Kondisi Vegetasi Distribusi Pohon Contoh Kesimpulan

4.6 Kondisi Vegetasi

Fungsi Hutan pada areal kerja IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan KHP Provinsi Sumatera Barat Lampiran SK. Menhut No. 422Kpts-II1999 tanggal 15 Juni 1999 secara keseluruhan termasuk dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap HP seluas 47.687 ha 100. Keadaan penutupan lahan berdasarkan fungsi hutan menurut Kawasan Hutan dan Perairan pada areal kerja IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Keadaan penutupan lahan di areal IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera No Kelas Penutupan Lahan Fungsi Hutan Ha Luas HP BZ TNS Ha 1 Hutan Primer 1.244 1.247 2.491 5 2 Hutan Bekas Tebangan 37.874 1.949 39.823 89 3 Non Hutan 3.063 43 3.106 6 Jumlah 42.181 3.239 45.420 100 Sumber : Peta Citra Landsat 7 ETM Band 542 Path 128 Row 61 liputan tanggal 12 Mei 2006 di intepretasi ulang hasil survai IHMB, dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, 2008

4.7 Potensi dan Jenis Tegakan

Potensi tegakan berdasarkan penutupan vegetasi pada IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera dikelompokan menjadi potensi hutan primer dan hutan bekas tebangan. Untuk jenis-jenis pohon komersial dibagi menjadi kelompok jenis meranti dan kelompok jenis rimba campuran. Untuk jenis kelompok Dipterocarpaceae antara lain jenis Keruing Dipterocarpus sp. dan jenis Meranti Shorea sp., sedangkan untuk jenis komersial rimba campuran antara lain Medang Cinnamomum sp., Nyatoh Palaquium sp., Mersawa Anisoptera sp., Durian Hutan Durio sp., Jabon Anthocephalus sp., Manggis Hutan, dan lain-lain.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Pohon Contoh

Pengukuran dilakukan terhadap 55 pohon model dengan komposisi jenis di dominasi oleh keruing Dipterocarpus sp. dan sebagian kecil meranti Shorea sp.. Jumlah dan penyebaran pohon contoh untuk tiap-tiap kelas diameter pohon dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan data hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Tabel 7 Distribusi pohon contoh untuk penyusunan tabel volume pohon

5.2 Penyusunan Persamaan Penduga Volume Pohon

Penyusunan tabel volume disusun berdasarkan bentuk hubungan yang akan dibuat, yaitu hubungan dengan dua peubah bebas antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang maupun dengan tinggi total dan hubungan dengan satu peubah bebas diameter setinggi dada saja, kedua hubungan tersebut digunakan untuk menerangkan peubah tak bebasnya volume pohon. No. Kelas Diameter cm Jumlah Pohon Contoh Jumlah Pohon Contoh Penyusunan Model Validasi Model 1 10 – 14,9 1 - 1 2 15 – 19,9 1 1 2 3 20 – 24,9 3 - 3 4 25 – 29,9 4 - 4 5 30 - 34,9 2 - 2 6 35 – 39,9 1 1 2 7 40 – 44,9 1 - 1 8 50 – 54,9 1 - 1 9 60 – 64,9 6 - 6 10 65 – 69,9 6 2 8 11 70 – 74,9 6 3 9 12 75 – 79,9 5 - 5 13 80 ≥ 8 3 11 Jumlah 45 10 55 Diagram tebar yang diperoleh dari bentuk hubungan yang akan disusun digunakan untuk melihat sejauh mana hubungan yang terjadi antara peubah tak bebas dengan peubah bebasnya, apakah memberikan gambaran yang signifikan dalam menentukan besarnya pengaruh yang terjadi antara peubah tak bebas dengan peubah bebasnya. Volume pohon yang dijadikan persamaan regresi tabel volume pohon yaitu volume batang yang dimanfaatkan. Berikut disajikan beberapa gambar scatterplot diagram tebar hubungan antara peubah tak bebas dengan peubah bebasnya dalam menentukan model penyusunnya. Gambar 4 Pola tebaran data hubungan antara volume batang dengan diameter pohon. Gambar 5 Pola tebaran data hubungan antara volume batang dengan tinggi bebas cabang. Gambar 6 Pola tebaran data hubungan antara volume batang dengan tinggi total. Gambar 4 merupakan pola tebaran data gabungan antara diameter setinggi dada terhadap volume batang. Pola tebaran data yang dihasilkan mengikuti pola tebaran data yang non-linier. Dari pola tebaran data tersebut menunjukkan bahwa ketelitian yang ditunjukkan oleh diameter pohon peubah bebas dalam menjelaskan pendugaan terhadap volume pohon peubah tak bebas sangat baik. Untuk Gambar 5 dan 6 merupakan pola tebaran data gabungan masing- masing untuk hubungan antara tinggi bebas cabang terhadap volume batang, dan hubungan antara tinggi total terhadap volume batang. Kedua gambar tersebut menghasilkan gambaran pola tebaran data non-linier. Gambar-gambar tersebut menunjukkan hubungan persamaan model dari gambar scatterplot kelompok jenis keruing yang telah disesuaikan berdasarkan dari plot tebaran datanya fitted line plot, dapat terlihat bahwa untuk bentuk hubungan yang dibuat pola penyebaran datanya tidak mengikuti suatu garis lurus melainkan mengikuti pola non-linier. Sehingga dalam melakukan penyusunan model penduga volume terhadap diameter pohon, model persamaan yang sesuai yaitu mengikuti persamaan model non-linier.

5.2.1 Model Persamaan Penduga Regresi Volume Pohon

Pemilihan model persamaan regresi penduga volume ini dilakukan dengan menggunakan uji keterandalan model. Berikut ini disajikan tabel persamaan regresi penduga volume pohon dan kriteria-kriteria statistik dari tiap model dari kelompok jenis keruing. Tabel 8 Persamaan regresi penduga volume pohon dan kriteria-kriteria statistik untuk pemilihan persamaan regresi terbaik No Model Penduga R 2 S t hitung F hitung ∑ Peringkat 1 V = 0,000072 D 2 Tbc 0,96 97,802 0,092 43,38 1881,43 1 5 2 2 V = 0,00010 D 2,25 Tbc 0,41 98,301 0,081 21,31;2,54 1189,53 2 4 1 3 V = 1,04 + 0,000473 D² + 0,000036 D²Tbc – 0,0916 Tbc 93,903 1,053 1,97 tn ;3,80; -2,03 tn 209,95 3 9 3 1 V = 0,000026 D²Tt 1,02 96,902 0,102 36,90 1361,67 1 5 2 2 V = 0,00011 D 2,43 Tt 0,15 98,001 0,081 26,20;0,82 tn 1045,12 2 4 1 3 V = 1,80 + 0,000438 D² + 0,000027 D²Tt – 0,0880Tt 92,903 1,133 1,32 tn ;2,93; -2,12 tn 185,36 3 9 3 1 V = 0,00014 D 2,49 98,001 0,081 - 2105,58 1 3 1 2 V = - 0,787 + 0,00136 D² 91,703 1,193 - 474,82 2 8 3 3 V = 0,930 – 0,0694 D + 0,00195 D² 92,502 1,142 - 260.50 3 7 2 Ket : = sangat nyata p 0,01, = nyata p 0,05, tn = tidak nyata p0,05, 1,2,3 = peringkat Berdasarkan dari hasil analisis keragaman tersebut setiap model persamaan penduga sangat berpengaruh nyata tapi belum tentu jika dilihat dari nilai koefisien determinasi. Tinggi rendahnya nilai koefisien determinasi ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai model yang digunakan baik atau tidak. Model persamaan penduga volume untuk hubungan dengan dua peubah bebas antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang, model persamaan 2 V = 0,00010 D 2,25 Tbc 0,41 memiliki nilai kriteria uji yang paling baik dibandingkan kedua persamaan lainnya dengan nilai koefisien determinasi R 2 yang tinggi yaitu sebesar 98,30, dan nilai simpangan baku s yang rendah sebesar 0,08. Begitu juga hasil analisis regresi persamaan penduga hubungan dengan dua peubah bebas antara diameter setinggi dada dengan tinggi total, model persamaan 2 V = 0,00011 D 2,43 Tt 0,15 memiliki hasil analisis regresi yang lebih baik dibandingkan kedua persamaan lainnya dengan nilai koefisien determinasi R 2 yang tinggi sebesar 98,00 dan simpangan baku s yang rendah sebesar 0,08. Untuk analisis persamaan regresi volume hubungan dengan satu peubah bebas diameter setinggi dada, model persamaan 1 V = 0,00014 D 2,49 memiliki kriteria-kriteria uji yang paling baik dibandingkan dengan model yang lain. Dengan R 2 yang lebih tinggi dari model yang lain sebesar 98,00, dan nilai simpangan baku s yang rendah sebesar 0,08. Perlu ditekankan dalam menghasilkan model persamaan yang baik, efisien dan nyata, dari ketiga persamaan terbaik yang diperoleh dari analisis model persamaan regresi penduga volume, model V = 0,00014 D 2,49 memiliki nilai yang lebih nyata dibandingkan dengan kedua persamaan lainnya yang telah terpilih untuk hubungan dengan dua peubah bebas. Meskipun nilai simpangan baku yang dihasilkan sama untuk masing-masing persamaan yaitu sebesar 0,08 dan nilai koefisien determinasi yang diperoleh tidak berbeda jauh. Koefisien determinasi untuk hubungan satu peubah bebas diameter setinggi dada sebesar 98,00, sama besarnya dengan model persamaan penduga volume untuk hubungan dua peubah bebas antara diameter setinggi dada dengan tinggi total sebesar 98,00, sedangkan koefisien determinasi untuk hubungan dengan dua peubah bebas antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang yaitu sebesar 98,30 diperoleh selisih sebesar 0,30. Maka dapat dikatakan untuk hubungan dengan dua peubah bebas dari penambahan satu peubah bebas hanya dapat meningkatkan besar koefisien determinasi sebesar 0,30, oleh karena itu untuk hubungan dengan dua peubah bebas tidak terlalu nyata dan tidak efisien penggunaannya jika dibandingkan dengan hubungan dengan satu peubah bebas. Tabel 8 merupakan hasil analisis regresi model persamaan penduga volume pohon. Berdasarkan tabel tersebut dari setiap model persamaan diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf nyata 1. Dengan demikian H ditolak. Sehingga ini menyatakan bahwa peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model persamaan regresi sangat berpengaruh nyata dalam menduga peubah tidak bebasnya. Menunjukan bahwa setiap model persamaan penduga volume pohon yang di uji dapat diterima. Sedangkan pengujian parsial dengan uji t untuk setiap peubah yang dipakai dalam suatu model persamaan penduga yang disusun, dimaksudkan untuk melihat pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebasnya. Khususnya untuk analisis persamaan regresi untuk dua peubah bebas persamaan penduga volume, jelas terlihat bahwa semakin banyak peubah bebas yang diikutsertakan, ada salah satu peubah bebas tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah tidak bebasnya. Model yang terbaik merupakan model yang memberikan kesalahan pendugaan terkecil yang akan mempengaruhi ketelitian, peubah bebas dapat menjelaskan atau menerangkan peubah tak bebasnya, memiliki koefisien determinasi R 2 yang tinggi dan nilai simpangan baku s yang rendah serta mudah penggunaannya.

5.2.2 Uji Validasi Model Penduga Volume Pohon

Dalam uji validasi model akan diperlihatkan tentang keakuratan hasil dari pendugaan volume yang telah disusun berdasarkan dari hasil analisis model persamaan penduga volume pohon dan pemilihan model persamaan penduga volume pohon terbaik. Berikut hasil uji validasi pada model persamaan volume pohon terpilih pada proses penyusunan model disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil uji validasi model persamaan penduga volume pohon No Model Penduga Nilai SA SR RMSE B χ 2 hit ∑ Peringkat 1 V = 0,000072 D 2 Tbc 0,96 0,04 2 1,16 1 21,95 2 5,13 2 3,06 s 3 10 2 2 V = 0,00010 D 2,25 Tbc 0,41 0,01 1 -3,86 2 15,19 1 -1,50 1 1,34 s 1 6 1 3 V = 1,04 + 0,000473 D² + 0,000036 D²Tbc – 0,0916 Tbc -0,08 3 2636,67 3 39,14 3 -11,65 3 2,63 s 2 14 3 1 V = 0,000026 D²Tt 1,02 0,08 3 -0,31 1 20,32 2 3,59 2 2,69 s 3 11 2 2 V = 0,00011 D 2,43 Tt 0,15 0,04 1,5 -2,80 3 14,44 1 -0,52 1 1,18 s 1 7,5 1 3 V = 1,80 + 0,000438 D² + 0,000027 D²Tt – 0,0880Tt 0,04 1,5 0,76 2 44,04 3 11,67 3 1,90 s 2 11,5 3 1 V = 0,00014 D 2,49 0,02 2 -4,33 2 13,67 1 -2,17 1 0,95 s 1 7 1 2 V = - 0,787 + 0,00136 D² 0,01 1 11,15 3 105,82 3 -33,91 3 2,63 s 3 13 3 3 V = 0,930 – 0,0694 D + 0,00195 D² 0,03 3 0,02 1 30,73 2 6,79 2 1,14 s 2 10 2 Ket : s = significant, ns = not significant, 1,2,3 = peringkat Pada tahap ini dilakukan perbandingan terhadap kriteria-kriteria pengujian yang digunakan untuk proses validasi antara lain bias B, ketelitian melalui nilai simpangan agregat SA dan nilai rataan simpangan SR, ketepatan dari nilai Root Mean Square Error RMSE, dan uji validasi model melalui uji χ 2 Khi Kuadrat. Tabel 9 menunjukkan hasil dari validasi model dari pemilihan model persamaan penduga volume terbaik, dimana hasil dari perolehan pemilihan model persamaan terbaik kemudian dilakukan uji validasi model untuk melihat keabsahan dari suatu model penduga yang telah disusun dan dipilih untuk menaksir volume. Masing-masing persamaan regresi penduga volume pohon diperoleh nilai uji validasi untuk melihat keabsahan dari suatu model. Kriteria pengujian uji validasi dibandingkan satu sama lain berdasarkan masing-masing hubungan peubah bebas yang digunakan. Kemudian hasil pengujian validasi volume batang, hubungan dengan dua peubah bebas yaitu diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang terhadap volume batang berdasarkan Tabel 9 model persamaan 2 V = 0,00010 D 2,25 Tbc 0,41 merupakan model persamaan yang lebih baik dari persamaan lainnya dengan hubungan dua peubah bebas yang sama, nilai simpangan agregat SA sebesar 0,01, menunjukkan nilai tersebut semakin kecil maka akan semakin teliti. Nilai simpangan rata-rata SR sebesar -3,86, nilai tersebut kurang dari 10 menunjukkan nilai tersebut juga teliti. Untuk nilai simpangan rata-rata SR model persamaan 1 V = 0,000072 D 2 Tbc 0,96 masih lebih baik dibandingkan persamaan lain yaitu sebesar 1,16. Untuk nilai kriteria uji lainnya model persamaan 2 V = 0,00010 D 2,25 Tbc 0,41 lebih baik dibandingkan model persamaan lainnya, masing-masing untuk nilai RMSE, bias, dan khi-kuadrat, masing-masing nilainya antara lain 15,19, -1,50, dan 1,34. Nilai RMSE, bias, dan khi-kuadrat yang kecil merupakan model persamaan dengan kekuatan prediksi paling baik. Kemudian untuk hasil pengujian validasi dengan dua peubah bebas lainnya diameter setinggi dan tinggi total terhadap peubah tak bebasnya yaitu volume batang, model persamaan 2 V = 0,00011 D 2,43 Tt 0,15 memiliki kekuatan prediksi lebih baik dibandingkan model persamaan lainnya dengan menggunakan dua peubah bebas yang sama. Nilai simpangan agregatnya paling kecil sebesar 0,04 sedangkan nilai simpangan rata-ratanya paling besar dibandingkan model persamaan lainnya yaitu sebesar -2,80, meskipun nilai simpangan rata-ratanya besar nilai tersebut masih berada di bawah 10. Begitu juga untuk nilai RMSE, bias, dan khi-kuadrat model persamaan 2 V = 0,00011 D 2,43 Tt 0,15 memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan model persamaan yang lain membuktikan bahwa model persamaan 2 merupakan model yang paling baik, masing-masing memiliki nilai 14,44, -0,52, dan 1,18. Nilai bias negatif menyatakan nilai tersebut mengalami underestimate yaitu nilai volume dugaan berada di bawah nilai volume aktualnya. Berdasarkan akumulasi peringkat dari pengujian hasil validasi, model persamaan 2 V = 0,00011 D 2,43 Tt 0,15 merupakan model persamaan yang terbaik untuk hubungan dua peubah diameter setinggi dada dan tinggi total. Untuk hubungan dengan satu peubah bebas yaitu diameter setinggi dada terhadap volume batang, diperoleh model persamaan 1 V = 0,00014 D 2,49 sebagai model persamaan terbaik untuk hubungan satu peubah bebas diameter setinggi dada dalam menerangkan peubah tak bebasnya volume batang. berdasarkan hasil pengujian validasi simpangan agregat paling rendah terdapat pada persamaan 2 V = - 0,787 + 0,00136 D² sebesar 0,01, sedangkan untuk simpagan rata-rata terendah terdapat pada persamaan 3 V = 0,930 – 0,0694 D + 0,00195 D² sebesar 0,02. Untuk nilai RMSE, bias, dan khi-kuadrat terbaik terdapat pada persamaan 1 V = 0,00014 D 2,49 masing-masing nilainya antara lain 13,67, -2,17, dan 0,95. Berdasarkan hasil akumulasi peringkat pengujian validasi untuk hubungan satu peubah bebas diameter setinggi dada, model persamaan 1 V = 0,00014 D 2,49 merupakan model persamaan terbaik.

5.2.3 Model Persamaan Penduga Volume Pohon Terbaik

Beberapa model persamaan penduga volume pohon terbaik yang telah dipilih pada beberapa lokasi penelitian lain akan digunakan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian ini. Model-model penduga tersebut akan dibandingkan kesamaan maupun perbedaan gambaran kurva yang diperoleh dari model-model penduga yang telah terpilih dengan kurva yang digambarkan pada penelitian ini. Berikut disajikan gambar kurva perbandingan di empat tempat penelitian berdasarkan peubah volume dan diameter. Gambar 7 Perbandingan kurva model penduga volume pohon jenis keruing di lokasi PT. SSS dengan PT. Harjohn Timber, PT. Austral Byna dan Pulau Laut. Gambar 7 merupakan perbandingan kurva-kurva dari persamaan model penduga volume yang terpilih di tiap lokasi penelitian. Kurva yang dihasilkan dari persamaan model penduga PT. SSS dengan PT. Austral Byna dan lokasi di Pulau Laut memiliki arah dan kerapatan kurva yang hampir sama dibandingkan dengan kurva yang dihasilkan oleh persamaan model penduga di PT. Harjohn Timber. Kurva yang dihasilkan pada masing-masing lokasi penelitian diperoleh berdasarkan pada banyaknya pohon contoh serta diameter dan volume pohon. Kurva-kurva tersebut mengambarkan kedekatan, kesamaan maupun perbedaan yang dihasilkan dari bentuk model persamaan penduga volume untuk tiap-tiap lokasi penelitian. PT. SSS, PT. Harjohn Timber, PT. Austral Byna dan di Pulau laut memiliki bentuk kurva yang kuadratik dan menunjukkan bentuk persamaan model penduga volume yang sama yaitu model Berkhout. Persamaan model penduga volume PT. Harjohn Timber memiliki kurva persamaan model penduga volume yang sedikit berbeda dengan persamaan model penduga volume pohon yang lain. Dapat dilihat pada Gambar 7 arah dan PT. SSS PT. Harjohn Timber PT. Austral Byna Pulau Laut kerapatan kurva yang dihasilkan PT. Harjohn Timber sedikit berbeda. Hal itu karena mulai dari diameter 70 cm ke atas volume yang dihasilkan semakin kecil, sebaliknya ketiga perusahaan hutan yang lain mulai dari diameter 70 cm ke atas volume yang dihasilkan semakin besar, sehingga persamaan model penduga volume PT. Harjohn Timber menghasilkan arah dan kerapatan kurva yang berbeda. Bentuk model penduga dan kerapatan kurva yang sama membuktikan hasil yang diperoleh di PT. SSS, PT. Austral Byna, dan Pulau laut memiliki suatu kedekatan berdasarkan persamaan model penduga volume yang dihasilkan. Penggunaan persamaan model penduga volume yang dihasilkan dalam penelitian di PT. SSS memungkinkan dapat digunakan untuk keperluan menduga volume pohon di daerah atau tempat lain dengan beberapa ketentuan seperti karakteristik dari daerah tersebut baik dari jenisnya, keadaan atau sifat tanah, iklim, vegetasi, maupun topografinya. Model yang baik berdasarkan dari model yang telah dipilih, yaitu memiliki ketelitian yang baik menurut pemilihan penyusunan model dan pengujian validasi secara statistik serta memiliki efisiensi atau kemudahan pengukuran dalam penggunaan di lapangan dan menghasilkan nilai yang konstan dan volume yang stabil. Secara umum model persamaan yang baik memiliki nilai koefisien determinasi R 2 yang tinggi, simpangan baku s yang rendah serta analisis keragaman yang memberikan pengaruh nyata untuk setiap peubah. Berdasarkan hasil penelitian maka model yang digunakan dalam penyusunan tabel volume untuk jenis keruing di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera Sumatera Barat setelah melalui tahap pemodelan dan validasi model serta beberapa keputusan lain dalam menentukan persamaan model penduga yang baik, diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik adalah V = 0,00014 D 2,49 model Berkhout. Untuk lebih jelasnya tabel volume lokal jenis keruing dapat dilihat pada Lampiran 5. Penyusunan tabel volume pohon ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan inventarisasi hutan untuk menduga volume pohon dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan yang diukur, yang pada akhirnya untuk menduga persediaan tegakan berdiri standing stock. Dengan tersedianya tabel volume pohon ini maka akan mempercepat dan memperlancar kegiatan inventarisasi hutan, terutama dalam inventarisasi tegakan hutan dengan areal yang luas yang nantinya berguna dalam kegiatan perencanaan hutan di PT. Salaki Summa Sejahtera, Sumatera Barat. 5.3 Analisis Pendugaan Hubungan Antar Peubah 5.3.1 Matriks Korelasi Sederhana Antar Peubah D, Dt, Tbc, Tt, dan V Untuk mengetahui adanya keeratan hubungan antar peubah dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi. Nilai koefsien korelasi ini merupakan penduga tak bias dari koefisien korelasi populasi. Oleh karena itu, matriks korelasi ini dibuat untuk memperlihatkan hubungan keterkaitan antar peubah-peubah apakah kuat atau tidak. Adapun peubah-peubahnya meliputi diameter setinggi dada Dbh, diameter tajuk Dt, tinggi bebas cabang Tbc, tinggi total Tt, dan untuk peubah tak bebasnya yaitu volume batang. Hasil dari matriks korelasi tersebut dapat dilihat seberapa besar tingkat hubungan yang terjadi antar peubah atau peubah, dan juga untuk menganalisa hubungan yang akan dikerjakan apakah korelasinya kuat atau tidak yang akan digunakan dalam penyusunan tabel volume. Apabila terjadi korelasi yang erat nyata atau sangat nyata antar peubah dapat diasumsikan bahwa peubah yang satu telah dapat dijelaskan peranannya oleh peubah yang lain. Berikut adalah matrik korelasi sederhananya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Matriks korelasi sederhana antar peubah D, Dt, Tbc, Tt, dan V Dbh Dt Tbc Tt V Dbh 1,00 0,81 0,82 0,79 0,91 Dt 1,00 0,64 0,68 0,81 Tbc 1,00 0,88 0,73 Tt 1,00 0,71 V 1,00 Matriks korelasi sederhana di atas berguna untuk memudahkan mengukur tinggi rendahnya derajat hubungan antar peubah yang diteliti. Koefisien korelasi yang mendekati angka + 1 berarti terjadi hubungan positif yang erat, bila mendekati angka – 1 berarti terjadi hubungan negatif yang erat. Sedangkan koefisien korelasi mendekati angka 0 berarti hubungan kedua peubah adalah lemah atau tidak erat. Koefisien korelasi r sendiri mempengaruhi dari besarnya koefisien determinasi R 2 yang dihasilkan. Dari tabel di atas diperoleh nilai koefisien korelasi yang terendah yaitu untuk hubungan antara diameter tajuk dengan tinggi bebas cabang dan diameter tajuk dengan tinggi total masing-masing sebesar 0,64 dan 0,68. Sedangkan untuk hubungan antara peubah yang lainnya relatif cukup baik. Sedangkan untuk matriks plot tebaran data antar peubah dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.3.2 Analisis Hubungan Antara Diameter Pohon Dengan Diameter Tajuk

Sub-bab ini menjelaskan mengenai pendugaan diameter tajuk melalui diameter pohon. Disini akan disusun suatu model persamaan penduga untuk menentukan diameter tajuk berdasarkan dimensi diameter pohon yang akan digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan inventarisasi hutan. Hubungan antara diameter pohon dengan diameter tajuk ditunjukkan untuk membuktikan apakah hubungan antara diameter pohon dengan diameter tajuk memberikan nilai yang signifikan untuk menguji apakah masing-masing peubah mempengaruhi peubah lainnya. Gambar 8 Pola tebaran data hubungan antara diameter tajuk dengan diameter pohon. Gambar 8 menggambarkan hubungan antara diameter tajuk dengan diameter, gambar tersebut memperlihatkan bentuk persamaan model penduga diameter tajuk terhadap peubah bebas diameter. Tebaran datanya menunjukkan pola hubungan yang non-linier. Keeratan hubungan antara diameter setinggi dada Dbh dengan diameter tajuk Dt dapat dilihat dari besarnya nilai simpangan baku s dan koefisien determinasinya R 2 . Hasil persamaan regresi hubungan antara diameter pohon terhadap diameter tajuk dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Analisis regresi penduga hubungan antara diameter pohon dengan diameter tajuk No Model Persamaan R 2 s F hitung 1 Dt = 0,970 + 0,124 D 66,90 2,18 86,97 2 Dt = 0,336 D 0,783 75,90 0,10 135,71 3 Dt = 3,06 + 0,033 D + 0,000803 D 2 68,70 2,15 46,17 Ket : = nyata ρ 5, = sangat nyata ρ 1 Tabel di atas menggambarkan pengujian terhadap persamaan model apakah hubungan antara diameter setinggi dada dapat menerangkan atau memberikan pendugaan terhadap diameter tajuk dengan menggunakan hasil analisis regresi dan uji signifikasi yaitu uji F. Dari ketiga model persamaan di atas berdasarkan hasil analisis regresi dan pengujian, model persamaan Dt = 0,336 D 0,783 merupakan model persamaan terbaik dilihat dari nilai karakteristik regresinya, nilai koefisien determinasinya merupakan nilai yang tertinggi yaitu sebesar 75,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketelitian dan keeratan hubungannya semakin tinggi, artinya sebesar 75,90 keragaman peubah tak bebas diameter tajuk dapat dijelaskan oleh model regresi peubah bebasnya. Begitu halnya dengan nilai simpangan baku model persamaan Dt = 0,336 D 0,783 memiliki nilai simpangan baku yang paling kecil yaitu sebesar 0,10. Untuk penilaian uji signifikasi berdasarkan uji F , model persamaan Dt = 0,336 D 0,783 memperoleh nilai yang paling baik dan signifikan dibandingkan dengan dua persamaan lainnya. Sedangkan dari hasil uji F hitung diperoleh sebesar 135,71 lebih besar dari nilai uji F tabel pada taraf nyata α = 0,01. Kaidah keputusannya menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel, membuktikan bahwa koefisien regresi pada model persamaan tersebut sangat signifikan dalam menentukan perubahan peubah tak bebasnya. Penjelasan di atas membuktikan bahwa dalam pendugaan antara peubah bebas yaitu diameter setinggi dada dengan diameter tajuk sebagai peubak tak bebasnya yang memberikan pendugaan yang sangat nyata maupun signifikan, adalah persamaan dengan model Dt = 0,336 D 0,783 . Persamaan tersebut memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dua persamaan yang lain, karena peubah bebasnya sangat berpengaruh terhadap perubahan peubah tak bebasnya. Model persamaan tersebut dapat digunakan untuk menduga peubah diameter tajuk melalui peubah diameter pohon di lapangan sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam kegiatan inventatisasi hutan.

5.3.3 Analisis Hubungan Antara Diameter Pohon Dengan Tinggi Pohon

Analisis hubungan ini dimaksudkan untuk melihat besarnya pendugaan keragaman tinggi pohon terhadap diameter pohon yang dapat diterangkan melalui bentuk penyusunan model persamaan penduga tinggi pohon. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu alat bantu untuk mempercepat kegiatan inventarisasi hutan, yaitu kurva tinggi atau tabel tinggi. Berikut dapat dilihat gambaran tebaran data gabungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon pada Gambar 9. Gambar 9 Pola tebaran data gabungan hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon. Ttotal Tbc Salah satu hipotesis dalam penyusunan tabel volume pohon adalah terdapatnya hubungan yang erat antara tinggi pohon dengan diameter pohon. Hubungan yang kuat antara tinggi pohon dengan diameter pohon akan menjamin variasi volume yang disebabkan oleh variasi tinggi, dapat dicakup oleh pengaruh variasi diameter pohon. Gambar 9 menggambarkan pola tebaran data gabungan hubungan antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total dari suatu set data pohon contoh. Untuk menghubungkan diameter dengan tinggi total atau antara diameter dengan tinggi bebas cabang yaitu dengan menggunakan model persamaan regresi yang telah disesuaikan terhadap pola sebaran datanya. seperti yang digambarkan pada gambar di atas. Pola tebaran data yang digambarkan menunjukkan pola yang non-linier. Nilai koefisien determinasi R 2 antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon dari hasil pemilihan 45 data pohon contoh untuk penyusun model disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Analisis regresi penduga hubungan antara diameter pohon dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total Model Persamaan R 2 s F hitung diameter pohon dengan tinggi bebas cabang Tbc = 8,84 + 0,23 D 67,30 4,01 88,64 Tbc = 2,18 D 0,574 76,60 0,07 141,14 Tbc = 2,06 + 0,526 D – 0,00261 D 2 73,00 3,69 56,70 diameter pohon dengan tinggi total Tt = 16,40 + 0,272 D 62,60 5,26 72,09 Tt = 5,90 D 0,422 65,50 0,07 81,50 Tt = 12,30 + 0,454 D – 0,0016 D 2 64,10 5,22 37,43 Ket : = nyata ρ 5, = sangat nyata ρ 1 Tabel di atas menggambarkan suatu analisis untuk menduga hubungan yang terjadi antar peubah bebas dengan peubah tak bebasnya, dalam analisis hubungan ini peubah bebasnya hanya meliputi diameter setinggi dada sedangkan untuk peubah tak bebasnya meliputi tinggi bebas cabang dan tinggi total, sub-bab ini menggambarkan pengujian terhadap persamaan model apakah hubungan antara diameter setinggi dada dapat menerangkan atau memberikan pendugaan terhadap tinggi bebas cabang dan tinggi total dengan menggunakan hasil analisa regresi dan uji signifikasi yaitu uji F. Hasil dari hubungan-hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel di atas, hasil dari persamaan yang telah disusun akan ditunjukkan persamaan mana yang terbaik dalam menduga tinggi pohon terhadap diameter, baik untuk tinggi bebas cabang maupun untuk tinggi total. Untuk analisis penduga hubungan antara tinggi bebas cabang dengan diameter diperoleh model persamaan Tbc = 2,18 D 0,574 sebagai model penduga terbaik dibandingkan antara persamaan penduga lainnya, dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi R 2 yaitu sebesar 76,60 , nilai ini menggambarkan keeratan hubungan yang terjadi antara peubah bebas dengan peubah tak bebasnya. Hal lain yang menentukan persamaan tersebut merupakan persamaan yang baik yaitu dari kecilnya nilai simpangan baku yang didapat yaitu sebesar 0,07. Membuktikan bahwa model persamaan Tbc = 2,18 D 0,574 sangat teliti dalam menduga tinggi bebas cabang, dibandingkan model persamaan lainnya antar hubungan yang sama. Berdasarkan besarnya nilai F hitung yang diperoleh, model persamaan Tbc = 2,18 D 0,574 memiliki nilai F hitung yang baik dan lebih besar dibandingkan dengan kedua persamaan lainnya, dan memiliki nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F tabel , besarnya nilai F hitung sebesar 141,14 lebih besar dari F hitung pada taraf nyata α = 0,01. Nilai-nilai tersebut menunjukkan tingkat pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebasnya dan besarnya tingkat signifikasi dalam menentukan pendugaan peubah tak bebasnya. Sedangkan untuk analisis penduga hubungan antara tinggi total dan diameter diperoleh model persamaan Tt = 5,90 D 0,422 , persamaan tersebut dipilih karena memiliki hasil analisis pendugaan terbaik dibandingkan kedua persamaan lainnya berdasarkan nilai kriteria pengujian yang dilakukan. Dari model persamaan tersebut didapat nilai koefisien determinasi yang lebih besar dibandingkan kedua persamaan lainnya yaitu sebesar 65,50 dan nilai simpangan baku yang lebih kecil yaitu sebesar 0,07. Dari hasil analisis penduga yang diperoleh dari hubungan antara tinggi bebas cabang dan tinggi total sebagai peubah tak bebas dan diameter sebagai peubah bebasnya, dalam penentuan model pendugaan terbaik yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan peubah tak bebas dari pengaruh peubah bebasnya, diperoleh model persamaan Tbc = 2,70 D 0,526 untuk hubungan antara tinggi bebas cabang dengan diameter setinggi dada dan model persamaan Tt = 5,97 D 0,421 untuk hubungan antara tinggi total dengan diameter setinggi dada, yang memberikan hasil analisis yang paling baik dibandingkan dengan persamaan lainnya berdasarkan pengujian menggunakan nilai koefisien determinasi, simpangan baku, dan uji keragaman F. Tabel 12 tidak menjelaskan mengenai penyusunan model persamaan penduga volume, melainkan menjelaskan seberapa besarkah pendugaan diameter pohon terhadap pengaruh perubahan yang terjadi pada tinggi pohon baik tinggi bebas cabang maupun tinggi total dan pendugaan ini dapat diketahui dari bentuk model persamaan yang telah disusun. Model persamaan yang telah dipilih ditunjukkan untuk digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan inventarisasi hutan, alat bantu tersebut yaitu kurva tinggi. Berdasarkan kurva tinggi pohon tersebut dapat disusun atau dapat dibuat tabel tinggi pohon yang digunakan untuk menduga tinggi pohon berdasarkan dimensi diameter pohon.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Berdasarkan perbandingan model persamaan volume pohon antara persamaan regresi dengan menggunakan dua peubah dan satu peubah serta pertimbangan dari segi kepraktisannya, maka penggunaan model persamaan dengan satu peubah yaitu diameter saja sudah cukup memadai untuk digunakan. Persamaan penduga volume pohon untuk jenis keruing dapat diterangkan melalui hubungan persamaan V = 0,00014 D 2,49 . 2. Hasil dari persamaan penduga volume pohon dengan kulit V = 0,00014 D 2,49 , diperoleh dengan R 2 = 98,00 dan s = 0,08. Data tersebut menunjukkan bahwa model penduga dengan satu peubah sangat signifikan dalam menduga volume pohon dibandingkan dengan model penduga dengan dua peubah. 3. Model persamaan penduga yang diperoleh digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan inventarisasi hutan dalam mewujudkan perencanaan dan manajemen hutan yang baik.

6.2 Saran