k
ji
= f
k
r
i
- r
j
…………………………………………………….2.5 m
ji
= f
l
w
i
- w
j
…………………….……………………………...2.6 Penganut Model Neo-Klasik dalam Sjafrizal, 2008 beranggapan bahwa
mobilitas faktor produksi, baik modal maupun tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan adalah kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan
tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga ketimpangan pembangunan regional cenderung melebar divergence. Akan tetapi
bila proses pembangunan terus berlanjut, dengan semakin baiknya prasarana dan fasilitas komunikasi maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan
semakin lancar. Dengan demikian, nantinya setelah negara yang bersangkutan telah maju maka ketimpangan pembangunan regional akan berkurang
convergence.
2.5.3. Model Myrdal Mengenai Dampak Balik
Myrdal dalam Jhingan 1993, berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab menyebab sirkuler yang membuat si kaya
mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik backwash effect cenderung
membesar dan dampak sebar spread effect semakin mengecil. Semakin kumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional
dan menyebabkan ketimpangan regional di negara-negara terbelakang. Lebih lanjut Myrdal mendefinisikan dampak balik backwash effect
sebagai semua perubahan yang bersifat merugikan dari ekspansi suatu ekonomi di
Universitas Sumatera Utara
suatu tempat karena sebab-sebab di luar tempat itu. Dalam istilah ini Myrdal memasukkan dampak migrasi, perpindahan modal, dan perdagangan serta
keseluruhan dampak yang timbul dari proses sebab-musabab sirkuler antara faktor-faktor baik non ekonomi maupun ekonomi. Dampak sebar spread effect
menujuk pada momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya. Sebab utama
ketimpangan regional menurut Myrdal adalah kuatnya dampak balik dan lemahnya dampak sebar di negara terbelakang.
2.5.4. Aglomerasi
Pertumbuhan ekonomi antar daerah biasanya tidak akan sama. Terdapat daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi akan tetapi disisi lain ada pula
daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya rendah. Perbedaan daerah dilihat dari pendapatan maupun pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada munculnya
aglomerasi, yaitu terpusatnya kegiatan-kegiatan ekonomi pada suatu daerah saja dan tidak terjadi persebaran yang merata Kartini H. Sihombing, 2008.
Montgomery dalam Mudrajad Kuncoro 2002 mendefinisikan aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktifitas ekonomi di kawasan perkotaan karena
penghematan akibat lokasi yang berdekatan economies of proximity yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja, dan konsumen
untuk meminimisasi biaya-biaya seperti biaya transportasi, informasi, dan komunikasi.
Menurut Tarigan 2006, keuntungan berlokasi pada tempat konsentrasi atau terjadinya aglomerasi disebabkan faktor skala ekonomi economic of scale
Universitas Sumatera Utara
dan economic of agglomeration. Economic of scale adalah keuntungan karena dapat berproduksi berdasarkan spesialisasi sehingga produksi lebih besar dan
biaya per unit lebih efisien. Sedangkan economic of agglomeration ialah keuntungan karena di tempat itu terdapat berbagai keperluan dan fasilitas yang
dapat digunakan oleh perusahaan. Konsentrasi kegiatan ekonomi antar daerah yang cukup tinggi akan
cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah sebab proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daerah dengan
konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Sedangkan konsentrasi kegiatan ekonomi rendah proses pembangunan akan berjalan lebih lambat. Oleh karena itu,
ketidakmerataan ini menimbulkan ketimpangan pembangunan antar wilayah Sjafrizal, 2008.
2.5.5. Hipotesis Kuznets