Fenomena musiman seasonal Fenomena intra musiman intraseasonal

Tabel 4. Periode dan spektrum densitas energi muka laut di stasiun Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap dan Benoa No Stasiun Periode Fluktuasi jam Spektrum Densitas Energi m siklus jam Keterangan 1 Sabang 4380 12,49 6 bulan 2920 10,54 4 bulan 2190 8,34 3 bulan 1752 4,79 2,4 bulan 1251,43 3,11 1,7 bulan 324,44 1,87 13,5 hari 2 Sibolga 4380 12,60 6 bulan 2920 11,94 4 bulan 2190 2,07 3 bulan 1752 5,86 2,4 bulan 1095 2,07 1,5 bulan 324,44 1,97 13,5 hari 3 Padang 4380 14,91 6 bulan 2920 11,96 4 bulan 2190 9,42 3 bulan 1752 5,14 2,4 bulan 324,44 1,42 13,5 hari 4 Cilacap 3672 44,46 5 bulan 2448 22,49 3,4 bulan 5 Benoa 4380 23,49 6 bulan 2920 12,67 4 bulan

4.2.1. Fenomena musiman seasonal

Periode fluktuasi 4,5 dan 6 bulanan yang terdapat pada Tabel 4 dikategorikan ke dalam variasi musiman seasonal. Secara konsisten variasi musiman tersebut ditemukan di semua stasiun yang dikaji, sinyal tersebut menunjukkan adanya kekuatan musim. Fenomena musiman seasonal ini diperkirakan terjadi pada saat pergantian musim baik dari Musim Barat menuju Musim Timur atau sebaliknya, sedangkan untuk periode fluktuasi 4 bulanan diperkirakan juga berkaitan dengan pergantian musim yakni dari Musim Barat ke peralihan satu, lalu Musim Timur ke peralihan dua. Nilai densitas energi muka laut pada variasi musiman seasonal di tiap stasiun tidak jauh berbeda, nilai ini dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai densitas energi muka laut yang dominan di Sabang berturut-turut pada periode 6 bulanan dan 4 bulanan sebesar 12,49 msiklus per jam dan 10,54 msiklus per jam. Variasi musiman di Sibolga memiliki nilai densitas energi muka laut sebesar 12,60 msiklus per jam dan 11,94 msiklus per jam untuk masing-masing periode 6 bulanan dan 4 bulanan, sedangkan nilai densitas energi muka laut di Padang yang terjadi pada periode yang sama dengan di Sabang dan Sibolga, dengan masing-masing sebesar 14, 91 msiklus per jam untuk periode 6 bulanan dan 11,96 msiklus per jam untuk periode 4 bulanan. Adapun variasi musiman yang terjadi di Cilacap memiliki nilai densitas energi muka laut tertinggi yaitu sebesar 44,46 msiklus per jam, sedangkan untuk fenomena musiman di Benoa memiliki nilai densitas energi muka laut sebesar 23,48 msiklus per jam.

4.2.2. Fenomena intra musiman intraseasonal

Periode fluktuasi selanjutnya yang dominan yang juga ditemukan di tiap stasiun yaitu pada periode 1,5 bulan – 3,4 bulan dengan kisaran nilai densitas energi muka laut masing-masing sebesar 3,11 - 8,34 msiklus per jam di Sabang, 2,07 - 5,86 msiklus per jam di Sibolga dan 5,14-9,42 msiklus per jam di Padang serta di Cilacap sebesar 44,46 msiklus per jam. Periode ini mengindikasikan adanya fenomena intraseasonal berkisar antara 1 bulanan sampai 3 bulanan yang diperkirakan terjadi karena mengikuti mekanisme perambatan gelombang Kelvin. Dari hasil penelitian Iskandar et al. 2004 juga ditemukan adanya Variasi intraseasonal yang terjadi di sepanjang pantai selatan Sumatera dan Jawa. Iskandar et al. 2004 mengemukakan bahwa terdapat variasi intraseasonal muka laut dengan periode 20-40 hari dan 60-90 hari di sepanjang pantai selatan Sumatera dan Jawa, dimana dalam penelitian tersebut menggunakan data insitu. Hal ini sesuai dengan hasil teoritis yang ditemukan Gill 1982 dan hasil pengamatan mengenai gelombang internal Kelvin Wyrtki,1971 in Iskandar et al. 2004, yang mengemukakan bahwa diduga variasi intraseasonal ini berhubungan dengan perambatan gelombang Kelvin. Hal ini juga dijelaskan oleh Clarke and Liu 1993 in Iskandar et al. 2004, memperkirakan bahwa variasi muka laut di sepanjang batas arah timur Samudera Hindia sebagian besar bergantung pada angin. Untuk mengidentifikasi jenis gaya atmosferik apa yang berpengaruh terhadap osilasi muka laut, Iskandar et al. 2004 menggunakan analisis wavelet yang sama terhadap angin jauh remote wind s di timur ekuator Samudera Hindia dan angin lokal di sepanjang pantai Sumatera dan Jawa. Hal ini menghasilkan osilasi intraseasonal dengan periode 20-40 hari selama musim Timur boreal summer yang hanya terdapat di timur ekuator samudera Hindia, ini menunjukkan betapa pentingnya energi angin jauh remote winds dalam menjelaskan variasi intraseasonal muka laut di sepanjang pantai Sumatera dan Jawa. Selama musim Barat boreal winter, osilasi intraseasonal dengan periode 60-90 hari ditemukan pada kedua jenis angin, baik angin di timur ekuator Samudera Hindia dan angin di sepanjang pantai Sumatera dan Jawa, yang mana merespon spektra intraseasonal dari variasi muka laut. Oleh karena itu Iskandar et al. 2004 mengemukakan bahwa energi angin jauh remote winds dan angin lokal berperan penting dalam menjelaskan variasi intraseasonal di sepanjang pantai selatan Jawa dan Sumatera. Jadi, yang menyebabkan terjadinya sinyal intraseasonal di sepanjang pantai adalah energi dari angin, baik angin di sepanjang ekuator maupun di sepanjang pantai. Akan tetapi, angin di sepanjang ekuator yang lebih dominan Iskandar, 2008, komunikasi pribadi.

4.2.3. Fenomena dua mingguan Fortnightly