemudian berbelok ke timur dengan merambat sepanjang pantai selatan Jawa. Jika energi dari gelombang tersebut masih mampu mengatasi gesekan yang
ditemui sepanjang jalur lintasannya, maka gelombang tersebut masih dapat diamati di perairan pantai selatan Jawa. Pada penelitian ini ada dua stasiun yang
digunakan untuk keperluan ini, yaitu Cilacap dan Benoa. Gelombang yang merambat dari khatulistiwa ke arah utara di sepanjang
pantai barat Sumatera, juga akan mengalami keadaan yang serupa. Jika energinya masih memungkinkan untuk gelombang tersebut merambat terus ke utara, maka
keberadaan gelombang tersebut diduga dapat diamati di daerah Sibolga yang berada berseberangan dengan daerah Padang pada garis khatulistiwa dan Sabang
yang berada di ujung Pulau Sumatera. Stasiun Sabang dan Sibolga ini digunakan untuk melihat kemungkinan tersebut.
4.1.2. Variasi muka laut di Sibolga